Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a. Pengertian Leasing
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli
untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk
operasional dengan mudah dan cepat. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah,
dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda
kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal yang
bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses
produksi secara tiba-tiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan
perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat biaya
dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Di Indonesia leasing baru dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
dengan
No.KEP-122/MK/IV/2/1974,
No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha
leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang
melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling
sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam
pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan
akhir tahun. Capital lease dan operating lease sama-sama dikenakan pajak pertambahan nilai,
sedangkan untuk operating lease disamping dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan
pemotongan pajak penghasilan pasal 23, karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa.
Biaya-biaya berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak lessee.
Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat
ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan.
Melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang
modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih. Di
samping hal tersebut di atas para pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya
seperti kemudahan dalam pengurusan, dan adanya hak opsi.
Suatu keuntungan lain jika ditinjau dari laporan keuangan fiskal adalah transaksi capital lease
diperhitungkan sebagai operational lease pembayaran lease dianggap sebagai biaya mengurangi
pendapatan kena pajak. Tetapi tidak begitu halnya jika ditinjau dari segi komersial. Secara umum
leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan
pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor
32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah: Setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah
disepakati bersama.
Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai berikut:
Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal
tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada
lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran
uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
b. Teknik teknik pembiayaan Leasing
1. Finance Lease. Finance lease merupakan suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak
antara lessor dengan lessee dengan pemberian hak opsi kepada lessee pada akhir periode
lease. Disamping itu, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut:
a. Direct Financial Lease. Transaksi leasing dalam bentuk direct lease atau sering pula
disebut true-lease atau disingkat direct lease saja merupakan suatu bentuk trnasaksi
leasing di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee dan
sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee yang bersangkutan.
b. Sale and Lease Back. Transaksi leasing jenis ini pada prinsipnya adalah pihak lessee
sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak
sewa guna usaha atas barang tersebut antara lessor dengan lessee yang dalam hal ini
sebagai pihak yang menjual barnag untuk digunakan selama masa lease yang
disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan
dana untuk modal kerja. Jadi, transaksi leasing di sini bersifat refinancing.
c. Leverage Lease. Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik
pembiayaan dalam finance lease yang digunakan lessor.
d. Syndicated Lease. Lease ini dilakukan lebih dari satu lessor atas suatu objek leasing.
Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan resiko tidak bersedia atau
karena suatu alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untukmenutup sendiri
suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee.
e. Cross Border Lease. Transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu Negara
yaitu Negara dimana lessor berkedudukan berbeda dengan Negara lessee.
f. Vendor Program. Vendor program atau disebut juga dengan vendor lease adalah suatu
metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan
leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang.
2. Operating Lease Leasing. Lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya dileasekan kepada lessee. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
c. Ciri ciri Sewa Guna Usaha
1) Leasing merupakan suatu gara pembiayaan. Tentunya masih ada spek aspek yang lain
pada leasing, namun segi pembiayaan adalah salah satu cirri utama, baik pada finance
lease maupun pada operating lease.
2) Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda yang dilease
tersebut. Inilah perbedaaan pokok dengn sewa menyewa biasa.
3) Hak milik benda yang dilease ada pada leasor
4) Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan dalam suatu
perusahaan. Pengertian benda benda yang digunakan untuk suatu perusahaan harus
diberi pengertian yang luas, yakni benda benda yang diperlukan untuk menjalankan
perusahaan, jadi tidak saja mesin mesin yang hanya dapat digunakan untuk berproduksi
akan tetapi bisa juga untuk computer, dan kendaraan bermotor.
