Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam
endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium disebut adenomiosis, bila brada di luar uterus disebut endometriosis. Pembagian
ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis
berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan
mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile
(Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita
yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum,
tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjarkelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah

menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari
10 cm. (Rayburn, F. William.2001)
Endometriosis adalah suatu kelainan di mana adanya jaringan rahim (endometrium) yang
berada di luar dari rahim. Lokasi endometriosis tersering adalah pada organ-organ di dalam
rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium) dan lapisan yang melapisi rongga
abdomen (peritoneum).
1.2 Klasifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
a. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
Adenomiosis.
b. Endometriosis Eksterna,

yaitu endometriosis di luar

uterus,

lazim

disebut

true endometriosis
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk
suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:
- Karsinoma ovarium.

- Metastasis di kavum Douglas.


- Mioma multiple.
- Karsinoma rectum.
e. Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
( Baziad,Ali dkk.1993)
1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain :
a. Wanita usia produktif (15-44 tahun)
b. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
c. Menstruasi yang lama (>7 hari)
d. Spootting sebelum menstruasi
e. Peningkatan jumlah esterogen dalam darah
f. Keturunan : memiliki Ibu yang menderita penyakit yang sama
g. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
h. Terpapar toksin dari lingkungan
i. Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengelolaan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
1.4 Tanda dan Gejala
1. Gejala- Gejala
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang
haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika
kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya
berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita
endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala
dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam
sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista
endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan
peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang
konstan dengan intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
b. Dispareunia

Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya


endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada
60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi
menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek
Llewellyn.2001)
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik
khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis
ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas
dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan
terfiksasi. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
2. Tanda
Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang
asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan
speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada

harus dilakukan

pemeriksaan biopsy. (Rayburn, F. William.2001)


1.5 Komplikasi
Faktor-faktor resiko untuk endometriosis :
a. Infertilitas : Komplikasi ini terjadi karena adanya jaringan endometrium yang tumbuh
dan menutupi tuba falopi sehingga menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.
Diperkirakan ada sekitar 30-50 persen pengidap endometriosis yang mengalaminya.
Dokter biasanya akan menganjurkan pengidap endometriosis tingkat ringan sampai
menengah untuk memiliki anak secepatnya sebelum kondisi mereka makin parah.

b. Adhesi : Jaringan adhesi terbentuk ketika tubuh telah mengalami iritasi atau cedera.
Jaringan adhesi menghubungkan organ-organ tubuh yang secara normal tidak terkait.
Adhesi dapat menyebabkan organ-organ dalam tubuh saling menempel sehingga
mengganggu kinerja organ dan menyebabkan sakit yang luar biasa jika pengidap
bergerak.
c. Kista ovarium : Komplikasi ini dapat terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di
dalam atau di dekat ovarium.
d. Kanker ovarium : Walau terhitung jarang, pengidap endometriosis memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker ini.

1.6 Patologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki Ibu tau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hiperminorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gagngguan sekresi estrogen dan
progesteron yang mmenyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
denagn peningkatan kadar esterogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut menghasilkan makrofag
yang menyebabkan respon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel
abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnornal.
Jaringan yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial . fragmen
endometrial tersebut dilemparkan dari infendibulum tuba fallopi menuju ke ovarium yang
akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam
rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial in dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memilik kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterina ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat esterogen dan

progesteron lebih rendah atau berkurang , jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstrusi (dysminorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvisakan
menyebabkan adhesi/ perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis, tetapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK, dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan
uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan
ujung-ujung fimbrae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista
ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara
yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan
laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi
pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis. Kadar
antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis. (Rayburn, F.
William.2001)
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
1. Uji serum
a. CA-125 : sensitifitas atau spesifitas berkurang
b. Protein plasenta 14 : mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial : sensitifitas dan spesifitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Pembedahan : Laparoskopi dan eksisi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis
yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per
laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis
yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi
sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan
diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.
Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam,

ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap


pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi
b.

adalah 70,8%.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa

gambaran yang spesifik untuk endometriosis.


c.
MRI : 90 % sensitif dan 98% spesifik
1.8 Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi.
a. Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana
bermacam-macam

tingkat

sumbatan

pada

aliran

haid

harus

dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada


rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus
diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih
mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.( Moore, Hacker.2001)
Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah
pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis
memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium
dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan
ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang
baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau
kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan
rongga panggul.(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b. Observasi
Pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang
ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai
menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam

masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
c. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak
terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis.
Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena
transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan
perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone
yang

secara langsung dapat menyebabkan

atrofi

jaringan endomeetriosis.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
d. Pembedahan : Laparoscopy, ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi
(pengangkatan rahim)
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang
ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan
untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita
dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
(Wiknjosastro, hanifa.2007)
e. Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro,
hanifa.2007.)
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA WANITA DENGAN INDOMETRIOSIS


