Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL ILMIAH

POTENSI SENYAWA KOMPLEKS Pb(II)-HEPTILMETILDITIOKARBAMAT


SEBAGAI ANTI TUBERKULOSIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Koordinasi

Oleh :

Nama : Nur Hidayah


NIM : 4311413009
Jurusan/Prodi : Kimia
Rombel : 01

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
POTENSI SENYAWA KOMPLEKS Pb(II)-HEPTILMETILDITIOKARBAMAT
SEBAGAI ANTI TUBERKULOSIS
Nur Hidayah, 4311413009
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati
penyakit tuberkulosis yaitu dengan mensintesis senyawa yang mampu memecah
kompleks pada bakteri tersebut. Senyawa kompleks dari ion logam Pb(II) dengan
heptilmetilditiokarbamat dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebabnya.
Senyawa kompleks tersebut dapat disintesis dengan mereaksikan N-heptilmetilamin,
karbondisulfida, dan ion logam menggunakan metode in situ. Karakterisasi dapat
dilakukan dengan menggunakan melting point Electrothermal, konduktometer,
spektrofotometer Uv-Vis, dan spektrofotometer FTIR. Senyawa kompleks Pb(II)-
heptilmetilditiokarbamat ini efektif sebagai anti tuberkulosis melalui ligan ditiokarbamat
yang digunakan sebagai mobilisator logam untuk membentuk ikatan dengan asam
mikolat pada bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dengan mengubah struktur dari asam
mikolat, maka daya tahan bakteri tersebut akan semakin menurun sehingga menjadikan
senyawa kompleks tersebut berpotensi sebagai anti tuberkulosis.
Keywords : kompleks, Mycobacterium tuberculosis , antituberkulosis.

PENDAHULUAN
Dalam kelangsungan hidup manusia sering terjadi interaksi antara manusia satu
dengan manusia lainnya. Tidak menutup kemungkinan timbulnya berbagai penyakit
yang disebabkan oleh banyak faktor. Banyak penyakit yang disebabkan oleh faktor
genetik dan ada pula yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor
penyebab penyakit dari lingkungan adalah infeksi bakteri.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam
mikolat, lilin kompleks, trehalosa dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan
dalam virulensi (PDPI, 2006).
Secara struktural, asam mikolat yang terkandung dalam dinding sel bakteri
Mycobacterium tuberculosis terdiri dari rantai asam lemak panjang yang memiliki
berbagai macam gugus fungsi, yaitu ikatan rangkap, keto, ester, etoksi, metoksi, dan
cincin siklopropana. Asam lemak ini merupakan salah satu faktor terpenting terhadap
ketahanan bakteri (Souza, 2008).
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini sangat berbahaya karena bisa
menular melalui udara. Bakteri yang menyerang manusia biasanya melalui udara yang
tercemar bakteri tuberkulosis, melalui hirupan nafas dan masuk ke dalam paru-paru
melalui bronkus dan menyebar di dalam paru dalam waktu lama (Girsang, 2012).
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit tuberkulosis yaitu
dengan mensintesis senyawa yang mampu memecah kompleks pada bakteri sehingga
bisa dihambat pertumbuhannya, bahkan mematikan sel-sel bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dalam hal ini, kimia koordinasi berperan di dalamnya dan kini telah
berkembang pesat terutama dalam sintesis senyawa kompleks serta aplikasinya dalam
bidang kesehatan. Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu
tahapan-tahapan reaksi dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-
beda. Senyawa kompleks yang diperoleh baik berupa hasil alam ataupun buatan
memiliki peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain dalam bidang
industri kimia, industri farmasi, bidang kesehatan dan analisis kimia (Mitarilyanti, 2007).
Ditiokarbamat merupakan ligan pengkelat yang berkoordinasi melalui kedua atom
sulfurnya. Ditiokarbamat sebagai mono anion ligan pengkelat yang membentuk
kompleks stabil dengan semua unsur transisi. Kompleks dengan mudah dibuat dari
amina dan tergantung pada sifat kation dapat menunjukkan kelarutan yang baik dalam
air atau pelarut organik (Hogarth, 2012).
Pearson (1963) mengatakan bahwa logam transisi seperti besi(II), kobal(II),
nikel(II) dan timbal(II) bersifat asam menengah, sedangkan ditiokarbamat merupakan
basa lunak. Ditinjau dari sifat ini, logam dan ligan ditiokarbamat bisa membentuk
kompleks yang berbeda dari sifat aslinya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, sudah lebih dari dua ratus senyawa
ditiokarbamat baru telah berhasil disintesis dan hampir lima puluh senyawa hasil sintesis
berhasil diketahui strukturnya. Disamping itu, uji aktivitas seperti antimikroba, antikanker,
dan antioksidan juga dilakukan terhadap sebagian besar kompleks ditiokarbamat yang
telah disintesis (Awang dkk, 2006).
Oleh karena itu, penambahan kompleks logam dengan ditiokarbamat mempunyai
peranan untuk mengubah struktur kompleks asam mikolat pada bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dalam hal ini dilakukan pengkompleksan ditiokarbamat dengan logam
Pb(II). Selanjutnya diuji aktifitasnya sebagai anti bakteri Mycobacterium tuberculosis
dalam mengurangi daya tahan sel bakteri yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
obat anti tuberkulosis.

