Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA

NGADIROJO KOTA WONOGIRI


Ismeidi
Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Bidang Keahlian Teknik Prasarana
Lingkungan Permukiman, Kampus ITS Sukolilo Surabaya.
Endah Angreni
Pegawai Negeri Sipil Dinas Permukiman Propinsi Jawa Timur, Jl. Gayung
Kebonsari No.169 Surabaya, Telp. 031- 8292304
Harmin Sulistyaning Titah
Dosen Program Studi Pascasarjana Teknik Lingkungan, Kampus ITS
Sukolilo Surabaya

ABSTRAK
Kota Wonogiri dengan luas 8.292,360 Ha dan jumlah penduduk sebesar 85.858
jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 0,02%/tahun (BPS,2004).Laju
timbulan sampah untuk Kota Wonogiri sebesar rata-rata 100 m3 /hari.Sampah
yang terangkut 39% sisa 61% belum terangkut (BPS,2004).Sjak beroperasinya Tpa
tahun 1996 hingga tahun 2007, lahan yang terpakai sudah 6,02Ha(70%) dari luas
lahan seluruh 8,6Ha dengan daya tampung sampah + 250.000m3 .TPA Ngadirojo
menggunakan sistem open dumping, maka hal ini menjadi faktor yang sangat
potensial terhadap terjadinya pencemaran air, tanah dan udara serta penurunan
derajat kualitas lingkungan permukiman di sekitar lokasi TPA.Laju timbulan
sampah tiap tahunnya mengalami peningkatan.Ketersediaan lahan TPA yang
semakin menyempit, hal ini berpengaruh terhadap masa pakai TPA apabila tidak
terkendalinya penanganan sampah di Kota Wonogiri. Keterbatan sarana dan
sarana yang ada berpengaruh terhadap pengelolaan sampah di lahan TPA.
Dalam penelitian ini akan dievaluasi dan dikaji dengan seksama sistem
pembuangan akhir sampah di TPA akan ditinjau dengan 4 aspek yakni aspek
teknis,aspek pembiayaan, aspek kelembagaan dan aspek lingkungan.
Dengan berdasarkan metode yang digunakan dan analisis yang relevan pada
setiap aspek diharapkan akan tersusun strategi guna mengoptimalkan
penggunaan lahan TPA dengan sistem open dumping ke arah Controlled landfill
sehingga dapat serta meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dapat
memperpanjang umur pakai dari TPA tersebut.
Kata kunci: Timbulan sampah, open dumping,Controlled landfill TPA.

1. PENDAHULUAN
Kota
Wonogiri
merupakan
pusat
pemerintahan Kabupaten Wonogiri sekaligus
sebagai ibu kota Kabupaten dengan luas
8.292,360 Ha dan jumlah penduduk sebesar
85.458 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan
penduduk
0,02% per tahun (BPS 2004)
Dengan penduduk yang semakin besar akan
berakibat pada laju timbulan sampah yang
semakin bertambah juga. Untuk Kota
Wonogiri jumlah timbulan sampah sebesar
rata-rata100
m/hari,
Sampah
yang
terangkut pada tahun 2004 baru sebesar 39
% sisanya 61% belum terangkut (BPS,2004).
Komposisi sampah di Kota Wonogiri terdiri

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-19

dari 15 % kertas, 10% kayu, 5 % kain, 15%


plastik, 5% logam, 5% gelas/kaca, 40%
organik, lain-lain 5% (Wonogiri dalam
angka,2004).
Sejak beroperasinya TPA Desa Kerjo Lor
Kecamatan Ngadirojo mulai tahun 1996
hingga tahun 2006, lahan yang telah
terpakai untuk pembuangan sampah adalah
seluas 6,02 Ha atau 70% dari luas seluruh
TPA yakni 8,6 Ha . Kapasitas tertampung
sampah di lahan TPA Ngadirojo + 250.000
m, dengan laju timbulan sampah yang ada
maka diperkirakan lahan TPA penuh sampai
pada tahun 2001 (apabila sampah masuk
100% ke TPA). Tetapi sampai tahun 2007 ini,
TPA Ngadirojo belum penuh, hal ini

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

disebabkan karena sampah yang masuk atau


terangkut ke lahan TPA baru 39%. Untuk
mencapai target MDGs pada tahun 2015
yakni sampah yang terangkut harus
ditambah 50% dari sisa yang belum
terangkut, jadi target yang harus terangkut
mencapai 69,48%. Sisa lahan TPA yang
belum terpakai yakni 30 % (2,58 Ha) bisa
digunakan
pengelolaan
dengan
menggunakan Controll landfill, agar bisa
memeperpanjang
umur
teknis
TPA
Ngadirojo.
Dengan adanya lokasi TPA yang berada pada
jarak + 500 m dari permukiman penduduk
dan sistem pengelolaan menggunakan open
dumping, maka hal ini yang menjadi faktor
yang sangat potensial terhadap terjadinya
pencemaran air, tanah dan udara serta
penurunan derajat kualitas lingkungan
permukiman di sekitar lokasi tempat TPA.
Ketersediaan lahan TPA yang semakin lama
semakin menyempit dan bertambah jumlah
sampah,
maka
hal
tersebut
akan
berpengaruh terhadap masa pakai TPA.
Berdasarkan kondisi eksisting TPA serta
tingkat pelayanan persampahan di Kota
Wonogiri maka diperlukan kajian dan analisa
untuk mengoptimalkan pemenfaatan TPA
dan memperkecil masalah dengan yang
ditimbulkannya, sehingga dengan demikian
keberadaan
TPA
ini
dapat
lebih
dioptimalkan dan dapat memperpanjang
masa pakainya dengan tetap menjaga
keseimbangan lingkungan sekitannya.
2. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Pengertian Sampah secara Umum
Sampah
adalah
sisa-sisa
bahan
mengalami
perlakuan-perlakuan,
baik
karena telah diambil bagian utamanya, atau
karena pengolahan, atau karena sudah tidak
ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi
sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari
segi
lingkungan
dapat
menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian
( Hadiwiyoto, 1993).
2.2. Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklafisikasikan menurut
sumber, tipe dan komposisinya. Mengetahui
sumber dan tipe sampah serta mendapatkan
data komposisi dan jumlah timbulan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-20

