Oleh :
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam kelangsungan hidup manusia sering terjadi interaksi antara manusia satu
dengan manusia lainnya. Tidak menutup kemungkinan timbulnya berbagai penyakit
yang disebabkan oleh banyak faktor. Banyak penyakit yang disebabkan oleh faktor
genetik dan ada pula yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor
penyebab penyakit dari lingkungan adalah infeksi bakteri.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam
mikolat, lilin kompleks, trehalosa dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan
dalam virulensi (PDPI, 2006).
Secara struktural, asam mikolat yang terkandung dalam dinding sel bakteri
Mycobacterium tuberculosis terdiri dari rantai asam lemak panjang yang memiliki
berbagai macam gugus fungsi, yaitu ikatan rangkap, keto, ester, etoksi, metoksi, dan
cincin siklopropana. Asam lemak ini merupakan salah satu faktor terpenting terhadap
ketahanan bakteri (Souza, 2008).
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini sangat berbahaya karena bisa
menular melalui udara. Bakteri yang menyerang manusia biasanya melalui udara yang
tercemar bakteri tuberkulosis, melalui hirupan nafas dan masuk ke dalam paru-paru
melalui bronkus dan menyebar di dalam paru dalam waktu lama (Girsang, 2012).
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit tuberkulosis yaitu
dengan mensintesis senyawa yang mampu memecah kompleks pada bakteri sehingga
bisa dihambat pertumbuhannya, bahkan mematikan sel-sel bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dalam hal ini, kimia koordinasi berperan di dalamnya dan kini telah
berkembang pesat terutama dalam sintesis senyawa kompleks serta aplikasinya dalam
bidang kesehatan. Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu
tahapan-tahapan reaksi dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-
beda. Senyawa kompleks yang diperoleh baik berupa hasil alam ataupun buatan
memiliki peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain dalam bidang
industri kimia, industri farmasi, bidang kesehatan dan analisis kimia (Mitarilyanti, 2007).
Ditiokarbamat merupakan ligan pengkelat yang berkoordinasi melalui kedua atom
sulfurnya. Ditiokarbamat sebagai mono anion ligan pengkelat yang membentuk
kompleks stabil dengan semua unsur transisi. Kompleks dengan mudah dibuat dari
amina dan tergantung pada sifat kation dapat menunjukkan kelarutan yang baik dalam
air atau pelarut organik (Hogarth, 2012).
Pearson (1963) mengatakan bahwa logam transisi seperti besi(II), kobal(II),
nikel(II) dan timbal(II) bersifat asam menengah, sedangkan ditiokarbamat merupakan
basa lunak. Ditinjau dari sifat ini, logam dan ligan ditiokarbamat bisa membentuk
kompleks yang berbeda dari sifat aslinya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, sudah lebih dari dua ratus senyawa
ditiokarbamat baru telah berhasil disintesis dan hampir lima puluh senyawa hasil sintesis
berhasil diketahui strukturnya. Disamping itu, uji aktivitas seperti antimikroba, antikanker,
dan antioksidan juga dilakukan terhadap sebagian besar kompleks ditiokarbamat yang
telah disintesis (Awang dkk, 2006).
Oleh karena itu, penambahan kompleks logam dengan ditiokarbamat mempunyai
peranan untuk mengubah struktur kompleks asam mikolat pada bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dalam hal ini dilakukan pengkompleksan ditiokarbamat dengan logam
Pb(II). Selanjutnya diuji aktifitasnya sebagai anti bakteri Mycobacterium tuberculosis
dalam mengurangi daya tahan sel bakteri yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
obat anti tuberkulosis.
Asam mikolat pada dinding sel Mycobacterium tuberculosis memiliki tiga tipe
struktur. Ketiga struktur asam mikolat ini yaitu 𝛼-asam mikolat, metoksi-asam mikolat,
dan keto-asam mikolat. Perbedaan setiap tipe yaitu panjang gugus alkil dan jumlah
gugus metilen pada cincin siklopropana dan gugus karboksil (Takayama dkk, 2005).