2.1 Pengkajian
A. Data demografi
Nama , tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga negara, bahasa
yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan
dengan klien.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan
kayu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan
sampah perkotaan.
C. Riwayat kesehatan sekarang
- Dysmenore primer ataupun sekunder
- Nyeri saat latihan fisik
- Dispareun
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
- Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
- Hipermenorea
- Menoragia
- Feces berdarah
- Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
- Konstipasi, diare, kolik
D. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
E. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
F. Pemeriksaan Fisik
a) Istirahat / Aktivitas
Tanda : Keletihan, aktivitas berkurang
b) Sirkulasi
Gejala : Peningkatan suhu tubuh, Kekurangan zat besi
Tanda : Demam, anemia, polimenorrage dan hipermenorrhea
c) Eliminasi
Tanda :Diare mungkin ada, Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik
ileus.

d) Makanan / Cairan
Tanda : Mual, muntah, Diare, Hilang napsu makan
e) Integritas Ego
Gejala : stressor dalam kehidupan sehari-hari
Tanda : stress/takut tentang dugaan infertilitas
f) Nyeri/Kenyamanan
Tanda : Nyeri perut bawah dan dekat paha, Nyeri hebat pada saat melakukan
hubungan seksual, Nyeri waktu defekasi, Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri
tekan, Nyeri/kekakuan abdomen.
g) Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik)
h) Keamanan
Tanda : Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24
jam pascapartum, Demam ringan, Menggigil, Infeksi sebelumnya, Pemajanan
lingkungan.
i) Seksualitas
Gejala : Disparenoe, Riwayat polimenorrhea, hipermenorrhea
Tanda : Perubahan pola seksualitas / keintiman

j) Interaksi sosial
Tanda : Status sosio ekonomi rendah.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada endometriosis adalah :
1.

Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat


menstruasi

2.

Gangguan pola seksual berhubungan dengan disparenoe.

3.

Ansietas berhubungan dengan infertile

4.

Keletihan berhubungan dengan defisiensi zat besi.

2.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis
saat menstruasi
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, nyeri klien akan berkurang
Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang

Klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit,
keringat berkurang

Intervensi :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan /
keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi,
relaksasi, distraksi, massage.
Rasional : tindakan ini diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan.
c. Kolaborasi pemberian analgetik (ibuprofen, naproksen, ponstan) dan midol
Rasional : analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol
sebagai relaksan uterus
2. Gangguan pola seksual berhubungan dengan disparenoe.
Tujuan : klien dapat melakukan hubungan seksual dengan nyeri terantisipasi
Kriteria Hasil : Penurunan skala nyeri kurang dari 5 dari rentang 1-10
Intervensi :
a. Kaji informasi klien saat ini dan biarkan klien menggambarkan masalah dalam
kata-kata sendiri.
Rasional : menentukan tingkat pengetahuan, apa yang dirasakan klien, yang
menjadi kebutuhannya.
b. Anjurkan untuk dialog diantara pasangan.
Rasional : menghindari terjadinya kesalahpahaman dan menimbulkan rasa
perhatian kepada klien.
c. Selesaikan masalah, pilihan posisi untuk koitus
Rasional : meminimalkan ketidaknyamanan dapat meningkatkan kepuasan.
d. Berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan/mendiskusikan perhatian dari
orang terdekat.

Rasional : diperlukan informasi atau konseling mengenai alternative tertentu


dalam melakukan aktivitas seksual
3. Ansietas berhubungan dengan infertilite.
Tujuan : Ansietas pasien berkurang
Kriteria Hasil :
-

Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol


cemas

Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Intervensi :
a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.
Rasional : pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi
baru yang berhubungan dengan perubahan pada gambaran diri. Pemahaman ini
dapat memudahkan perawat dalam memilih intervensi yang tepat.
b. Akui rasa takut/masalah klien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : dukungan memampukan klien mulai membuka/menerima keadaannya
c. Terima penyangkalan klien tetapi jangan dikuatkan
Rasional : bila penyangkalan ansietas mempengaruhi kehidupannya, maka perlu
dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya
d. Rujuk pada psikiatri, penasihat agama
Rasional : dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kontrol dan
mengatasi episode untuk menerima keadaannya.
4. Keletihan berhubungan dengan defisiensi zat besi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keletihan pasien teratasi


Kriteria Hasil :
-

Kemampuan aktivitas adekuat

Mempertahankan nutrisi adekuat

Mempertahankan interaksi sosial

Intervensi :
a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas periodik bila klien mempunyai energi paling banyak.
Rasional : periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki / menghemat
energi, akan memungkinkan klien menjadi aktif selama waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi.
b. Dorong klien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk,
bangun, dan lain-lain. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai kemampuan.
Rasional : meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan klien menjadi
labih aktif.
c. Dorong masukan nutrisi.
Rasional : masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi
untuk aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-endometriosis

Anda mungkin juga menyukai