sampah, merupakan langkah dasar untuk


menyusun suatu menejemen pengelolaan
sampah.
2.3. timbulan dan Komposisi Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
timbulan
sampah
(Peavy,
Rowe,
Tchobanaglous,1985) :
1. Letak Geografis ,
2. Klimatologi ,
3. frekwensi Pengumpulan sampah,
4. Karakteristik Populasi,
5. Kebiasaan masyarakat,
6. Peraturan Nasional dan daerah.
Kuantitas dan komposisi sampah merupakan
faktor penting di dalam perencanaan dan
operasional
pengelolaan
persampahan.
Metode perhitungan jumlah timbulan
sampah yang direkomendasikan (Peavy ,
Rowe, Thobanaglos, 1985) adalah sebagai
berikut :
1. Analisis Perhitungan beban
Pada metode ini kuantitas dan
komposisi sampah ditentukan dengan
menghitung volume dan komposisi
sampah dalam periode waktu tertentu.
Total massa dan distribusi setiap
komposisi ditentukan dengan
menggunakan rata-rata data densitas
setiap katagori sampah.
2. Analisis Massa Volume
Metode ini hampir sama dengan metode
di atas dengan penambahan perhitungan
masa setiap beban. Jika densitas sampah
dianalisa
secara
terpisah
tiap
kategorinya, maka penentuan distribusi
massa berdasarkan komposisi dan nilai
densitas rata-rata.
Informasi tentang komposisi sampah sangat
diperlukan dalam mengevaluasi peralatan
alternatif yang dibutuhkan, sistem serta
program
dan
rencana
manajemen
pengelolaan
sampah,
terutama
pada
rencana pengolahan akhir sampah dan
pemanfaatan sampah kembali.
Komposisi
sampah
dapat
diuraikan
(Peavy,Rowe, Thobanaglos, 1985) sebagai
berikut :
1. Komposisi fisik
Informasi dan data komposisi fisik
sampah meliputi besarnya prosentase
komponen
pembentukan
sampah,

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

2.

3.

ukuran partikel, kandungan air dan


kepadatan sampah.
Komposisi Kimia
Informasi komposisi sampah sangat
penting dalam mengevaluasi proses
alternatif dan pilihan pemulihan energi.
Jika sampah digunakan sebagai bahan
bakar, komponen yang harus diketahui
adalah analisis proksimasi (kandungan
air,
kandungan
bahan
volatil,
kandungan abu dan kandungan karbon
tetap) titik abu sampah, analisis
ultimasi (prosentasi C, H, O, N, dan
abu) serta energi.
Komposisi Biologis
Selain komposisi plastik, karet dan
kulit, fraksi organik dari sampah dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu :
a. Kandungan air terlarut (gula asam
amino) dan berbagai asam organik,
b. Hemiselulosa,
yaitu
hasil
menguraian gula.
c. Selulosa, yaitu hasil menguraian
glukosa,
d. Lemak, minyak dan lilin,
e. Lignin, material polimer yang
terdiri dari cincin aromatik dengan
gugus methoksil. Biasanya terdapt
pada produk kertas seperti kertas
koran dan fiberboard.

mana cara pengumpulan sampah


tersebut dibedakan atas dua yaitu
system individual dan system komunal
Sistem Pola Individual
Pengumpulan dilakukan oleh
petugas kebersihan yang mendatangi
tiap-tiap bangunan/sumber sampah
(door to door) dan diangkut ke Tempat
Penampungan Sementara(TPS) atau
Transfer Depo (stasiun pemindahan)
sebelum
dibuang
ke
Tempat
Pembuangan
Akhir.
Kegiatan
pengumpulan menggunakan gerobak
sampah.
Sumber
Sampah

2.4. Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah


Teknik pengelolaan sampah perkotaan
meliputi kegiatan/tindakan yang dilakukan
atas sampah, mulai dari sumber sampah
pada TPA, meliputi :
1. Penampungan atau pewadahan
Secara umum bahan pewadahan harus
memenuhi criteria seperti awet, tahan
air, mudah diperbaiki, ekonomis,
mudah diperoleh, ringan dan mudah
untuk dipindahkan.
2. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah salah satu faktor
penting dalam pengelolaan sampah,
karena dari sistem pengumpulan inilah
pelayanan sampah dapat ditentukan.
Cara dan pola pengumpulan sampah
untuk Indonesia merujuk pada SNI 192454-2002 dan SNI 03-3242-1994, yang

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-21

Pengumpulan/
Pembuangan

Pengangkutan

Pembuangan Akhir

Gambar 2.2 Pola individual tidak


langsung (Modul Buku Ajar Diploma
IV,Pusdiktek Bandung,1998).

Daerah yang dilayani kedua cara


tersebut
diatas
umumnya
adalah
lingkungan Permukiman yang sudah
teratur.

Sistem komunal
Pengumpulan dilakukan sendiri oleh
masing-masing rumah tangga ke tempat
yang sudah disediakan. Tempat tersebut
berupa kontainer komunal dengan
volume
(6-8)
m3
atau
tempat
penampungan sementara (TPS) sebelum
diangkut ke TPA. Pola yang digunakan
sistem komunal ini juga dibagi atas
komunal langsung dan tak langsung.
3. Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Adalah
suatu
tempat
dimana
terkumpulnya sampah dari rumah
tangga atau lainnya yang sifatnya
sementara.
Bangunannya
berupa
permanent atau tidak permanent.
4. Pemindahan sampah dari TPS ke alat
angkut
Suatu tindakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang bertujuan untuk
memindahkan
kumpulan
sampah
sementara dari TPS ke truk guna
diangkut ke lahan TPA.
5. Pengangkutan
Pengangkutan sampah merupakan suatu
kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

sampah menuju ke tempat pembuangan


akhir. Kegiatan pengangkutan akan
sangat terkait dengan jarak dan juga
metode pengangkutan yang diterapkan.
6. Pengolahan dan Pembuangan Akhir
(TPA)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
merupakan tempat dimana sampah
mencapai
tahap
akhir
dalam
pengelolaannya sejak mulai timbulan
di
sumber
pengumpulan
pemindahan/pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.
Terdapat beberapa metode untuk
pembuangan akhir sampah :
a. Open Dumping
Metode ini merupakan metode yang
tertua yang dikenal manusia dalam
sistem pembuangan sampah. Pada
metode ini sampah hanya dibuang atau
ditimbun di suatu tempat tanpa
dilakukan penutupan dengan tanah,
sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap
lingkungan
seperti
perkembangan sektor penyakit, bau,
pencemaran air permukaan dan air
tanah, serta bahaya kebakaran.
b. Controlled Landfill
Cara pembuangan ini merupakan
modifikasi dari open dumping, dimana
sampah jika sudah mencapai ketinggian
tertentu ditutup dengan tanah dan
biasanya di sekitar lokasi dibuat sumur
kontrol
yang
digunakan
untuk
mengontrol terjadinya pencemaran air
di sekitarnya oleh lindi. Dalam
pengoperasiannya
juga
dilakukan
perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan
lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Untuk dapat melaksanakan metoda ini
diperlukan
penyediaan
beberapa
fasilitas diantaranya adalah:
- Saluran
drainase
untuk
mengendalikan aliran air hujan
- Saluran pengumpul lindi dan kolam
penampungan
- Fasilitas pengendalian gas metan
- Alat berat
c. Sanitary Landfill
Penutupan sampah dengan lapisan
tanah penutup dilakukan pada setiap
akhir hari operasi, sehingga setelah
operasi berakhir tidak akan terlihat