Dalam perjanjinan leasing paling tidak memuat:
1) Jenis transaksi leasing
2) Nama dan alamat masing masing pihak
3) Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang modal
4) Harga perolehan, nilai pembiayaan leasing, angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa
leasing, nilai sisa, simpanan jaminan dan ketentuan asuransi barang modal yang dilease
5) Masa leasing
6) Ketentuan mengenai pengakhiran leasing yang dipercepat, penetapan kerugian yang
harus ditanggung lease dalam hal barang modal yang dileasse dengan hak opsi hilang,
rusak, atau tidak berfungsi karena sebab apapung. Tanggung jawab para pihak atas
barang modal yang sileasekan. Perbedaan leasing dengan perjanjian lainnya.
d. Pihak yang berkepentingan dalam Leasing
1) Pihak yang disebut leasor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor, equity-holders,
owner-participants atau trustters-owners.
2) Pihak yang disebut lesse, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar
sewa guna usaha yang mempunyai hak opsi.
3) Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan-participants dalam
transaksi leasing. Mereka umumnya terdiri dari bank, insurance company, trust, yayasan.
4) Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat
terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor pusat di
luar negeri.
e. Mekanisme Leasing
i. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jasa barang, spesifikasi,
harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang akan di-lease.
ii. Lesee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang
modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat
dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan
leasing antara lain: keterangan barang, harga barang, cash security deposit, residual value,
asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan lainnya.
iii. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan
lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan persyaratan dalam letter
of offer, kemudian lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
iv. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee. Kontrak
leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup: pihak-pihak yang terlibat, hak milik,
jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas
objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
v. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee
sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
vi. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya lessee
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada supplier.
vii. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termaasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
viii. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
ix. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama
masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai
serta bunganya.
f. Manfaat dan Keunggulan Leasing
i. Leasing/sewa guna usaha dapat dijadikan sebagai salah satu sumber dana bagi pengusaha
yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa.
ii. Usaha leasing/sewa guna usaha dapat memberikan pembiayaan dalam waktu yang cepat.
iii. Dengan perjanjian leasing/sewa guna usaha, suatu perusahaan akan terasa lebih
menghemat dalam hal pengeluaran dana tunai dibanding dengan membeli secara tunai.
iv. Mempunyai keunggulan keunggulan sebagai alternative baru bagi pembiayaan di luar
sistem perbankan, misalnya :
Proses pengadaan peralatan modal relative lebih cepat dan tidak memerlukan
jaminan kebendaan, prosedurnya sederhana dan tidak ada keharusan melakukan
studi kelayakan yang memakan waktu lama.
Pengadaan kebutuhan modal alat
Alat berat dan mahal dengan teknologi tinggi amat meringankan terhadap
kebutuhan cash flow-nya mengingat system pembayaran cicilan berjangka
panjang.
Posisi cash flow perusahaan akan lebih baik dan biaya biaya modal menjadi
lebih murah dan menarik.
Perencanaan keuangan perusahaan lebih mudah dan sederhana.
1) Pada leasing, masalah jangka waktu perjanjiannya merupakan focus utama karena dengan
berakhirnya jangka waktu lesse diberikan hak opsi. Sementara itu, pada sewa menyewa,
masalah waktu bukan focus utama .
2) Sewa merupakan jenis perjanjian nominative, yaitu suatu jenis perjanjian yang sudah
diatur dalam KUH Perdata. Sementara leasingadalah suatu jenis perjanjian innominatif,
yang disebut sebagai salah satu lembaga pembiayaan badan usaha.
3) Para pihak dalam leasing adalah badan usaha sedangkan dalam sewa menyewa para
pihaknya perorangan.
4) Pada leasing biasanya dibutuhkan jaminan jaminan tertentu, sedangkan pada sewa
menyewa tidak diperlukan jaminan.
5) Pada leasing disertai dengan hak opsi, sedangkan pada sewa menewa hak opsi tidak
diperlukan.
c. Perbedaan dengan sewa beli
1) Dalam sewa beli peralihan hak milik pasti terjadi setelah berakhir masa sewa, sedangkan
pada leasing peralihan hak milik terjadi jika lease mempergunakan hak opsinya
2) Sewa beli merupakan jenis perjanjian innominatif yang tidak termasuk lembaga
pembiayaan, sedangkan leasing adalah lembaga pembiayaan.
