Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Haidar

Darwis

TOKSIKOLOGI KLINIK

NIM

Pengampu : Anjar Mahardian Kusuma, M. Sc., APT

Kelas : 4C

: 1408010179

PENANGANAN INTOKSIKASI SENYAWA SENYAWA GOLONGAN


ORGANOFOSFAT

Organofosfat merupkan golongan pestisida yang ditemukan melalui riset di Jerman,


selama Perang Dunia II, dalam usaha menemukan senjata kimia untuk tujuan perang. Pada
tahun 1930 an, G. Schrader menyusun struktur dasar organofosfat, yang kemudian
dipublikasikan pada tahun 1940 an (Gallo and Lawryk,1991; Costa, 1988). Pestisida
golongan organofosfat ini banyak digunakan karena sifat sifatnya yang menguntungkan
bagi petani sebagai insektisida. Contoh senyawa dari golongan organofosfat adalah diazinon,
melathion, parathion (Klaassen, 2008). Struktur kimia dari organofosfat senderi yaitu sebagai
berikut :

Gbr.1. Struktur umum senyawa golongan organofosfat ( Klaassen, 2008 )


Golongan senyawa neurotoksin ini memiliki gugus x yang disebut leaving group yang
tergantikan saat organofosfat menfosfolirasi asetilkolin serta gugus ini paling sensitif
terhidrolisis.
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase
adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin.
Organofosfat dapat berikatan dengan sisi aktif dari enzim sehingga kerja dari enzim tersebut
terhambat. Sehingga akan berakibat terakumulasinyanya asetilkholin dalam sinanpsis
meningkat dan menimbulkan efek toksisk. Asetilkholin terdapat diseluruh sistem saraf dan
berfungsi sebagai neurotransmiter pada sistem saraf simpatik maupun parasimpati (Katz,
2010). Bila inhibisi kholineterase terjadi pada sistem saraf simpatik maka dapat menimbulkan

midriasis, takikardi, dan hipertensi. Sedangkan bila inhibisi kholinesterase terjadi pada sarah
parasimpatik maka akan terjadi miosis, bradikardi, salivasi.
Bioaktivasi senyawa ini terdiri dari desulfurisasi oksidasi yang sebagian besar terjadi
di hati tetapi tidak terjadi secara langsung. Metabolisme dilakukan oleh enzim sitokrom P450
yang terlibat dalam aktivasi senyawa organofosfat dengan kata lain mengaktivasi senyawa
dari golongan organofosfat ini. Selain itu, selain aktivasi melalui desulfurisasi oksidasi =,
senyawa ini juga dapat mengalami reaksi oksidasi tioeter, dimana akan terbentuk ikatan OSO
pada gugus aktifnya yang dikatalisis juga oleh enzim sitokrom P450, reaksi tersebut
mengakibatkan peningkatan daya toksik dari organofosfat itu sendiri tidak sebaliknya
(Klaassen, 2008).
Golongan senyawa organofosfat ini sering digunakan oleh petani dan mengakibatkan
sering terjadinya kasus keracunan pada petani, senyawa ini dapat masuk pada tubuh manusia
melalui banyak cara seperti, kontak langsung atau melalui kulit karena kuragnya aspek
perlindungan para petani dan mengakibat kan efek toksik melalui absorbsi di kulit, dapat juga
senyawa ini masuk melalui jalan pernafasan karena bisa jadi senyawa ini saat digunakan
terbawa angin dan kemudian terhirup oleh manusia,juga dapat melalui saluran cerna diamana
senyawa ini masuk secara per oral baik melalui makanan atau media lain. Bila absorbsi tidak
dicegah maka fase selanjutnya tidak dapat dicegah yaitu distribusi keseluruh tubuh melalui
aliran darah menuju target aksi dari senya tersebut, dimana senyawa tersebut seperti
dijelaskan diatas merupakan senyawa neurotoksik yang berarti targetnya adalah saraf dan
merupakan bisa disebut saraf yang keracunan, dalam hal ini efek yang ditimbulkan adalah
keseluruh bagian tubuh karena sifat toksik terhadap sarafnya umum dan efeknya biasanya
kejang. Efek kejang terus menerus ini didapat karena terjadi penghambatan pada enzim
kholineterase yang menghidrolis asetilkolin menjadi asetil dan kholin, dimana setilkholin ini
merupakan jembatan antar nerve bila enzim penghidrolisis asetilkholin dihambat maka
jumlah asetilkholin akan banyak dan mengakibatkan banyaknya jembatan nerve sehingga
efek yang terjadi adalah kejang terus menerus.
Dalam kasus ini untuk mengurangi daya toksisitasnya ada dua cara yaitu memperkecil
akumulasi absorpsi dan menigkatkan ekskresi dari tokson itu sendiri. Untuk memperkecil
akumulasi absorbsi toksikan kedalam tubuh maka harus dilihat dahulu darimana toksikan itu
kontak dengan tubuh , seperti bila kontak dengan kulit maka yang harus dilakukan adalah
membuang baju bila perlu celana atau yang terkontaminasi oleh senyawa tersebut, kemudian