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-22

masih
adanya
timbunan
sampah.
Sehingga dengan sistem ini dampak
timbunan sampah terhadap manusia dan
lingkungan akan sangat kecil.
d. Improved Sanitary Landfill
Metode
ini
merupakan
pengembangan dari Sistem Sanitary
Landfill, dimana seluruh lindi (leachate)
yang dihasilkan akan disalurkan melalui
sistem perpipaan untuk disalurkan dan
ditampung serta kemudian dilakukan
pengolahan di lokasi (on-site) atau
dialirkan ke sistem sewage bersama
dengan air limbah/buangan domestik
untuk diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah
(IPAL)
terpusat
sebelum
effluennya dibuang ke badan air
(sungai).
e. Semi Aerobic Sanitary Landfill
Merupakan
pengembangan
dari
sistem Improved Sanitary Landfill, pada
sistem ini dilakukan usaha untuk
mempercepat
proses
dekomposisi
sampah dengan menambahkan oksigen
ke dalam timbunan sampah.
Metode pembuangan akhir
sampah yang dapat diterima lingkungan
dan telah di rekomendasi serta
diharapkan dapat diterapkan di wilayah
kota maupun kabupaten di seluruh
Indonesia
adalah
sistem Sanitary
Landfill.
Pada
proses
pembuangan
akhir, sampah yang telah terkumpul
pada akhirnya akan ditimbun. Pekerjaan
penimbunan
sampah
memerlukan
perhatian serius, karena itu diperlukan
perencanaan peralatan dan pelaksanaan
yang cermat (Hadiwiyoto, 1983).
a. Perencanaan
Meliputi perencanaan lokasi, luas
daerah, jumlah dan karakteristik
sampah, biaya, alat dan pengelolaan
dampak terhadap lingkungan.
b. Areal penimbunan sampah
Lokasi harus jauh dari keramaian
kota dan dapat dipergunakan dalam
jangka waktu lama. Luas areal
penimbunan ditentukan oleh jumlah
sampah,
karakteristik
sampah,
densitas sampah dan perbandingan
antara jumlah sampah dengan tanah
penutup.
c. Alat yang dipergunakan

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

Alat-alat yang dipergunakan harus


sesuai dengan tipe tanah penutup,
musim dan derajad densitas sampah
yang dikehendaki. Alat tersebut
berfungsi untuk membongkar tanah,
menggali parit, mengangkut tanah
penutup,
meratakan
dan
memadatkan
sampah,
juga
meratakan dan memadatkan tanah
penutup. Jenis alat tersebut adalah
traktor rantai, rantai roda, dragline,
scarper dan kompaktor.
d. Metode penimbunan sampah
Metode
penimbunan
sampah
tersebut adalah metode area dan
metode trench. Metode area ini
digunakan pada tanah-tanah yang
curam
dan
tanah
lapang
bergelombang. Sedangkan metode
trench yang berbentuk parit,
digunakan pada tanah miring dan
paling banyak digunakan di berbagai
daerah.
e. Tanah penutup
Terdapat tiga macam penimbunan,
yaitu penimbunan harian, tengah
dan akhir. Penimbunan harian
dikerjakan
setiap
hari
atau
selambat-lambatnya sampai hari
ketujuh
dengan
tebal
tanah
penimbun 15 cm searah kemiringan
tanah.
2.5 Aspek Peraturan
Operasional
suatu
sistem
pengelolaan persampahan akan sangat
ditentukan oleh peraturan-peraturan yang
mendukungnya.
Peraturan-peraturan
tersebut meliputi wewenang dan tanggung
jawab badan pengelola serta bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
keikutsertaannya
dalam
membantu
terlaksananya pengelolaan persampahan.
Aspek legal merupakan komponen yang
sangat berguna untuk menjaga pola sistem
agar berjalan dan tercapai sasaran secara
baik dan efektif. Aspek tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Sebagai
landasan
pendirian
dan
operasional
instansi
pengelola
persampahan
Sebagai landasan pemberlakuan tarif
Sebagai landasan ketertiban umum

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-23

2.6 Aspek Pembiayaan Dalam Pengelolaan


Sampah
Aspek pembiayaan dalam sistem
pengelolaan persampahan mempunyai peran
penting dalam menjalankan roda operasi
dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan. Berbagai masalah penanganan
sampah yang akan timbul pada umumnya
disebabkan oleh adanya keterbatasan dana
(seperti : investasi peralatan, dana
operasional dan pemeliharaan sehingga
kualitas
pelayanan
sampah
sangat
ditentukan oleh harga satuan per m
sampah.
Besarnya biaya satuan per m
sampah dapat dijadikan indikator tingkat
efisiensi atau keberhasilan pengelolaan
sampah di suatu kota. Tanpa didukung dana
yang memadai, akan sulit diwujudkan
kondisi kota yang bersih dan sehat serta
ramah lingkungan.
2.7 Aspek Kelembagaan
Struktur
organisasi
pengelola
sampah harus memiliki beban kerja yang
seimbang
dan
masing-masing
bagian
menggambarkan aktifitas utama dalam
pengelolaan sampah seperti pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan akhir dan
penyuluhan. Organisasi harus memiliki
sumber daya yang dapat diandalkan dalam
hal manajemen pengelolaan sampah dan
teknis pengelolaan sampah. Dalam seribu
penduduk disyaratkan minimal terdapat dua
petugas yang melayani pengelolaan sampah.
2.8 Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan juga penting
dalam
pengelolaan
TPA,
karena
berhubungan
langsung
dengan
lokasi
terbangungnya TPA, baik dalam pencemaran
udara atau bau, pencemaran tanah dan
pencemaran air sekitar TPA.
Karakteristik lindi di daerah tropis
terutama di Indonesia adalah bersifat asam
dan mempunyai nilai COD yang tinggi.
Pergerakan lindi sebagai bahan kimia hasil
dekomposisi seperti BOD, TSS, N2 organik
dan lain-lain harus dikendalikan agar tidak
mencemari
air
tanah
maupun
air
permukaan.

