TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam
endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium disebut adenomiosis, bila brada di luar uterus disebut endometriosis. Pembagian
ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis
berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan
mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile
(Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita
yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum,
tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjarkelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah
menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari
10 cm. (Rayburn, F. William.2001)
Endometriosis adalah suatu kelainan di mana adanya jaringan rahim (endometrium) yang
berada di luar dari rahim. Lokasi endometriosis tersering adalah pada organ-organ di dalam
rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium) dan lapisan yang melapisi rongga
abdomen (peritoneum).
1.2 Klasifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
a. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
Adenomiosis.
b. Endometriosis Eksterna,
uterus,
lazim
disebut
true endometriosis
Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk
suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:
- Karsinoma ovarium.
harus dilakukan
b. Adhesi : Jaringan adhesi terbentuk ketika tubuh telah mengalami iritasi atau cedera.
Jaringan adhesi menghubungkan organ-organ tubuh yang secara normal tidak terkait.
Adhesi dapat menyebabkan organ-organ dalam tubuh saling menempel sehingga
mengganggu kinerja organ dan menyebabkan sakit yang luar biasa jika pengidap
bergerak.
c. Kista ovarium : Komplikasi ini dapat terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di
dalam atau di dekat ovarium.
d. Kanker ovarium : Walau terhitung jarang, pengidap endometriosis memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker ini.
1.6 Patologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki Ibu tau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hiperminorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gagngguan sekresi estrogen dan
progesteron yang mmenyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
denagn peningkatan kadar esterogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut menghasilkan makrofag
yang menyebabkan respon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel
abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnornal.
Jaringan yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial . fragmen
endometrial tersebut dilemparkan dari infendibulum tuba fallopi menuju ke ovarium yang
akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam
rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial in dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memilik kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterina ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat esterogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang , jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstrusi (dysminorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvisakan
menyebabkan adhesi/ perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis, tetapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK, dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopi. Adhesi di uterus menyebabkan
uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopi menyebabkan gerakan spontan
ujung-ujung fimbrae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista
ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara
yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan
laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi
pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis. Kadar
antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis. (Rayburn, F.
William.2001)
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
1. Uji serum
a. CA-125 : sensitifitas atau spesifitas berkurang
b. Protein plasenta 14 : mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial : sensitifitas dan spesifitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Pembedahan : Laparoskopi dan eksisi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis
yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per
laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis
yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi
sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan
diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.
Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam,
adalah 70,8%.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa
tingkat
sumbatan
pada
aliran
haid
harus
masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
c. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak
terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis.
Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena
transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan
perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone
yang
atrofi
jaringan endomeetriosis.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
d. Pembedahan : Laparoscopy, ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi
(pengangkatan rahim)
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang
ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan
untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita
dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
(Wiknjosastro, hanifa.2007)
e. Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro,
hanifa.2007.)
BAB 2
d) Makanan / Cairan
Tanda : Mual, muntah, Diare, Hilang napsu makan
e) Integritas Ego
Gejala : stressor dalam kehidupan sehari-hari
Tanda : stress/takut tentang dugaan infertilitas
f) Nyeri/Kenyamanan
Tanda : Nyeri perut bawah dan dekat paha, Nyeri hebat pada saat melakukan
hubungan seksual, Nyeri waktu defekasi, Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri
tekan, Nyeri/kekakuan abdomen.
g) Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik)
h) Keamanan
Tanda : Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24
jam pascapartum, Demam ringan, Menggigil, Infeksi sebelumnya, Pemajanan
lingkungan.
i) Seksualitas
Gejala : Disparenoe, Riwayat polimenorrhea, hipermenorrhea
Tanda : Perubahan pola seksualitas / keintiman
j) Interaksi sosial
Tanda : Status sosio ekonomi rendah.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada endometriosis adalah :
1.
2.
3.
4.
Klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit,
keringat berkurang
Intervensi :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan /
keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi,
relaksasi, distraksi, massage.
Rasional : tindakan ini diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan.
c. Kolaborasi pemberian analgetik (ibuprofen, naproksen, ponstan) dan midol
Rasional : analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol
sebagai relaksan uterus
2. Gangguan pola seksual berhubungan dengan disparenoe.
Tujuan : klien dapat melakukan hubungan seksual dengan nyeri terantisipasi
Kriteria Hasil : Penurunan skala nyeri kurang dari 5 dari rentang 1-10
Intervensi :
a. Kaji informasi klien saat ini dan biarkan klien menggambarkan masalah dalam
kata-kata sendiri.
Rasional : menentukan tingkat pengetahuan, apa yang dirasakan klien, yang
menjadi kebutuhannya.
b. Anjurkan untuk dialog diantara pasangan.
Rasional : menghindari terjadinya kesalahpahaman dan menimbulkan rasa
perhatian kepada klien.
c. Selesaikan masalah, pilihan posisi untuk koitus
Rasional : meminimalkan ketidaknyamanan dapat meningkatkan kepuasan.
d. Berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan/mendiskusikan perhatian dari
orang terdekat.
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.
Rasional : pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi
baru yang berhubungan dengan perubahan pada gambaran diri. Pemahaman ini
dapat memudahkan perawat dalam memilih intervensi yang tepat.
b. Akui rasa takut/masalah klien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : dukungan memampukan klien mulai membuka/menerima keadaannya
c. Terima penyangkalan klien tetapi jangan dikuatkan
Rasional : bila penyangkalan ansietas mempengaruhi kehidupannya, maka perlu
dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya
d. Rujuk pada psikiatri, penasihat agama
Rasional : dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan kontrol dan
mengatasi episode untuk menerima keadaannya.
4. Keletihan berhubungan dengan defisiensi zat besi.
Intervensi :
a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
aktivitas periodik bila klien mempunyai energi paling banyak.
Rasional : periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki / menghemat
energi, akan memungkinkan klien menjadi aktif selama waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi.
b. Dorong klien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk,
bangun, dan lain-lain. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai kemampuan.
Rasional : meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan klien menjadi
labih aktif.
c. Dorong masukan nutrisi.
Rasional : masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi
untuk aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-endometriosis