Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrient seperti air
dan elektrolit dari makanan yang dimakan ke dalam lingkungan internal tubuh
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi. Manifestasinya
bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga perdarahan samar
yang tidak dirasakan. Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan lokasi perdarahan
saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan lokasi perdarahan.
Perdarahan saluran cerna dapat menyerang semua orang dan semua golongan. Perdarahan
saluran cerna dapat dibagi menjadi dua, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas dan
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
perdarahan yang terjadi di saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3 bagian dari
duodenum atau perdarahan saluran cerna proksimal dari ligamentum treitz. Perdarahan
saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari usus di sebelah distal
ligamentum treitz. Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah datang dengan
keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Hampir 80% dalam keadaan akut berhenti
dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan darah. Hanya 15% pasien dengan
perdarahan berat dan berkelanjutan berdampak pada tekanan darah. Ari F. Syam (2005)
dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan bahwa kebanyakan penderita perdarahan
saluran cerna bagian atas disebabkan oleh varises esophagus sekitar (33,5 %). Tingginya
angka penderita varises esophagus dikarenakan adanya hubungan antara varises esophagus
dengan munculnya penyakit hepatitis B dan C di Indonesia. Angka kematian di berbagai
belahan dunia juga masih menunjukkan jumlah yang cukup tinggi terutama di Indonesia yang
wajib jadi perhatian khusus
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran
pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi
dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang
terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus
Sistem pencernaan :
Di dalam rongga mulut
terdapat permukaan epitel yang halus. Fungsi dari rongga mulut adalah untuk mensekresi
saliva agar membasahi makanan dan memulai pencernaan. Makanan dalam mulut :
>Dihancurkan menjadi partikel kecil menggunakan gigi yang dibantu oleh kelenjar
saliva dan dihancurkan menjadi partikel yang kecil dan halus oleh gigi.
Pati (karbohidrat) didegradasi oleh amylase yang terdapat di dalam saliva. Setelah itu
makanan yang dikunyah telah didegradasi masuk ke dalam esophagus dan oleh adanya
gerakan peristaltic terbawa ke lambung
Esophagus
Mentransport makanan dengan cepat dari kerongkongan sampai lambung. Spincter
esophageal bagian bawah membuka sedikit, tetapi dengan cara lain mencegah bercampurnya
juice lambung mengalir lagi yang secara potensial berbahaya.
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai,
terdiri dari 3 bagian yaitu kardia (bagian tengah), fundus (bagian atas), dan antrum (bagian
bawah). Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin
(sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan (Anonim, 2009). Dinding Lambung
terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat membujur, yang tengah sirkuler, dan yang paling dalam
otot polos lurik. 3 lapisan itu yaitu
sel utama (chief cells) di mukosa fundus mensekresi pepsinogen ; merupakan enzim yang
dapat memecah protein. sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus
yangmemproduksi HCl dan intrinsic factor.
Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi yang merupakan fungsi utama anus.
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Perdarahan akut Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu penyakit yang
sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. Sebagian besar pasien datang dalam
keadaan stabil dan sebagian lainnya datang dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat
Kejadian perdarahan akut saluran cerna ini tidak hanya terjadi di luar rumah sakit saja,
namun dapat pula terjadi pada pasien-pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
terutama di ruang perawatan intensif dengan mortalitas yang cukup tinggi. Selain itu
perdarahan akut SCBA sering menyertai penyakit-penyakit lainnya seperti trauma kapitis,
stroke, luka bakar yang luas, sepsis, renjatan dan gangguan hemostasis.
Di negara barat insidensi perdarahan akut SCBA mencapai 100 per 100.000 penduduk/tahun,
dan laki-laki lebih banyak dari wanita. Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Di Indonesia kejadian yang sebenarnya di populasi tidak diketahui. Dari catatan
medik pasien-pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam RS Hasan Sadikin Bandung pada
tahun 1996-1998, pasien yang dirawat karena perdarahan SCBA sebesar 2,5% - 3,5% dari
seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam
Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur
varises bisa mencapai 60%, sedangkan kematian pada perdarahan non-varises sekitar 9-12%.