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

2.9 Millenium Development Goals (MDGs)


Adalah isu global yang merupakan
kesepakatan
semua
negara
untuk
mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development) adapun tujuan
yang sangat erat dengan sanitasi yakni
pengelolaan
TPA
adalah
mengelola
lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dalam
skala nasional
ditindaklanjuti dengan
Nasional Action Plant (NAP) dimana
kebijakan dan strategi umumnya adalah
antara lain :
Pengelolaan
persampahan
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
kabupaten/kota sepenuhnya, namun
pendekatan regional, peran pemerintah
propinsi dan pusat sangat diharapkan
(fasilitator).
Setiap kabupaten/kota perlu memiliki
rencana peningkatan pelayanan dan
peningkatan
kinerja
pengelolaan
persampahan.
Pengelolaan
persampahan
harus
memperhatikan efektifitas dan efisiensi
pada kegiatan operasional.
2.10 Kebijakan-kebijakan
Persampahan di TPA

Pengelolaan

Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang


masih ada kaitannya dengan pengelolaan
sampah di TPA adalah sebagai berikut ini :
a. Pembangunan
Bidang
Permukiman
dalam RPJM Nasional 2004-2009 yakni
Percepatan pembangunan Infrastruktur
terutama
pada
pembangunan
persampahan
dengan
sasaran
meningkatkan kinerja pengelolaan TPA
sampah yang berwawasan lingkungan
pada semua kota-kota metropolitan,
kota besar dan sedang.
b. Arah Kebijakan dalam RPJM nasional
2004-2009
yaitu
pembangunan
persampahan menciptakan iklim yang
kondusif bagi dunia usaha/sawsta untuk
peran
aktif
dalam
memberikan
pelayanan
persampahan
terutama
pengelolaan TPA
c. Hasil Diskusi Nasional(Jakarta,10 Agustus
2005) Reposisi pencapaian target MDGs
tentang Infrastruktur Perkotaan bidang
persampahan
yakni
Meningkatkan
kualitas TPA dan fasilitas lain untuk
menjamin pelayanan yang sesuai dengan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-24

ketentuan
teknis
lingkungan,
meningkatkan kapasitas pembiaayaan
untuk menjamin kualitas pelayanan yang
mengarah
pada
pemulihan
biaya
pengelolaan, meningkatkan pelayanan
dengan mengedepankan peran dan
partisipasi aktif masyarakat
d. Target Diskusi nasional (target 10) yaitu
Peningkatan
penelitian
dan
pengembangan serta aplikasi teknologi
tepat guna, penyusunan pedoman
pengelolaan TPA dan penerapan Waste
to Energy,Optimalisasi pemanfaatan
TPA dalam peningkatan kapasitas
pelayanan melalui peningkatan dan
rehabilitasi TPA dan pengembangan TPA
regional.
e. PERMEN
PU
NO.21/PRT/M/2006,
tentang Kebijakan dan strategi Nasional
Pengembangan
sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP), Kebijakan
adalah sebagai berikut :
1) Pengurangan sampah semaksimal
mungkin dimulai dari sumbernya
2) Peningkatan peran aktif masyarakat
dalam dunia usaha/swasta sebagai
mitra pengelolaan
3) Peningkatan cakupan pelayanan dan
kualitas sistem pengelolaan
Untuk operasionalisasi Kebijakan 3)
yang berhubungan erat dengan TPA
strateginya :
Optimalisasi pemanfaatan prasarana
dan sarana persampahan
Meningkatkan cakupan pelayanan
secara terencana dan berkeadilan
Meningkatkan
kapasitas
sarana
persampahan
sesuai
sasaran
pelayanan
4) Melaksanakan rehabilitasi TPA yang
mencemari lingkungan
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan
TPA kearah sanitary lanfill
6) Meningkatkan
pengelolaan
TPA
regional
7) Penelitian,
pengembangan
dan
aplikasi
teknologi
penanganan
persampahan tepat guna dan
berwawasan lingkungan

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

3
3.1

METODA PENELITIAN
Metode yang akan dipakai

Metode yang akan dipakai Metode yang


akan dilakukan berupa penelitan lapangan
dengan berpedoman kepada kajian pustaka
dan data-data penunjang yang ada.
Permasalahan yang ada sesuai dengan
lingkup pembahasan diperoleh melalui
pengamatan umum daerah penelitian, untuk
selanjutnya menetapkan cara atau pola
untuk memecahkan masalah tersebut.
Metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan observasi lapangan
untuk data primer. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui kajian pustaka dan
pengumpulan
dokumen-dokumen
yang
berkaitan dengan penelitian serta quisioner.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitianini, tahap
pengumpulan data dilakukan dengan melalui
survey langsung di lapangan baik secara
primer maupun secara sekunder. Sumbersumber yang dapat digunakan dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis data yakni :
a.Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung dari hasil
pengamatan di lapangan yang dilakukan
dengan
melakukan observasi
atau
pengamatan (survey primer), baik data yang
menyangkut fisik ataupun menggali unsurunsur yang terkait dengan permasalahan
dengan TPA.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dengan melaksanakan survey
sekunder dengan wawancara langsung
dengan instansi terkait atau personalnya
untuk digunakan sebagai bahan analisis
selanjutnya. Data-data sekunder bisa
didapatkan dari berbagai sumber antar lain :

Data dari monografi diambil selama 5


(lima) tahun terakhir dari BPS atau
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Wonogiri.

Data yang terkait dengan TPA,


menyangkut masalah luasan, sistem
pengelolaannya pada Subdin Kebersihan
dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Wonogiri.

Data yang berhubungan dengan aspek


keuangan atau finansial seperti Biaya

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-25

Operasional (BOP) di TPA, daftar-daftar


yang berhubungan dengan sampah, baik
upah, biaya restribusi yang dipungut
dari masyarakat.
Keadaan alam yang meliputi kondisi
geografi, hidrogeologi dan topografi
Kabupaten Wonogiri.
Data-data peraturan daerah atau
kebijakan dari tata ruang kota yang
diadopsi dari setda dan Bappeda
Kabupaten Wonogiri.

