KONJUNGTIVITIS ALERGIKA
Disusun Oleh :
Ahmad roykhan
08711130
Andrianto aliong
08711159
M Duski fillo
07711002
08711188
Kelompok Tutorial : 07
Kasus
: B1
Tutor
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
TA 2010/2011
STATUS PASIEN
A. Anamnesis
I.
Identitas pasien
Nama
: Tn K
Umur
: 35 tahun
: Petani
Alamat
II.
Keluhan Utama
Mata merah
III.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluhkan kedua matanya merah
keluhan tersebut disertai denan keluarnya air mata yang banyak (nrocos),
mata bengkak dan sangat gatal, terdapat kotoran tetapi berwarna bening
atau jernih. Menurut pasien walaupun mata merah namun ketajaman mata
masih baik. Pasien sudah berusaha mengobatinya dengan tetes mata yang
dibelinya diwarung tapi belum membaik.
IV.
Anamnesis System
Cerebrospinal
Cardiovaskuler
Respirasi
Gastrointestinal
Urogenital
Integumentum
: gatal (-)
V.
Muskuloskeletal
: pegal-pegal (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama (+) berulang setiap kali masa panen padi
datang.
Riwayat memakai kaca mata (-).
Riwayat penyakit kronis DM (-) HT (-).
VI.
B. Pemeriksaan Fisik
I. Status generalisata
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : compos mentis.
Vital sign :
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37,5 C
Respirasi : 24x/menit
A. Pemeriksaan Visus
NO
1
2
3
PEMERIKSAAN
Vusis jauh
Proyeksi sinar
Proyeksi warna
OD
6/6
+
OS
6/6
+
+
B. Pemeriksaan
No
1
Pemeriksaan
Sekitar mata
OD
OS
Simetris
Simetris
distribusi
distribusi merata
merata
2
Palpebra
Gerakan
Normal
Normal
edema ringan
edema ringan
Gerakan
Konjungtiva
K pelpebra sup et inf
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
K forniks
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
K Bulbi
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Sklera
Putih
Putih
Warna
Kornea
Kejernihan
Jernih
Jernih
Sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
Arcus senilis
Ada
Ada
Uji florensi
Iris
Pupil
Lensa
Tdl
Dbn
Dbn
Tdl
Dbn
Dbn
Kejernihan
Jernih
Jernih
7
8
9
10
Warna
Gelap
Gelap
Shadow tes
Tekanan bola mata
(-)
17 mmhg
(-)
15 mmhg
PEMBAHASAN
I.
PATOGENESIS
Menurut
Liesegang
et
al.
(2004),
konjungtivitis
alergi
RESUME ANAMNESIS
a. Analisis RPS
Os mengeluhkan mata kedua mata yang merah dan berair atau
mengeluarkan banyak air mata bengkak dan sangat gatal, terdapat
kotoran yang berwarna jernih namun ketajaman penglihatan masih
baik, Os juga mengatakan kalau sudah membelikan obat tetes mata
namun belum membaik.
i. Mata merah
Dalam ilmu penyakit mata, Sidarta (2010) dijelaskan bahwa
mata merah seperti yang dikeluhkan pasien dapat timbul akibat
terjadinya perubahan pada bola mata yang sebelumnya berwarna
putih. Mata merah tersebut dapat diakibatkan oleh pelebaran
pembuluh darah konjungtiva dan bila terjadi pelebaran pembuluh
darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva
dan sklera maka akan terlihat warna merah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva ini
biasanya terjadi akibat peradangan akut pada mata, pelebaran ini
sendiri lebih dikenal dengan sebutan injeksi konjungtiva yaitu
peradangan arteri konjungtiva posterior, peradangan tersebut dapat
iv. Gatal
Rasa gatal yang dikeluhkan pada pasien adalah efek dari proses
reaksi hipersensitivitas yang terjadi dimana terjadi pelepasan
mediator berupa histamin oleh sel mast yang Selanjutnya dalam 60
menit akan terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan mediatormediator yang dapat menyebabkan chemosis dan rasa gatal di
konjungtiva. (Sidarta, 2010)
v. Sekret yang jernih
Sekret atau belek mata dalam penjelasan Sidarta (2010)
merupakan
produk
kelenjar
yang
pada
konjungtiva
bulbi
b. Analisis RPD
Pada riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan penyakit kronis
yang mendahului akan tetapi Os adalah seorang penderita asma
berulang setiap kali musim panen padi datang. Asma yang berulang
dengan datangnya musim panen padi ini menunjukkan bahwa pasien
adalah seorang yang mempunyai reaksi hipersensitivitas tipe cepat
terhadap antigen yang diikat oleh IgE pada permukaan sel mast yang
menginduksi pelepasan mediator vasoaktif berupa histamin yang
bermanifestasi
anafilaksis
sistemik
dan
lokal
seperti
asma,
PEMBAHASAN PEMERIKSAAN
PENUJANG TERKAIT
KASUS
Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan klinis didapatkan
adanya hiperemi konjunguiva, sekret atau getah mata edema
konjungtiva.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengorek
konjungtiva Superficial untuk mendapatkan bahan/material yang
menyebabkan mata merah dan setelah itu bahan tersebut dibuat dalam
bentuk sediaan yang dicat dengan pengecatan Gram atau Giemsa
sehingga pada pemeriksaan mikroskop diharapakan dapat dijumpai
sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel mononuklear, atau dapat juga
ditemukan bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis sehingga dapat
diidentifikasikan dari pengecatan ini. Pada konjungtivitis yang
disebabkan oleh alergi, pada pengecatan Giemsa akan didapatkan selIV.
disimpan).