Sebagian besar penderita perdarahan SCBA meninggal bukan karena perdarahannya itu
sendiri melainkan karena penyakit lain yang ada secara bersamaan seperti penyakit gagal
ginjal, stroke, penyakit jantung, penyakit hati kronis, pneumonia dan sepsis.
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di sebelah
proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar perdarahan saluran cerna
bagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) yang
disebabkan oleh H. Pylori, penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS),
alkohol. Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis merupakan penyebab
perdarahan saluran cerna bagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008)
PSCA secara umum dibagi menjadi dua, yaitu PSCA karena rupture varices dan PSCA bukan
karena varices. Pada PSCA karena varices, patofisiologi yang mendasari adalah
meningkatnya tekanan vena porta yang mengakibatkan vena-vena esophagus, lambung
melebar dan juga menyebabkan gastropati. Sedangkan PSCA yang non varices, melibatkan
perdarahan arteriel seperti ulkus dan rupture mukosa yang dalam, atau perdarahan vena
tekanan rendah seperti pada teleangiectasi dan angioectasis.
Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dapat menentukan kira-kira lokasi
PSCA. Riwayat penyakit hati kronis/alkohol bisa memperkirakan perdarahan berasal dari
gastropati hipertensi portal atau pecahnya varices esophagus. Riwayat pemakaian obat
antiinflamasi non steroid/obat-obat anti rematik/penghilang nyeri yang berkaitan dengan
cyclooxygenase-1 yang menurunkan ketahanan mukosa terhadap asam lambung, bisa
menuntun kita ke arah ulkus lambung
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas pada buku The Merck
Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Duodenal ulcer
Gastric atau duodenal erosions
Varices
Gastric ulcer
Mallory
Erosive esophagitis
Angioma
Arteriovenous malformation
Gastrointestinal stromal tumors
Patofisiologi
Varices esofagus dan hipertensi portal gastropati
PSCA karena varises terjadi pada 25-30 % pasien sirosis hati, dengan angka kematian dari
tahun 1971 sampai 1981 diberbagai penelitian di Indonesia 30-60 %. Harapan hidup selama 1
tahun sesudah perdarahan pertama sekitar 32-80%.<
Varices esofagus dan gaster disebabkan karena peningkatan aliran darah dalam vena-vena
kolateral dari aliran darah porta melalui vena gastrica coronaria akibat hipertensi portal.
Perdarahan varices ini terjadi bila hepatic venous gradient melebihi 12 mmHg. Pasien dengan
gastropati hipertensi portal tidak selalu disertai dengan varices gastroesofageal yang nyata.
Bila terjadi perdarahan pada pasien kelompok gastropati ini, biasanya lebih banyak khronik
dan tersamar.
Upper gastrointestinal tract bleeding atau lebih dikenal sebagai perdarahan saluran
cerna bagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga 80 % dari seluruh kasus
perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah menurun, tetapi angka kematian dari
perdarahan akut saluran cerna masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan belum ada perubahan
selam 50 tahun terakhir. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber
perdarahannya berasal dari esofagus, gaster, dan duodenum.
Gejala klinis pasien dapat berupa Hematemesis Muntah darah berwarna hitam seperti bubuk
kopi Melena Buang air besar berwarna hitam seperti teh atau aspal Hematoskezia : Buang air
besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada pasien dengan perdarahan masif
dimana transit time dalam usus yang pendek Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi
adalah sinkope, instabilitas hemodinamik karena hipovolemik, dan gambaran klinis dari
komorbid seperti penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb
Hematemesis termasuk;coffee ground emesis 40-50%.
Melena 70-80%.
Hematoschizia ( feses warna merah atau marun) 15-20%.