3.3 Analisis dan evaluasi


Evalusi dan analisis akan dilakukan
setelah diperoleh data yang dibutuhkan baik
data primer maupun data sekunder. Evaluasi
dan analisis dilakukan untuk mencari
jawaban dan permasalahan yang ada ,
meliputi aspek teknis yakni bagaimana
kemampuan TPA dalam menampung laju
pertambahan sampah, aspek pembiayaan
yakni bagimana cara mencari sumber
pembiayaan
untuk
mengatasi
biaya
pengangkutan tanah urug dan aspek
kelembagaan yakni bagaimana kinerja
aparat yang
ada dalam
menangani
pengelolaan persampahan di Kota .
a. Analisa kuantitatif
Merupakan analisis yang berupa hitunganhitungan secara kuantitatif dengan
menggunakan metode-metode tertentu
untuk menilai suatu data terukur yang
selanjutnya diinterpretasikan secara
kualitatif
b. Analisis kualitatif
Merupakan
analisis
yang
berupa
deskriptif untuk menjelaskan hal-hal
yang tidak terukur yang tidak dijelaskan
secara kualitatif
a. Sebelum analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif dilaksanakan perlu ada suatu
komposisi yang bisa dipakai dan
diterapkan dalam mengurangi laju
timbulan sampah di TPA yang terkait
dalam pengelolaan TPA yakni dalam
mengatasi masalah usia dari TPA
tersebut yaitu memperpanjang masa
pakai TPA
3.4 Analisis SWOT
SWOT merupakan alat (tool) yang dapat
dipakai untuk analisis kualitatif. SWOT
dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

menganalisis
berbagai
faktor
secara
sistematis untuk merumuskan strategi
pemerintah di dalam mengelola daerahnya.
Analisis ini dapat didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats) (Rangkuti, 2004).
Pola pikir sederhana strategi SWOT
adalah ketika kita mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri (internal) maka
peluang yang ada dapat diraih dan ancaman
yang
akan
timbul
bisa
diantisipasi
(eksternal). Faktor kekuatan dan kelemahan
merupakan faktor internal sedangkan
peluang dan ancaman merupakan faktor
eskternal
yang
dihadapi
oleh
organisasi/instansi. Adapun yang dimaksud
dengan faktor SWOT adalah:

Faktor kekuatan adalah antara lain


kompetensi yang terdapat dalam
organisasi
yang
berakibat
pada
pemilikan keunggulan komparatif oleh
suatu organisasi

Faktor kelemahan adalah keterbatasan


/ kekurangan dalam hal sumber
keterampilan dan kemampuan yang
menjadi
penghalang
serius
bagi
penampilan kinerja organisasi. Dalam
praktek berbagai keterbatasan dan
kekurangan kemampuan bisa terlihat
pada sarana dan prasarana yang dimiliki
/tidak dimiliki bahkan kemampuan
manajerial yang rendah.

Faktor peluang adalah berbagai situasi


lingkungan yang menguntungkan bagi
suatu satuan organisasi. Yang dimaksud
antara lain perubahan dalam kondisi
persaingan dan perubahan dalam
peraturan dan perundang-undangan
yang membuka bagi kesempatan baru
dalam setiap kegiatan.

Faktor ancaman adalah merupakan


kebalikan pengertian peluang, dengan
demikian dapat dikatakan ancaman
adalah faktorfaktor lingkungan yang
tidak menguntungan bagi suatu satuan
organisasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Eksisting
Pelayanan sampah tidak hanya melayani
Kota Wonogiri saja, akan tetapi juga

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-26

melayani kota-kota di sekitar Kota Wonogiri


di 5 (lima) kecamatan. Tingkat pelayanan
persampahan yang ditangani oleh Dinas
Pekerjaan Umum, pada saat ini baru mampu
melayani sebagian daerah perkotaan saja
yang mencakup sebagian wilayah di Kota
Wonogiri dan 4 kecamatan yang ada
disekitarnya. Berdasarkan data dari Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri,
tingkat pelayanan persampahan di Kota
Wonogiri dan 4 kecamatan masih mencapai
+ 38,97 % yang terangkut, dimana yang
harus dilayani 18 desa/ kelurahan yang ada.
Prioritas penanganan sampah diutamakan
pada daerah atau kawasan penghasil sampah
paling banyak yang meliputi kawasan pasar,
komersial, permukiman, jalan, taman dan
terminal. Untuk diluar Kota Wonogiri di 4
kecamatan
diutamakan
pada
sentral
disekitar pasar kota kecamatan.
TPA Kabupaten Wonogiri berada di Desa
Kerjo Kidul Kecamatan Ngadirojo yang
mempunyai jarak + 11 km dari Pusat Kota
Wonogiri. Lokasi TPA ini berada pada jarak
500 meter dari pemukiman penduduk dan 2
km dari badan air/ sungai serta memiliki
luas lahan 8,6 Ha. TPA ini terletak pada
suatu kawasan lembah di Kecamatan
Ngadirojo yang berupa lembah atau jurang
dengan memiliki kedalaman 5m dan mulai
beroperasi mulai tahun 1996. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dinas Pekerjuaan
Umum Kabupaten Wonogiri, TPA ini
direncanakan mempunyai masa umur pakai
selama 15 tahun.
Pada awal sistem penimbunan sampah yang
dilakukan di TPA Ngadirojo ini direncanakan
dengan menggunakan sistem Controlled
Landfill. Dengan adanya keterbatasan dana
dalam pengelolaan sampah ini maka dalam
pelaksanaan di lapangan digunakan sistem
open dumping. Dalam pelaksanaan sistem
open dumping ini sampah dibuang secara
sembarangan saja di lokasi TPA kemudian
diratakan
dan
dipadatkan
dengan
menggunakan buldozer tanpa dilakukan
pengaturan dan penempatan yang baik.
Sesui dengan kondisi kenyataan di lapangan,
sejak mulai dioperasikannya pada tahun
1996 sampai dengan tahun 2006, kondisi TPA
saat ini sudah hampir penuh, dimana lahan
seluas 8,6 Ha tersebut sudah digunakan
sebagai lahan tempat pembuangan akhir

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

sampah telah mencapai 6,02 Ha atau 70%


(survey pendahuluan ,2007) dan masih
tersisa 30% atau 2,58 Ha.
4.2. Analisis
Wonogiri

Timbulan

Sampah

Kota

Komposisi sampah yang masuk di TPA berupa


sampah organik yaitu sebesar 45% dan
sebagian lagi berupa sampah plastik (16%)
dan sampah kertas (14,60%). Sedangkan
untuk komposisi sampah kain, kayu, karet,
kaca, logam dan lain-lain berkisar antara
1,00 10,00%.
Adapun jumlah timbulan sampah yang masuk
adalah sebesar 89 m3/ hari dengan berat
sampah sebesar 19.323,76 Kg/hari
Tabel .1 Proyeksi Timbulan Sampah
Tahu Jumlah
n Penduduk

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

87.853
87.871
87.888
87.906
87.923
87.941
87.958
87.976
87.994

Tar
get
lay
ana
n
%

47

Jumlah Timbulan
Sampah

Total Timbulan
Sampah

Domes
Non
Volume
tik
Domestik
(m3/
hari)

Volume

(m3/
hari)

(m3/
hari)