Berikut ini terdapat stuktur asam mikolat pada Mycobacterium tuberculosis :
PENUTUP
1. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang senyawa kompleks Pb(II) dengan ligan
heptilmetilditiokarbamat, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks Pb(II)-
heptilmetilditiokarbamat dapat dibuat dengan cara penambahan kompleks logam
Pb(II) dengan ditiokarbamat sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan
mempunyai peranan untuk mengubah struktur kompleks asam mikolat pada bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Jika diuji pada bakteri tersebut, maka senyawa
kompleks Pb(II) dengan ligan heptilmetilditiokarbamat dapat digunakan sebagai
antibakteri Mycobacterium tuberculosis karena dalam hal ini ligan ditiokarbamat
digunakan sebagai mobilisator logam untuk membentuk ikatan dengan asam mikolat
pada bakteri. Dengan mengubah struktur dari asam mikolat, maka daya tahan bakteri
akan semakin menurun yang menjadikannya berpotensi sebagai anti tuberkulosis.
2. SARAN
Saran untuk pembahasan selanjutnya, agar bisa dikaji senyawa kompleks lain
yang berpotensi sebagai anti tuberkulosis. Selain itu, perlunya pengujian terhadap
senyawa kompleks tersebut dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
instrumen lain untuk lebih mengetahui struktur kompleks yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Awang, N., Baba, I., dan Yamin, BM., 2006, Sintesis dan Pencirian Sebatiansek-
butilpropil-ditiokarbamat daripada Logam Zink(II), Kadmium(II), dan Stibium (III).
Pusat Pengajian Sains Kimia dan Teknologi Makanan Fakulti Sains dan Teknologi
Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor.
Candra, N., Setiawan, E., 2008, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks dari Ion
Logam Cu2+ dengan Ligan Isokuinolin dan Ion Kompleks [Co(SCN)6]4-, Jurusan
Kimia FMIPA, Universitas Negeri Malang.
Dwija, 2012, Mycobacterium tuberculosis Sebagai Penyebab Penyakit Tuberkulosis. UI
Press.
Firdaus, 2009. Senyawa Kompleks. Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Fitriana, A., 2012, Senyawa Koordinasi (Senyawa Kompleks). Universitas Indonesia
Girsang, M., 2012, Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal
Sifat-Sifat Pertumbuhannya Di Laboratorium, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.
Hogarth G., 2012, Metal Dithiocarbamate Complexes: Chemistry and Biological Activity,
Department of Chemistry, University College London.
Mitarilyanti, 2007, Studi Laju dan Mekanisme Reaksi terhadap Kompetisi Ligan
Campuran pada Ion Logam Besi(II). Universitas Lampung.
Nabipour, H., Ghammamy, S., Ashuri, S., Aghbolagh, Z.S., Synthesis of A New
Dithiocarbamate Compound and Study of Its Biological Properties, Org. Chem. J.,
2: 75-80.
Pearson, R.G., 1963, Hard and Soft Acid and Bases, J. American Chem. Soc.,85(22):
3533-3538.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006, Tuberkulosis Pedoman, Penanganan dan
Penatalaksanaan Di Indonesia.
Setiawan, D., 2011. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Radiolantanida
Lutesium 177 Di-N-Dibutilditiokarbamat sebagai radioperunut di Industri. Jurnal
Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, 12(1): 27-38.
Souza, M.P.N., Ferreira, M.L., Pinheiro, A.C., Saraiva, M.F., Almeida, M.V., Valle, M.S.,
2008. Synthesis and Biological Aspects of Mycolic Acids: An Important Target
Against, Mycobacterium tuberculosis. The Scientific World Jurnal, 8.
Takayama, K., Wang, C., Besra, G.S., 2005. Pathway to Synthesis and Processing of
Mycolic Acid in Mycobacterium tuberculosis, Clin. Microbiol. Rev.,18(1).