Syncope 14%
Presyncope 43%
Dispepsia 18%
Nyeri epigastr 41%
Nyeri abdomen difus 10%
Berat badan menurun 12%
Ikterus 5%
Hematemesis, melena, hematoschizia, dan pemeriksaan/hasil laboratorium tertentu bisa
digunakan sebagai indikator sumber perdarahan, seperti pada tabel dibawah ini :
Diagnosis
Seperti dalam menghadapi pasien-pasien gawat darurat lainnya dimana dalam melaksanakan
prosedur diagnosis tidak harus selalu melakukan anamnesis yang sangat cermat dan
pemeriksaan fisik yang sangat detail, dalam hal ini yang diutamakan adalah penanganan AB–C ( Airway – Breathing – Circulation ) terlebih dahulu. Bila pasien
dalam keadaan tidak stabil yang didahulukan adalah resusitasi ABC. Setelah keadaan pasien
cukup stabil maka dapat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih seksama.
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit hati kronis, riwayat
dispepsia, riwayat mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu-jamuan, obat untuk
penyakit jantung, obat stroke. Kemudian ditanya riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit
paru, dan adanya perdarahan ditempat lainnya. Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya
hematemesis sangat mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.
Dalam pemeriksaan fisik yang pertama harus dilakukan adalah penilaian ABC,pasien-pasien
dengan hematemesis yang masif dapat mengalami aspirasi atau sumbatan jalan nafas, hal ini
sering dijumpai pada pasien usia tua dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
Khusus untuk penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) perlu dilakukan evaluasi jumlah
perdarahan.
Pemeriksaan fisik lainnya yang penting yaitu mencari stigmata penyakit hati kronis (ikterus,
spider nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai), masa abdomen, nyeri
abdomen, dll. Pemeriksaan yang tidak boleh dilupakan adalah colok dubur.Warna feses ini
mempunyai nilai prognostik. Dalam prosedur diagnosis ini penting melihat aspirat dari Naso
Gastric Tube (NGT). Aspirat berwarna putih keruh menandakan perdarahan tidak aktif,
aspirat berwarna merah marun menandakan perdarahan masif sangat mungkin perdarahan
arteri. Seperti halnya warna feses maka warna aspiratpun dapat memprediksi mortalitas
pasien. Walaupun demikian pada sekitar 30% pasien dengan perdarahan tukak duodeni
ditemukan adanya aspirat yang jernih pada NGT
Dalam prosedur diagnostik ini perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain
laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal ginjal, gula darah, elektrolit,
golongan darah, R dada dan elektrokardiografi. Dalam prosedur diagnosis ini pemeriksaan
endoskopi merupakan gold standard. Tindakan endoskopi selain untuk diagnostik dapat
dipakai pula untuk terapi. Prosedur ini tidak perlu dilakukan segera ( bukan prosedur
emergensi), dapat dilakukan dalam kurun waktu 12 - 24 jam setelah pasien masuk dan
keadaan hemodinamik stabil. Dengan pemeriksaan endoskopi ini lebih dari 95% pasienpasien dengan hematemesis, melena atau hematemesis-melena dapat ditentukan lokasi
perdarahan dan penyebab perdarahannya. Lokasi dan sumber perdarahan
- EsofagusVarises,erosi,ulkus,tumor
- GasterErosi,ulkus,tumor,polip,angiodisplasia,Dilafeuy,varises,gastropati kongestif
- Duodenum Ulkus,erosi,tumor,divertikulitis
Pada beberapa keadaan dimana pemeriksaan endoskopi tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
dengan kontras barium (OMD) mungkin dapat membantu. Untuk pasien yang tidak mungkin
dilakukan endoskopi dapat dilakukan pemeriksaan dengan angiografi atau skintigrafi. Hasil
pemeriksaan endoskopi untuk pasien-pasien perdaahan non varises mempunyai nilai
prognostik
Penaktalaksanaan
Tindakan umum
Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC. Terhadap pasien yang stabil setelah
pemeriksaan dianggap memadai, pasien dapat segera dirawat untuk terapi lanjutan atau
persiapan endoskopi Untuk pasien-pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih agresif seperti
Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan jarum (kateter) yang besar minimal no 18. Hal
ini penting untuk keperluan transfusi. Dianjurkan pemasangan CVP Oksigen sungkup/kanula.