ISI DAN PEMBAHASAN


Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit tuberkulosis yaitu
dengan mensintesis senyawa yang mampu memecah kompleks pada bakteri
Mycobacterium tuberculosis sehingga bisa dihambat pertumbuhannya, bahkan
mematikan sel-sel bakteri. Kimia koordinasi berperan penting di dalamnya, terutama
dalam sintesis senyawa kompleks dan aplikasinya dalam bidang kesehatan. Berikut ini
salah satu senyawa kompleks yang berpotensi sebagai anti tuberkulosis yaitu Pb(II)
dengan Heptilmetilditiokarbamat.
A. Penyakit Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis sering menyerang daerah
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Menurut Girsang (2012), klasifikasi ilmiah dari bakteri Mycobacterium
tuberculosis adalah :
Divisio : Mycobacteria
Class : Actinomycetes
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (Dwija, 2012)


Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6 mm dan
panjang 1-4 mm. Dinding Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari
lapisan lemak cukup tinggi (60%) dan penyusun utama dinding sel Mycobacterium
tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks, trehalosa dimikolat yang disebut cord
factor, dan mycobacterial sulfolipids.
Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60-C90) yang
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan
oleh jembatan fosfodiester. Secara struktural, asam mikolat terdiri dari rantai asam
lemak panjang yang memiliki berbagai macam gugus fungsi, yaitu ikatan rangkap,
keto, ester, etoksi, metoksi, dan cincin siklopropana. Berikut ini pada Gambar 2
menunjukkan senyawa komponen utama dari sel Mycobacterium tuberculosis
sebagai berikut :

Gambar 2. Senyawa Komponen Utama Sel Mycobacterium tuberculosis

Asam mikolat pada dinding sel Mycobacterium tuberculosis memiliki tiga tipe
struktur. Ketiga struktur asam mikolat ini yaitu 𝛼-asam mikolat, metoksi-asam mikolat,
dan keto-asam mikolat. Perbedaan setiap tipe yaitu panjang gugus alkil dan jumlah
gugus metilen pada cincin siklopropana dan gugus karboksil (Takayama dkk, 2005).
Berikut ini terdapat stuktur asam mikolat pada Mycobacterium tuberculosis :