B. JENIS OBAT
Untuk penatalaksanaan konjungtivitis alergi dapat diberikan obat-obat
seperti kortikosteroid, antiinflamasi non-steroid (AINS), vasokonstriktor,
antihistamin, dan stabilisator sel mast. Bartlett et al. (2008)
1. Golongan antihistamin
Menurut sidarta (2010), golongan antihistamin serta penghambat
sel mast merupakan pilihan untuk terapi konjungtivitis alergi.
Antihistamin generasi lama selalu menimbulkan efek samping
sedasi/mengantuk,
seperti:
klorfeniramin
maleat
(CTM),
oral namun juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya
dikombinasikan dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan.
Tetapi menurut vaughan Antihistamin per-oral sedikit manfaatnya.
2. Golongan penghambat sel mast
Sedangkan penghambat sel mast yang biasanya diberikan adalah
Sodium kromolin 4% dengan dosis 1 tetes 4-6 kali sehari terbukti
bermanfaat memiliki efek profilaktis pada konjungtivitis alergika.
Sodium kromolin ini juga bermanfaat karena kemampuannya sebaga
pengganti steroid bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti
dapat membantu mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid.
Sodium kromolin berperan sebagai stabilisator sel mast, mencegah
terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe
I, namun tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel
maupun interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya,
diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel
serta menghambat pelepasan histamine dari sel mast dengan cara
mengatur fosforilasi. Biasanya digunakan sebagai pencegahan jika
penderita akan mengadakan kontak dengan suatu alergen. Umumnya
1-2 minggu penyakitnya membaik secara simtomatis.
Indikasi
Penggunaan dosis
Kortikosteroid dan derivat-derivat tertentu, kerja antiradangnya
meningkatkan
aktivitas
virus
herpes
simpleks
yang
%.
dan
PGH2.
siklooksigenase
Pada
yaitu
saat
ini
didapatkan
siklooksigenase-1
(COX-1)
bentuk
dan
Efek sampingnya :
Menurunkan daya reaksi jaringan.
Mengaktifkan proliferasi bakteri.
Steroid menyembunyikan gejala penyakit lain.
Memberikan penyulit lain sperti katarak dan glokoma.
Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosisi kelopak mata.
Mengaktifkan infeksi herpes simpleks dan infeksi virus.
Menambah berat radang akibat infeksi bakteri.
Menambah kemungkinan infeksi jamur .
Efek samping obat pada mata dan sistemik
Menurut vaughan (2010), Obat-obat yang digunakan baik sistemik
maupun topikal memberikan efek di mata yang merugikan dan kadangkadang preparat mata topikal menyebabkan efek sistemik jika bahanbahan kandungannya yang aktif terlalu banyak terserap. Efek samping
pengawetnya juga diperhitungkan. Cara untuk mengurangi efek samping
sistemik yaitu prinsipnya yaitu mencegah agar jangan sampai dosisnya
berlebihan. Yang biasa diresepkan oleh dokter adalah kadar terendah yang
masih memberikan efek terapuetik yang baik. Hanya diperlukan
pengobatan dengan 1 tetes volume setiap kali karena mata dapat menahan
kurang dari 1 tetes. Metode pemberian obat secara topikal adalah sebagai
berikut:
1. Pasien menodongkan kepalanya ke belakang ke arah langit-langit.
Kemudian kelopak mata bawah dipegang dibawah pangkal bulu
mata kemudian dengan lembut kelopak mata bawah ditarik
menjauhi bola mata.
2. Teteskan obat mata 1 tetes ke dalam forniks inferior yang terdekat
dengan daerah yang terkena, jangan sampai menyentuh bulu mata
dan kelopak mata untuk mencegah pencemaran.
3. pasien disuruh melihat ke bawah dan pada saat itu dengan hati-hati
kelopak mata bawah di tarik ke atas agar bisa menempel pada
kelopak mata atas.
4. kelopak mata dibiarkan tertutup 3 menit atau lebih agar tidak
mengedop. Karena jika mengedip obat akan terpompa kehidung
yang akan meningkatkan penyerapan sistemik. Pasien di suruh
menyumbat sistem aliran lakrimalnya dengan cara menekan sudut
dalam kelopak mata keras-keras dengan mata keadaan tertutup.
B.
NON FARMAKOLOGI
Satu-satunya terapi tanpa obat untuk alergi adalah menghindari
Edukasi :
Cuci tangan.
menitsebelum
meneteskan
obat
mata
selanjutnya.
V.
a.
2.
3.
prognosis
pasien
masih
kerusakan
pada
mata/gangguan
pada
mata
dan
DAFTAR PUSTAKA