Bila ada gangguan A-B perlu dipasang ETT Mencatat intake dan output, harus dipasang
kateter urine Memonitor Tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan keadaan lainnya sesuai
dengan komorbid yang ada.
Bilas Lambung
Dilakukan selama periode perdarahan akut (kontroversial, karena mengganggu mekanisme
pembekuan normal. Sebagian lain meyakini lambung dapat membantu membersihkan darah
dalam lambung, membantu mendiagnosis penyebab perdarahan selama endoskopi) Bilas
lambung menggunakan 1000-2000 ml air atau normal salin steril dalam suhu kamar
dimasukan dengan menggunakan NGT. Kemudian dikeluarkan kembali dengan spuit atau
dipasang suction sampai sekresi lambung jernih. Bilas lambung pakai es tidak dianjurkan
Irigasi lambung dengan cairan normal saline levarterenol agar menimbulkan vasokontriksi.
Setelah diabsorbsi lambung, obat dikirim melalui sistem vena porta ke hepar dimana
metabolisme terjadi, sehingga reaksi sistemik dapat dicegah. Pengenceran biasanya
menggunakan 2 ampul dalam 1000 ml larutan. Pasien beresiko mengalami aspirasi lambung
karena pemasangan NGT dan peningkatan tekanan intragastrik karena darah atau cairan yang
digunakan untuk membilas. Pemantauan distensi lambung dan membaringkan pasien dengan
kepala ditinggikan penting untuk mencegah refluk isi lambung. Bila posisi tersebut
merupakan kontraindikasi, maka diganti posisi dekubitus lateral kanan memudahkan
mengalirnya isi lambung melewati pilorus.
Pemasangan nasogastric tube
Pemasangan pipa nasogastrik sebaiknya dilakukan untuk setiap perdarahan saluran cerna.
Hal ini untuk diagnostik dan pemantauan perdarahan dan mengurangi kemungkinan aspirasi.
Kecuali pada perdarahan khronik dengan hemodinamik stabil atau sudah jelas-jelas PSCB
pemasangan pipa ini tidak perlu. Bila cairan yang keluar dari pipa nasogastrik yang berwarna
cairan seperti mengandung bubuk kopi atau berwarna merah segar, berarti perdarahan aktif
masih berlangsung. Lakukan bilas lambung dengan air dengan suhu kamar sampai bersih.
Ulangi hal tersebut setiap 6- 8 jam. Meskipun sewaktu dipasang pipa nasogastrik tak keluar
darah pada aspirasi, pertahankan pipa nasogastrik tersebut 12-24 jam. Bila yang keluar cairan
empedu selama waktu tersebut, dianggap bukan PSCA/sdh berhenti
Transfusi
Tidak semua kasus PSCA perlu ditambah darah. Transfusi perlu dipertimbangkan pada
keadaan-keadaan Hemodinamik tidak stabil Perdarahan baru atau yang masih berlangsung
dengan perkiraan 1000 cc Perdarahan baru atau yang masih berlangsung dengan Hb 10 g%,
hematokrit < 30% Tanda-tanda penurunan oksigenisasi jaringan
Medikamentosa
4.( Sengstaken-Blakemore)
Ada 2 jenis tube untuk hal ini : Sengetaken-Blakemore dan Minnesota tube. Balon yang
tamponade pada tube dikembangkan untuk menghentikan perdarahan varices esofagus. Di
Indonesia pada umumnya S-B tube yang biasa dipakai. Saat ini sudah jarang di pasaran.