Gambar 3. Stuktur Asam Mikolat pada Mycobacterium tuberculosis


B. Senyawa Kompleks
Kompleks adalah senyawa yang terdiri dari kation logam utama atau logam
transisi sebagai atom pusat yang berikatan dengan molekul atau anion yang disebut
sebagai ligan (Fitriana, 2012).
Ligan dapat dengan baik diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat
kepada ion logam. Ligan-ligan sederhana seperti ion halida atau molekul-molekul H2O
atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu
titik oleh penyumbangan satu pasangan elektron. Namun, bila molekul atau ion ligan
itu mempunyai dua atom yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron
bebas, maka molekul ini mempunyai dua atom penyumbang, dan bisa membentuk
dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama. Ligan seperti ini disebut bidentat.
Ligan multidentat memiliki lebih dari dua atom koordinasi per molekul (Firdaus, 2009).
Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid
and Base (HSAB). Pengkompleksan logam dengan ligan ditiokarbamat juga tidak
lepas dari prinsip HSAB. Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan
berukuran kecil merupakan basa keras, sedangkan ligan-ligan dengan atom yang
elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa
lunak.
Ditiokarbamat merupakan ligan pengkelat yang berkoordinasi melalui kedua
atom sulfurnya dan merupakan senyawa yang diketahui membentuk ikatan secara
kuat dan selektif dengan banyak ion logam, khususnya dengan ion logam transisi.
Ligan ditiokarbamat membentuk kelat dengan semua ion logam transisi melalui dua
atom sulfurnya (Nabipour dkk, 2010).
Pearson (1963) mengatakan bahwa logam transisi seperti besi(II), kobal(II),
nikel(II) dan timbal(II) bersifat asam menengah, sedangkan ditiokarbamat merupakan
basa lunak. Dikatakan bahwa logam timbal(II) bersifat asam menengah, sedangkan
ditiokarbamat merupakan basa lunak. Dari sifat ini maka logam Pb(II) dan ligan
ditiokarbamat bisa membentuk kompleks yang berbeda dari sifat aslinya.

C. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat


Sintesis Kompleks Pb(Ii) dengan Heptilmetilditiokarbamat :

Senyawa kompleks dari ion logam Pb(II) dengan heptilmetilditiokarbamat dapat


disintesis dengan mereaksikan N-heptilmetilamin, karbondisulfida, dan ion logam
menggunakan metode in situ.
1. Pembuatan Ligan Heptilmetilditiokarbamat
Sebanyak 0,6840 gram (6 mmol) heptilmetil dimasukkan ke dalam gelas
kimia 50 mL kemudian ditambahkan dengan 10 mL metanol p.a, kemudian diaduk
secara perlahan-lahan dalam air dingin. Kemudian, larutan CS2 sebanyak 0,36 mL
(6 mmol) dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL yang berisi 10 mL metanol p.a.
Larutan CS2 dimasukkan ke dalam larutan heptilmetil kemudian diaduk secara
perlahan-lahan selama 15 menit pada suhu 15°C.
2. Sintesis Senyawa Kompleks
Sebanyak 0,666 gram serbuk Pb(NO3)2 (2 mmol) dimasukkan ke dalam
gelas kimia 50 mL kemudian dilarutkan dengan metanol p.a sebanyak 10 mL.
Setelah itu, larutan ligan yang terbentuk kemudian ditambahkan dengan larutan
logam dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 30 menit. Kemudian
didiamkan sampai terbentuk endapan. Setelah endapan terbentuk, disaring
dengan kertas saring whatman sehingga endapan terpisah dengan filtrat. Endapan
kemudian direkristalisasi dengan menggunakan etanol. Kristal yang diperoleh
dikeringkan di dalam desikator selama beberapa hari, kemudian ditimbang dan
dianalisis.
Karakterisasi Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat :
Karakterisasi yang dilakukan pada Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat
meliputi :
1. Penentuan Titik Leleh
Titik leleh dapat memberikan indikasi kestabilan kompleks yang terbentuk.
Semakin kuat ikatan antara logam dengan ligan, maka titik lelehnya akan
semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Kestabilan kompleks ini disebabkan oleh
ukuran ion logam dari setiap senyawa kompleks. Semakin besar ukuran ion
logamnya, maka ikatan yang terbentuk semakin lemah sehingga titik lelehnya
pun semakin rendah (Candra dan Setiawan, 2008).
2. Analisis Konduktivitas
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu senyawa untuk menghantarkan
listrik. Suatu senyawa bisa menghantarkan listrik (elektrolit) karena perbedaan
muatan.
3. Analisis UV-Vis
Analisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan untuk
mengetahui transisi elektron yang terjadi pada molekul dari orbital yang berenergi
rendah ke energi yang lebih tinggi dengan mengukur absorbsi cahaya pada
panjang gelombang tertentu. Pada spektrum UV-Vis senyawa ditiokarbamat
biasanya muncul 2 puncak serapan utama memperlihatkan bahwa dalam
kompleks terjadi interaksi tolakan antar elektron.
4. Analisis FT-IR
Tujuan analisis dengan menggunakan FT-IR adalah untuk menganalisis gugus-
gugus fungsi yang ada pada suatu senyawa dan menganalisis adanya interaksi
yang terjadi antara logam dengan ligan, serta untuk mengetahui logam terikat
pada gugus tertentu. Ligan heptilmetilditiokarbamat memiliki dua atom S yang
masing-masing mempunyai satu pasangan elektron bebas, maka
memungkinkan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam yang
sama. Ligan ini disebut bidentat. Pada spektrum hasil FT-IR terdapat serapan
pada panjang gelombang yang dihasilkan. Serapan ini muncul sebagai serapan
tunggal yang menunjukkan pengkoordinasian ligan heptilmetilditiokarbamat
secara bidentat dengan logamnya (Setiawan, 2011).