3) Dalam leasing ada tiga pihak yang terlibat, yaitu lesse, lessor, dan supplier, sedangkan
pada sewa beli hanya dua pihak.
h. Aspek perpajakan yang berkaitan dengan leasing.
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000 dan surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan: Lessee tidak memotong pajak penghasilan
pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian
sewa guna usaha dengan hak opsi. Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan bahwa
angsuran-angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transaksi
finance lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.
Pasal 17 ayat 2 menyatakan:
a. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha tanpa
hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessee. Di sini dijelaskan
bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transaksi operational lease diperlukan
pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak diperlakukan sebagi sewamenyewa biasa.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Perlakuan PPN atas transaksi capital lease:
i.
Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994 huruf d dan
e, Pengumuman Direktur Jenderal Pajak No. Peng- 139/PJ.63/1989 dan Pasal 1 angka 4
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep05/PJ/1994, penyerahan jasa dalam
transaksi capital lease dari lessor kepada lessee adalah penyerahan jasa yang terutang
PPN, karena lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang dengan demikian adalah
pengusaha kena pajak.
ii. Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan penyerahan barang
kena pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam rangka persewaan biasa.
iii. Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian.
iv. PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3) merupakan PPN Keluaran bagi lessor dan
merupakan PPN Masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah Pengusaha Kena Pajak.
PPN yang dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease merupakan PPN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN Pajak Keluaran lessor.
b. Dalam hal transaksi sale and lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas perolehan barang
tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal lessee kemudian melease kembali barang tersebut,
maka lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan barang yang dilakukan.
Lease : Suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode tertentu dengan
sewa tertentu.
Lessee : Pemakai aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan yang
menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan leasing.
Lessor : Pemilik dari aktiva yang akan di lease.
Lease term: Jangka waktu lease yang tetap dan tidak dapat dibatalkan, termasuk:
a. Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbarui kontrak leasing.
b. Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang
dilease.
c. Periode dimana lessor mempunyai hak untuk memperbarui atau memperpanjang
masa lease.
d. Periode dimana denda dikenakan bagi lessee atas kegagalannya untuk
memperbarui lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease.
e. Periode yang mencakup hak opsi pembaruan yang biasa yaitu diberikan jaminan
oleh lessee atas utang lessor yang mungkin terjadi.
Residual Value: Nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada akhir periode
sewa.
Security Deposit (SD): Jaminan kas yang diminta lessor dari sewa lessee untuk menjamin
pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya.
i. Sumber-sumber dana leasinng
Sumber dana usaha leasing dapat berasal dari modal intern, yaitu :
1) Modal di setor (paid up capital),yang sejak tahun 1984 diubah menjadi Rp.1 M bagi
perusahaan swasta nasional dan Rp.3000 juta pagi perusahaan joint ventura.
2) Laba di tahan (retained earning).
3) Depresiasi.
Di samping itu, sejumlah lembaga-lembaga keuangan dan perusahaan perushaan leasing khusus
menyediakan dana untuk leasing suatu perusahaan, antara lain:
i. Bank-Bank. Bank-Bank komersial yang besar telah menjadi makin tertarik dalam
pembiayaan leasing. Baik secara langsung ataupun melalui penggunaan suatu perusahaan
yang memegang perusahaan lain. Suatu perusahaan akan membuat ketetapan-ketetapan
untuk membeli peralatan dan mengleasekannya kepada seorang pelanggan.
ii. Perusahaan-Perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan-perusahaan ini telah menjadi populer
dalam hal leasing jangka panjang untuk real estate. Suatu perusahaan asuransi jiwa
mempunyai aliran-aliran kas yang besar yang dapat di investasikan sampai dibutuhkan
untuk melakukan pembayaran-pembayaran polis. Uang ini seringkali di investasikan pada
gedung-gedung kantor atau gudang yang, dileasekan pada pemakai atas dasar suatu
finacial,servis ataupun lease.