Pemasangan dilakukan oleh tenaga medik terlatih. Komplikasi yang fatal aspirasi dan
perforasi esofagus. Pengembangan balon seyogyanya tidak melebihi 24 jam agar esofagus
darah. Darurat I-II, dimana kebutuhan transfusi 2000 cc darah dalam8-24 jam atau 6 kantong
dalam 24 jam
Pada prinsipnya makanan tidak diberikan selama hemodinamik tidak stabil dan perdarahan
aktif masih berlangsung. Namun puasa yang berkepanjangan tidak baik untuk keutuhan
mukosa dan vili saluran cerna disamping memudahkan translokasi bakteri yang akan
menimbulkan infeksi. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair yang bertahap
ditingkatkan sesuai dengan kondisi pasien (start low, go slow)
Pendarahan saluran cerna bagian bawah
Perdarahan SCBB mempunyai angka kematian mulai dari sekitar 10% sampai 20%, dengan
pasienlanjut usia (> 60 tahun) dan pasien dengan komorbidnya. Perdarahan SCBB lebih
mungkin pada orang tua karena insiden yang lebih tinggi pada diverticulosis dan penyakit
pembuluh darah pada kelompok ini. Insiden Perdarahan SCBB lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita
Perdarahan SCBB dapat disebabkan oleh berbagai keadaan diantaranya adalah diverticulosis,
anorectal diseases, carcinomas, inflammatory bowel disease ( IBD ), dan angiodysplasias.
Perdarahan SCBB juga dapat dibagi menjadi massive bleeding, moderate bleeding, dan
occult bleeding dimana terdapat perbedaan dengan faktor predisposisi usia pasien,
manifestasi klinis, serta penyebab terjadinya perdarahan
Perdarahan saluran cerna bagian bawah menyumbang sekitar 20-33% dari episode
perdarahan saluran cerna. Walaupun secara statistik, perdarahan SCBB mempunyai frekuensi
yang lebih jarang dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Setiap tahunnya sekitar 20-27
kasus per 100.000 populasi pada negara-negara barat. Perdarahan SCBB memerlukan
perawatan di rumah sakit dan merupakan faktor morbiditas dan mortalitas di Rumah Sakit.
LGIB yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit di Amerika adalah sebesar kurangdari 1
%. Penyebab LGIB yang paling sering adalah diverticulosis yaitu sekitar 30-50%
danangiodisplasia sekitar 20-30% dari seluruh kasus. Para ahli juga mengatakan
bahwaangiodisplasia dialami lebih sering oleh pasien dengan usia lebih dari 65 tahun
Menurut penelitian yang dilakukan di RSCM, tingkat kematian karena perdarahansaluran
cerna bagian atas juga cukup tinggi hampir mencapai 26%. Penelitian yang dilakukanterakhir
di RSCM dari 4.154 endoskopi saluran cerna atau selama 5 tahun (2001-2005)didapatkan
837 kasus dengan perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran cerna bawah didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari organ
traktus gastrointestinalis yang terletak distal dari Ligamentum Treitz yang menyebabkan
ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia simptomatis. Pada umumnya perdarahan ini
(sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar per-anum/per-rektal yang bersifat akut,
transient, berhenti sendiri
Penyebab Tersering dari perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah Perdarahan divertikel
kolon, angiodisplasia, dan kolitis iskemik merupakan penyebab tersering dari saluran cerna
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik dan berulang biasanya
berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan saluran cerna
bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran cerna bagian bawah bersifat lambat, intermiten,
dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit
Divertikulosis
Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien
divertikulosis. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang-kadang bisa juga
menjadi merah. Meskipun divertikel kebanyakan ditemukan di kolon sigmoid, namun
perdarahan divertikel biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya terhenti secara
spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak ada pengobatan khusus yang
dibutuhkan oleh para pasien
Angiodisplasia
Angiodisplasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Angiodisplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan darah yang kronik.