D. Pembentukan Senyawa Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat


Berdasarkan spektrum hasil UV-Vis dan FTIR, senyawa-senyawa kompleks yang
telah disintesis diperkirakan memiliki struktur sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat

Berdasarkan struktur di atas, ditiokarbamat ditemukan bereaksi sebagai ligan


bidentat dan melakukan koordinasi dengan logam Pb(II) melalui kedua atom
sulfurnya dan kedua kompleks logam transisi yang terkoordinasi tetra dan heksa.
Sejumlah besar senyawa ditiokarbamat diketahui terikat dengan CS2 dalam pola
koordinasi.
E. Potensi Senyawa Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat Sebagai
Anti Tuberkulosis
Uji terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dapat dilakukan selama 6
minggu, dimana bakteri tersebut mempunyai masa pertumbuhan selama 6 minggu.
Kemampuan suatu senyawa digunakan sebagai anti tuberkulosis bergantung
pada kemampuan memecah atau mengubah struktur penyusun asam mikolat pada
dinding sel bakteri. Jika logam Pb(II) di diuji aktivitasnya pada bakteri Mycobacterium
tuberculosis, maka diketahui bahwa logam tersebut (bukan dalam bentuk kompleks)
tidak bisa digunakan sebagai anti tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena logam
hanya dimanfaatkan oleh bakteri sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.
Pada struktur asam mikolat, logam dapat terikat pada atom O gugus hidroksil
dan memiliki ikatan koordinasi membentuk kelat dengan atom O gugus karbonil.
Dalam hal ini, ligan ditiokarbamat digunakan sebagai mobilisator logam untuk
membentuk ikatan dengan asam mikolat pada bakteri. Dengan mengubah struktur
dari asam mikolat, maka daya tahan bakteri akan semakin menurun. Pada Gambar 5
terlihat bahwa logam membentuk kelat pada gugus aktif asam mikolat :

Gambar 5. Logam Membentuk Kelat Pada Gugus Aktif Asam Mikolat

Oleh karena itu, Senyawa Kompleks Pb(II) dengan Heptilmetilditiokarbamat dapat


dikatakan sebagai anti tuberkulosis karena kemampuannya mengubah struktur dari
asam mikolat sehingga menyebabkan daya tahan bakteri akan semakin menurun.