mencuci kulit yang terkena atau mandi dengan bantuan sabun. Selanjutnya bila kontak terjadi
melalui inhalasi maka yang harus dlakukan adalah keluar ketempat terbuka dan melakukan
pernafasan dengan tujuan mendapatkan banyak oksigen, kemudian bila kontak dengan
saluran cerna ada banyak cara seperti meminum air putih yang banyak atau meminum susu,
memaksakan untuk memuntahkan kembali dengan cara memasukkan ujung jari kedalam
pangkal tenggorokan, dengan pemberian karbon aktif yang dimaksudkan untuk mengikat
senyawa tersebut sehingga tidak berikatan dengan reseptor target aksinya, bila kontaknya 2
jam maka dilakukan bilas lambung untuk menghisap cairan lambung yang terkontaminasi
senyawa organofosfat. Yang kedua adalah meningkatkan eksresi dari senyawa organofosfat
ini, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan senyawa antagonis dari senyawa
organofosfat yang dimaksudkan agar reseptor dari yang tadinya akan diduduki oleh senyawa
organofosfat akan diduduki terlebih dahulu oleh antagonisnya, kemudian dapat dengan
memberikan agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, dan skopolamin, salah satu
yang sering digunakan untuk hal ini adalah atropine karena atropine dapat melawan hal yang
disebabkan oleh senyawa organofosfat yaitu bradikardi, dan bronkorea, selanjutnya dapat
diberikan obat pralidoxime yang merupakan golongan dari oxime dimana obat ini akan
mereaktivasi ezim kholinesterase dengan membuang gugus fosforil organofosfat dari sisi
aktif enzim sehingga asetilkolin dapat dihidrolisis kembalin menjadi asetat dan kholin dan
akan menurunkan efek kejang yang sebelumnya ( klein, 2008), kemudian dapat diberikan
lasix atau manitol sebagai diuretik yang dimaksudkan untuk meinigkatkan ekskresi senya
organofosfat melalui urine, dapat juga dengan cara tranfusi darah dan hemodialisa, untuk
menurunkan efek kejangnya dapat digunakan obat seperti diazepam dan fenobarbital.

DAFTAR PUSTAKA

Katz, K.D. 2010. Toxicity Organophosphate. http://emedicine.medscape.com/article/167726overview diakses tanggal 24 April 2016
Klaassen, C.D. 2008. Casarett And Doulls Toxicology The Basic Science of Poisons, Seventh
Edition. New York : McGraw Hill.
Klein, G.M., Rama B.R., Neal E.F., Lewis S.N., dan Brenna M.F. 2008. Disaster
Preparedness : Emergency To Response Organophosphorus Poisoning. New York :
King Pharmaceuticals, Inc.

Anda mungkin juga menyukai