Angiodisplasia kolon biasanya multipel, ukuran kecil kurang dari diameter <5mm dan
biasa terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah kanan. Sebagaimana halnya dengan
vaskular ektasia di saluran cerna, jejas di kolon umumnya berhubungan dengan usia lanjut,
insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi
Kolitis Iskemia
Kebanyakan kasus kolitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran darah viseral dan tidak
ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenteik. Kolitis iskemik, merupakan
bentuk yang paling umum dari cedera iskemik pada sistem pencernaan, sering melibatkan
daerah batas air (watershed ), termasuk fleksura lienalis dan rectosigmoid junction. Umunya
pasien kolitis iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang dipengaruhi juga oleh sepsis,
perdarahan akibat lain, dan dehidrasi
Iskemia menyebabkan peluruhan mukosa dan peluruhan ketebalan parsial dinding kolon,
edema, dan pendarahan. Kolitis iskemik tidak berhubungan dengan kehilangan darah yang
signifikan atau hematochezia, walaupun sakit perut dan diare berdarah adalah manifestasi
.
Penyakit Perianal
Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan
dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces. Berbeda dengan perdarahan
dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa mengancam
nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan
yang disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid
perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon.
Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Macam-macam kondisi peradangan dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian
bawah yang akut. Perdarahan jarang muncul menjadi tanda, melainkan berkembang dalam
perjalanan penyakitnya, dan penyebabnya diduga berdasarkan riwayat pasien. Kebanyakan
pendarahan berhenti secara spontan atau dengan terapi spesifik pada penyebabnya.
Penyebab infeksi meliputi Escherichia coli, tifus, sitomegalovirus, dan Clostridium difficile.
Cedera radiasi paling umum terjadi pada rectum setelah radioterapi panggul untuk prostat
atau keganasan ginekologi. Pendarahan biasanya terjadi 1 tahun setelah pengobatan radiasi,
tetapi dapat juga terjadi hingga 4 tahun kemudian
Neoplasia Kolon
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut dan
biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.
Kelainan neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD seperti
Crohn’s Disease atau celiac sprue
. Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
Kolitis dapat menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit sampai sedang. Divertikular
Meckel merupakan kelainan kongenital di ileum dapat berdarah dalam jumlah yang banyak
akibat dari mukosa yang menghasilkan asam. Pasien biasanya anak-anak dengan perdarahan
segar maupun hitam yang tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna marun
disertai rasa nyeri ditempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
dapat menimbulkan varises di ileukolon dan di anorektal yang dapat menimbulkan
perdarahan dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah yang
lebih jarang seperti fistula autoenterik, ulkus rektal soliter, dan ulkusdi caecum Perdarahan
SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia, maroon stool, melena, atau
perdarahan tersamar
manifestasi klinis
perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber perdarahan pada umumnya berasal dari anus,
rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga dapat berasal dari
usus kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif
(sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) dan masa
oropharynx, nasopharynx, abdomen, perineum, and anal canal. Semua pasien harus
diresusitasi. Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah luka bekas operasi terdahulu, adanya
masa di abdominal, lesi pada kulit dan mulut yang menunjukkan sindrom poliposis.
Perdarahan yang berasal dari hemorrhoid atau varices yang disebabkan hipertensi portal pada
pasien sirosis sebaiknya dipertimbangkan. Pemeriksaan rectum diperlukan untuk mengetahui
adanya kelainan pada anorectal, yaitu tumor, ulser, atau polip.
Perdarahan saluran cerna bawah yang massive merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Terkadang manifestasi LGIB yang massive adalah feses yang berwarna merah marun atau
merah muda yang berasal dari rectum juga muncul pada perdarahan saluran cerna bagian
atas. Penentuan lokasi sumber perdarahan adalah penting untuk memilih jenis terapi mana
yang akan dilakukan. Setelah keadaan pasien stabil baru akan dilakukan uji diagnostic yaitu
colonoscopy, Selective Visceral Angiography, dan Technetium 99m-Red Blood Cell
Scintigraphy
Colonoscopy dapat dilakukan Setelah episode perdarahan berhenti secara spontan dan tidak
didapatkan stigmata perdarahan. Colonoscopy yang harus dilakukan segera, diindikasikan
pada pasien yang telah 12 jam dirawat di rumah sakit dengan perdarahan yang telah berhenti,
telah mendapat resusitasi, disertai dengan keadaan hemodinamik yang stabil. Pada keadaan
ini colonoscopy dapat dilakukan setelah proses pembersihan kolon. Colonoscopy tidak
dilakukan pada pasien LGIB dengan massive bleeding.