PENUTUP
1. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang senyawa kompleks Pb(II) dengan ligan
heptilmetilditiokarbamat, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks Pb(II)-
heptilmetilditiokarbamat dapat dibuat dengan cara penambahan kompleks logam
Pb(II) dengan ditiokarbamat sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan
mempunyai peranan untuk mengubah struktur kompleks asam mikolat pada bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Jika diuji pada bakteri tersebut, maka senyawa
kompleks Pb(II) dengan ligan heptilmetilditiokarbamat dapat digunakan sebagai
antibakteri Mycobacterium tuberculosis karena dalam hal ini ligan ditiokarbamat
digunakan sebagai mobilisator logam untuk membentuk ikatan dengan asam mikolat
pada bakteri. Dengan mengubah struktur dari asam mikolat, maka daya tahan bakteri
akan semakin menurun yang menjadikannya berpotensi sebagai anti tuberkulosis.

2. SARAN
Saran untuk pembahasan selanjutnya, agar bisa dikaji senyawa kompleks lain
yang berpotensi sebagai anti tuberkulosis. Selain itu, perlunya pengujian terhadap
senyawa kompleks tersebut dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
instrumen lain untuk lebih mengetahui struktur kompleks yang terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Awang, N., Baba, I., dan Yamin, BM., 2006, Sintesis dan Pencirian Sebatiansek-
butilpropil-ditiokarbamat daripada Logam Zink(II), Kadmium(II), dan Stibium (III).
Pusat Pengajian Sains Kimia dan Teknologi Makanan Fakulti Sains dan Teknologi
Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor.
Candra, N., Setiawan, E., 2008, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks dari Ion
Logam Cu2+ dengan Ligan Isokuinolin dan Ion Kompleks [Co(SCN)6]4-, Jurusan
Kimia FMIPA, Universitas Negeri Malang.
Dwija, 2012, Mycobacterium tuberculosis Sebagai Penyebab Penyakit Tuberkulosis. UI
Press.
Firdaus, 2009. Senyawa Kompleks. Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Fitriana, A., 2012, Senyawa Koordinasi (Senyawa Kompleks). Universitas Indonesia
Girsang, M., 2012, Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal
Sifat-Sifat Pertumbuhannya Di Laboratorium, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.
Hogarth G., 2012, Metal Dithiocarbamate Complexes: Chemistry and Biological Activity,
Department of Chemistry, University College London.
Mitarilyanti, 2007, Studi Laju dan Mekanisme Reaksi terhadap Kompetisi Ligan
Campuran pada Ion Logam Besi(II). Universitas Lampung.
Nabipour, H., Ghammamy, S., Ashuri, S., Aghbolagh, Z.S., Synthesis of A New
Dithiocarbamate Compound and Study of Its Biological Properties, Org. Chem. J.,
2: 75-80.
Pearson, R.G., 1963, Hard and Soft Acid and Bases, J. American Chem. Soc.,85(22):
3533-3538.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006, Tuberkulosis Pedoman, Penanganan dan
Penatalaksanaan Di Indonesia.
Setiawan, D., 2011. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Radiolantanida
Lutesium 177 Di-N-Dibutilditiokarbamat sebagai radioperunut di Industri. Jurnal
Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, 12(1): 27-38.
Souza, M.P.N., Ferreira, M.L., Pinheiro, A.C., Saraiva, M.F., Almeida, M.V., Valle, M.S.,
2008. Synthesis and Biological Aspects of Mycolic Acids: An Important Target
Against, Mycobacterium tuberculosis. The Scientific World Jurnal, 8.
Takayama, K., Wang, C., Besra, G.S., 2005. Pathway to Synthesis and Processing of
Mycolic Acid in Mycobacterium tuberculosis, Clin. Microbiol. Rev.,18(1).

Anda mungkin juga menyukai