88,86

6,323

95,18

34.741

6,861

103,2
8

37.697

7,399

111,3
7

40.653

7,937

119,4
8

43.612

8,475

127,5
8

46.568

9,013

135,6
8

48.524

9,551

143,7
8

52.480

10,089

151,8
8

55.439
58.395

(m3/tahun
)

51

96,42

55

103,9
8

59

111,5
5

63

119,1
1

67

126,6
7

71

134,2
3

75

141,8
0

79

149,3
6

10,627

159,9
8

11,166

168,0
8

61.351

11,704

176,1
8

64.307

2015

88.011

83

156,9
2

2016

88.029

87

164,4
8

4.3 Analisis Penataan Pembuangan Sampah


TPA
Permasalahan sampah sebagai hasil aktivitas
manusia di daerah perkotaan memberikan
tekanan yang besar terhadap lingkungan,
terutama apabila sampah yang di buang ke

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-27

TPA menumpuk sehingga menimbulkan


berbagai permasalahan terutama teknis.
Keberadaan Sumber daya manusia
yang memadai yang mempunyai ketrampilan
dan
pengetahuan
tentang
teknik
pengelolaaan sampah, ketersediaan sarana
pendukung dan peralatan di TPA serta
dibantu oleh ketersediaan dana yang cukup
untuk melakukan pengelolaan sampah di
TPA. Secara teknis operasional TPA
Ngadirojo Kota Wonogiri meliputi:
pencatatan sampah masuk,
pembongkaran sampah,
pengaturan lahan,
perataan dan pemadatan sampah,
penutupan tanah.
4.4. Analisis Masa Pakai TPA
TPA Ngadirojo Kota Wonogiri telah
dioperasikan mulai tahun 1996 dengan luas
area untuk penimbunan 8,6 Ha. Rencana
ketinggian TPA ini adalah + 20 meter dalam
keadaan sampah sudah terkompaksi akibat
bekerjanya alat berat. Sampai saat ini
kondisi lahan di TPA sudah hampir penuh
dengan
tingkat
pemakaian
sekitar
70%(6,02Ha) lahan yang masih belum
terpakai adalah 2,58 Ha (25800 m2) yang
direncanakan dipakai sistem contolled
landfill.
Dari hasil pengamatan lapangan di
lokasi TPA, diketahui bahwa jumlah
timbulan sampah yang masuk di TPA ratarata setiap hari adalah sebesar 19.324 kg.
Sedangkan densitas sampah yang sudah
tertimbun dan terpadatkan di TPA adalah
sebesar 623 kg/ m3 .
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka
dapat diprediksi bahwa masa pakai TPA
Ngadirojo Kota Wonogiri hanya dapat
digunakan selama 2 tahun 5 bulan lagi
4.5. Analisis SWOT
sejumlah faktor eksternal dan faktor
internal yang teridentifikasi di atas
dipetakan dalam suatu interaksi dengan
menghubungkan kekuatan dengan peluang,
kekuatan dengan ancaman, kelemahan
dengan peluang dan kelemahan dengan
ancaman. Interaksi faktor eksternal dan
faktor internal tersebut seperti terlihat
pada Tabel 2.

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

Tabel 2: Matrik SWOT Evaluasi TPA Ngadirojo Kota Wonogiri


KEKUATAN-(S)
FAKTOR
INTERNAL

FAKTOR
EKSTERNAL

PELUANG-(O)

1. Adanya Dinas
LINGTAMBEN sebagai
badan pengelola
sampah di Kota
Trenggalek
2. Timbulan sampah yang
sebagian besar berupa
sampah organik sebagai
bahan pembuatan
kompos
3. Adanya kelompokkelompok dasa wisma
di tingkat RT
4. Keterlibatan pihak
kelurahan dalam
pelaksanaan program
STRATEGI-SO

1. Adanya
teknologi 1. Mensosialisasikan kepada
komposter sebagai alat
masyarakat
mengenai
pengolah sampah menjadi
teknik
pengolahan
kompos
sampah dengan berbasis
2. Adanya pengepul atau
reduksi
pada
skala
bandar daur ulang yang
rumah
tangga
dan
mau menerima hasil daur
komunal
ulang sampah kering
2. Menetapkan
daerah
binaan sebagai daerah
percontohan
pelaksanaan
reduksi
sampah domestik skala
rumah
tangga
dan
komunal.
3. Menetapkan
bentuk
lembaga
pengelola
sampah mandiri tingkat
RT.
4. Membentuk
organisasi
kader lingkungan sebagai
sarana perkumpulan bagi
para kader lingkungan.
5. Mengajak
kerjasama
dengan para pengumpul,
pengepul dan bandar
daur ulang.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-28

KELEMAHAN-(W)
1. Keterbatasan dana
untuk pembelian
komposter
2. Keterbatasan teknik
pengolahan sampah
dengan komposter
3. Rendahnya
pengetahuan
masyarakat tentang
teknik pengolahan
sampah

STRATEGI-WO
1. Mengintensifkan
sosialisasi
dan
penyuluhan
masalah
penanganan
sampah
pada masyarakat.
2. Mengadakan
workshop
pemberdayaan sampah
dengan
mengundang
para pakar kreatifitas
daur ulang maupun dari
lembaga
Perguruan
Tinggi.
3. Mengajak
keterlibatan
pihak
swasta
dalam
bentuk kerjasama yang
saling menguntungkan
4. Melaksanakan program
percontohan
teknik
pengomposan
pada
beberapa
desa/
kelurahan

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

KEKUATAN-(S)
FAKTOR
INTERNAL

FAKTOR
EKSTERNAL

ANCAMAN-(T)

1.Adanya Dinas
1. Keterbatasan
dana
LINGTAMBEN sebagai
untuk
pembelian
badan pengelola sampah
komposter
di Kota Trenggalek
2. Keterbatasan
teknik
2.Timbulan sampah yang
pengolahan
sampah
sebagian besar berupa
dengan komposter
sampah organik sebagai 3. Rendahnya pengetahuan
bahan
pembuatan
masyarakat
tentang
kompos
teknik
pengolahan
3.Adanya
kelompoksampah
kelompok dasa wisma di
tingkat RT
4.Keterlibatan pihak desa/
kelurahan
dalam
pelaksanaan program
STRATEGI-ST

1. Masih
sulitnya
upaya 1. Pembentukan
kader
penjualan kompos
lingkungan untuk diberi
2. Keterbatasan
informasi
bekal mengenai teknikmasalah
teknologi
teknik
pengolahan
persampahan
yang
sampah
diterima oleh masyarakat 2. Mendirikan koperasi di
3. Meningkatnya
jumlah
tingkat desa/ kelurahan
timbulan sampah
yang dapat menyalurkan
4. Harga alat komposter
penjualan kompos hasil
yang relatif mahal.
pengolahan
3. Membuat buku panduan
sistem reduksi sampah
domestik skala rumah
tangga dan komunal.
4. Memberikan
bantuan
alat komposter rumah
tangga
untuk
merangsang
warga
masyarakat agar mau
melakukan
kegiatan
reduksi
sampah
di
sumbernya.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