Selective Visceral Angiography
Mesenteric arteriography telah banyak digunakan dalam evaluasi dan pengobatan pasien
dengan perdarahan gastrointestinal bagian bawah. Injeksi selektif radiografi kontras ke arteri
superior mesenterika atau inferior mesenterika mengidentifikasi perdarahan pada pasien
perdarahan mulai dari 0,5 ml/min atau lebih Metode ini bukan merupakan pilihan pada
pasien dengan perdarahan yang terjadi pertama kali atau perdarahan berulang yang waktunya
tidak pasti.
Pembedahan
Dilakukan jika sumber perdarahan tidak diketahui dengan studi diagnostic perioperatif dan
intraoperatif. Jika lokasi sumber perdarahan tidak dapat didiagnosis dengan endoscopy
intraoperatif dan dengan pemeriksaan, dan jika terdapat bukti perdarahan berasal dari kolon,
subtotal colectomy dilakukan dengan anastomosis iloerectal. Subtotalcolectomy adalah
pilihan yang tepat karena berhubungan dengan tingkat perdarahan berulang yang rendah dan
tingkat morbiditas (32%) dan tingkat mortalitas (19%)
Hemicolectomy
Lebih baik dilakukan daripada blind subtotal abdominal colectomy, apabila bertujuan untuk
mengetahui lokasi sumber perdarahan.
Pasien dengan riwayat perdarahan berulang dengan lokasi sumber perdarahan yang tidak
diketahui harus dilakukan elective mesenteric angiography, upper and lower endoscopy,
Meckel scan, Foto serial saluran cerna atas dengan usus halus, and enteroclysis. Pemeriksaan
seluruh bagian saluran cerna diperlukan untuk mendiagnosis lesi yang jarang dan AVM yang
tidak terdiagnosis.
Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut mengikuti protokol yang
juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Dengan langkah awal
menstabilkan hemodinamik. Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas yang hebat
juga menimbulkan darah segar di anus maka pemasangan NGT (nasogatric tube) dilakukan
pada kasus-kasus yang perdarahannya kemungkinan dari saluran cerna bagian atas
Pemeriksaan laboratorium memberikan informasi serupa dengan perdarahan saluran cerna
bagian atas meskipun azotemia jarang ditemukan pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
Pemeriksaan segera diperlukan pada kasus-kasus yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit
pack red cell
Medikamentosa
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara medikamentosa.
Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-forming agent, sitz
baths, dan menghindari mengedan. Salep yangmengandung steroid dan obat supositoria
sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan. Kombinasi estrogen dan
progesteron dapat mengurangi perdarahan yang timbul pada pasien yang menderita
angiodisplasia. IBD biasanya memberi responterhadap obat-obatan anti inflamasi. Pemberian
formalin intrarektal dapatmemperbaiki perdarahan yang timbul pada proktitis radiasi. Respon
serupa jugaterjadi pada pemberian oksigen hiperbarik
Terapi Endoskopi
Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, heater probeapplication, argon plasma
caogulation, and Nd: YAG laser bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia dan perubahan
vaskular pada kolitis radiasi.Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk melakukan ablasi dan
reseksi polip yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker
kolon.Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan ligasimaupun
teknik termal
Penyakit asam lambung meliputi erosi atau ulkus di esofagus lambung dan duodenum
merupakan penyebab yang tersering dari perdarahan samar saluran cerna dan menyebabkan
anemia defisiensi besi pada 30-70% kasus. Erosi longitudinal di dalam sakus hiatal hernia
dikenal sebagai Erosi Cameron merupakan salah satu penyebab penting (10%) dari anemia
defisiensi besi. Penyebab inflamasi yang lain termasuk IBD, celiac sprue, divertikel
Meckel,gastroenteritis eosinofilic, enteritis radiasi, ulkus kolorektal dan penyakit Whiffle.