iii. Perusahaan-perusahaan pelayanan keuangan. Perusahaan-perusahaan keuangan yang
komersial dan perusahaan-perusahaan leasing merupakan sumber-sumber dana penting
untuk mesin-mesin dan peralatan-peralatan. Perusahaan-perusahaan ini biasanya
mengkaryakan seorang staf yang berasal dari para ahli yang benar-benar terkenal dengan
resale market untuk perlatan-peralatan yang khusus dan yang dapat mengembangkan halhal yang berkaitan dengan persetujuan lease.
j. Unsur-Unsur Perjanjian Pada Leasing
Negosiasi: Calon lesse melakukan negosiasi dengan supplier mengenai barang yang
dibutuhkan. Negosiasi meliputi tentang harga, jenis barang beserta seri atau tipenya dll.
Supplier: Yaitu pabrik penghasil barang, dealer ataupun distributor dari barang yang
dibutuhkan oleh lessee
Lessee: Yaitu pihak yang akan memakai barang yang akan dileasekan. Merupakan
pemilik barang secara ekonomis dan ia pula yang bertanggung jawab atas perawatan
barang, asuransi, dan hal-hal yang berkenaan dengan pengoprasian barang tersebut.
Lessor: pihak yang memiliki barang yang menjadi obyek perjanjian leasing
Kontrak leasing: Kontrak yang dilakukan antara lessor dan lessee yang merupakan
landasan hukum atas perjanjian leasing yang telah disepakati bersama
Harga barang: Merupakan harga final yang telah dinegosiasikan antar lessee dan supplier
dan juga merupakan harga yang dibayar oleh lessor kepada supplier
Hak kepemilikan barang hak ini mulai dilimpahkan kepada lessor pada saat pembayaran
telah dilakukan
Pembayaran rental: Pembayaran ini dilakukan berdasarkan bulanan, kuartalan, ataupun
tengah tahunan atas penggunaan barang selama masa perjanjian leasing
Periode leasing: merupakan masa berlangsungnya perjanjian leasing yang telah disetujui
bersama antara lessor dan lessee
Nilai sisa: Berdasarkan nilai sisa yang telah disetujui bersama (menurut peraturan
besarnya nilai sisa minimal adalah 10% dari harga barang tersebut). Maka lessee
mempunyai hak untuk membeli barang tersebut.
ii.
tidak mampu meminjam karena beberapa alasan, maka penghindaran dari cash outlay
akan menjadi suatu keuntungan leasing sebagai suatu alternatif pembelanjaan.
Biaya leasing yang tinggi
Biaya leasing pada umumnya lebih mahal dari pada meminjam karena:
Keuntungan lessor. Suatu perusahaan leasing harus mengganti uangnya pada
tingkat yang dapat di bandingkan dengan tingkat pasar lainnya dan kemudian
harus membebankan suatu premium kepada lessee. Premium ini menunjukan
suatu laba bagi lessor atas penetapan leasing.
Pembayaran keahlian. Perusahaan leasing harus mempunyai karyawan-karyawan
yang berpengetahuan luas mengenai semua aspek dari peralatan atau real estet
yang sedang di leaskan. Biaya nasehat ahli di bidangnya yang diperlukan untuk
menyusun suatu persetujuan lease harus dimasukan kedalam pembayaranpembayaran lease.
Bertalian dengan pelayanan. Seringkali suatu persetujuan lease menyangkut
pelayanan yang bertalian dengan peralatan. Lease harus menanggung biaya
peralatan semacam itu kedalam pembayaran-pembayan lease.