KELEMAHAN-(W)

F-29

STRATEGI-WT
1. Mengajak
keterlibatan
pihak
swasta
dalam
bentuk kerjasama yang
saling menguntungkan
2. Mengajak
keterlibatan
LSM untuk ikut berperan
aktif dalam mendukung
penanganan
sampah
pada sumbernya.
3. Mengadakan
workshop
pemberdayaan sampah
dengan
mengundang
para pakar kreatifitas
daur ulang maupun dari
lembaga
Perguruan
Tinggi
4. Pembentukan
kader
lingkungan untuk diberi
bekal mengenai teknikteknik
pengolahan
sampah

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

Berdasarkan matrik SWOT di atas pada


dasarnya alternatif strategi yang akan
dilakukan untuk mengatasi terhadap segala
kelemahan dan ancaman yang dihadapi
dalam penanganan reduksi sampah di
sumber sampah adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam penanganan reduksi sampah
dan teknik pengolahan sampah pada
skala rumah tangga dan komunal
melalui:
- Peningkatan
sosialisasi
dan
penyuluhan masalah penanganan
sampah baik di tingkat kelurahan,
kecamatan maupun pada tingkat
sekolahan.
- Pembuatan buku panduan sistem
reduksi sampah baik skala rumah
tangga maupun skala komunal
- Memberikan
bantuan
alat
komposter rumah tangga untuk
merangsang warga masyarakat
agar mau melakukan kegiatan
reduksi sampah.
b.
Membentuk
organisasi
kader
lingkungan
sebagai
sarana
perkumpulan
bagi
para
kader
lingkungan dan membentuk lembaga
pengelola sampah mandiri tingkat RT.
c.
Mengadakan workshop pemberdayaan
sampah dengan mengundang para
pakar kreatifitas daur ulang maupun
dari lembaga Perguruan Tinggi.
Kegiatan workshop ini diharapkan
dapat menciptakan kader-kader di
lingkungan masyarakat yang mengerti
dan memahami tentang teknik-teknik
pengolahan sampah di sumber sampah
sehingga mampu menjadi motor
penggerak dilaksanakannya upaya
reduksi sampah di sumber sampah.
Karena yang mengikuti program
workshop
ini
adalah
warga
masyarakat, maka program ini tidak
bisa hanya dilaksanakan dalam sekali
saja,
karena
adanya
tingkat
pemahaman masyarakat untuk bisa
bisa menerima terhadap materi yang
diberikan
tentang
penanganan
sampah. Agar program workshop ini
bisa berhasil dan dapat diterapkan di
lapangan,
maka
minimal
perlu
dilaksanakan sebanyak dua kali
periode yang diikuti oleh peserta dari
perwakilan masing-masing RT atau
ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-30

kelurahan dengan mengundang para


pakar yang ahli dalam daur ulang
sampah. Adapun materi yang akan
diberikan dalam workshop ini antara
lain adalah sebagai berikut:
- Pemahaman
tentang
permasalahan sampah yang ada di
daerah
- Memberikan pemahaman tentang
pentingnya pengelolaan sampah
dengan berbasis masyarakat serta
pentingnya upaya reduksi sampah
domestik di sumber sampah
(masyarakat).
- Pemahaman tentang teknik-teknik
pengolahan sampah rumah tangga
- Memberikan ketrampilan tentang
teknik dan cara pengolahan
sampah rumah tangga yang dapat
diterapkan di masyarakat yang
mudah dan murah untuk dilakukan
dengan menggunakan komposter
rumah tangga.
- Memberikan bekal tentang tata
cara presentasi dalam rangka
menyebarkan teknik pengolahan
sampah yang benar kepada
masyarakat luas.
d.

e.

f.

g.

Mengadakan program percontohan


pengomposan pada beberapa desa/
kelurahan,
sehingga
masyarakat
mengetahui
tentang
tata
cara
penanangan sampah dan dapat
merangsang
masyarakat
untuk
bersedia melaksanakan program ini.
Mengajak keterlibatan pihak swasta
dalam bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan
Mengajak dan memberdayakan LSM
yang ada untuk terlibat langsung
dalam penanganan sampah sehingga
dapat
membantu
terwujudnya
program penanganan sampah pada
sumbernya ini.
Mendirikan koperasi di tingkat desa/
kelurahan yang dapat menyalurkan
penjualan kompos hasil pengolahan
sehingga dapat mendorong masyarakat
dalam memproduksi kompos dari hasil
pemilahan sampah organik.

Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Di Tpa Ngadirojo Kota Wonogiri

5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisa
terhadap sistem pembuangan akhir sampah
di Kota Wonogiri, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Saat ini sistem pembuangan akhir
sampah di Kota Wonogiri dilakukan hanya
dengan membuang sampah di TPA tanpa
dilakukan pengolahan terhadap timbulan
sampah yang ada baik di sumber sampah
maupun di TPA sendiri. Hal ini
menjadikan kondisi TPA cepat penuh
oleh timbulan sampah dan pada akhirnya
akan memperpendek masa pakai TPA.
Tanpa adanya upaya untuk mereduksi
timbulan sampah yang ada, maka umur
masa pakai TPA Ngadirojo Kota Wonogiri
hanya akan dapat digunakan selama 2
tahun 5 bulan lagi atau sampai dengan
bulan Mei 2010.
- Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Wonogiri selaku instansi pengelola
persampahan belum mampu memberikan
pelayanan sampah secara maksimal pada
seluruh wilayah Kota Wonogiri. Hal ini
terlihat dari jumlah timbulan sampah
yang mampu terangkut ke TPA oleh truck
pengangkut sampah yang hanya sebesar
45% dari keseluruhan timbulan sampah
yang dihasilkan penduduk. Adanya
keterbatasan
dalam
pendanaan
menyebabkan kinerja pihak pengelola
sampah yang tidak maksimal sehingga
belum mampu menjangkau ke seluruh
wilayah Kota Wonogiri dan sekitarnya.
- Adanya upaya reduksi sampah di sumber
sampah, secara finansial hal ini akan
berdampak pada menurunnya biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah
daerah dalam pengelolaan sampah. Dari
segi pengangkutan sampah maka akan
menurunkan biaya pengangkutan sampah
hingga mencapai 63% (target 2015).
Sedangkan dalam pengadaan TPA baru
maka
akan terjadi selisih biaya
pengadaan TPA sebesar 39 % atau dengan
luas lahan yang sama maka dengan
adanya upaya reduksi sampah di sumber
sampah dapat memperpanjang masa
pakai TPA hingga 6,6 tahun.
- Strategi yang akan dilakukan dalam
mengatasi laju timbulan sampah yang
ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-31