Penyebab infeksi di Amerika Serikat, infeksi jarang menimbulkan perdarahansamar saluran
cerna namun organisme seperti cacing tambang, Mycobacteriumtuberkulosis, Amoeba dan
Ascaris dapat menimbulkan kehilangan darah kronik pada beberapa ratus juta
penduduk dunia.
Tidak ada kontraindikasi terhadap pembedahan pada pasien dengan hemodinamik yang tidak
stabil dan perdarahan yang berlangsung terus menerus. Pembedahan juga diperintahkan
walaupun pada pasien yang membutuhkan 5 unit labu transfuse atau lebih pada 24 jam dan
penentuan lokasi sumber perdarahan secara perioperatif tidak akurat. Pembedahan juga perlu
dilakukan pada pasien dengan perdarahan berulang selama dirawat di rumah sakit
Preoperatif
Tiga aspek utama yang berperan dalam penanganan perdarahan SCBB adalah perawatan
initial syok, mecari lokasi sumber perdarahan, dan rencana intervensi. Pasang NGT pada
semua pasien, aspirasi cairan yang jernih tanpa cairan empedu menyingkirkan perdarahan
yang berasal dari proximal Ligamentum Treitz. Setelah resusitasi inisial, sumber perdarahan
dapat dicari dengancara angiogram, perdarahan dapat terkontrol sementara dengan
embolisasi angiographic atauinfuse vasopressin. Segmental colectomy dilakukan 12-24 jam
kemudian.
Intervensi pembedahan yang diperlukan memiliki persentase yang kecil pada
kasusperdarahan SCBB. Pilihan dilakukanyya tindakan bedah tergantung dari sumber
perdarahan yang telah diidentifikasi pada saat preoperative sebelumnya. Setelah itu baru
dapat dilakukan segmental colectomy
Jika sumber perdarahan tidak diketahui, dilakuakan endoscopy saluran cerna bagian atas.
Jika tidak berhasil lakukan intraoperative pan-intestinal endoscopy dan jika gagal,
lakukansubtotal colectomy dengan end ileostomy
Hipotensi dan syok biasanya terjadi akibat kehilangan darah, tetapi tergantung daritingkat
perdarahan dan respon pasien. Syok dapat mempresipitasi infark miokard, kelainan
cerecrovaskular, gagal ginjal dan gagal hati. Azotemia biasanya muncul pada pasien dengan
perdarahan saluran cerna
Komplikasi pembedahan
Komplikasi dini postoperative yang paling sering adalah perdarahan intra abdomina dan
anastomose, ileus, obstruksi usus halus mekanik, sepsis intraabdominal, peritonitis local
dandiffuse, infeksi luka operasi, Clostridium difficile colitis, pneumonia, retensi urin, infeksi
saluran kemih, deep vein thrombosis, dan emboli paru. Sedangkan komplikasi lanjut
biasanya muncul lebih dari 1 minggu setelah operasi, yaitu sriktur anastomosis, hernia
insisional, dan incontinens
Prognosis
Identifikasi letak pendarahan adalah langkah awal yang paling penting dalam pengobatan.
Setelah letak perdarahan terlokalisir, pilihan pengobatan dibuat secara langsung dan kuratif.
Meskipun metode diagnostik untuk menentukan letak perdarahan yang tepat telah sangat
meningkat dalam tiga dekade terakhir, 10-20% dari pasien dengan perdarahan saluran cerna
bagian bawah tidak dapat dibuktikan sumber pendarahannya. Oleh karena itu, masalah yang
kompleks ini membutuhkan evaluasi yang sistematis dan teratur untuk mengurangi
persentase kasus perdarahan saluran cerna yang tidak terdiagnosis dan tidak terobati
Peptic ulcer
Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan NSAIDs dan
test H.Pylori negatif
Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori positif
tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs
Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal ligationrelated ulcers