Meskipun pada umumnya di nyatakan bahwa leasing lebih mahal, biaya real sesungguhnya dari
leasing di bandingkan dengan biaya utang dapat ditentunkan melalui analisis aliran kas,dengan
menggunakan teknik nilai sekarang atau suatu alat ukur biaya lainnya.
m. Contoh Sewa Guna Usaha di Indonesia
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang sewa guna usaha otomotif, Adira
Finance juga mengalami banyak hambatan dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satu kendala
yang dihadapi oleh Adira Finance dalam mengadapi bisnis sewa guna usaha adalah masalah
regulasi yang belum mengakomodasi kepentingan bisnis. Belum ada kejelasan ketentuan pajak
yang mengatur mengenai transaki sale and lease back. Akibatnya adalah, pajak berganda yang
diterima oleh para pelaku industry sewa guna usaha ini, termasuk Adira Finance. Sale and lease
back merupakan salah satu mekanisme pembiayaan yang dilakukan perusahaan sewa guna usaha
di mana nasabah membeli terlebih dahulu kebutuhan barangnya untuk kemudian dibiayai melalui
perusahaan pembiayaan. Para pengusaha di bidang pembiayaan ini, termasuk Adira Finance,
berharap amandemen Undang Undang No. 18/2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN)
oleh DPR dapat menghilangkan pajak berganda yang menekan industry leasing. Dalam Pasal IA
UU tersebut yang juga merupakan amandemen dari UU No. 8/1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah itu, dinyatakan yang termasuk
dalam pengertian penyerahan barang kena pajak adalah penyerahan hak atas barang kena pajak
karena suatu perjanjian. Selain itu, disebutkan barang kena pajak lainnya ialah pengalihan barang
kena pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing, penyerahan barang
kena pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang, dan pemakaian sendiri dan atau
pemberian Cuma Cuma atas barang kena pajak. Dirjen Pajak menegaskan bahwa UU tersebut
akan diamandemen kembali mengingat masih belum sempurnanya regulasi bagi dunia leasing.
Namun, dengan adanya amandemen UU tersebut, para pelaku bisnis pembiayaan termasuk Adira
Finance mengalami sedikit kemudahan dalam menjalankan pajak perusahaannya.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh Adira Finance selaku perusahaan yang bergerak
dalam bidang pembiayaan konsumen bidang otomotif, adalah Adira Finance tidak bisa serta
merta menyita kendaraan dari orang yang tidak membayar cicilan dengan alasan telah terjadi
kontrak karena dalam hukum Indonesia yang berhak menyita adalah pengadilan. Namun,
sebenarnya Adira Finance dapat mengatasnamakan kebebasan berkontrak yang ia buat dengan
konsumen sehingga Adira Finance berhak menyita kendaraan. Namun, kontrak atau perjanjian
tersebut rupanya dibatasi oleh 3 hal yaitu kebiasaan, ketertiban umum dan undang undang.
Artinya, perjanjian kontrak bisa batal demi hukum jika melanggar undang undang seperti
adanya hak menyita barang yang dikredit jika tidak membayar angsuran dalam jangka waktu
tertentu. Karena yang berhak menyita sesuai hukum Indonesia adalah pengadilan. Selain itu,
perjanjian yang dibuat oleh hampir kebanyakan perusahaan leasing kendaraan termasuk Adira
Finance dengan masyarakat yang mengkredit kendaraan menggunakan klausula baku atau
perjanjian kontrak yang tidak sesuai dengan UU Perlindungan Konsumen. Maka dari itu,
dibentuklah Perwakilan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di tingkat propinsi
dan Badan Pegawasan Sengketa Konsumen (BPSK) di tingkat kabupaten/kota. Namun, pada
kenyataannya, ada perusahaan leasing kendaraan yang tidak mematuhi BPKN dan BPSK
tersebut. Demi keamanan perusahaan dan perjanjian kontrak, Adira Finance dapat melakukan
penyitaan kendaraan yang sudah tidak dicicil oleh konsumennya. Apabila konsumen tersebut
merasa keberatan, dapat mengajukan sengketa tersebut ke pengadilan dengan menempuh jalur
hukum.