terus meningkat dan untuk mengurangi


beban timbulan sampah yang masuk di
TPA
adalah
dengan
melakukan
penanganan sampah melalui upaya
reduksi sampah pada sumbernya. Upaya
ini dilakukan dengan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat untuk ikut
berperan
aktif
dalam
melakukan
penanganan sampah di sumbernya secara
mandiri dengan memilah sampah kering
dan sampah basah serta mengolah
sampah basah/ organik untuk dijadikan
kompos.
Untuk mengantisipasi adanya berbagai
macam karakter masyarakat dalam
partisipasinya ikut mengelola sampah di
sumber sampah serta ketersediaan lahan
untuk pengolahan kompos, maka upaya
penanganan reduksi sampah di sumber
sampah
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan metode skala rumah
tangga maupun skala komunal.
Upaya reduksi sampah pada sumbernya
akan dilakukan secara bertahap dengan
peningkatan secara berkala sebesar 10%
pertahun, hingga pada tahun 2014 dan
2015 reduksi sampah di sumber sampah
dapat tercapai sebesar 70%. Upaya ini
secara berkala akan dilakukan kegiatan
monitoring
dan evaluasi
terhadap
pelaksanaan
reduksi
sampah
di
sumbernya, sehingga dapat diketahui
berbagai kendala yang terjadi di
lapangan
dan
selanjutnya
dapat
dilakukan
penyelesaian
serta
peningkatan terhadap sistem yang telah
dilaksanakan.

Berdasarkan analisis SWOT, posisi


strategi yang disarankan adalah strategi
defensif, dimana strategi yang diterapkan
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
guna menaikkan penjualan dan tingkat
hunian perumahan PNS Kabupaten Sanggau
antara lain:a
a. Memperbaiki
dan
mempermudah
aksesibilitas menuju tempat kerja,
sekolah
primer,
pasar
(pusat
perbelanjaan) serta jalan arteri dan rute
angkutan
kota
dengan
dukungan
anggaran (dana) yang cukup.
b. Meningkatkan kualitas prasarana air
bersih dan listrik dengan dukungan
anggaran (dana) yang cukup.

Ismeidi, Endah Angreni, Harmin Sulistyaning Titah

c. Meningkatkan kemampuan tim pengelola


dan pengembang perumahan PNS
sehingga mampu bersaing dengan
keberadaan
perumahan
lain
di
Kabupaten Sanggau.
d. Meningkatkan keamanan lingkungan
sekitar dengan cara meningkatkan
kualitas prasarana listrik/penerangan di
sepanjang jalan akses dan di dalam
lingkungan perumahan PNS.
5.2. Saran
Beberapa
saran
yang
dapat
diberikan berkenaan dengan studi ini
adalah:
- Perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai teknologi tepat guna yang
dapat diterapkan untuk melakukan
reduksi sampah pada sumbernya yang
dapat memberikan manfaat yang lebih
besar kepada masyarakat dan tidak
memberikan dampak negatif pada
estetika lingkungan sekitarnya.
- Perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai keterlibatan pihak swasta
dalam mendukung pelaksanaan sistem
reduksi sampah pada sumbernya serta
dampak
yang
ditimbulkan
dari
pelaksanaan sistem reduksi sampah
skala komunal maupun rumah tangga
terhadap lingkungan atau daerah di
sekitarnya.
- Perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkan penduduk agar limbah B3
yang masuk dan tertimbun di TPA tidak
menimbulkan
pencemaran
pada
lingkungan sekitarnya.
- Pemerintah daerah perlu meningkatkan
program pengelolaan sampah dengan
melibatkan
kemitraan
dengan
masyarakat dan swasta, sehingga
permasalahan sampah akan menjadi
tanggung
jawab
bersama
baik
pemerintah, swasta dan masyarakat.
- Pemerintah daerah perlu memberikan
kejelasan
tentang
bagaimana
penanganan kompos yang dihasilkan
penduduk
tersebut
selanjutnya,
utamanya dalam hal pemasaran kompos
tersebut, sehingga tidak menimbulkan
masalah baru dalam lingkungan akibat
menumpuknya kompos yang tidak

ISBN No. 978-979-18342-0-9

F-32

dimanfaatkan serta tidak menimbulkan


keragu-raguan
kepada
masyarakat
dalam melakukan pengolahan sampah di
sumber sampah.
REFERENSI
1.APBD ( 2005 ), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Wonogiri,
BPKD Kabupaten Wonogiri.
2.Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( 2005 ), Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2004,
Bappedda Kabupaten Wonogiri.
3.Badan Pusat Statistik ( 2007 ), Kabupaten
Wonogiri
Dalam Angka 2004, BPS ,
Kabupaten Wonogiri.
4.Damanhuri,E.1993,
Usulan
Teknis
pengelolaan Sampah,Ministri Of Public
Workshop Republik Indonesia.
5.Damanhuri,E.Teknik Pembuangan Akhir
Sampah.Jurnal Teknik Lingkungan ITB.
6.Departemen Pekerjaan Umum ( 1991 ),
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota
Kecil dan Sedang di Indonesia, SK SNI S-041991-03, Yayasan LPBM, Jakarta
7.Departemen Pekerjaan Umum ( 1990 ),
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan, SK SNI T-13-1990-F, Yayasan
LPBM, Jakarta.
8.Departemen Pekerjaan Umum ( 1993 ),
Petunjuk Teknis Sistem Modul Bidang
Persampahan, Ditjen. Cipta Karya, Jakarta
9.Hadiwiyoto,S. ( 1993 ), Penanganan dan
Pengelolaan Sampah, Yayasan Idayu,
Jakarta.
10.Peavy, H., Rowe, D., Tchobanoglous, G.(
1985 ),
Environmental Engineering,
McGraw- Hill Book Company, New York.
11.Rangkuti,Freddy ( 2004 ), Analisa SWOT
Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama, 2004.
12.Tchobanoglous, G., Theisen, H., Virgil, S.
( 1993 ), Integrated Solid Waste
Management,
Mc.Graw
Hill
lnc,
International Editions, New York .
13.Yulinah T.dan Ida A.Warma,2004, Hand
Out Mata Kuliah pengelolaan sistem
persampahan,Pusdiktek Departemen PU.

Anda mungkin juga menyukai