Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul KONSEP TAARUF DALAM ISLAM ini sengaja di bahas
karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang berada di
jurusan Pendidikan Agama Islam. Banyak sekali penomena-penomena yang terjadi di
masyarakat terkait masalah Filsafat Pendidikan Islam. Untuk itu kita sebagai mahasiswa yang
berfungsi sebagai pengabdi di masyarakat harus dapat memberikan pengarahan agar masyarakat
lebih mengenal dan memahami dari bab yang kami bahas ini.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Ali Bowo Tjahjono selaku dosen Ilmu Pendidikan
Islam II untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Semarang,

Januari 2016

Penyusun

A. Pengertian Taaruf
Secara bahasa ta'aruf bisa bermakna berkenalan atau saling mengenal. Asalnya berasal
dari akar kata taaarafa. Seperti ini sudah ada dalam Al-Quran. Firman Allah (yang artinya):
Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan
seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling
mengenal (taarofu) ... (QS. Al Hujurat: 13).
Kata li taaarafuu dalam ayat ini mengandung makna bahwa, aslinya tujuan dari semua
ciptaan Allah itu adalah agar kita semua saling mengenal yang satu terhadap yang lain. Sehingga
secara umum, taaruf bisa berarti saling mengenal. Dengan bahasa yang jelas taaruf adalah
upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian yang lain.
Jadi, kata taaruf itu mirip dengan makna berkenalan dalam bahasa kita. Setiap kali kita
berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga kita, orang baru atau sesama penumpang dalam
sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai taaruf. Taaruf jenis ini dianjurkan
dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama muslim untuk mengikat hubungan
persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan kalau perkenalan itu terjadi antara
dua orang berlawanan jenis, yaitu pria dengan wanita. Untuk itu umat islam sudah menganjurkan
memberlakukan hijab bagi wanita muslimah, yang bukan hanya berarti selembar jilbab dan baju
kurung yang menutupi tubuhnya dari pandangan pria yang bukan mahram, tapi juga melindungi
pergaulannya dengan lawan jenis yang tidak diizinkan syariat. Contoh dari pergaulan yang tidak
diizinkan syariat ini ialah berduaan atau bercampur-baur antara beberapa orang yang berlainan
jenis dalam satu tempat secara berbauran, pergi bersama pria yang bukan mahram, dan berbagai
hal

lain

yang

dilarang

syariat.

Semua

itu

tidak

otomatis

menjadi

halal

bila

diatasnamakan taaruf.
Taaruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas-batas yang tidak
melanggar aturan islam itu sendiri. Kalau dalam soalan makan, minum dan berpakaian saja islam
memiliki aturan yang harus dijaga, misalnya tidak sembarang makan dan minum itu halal, dan
tidak sembarang pakaian boleh dipakai, maka untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu
juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenalan, adab mengenal sesama muslim, juga
memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi jangan sekali-kali mencampuradukkan antara
anjuran berkenalan atau mengenal sesama muslim dengan larangan-larangan agama seputar
proses berkenalan tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan mencampuradukkan

antara makanan halal dengan haram, dengan dalil karena manusia hidup harus makan, dan bahwa
makan minum itu boleh dilakukan diluar puasa.
Kemudian dalam makna khusus proses pengenalan seseorang terhadap pria atau wanita
yang akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai taaruf. Sebagai istilah
taaruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal-hal yang memuat aplikasi dari hal-hal yang
dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru hal-hal yang tidak baik atau dilarang.
Ungkapan taaruf ini tidak pernah disebutkan sebagai istilah khusus sengan arti perkenalan antar
dua orang berlainan jenis yang ingin menjajaki kecocokan sebelum menikah. Karena tak ada
penggunaan istilah yang sama untuk makna tersebut, maka sekali lagi kata taaruf ini masih
bebas dinilai. Dan karna bebas nilai inilah, maka aplikasi taaruf ini pun bisa ditarik ulur menjadi
nilai-nilai yang dianjurkan atau bahkan diwajibkan, atau sebaliknya, justru menjadi nilai-nilai
yang dilarang dan diharamkan.
B. ISI KANDUNGAN SURAH AL-HUJARAT AYAT 13
Sebagai makhluk sosial, manusia mau atau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia
lain, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya lingkungan
sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada
aturan atau tertib, disiplin, menghargai hak-hak azasi manusia dan sebagainya. Lingkungan yang
demikian itulah memungkinkan ia dapat melakukan berbagai aktifitasnya dengan tenang, tanpa
terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya. Untuk menciptakan masyarakat yang
tenang, tertib dan penuh dengan keharmonisan, Al quran merupakan pegangan yang tidak ada
keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata
kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu
kandungannya berisi perintah untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian,
serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat
muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut.
Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang dapat mencegah
terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
1.

Nilai pendidikan untuk menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin, untuk

tidak saling merendahkan satu sama lain. Dilarang saling mengolok-olok, mengejek, memanggil
dengan gelar yang buruk, berbuat ghibah. Diperintahkan untuk saling menghormati satu sama

lain, aplikasi dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasihat, kisah
dan metode peringatan dan ancaman (targhib).
2.

Pendidikan taubat, dalam ayat tersebut kita diperintahkan bertaubat setelah

berdosa. Aplikasi pendidikan islam, bertaubat melalui metode pembiasaan dan pemberian
nasehat (ceramah).
3.

Nilai pendidikan untuk tidak suudhdhan / berburuk sangka, diperintahkan untuk

berbaik sangka atau positif thingking. Pendidikan positif thingking dapat dilakukan dengan
metode keteladanan, nasehat dan metode pembiasaan.
4.

Pendidikan Taaruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas budaya,

geografis dan tidak diskriminatif. Pendidikan taaruf ini dapat dilakukan dengan metode nasehat,
kisah dan pembiasaan.
5.

Pendidikan persamaan derajat, pernyataan yang paling mulia disisi Allah

adalah orang yang paling bertaqwa mengisyaratkan persamaan derajat manusia dihadapan allah
swt sama. Pendidikan persamaan derajat dapat dilakukan dengan metode ceramah, nasehat, kisah
dan metode keteladanan.
Kelima nilai-nilai pendidikan akhlak diatas merupakan isi kandungan surah al Hujurat
ayat 13, apabila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Islam maka mereka akan
dapat hidup penuh kedamaian. Dan sebaiknya nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan sejak dini
kepada generasi umat Islam.
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan suasana muslim, ayat diatas
berlatih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat diatur
tidak lagi menggunakkan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang beriman tetapi kepada
jenis manusia. Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan yakni Adam dan Hawwa, atau dari sperma (benih laki-laki) dan
ovum ( indung telur perempuan) serta menjadikanmu berbangsa-bangsa juga bersuka-suka
supaya kamu saling mengenal yang menghantar kamu untuk bantu- membantu serta saling
melengkapi.
Penggalan pertama ayat diatas sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan penghantar untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat
kemanusiannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena
semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada salinannya, semakin terbuka peluang
untuk saling member manfaat. Karena itu ayat diatas menekankan saling mengenal, perkenalan
itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan
ketakwaan kepada Allah swt. Yang dampaknya tercermin kedamaian dan kesahjetaraan hidup
duniawi dan kebahagian ukhrawi. Anda tidak dapat menarik pelajaran ,tidak dapat saling
melengkapi dan menarik manfaat bahkan tidak dapat bekerjasama tanpa saling kenal-mengenal.

BAB III
DISKUSI KELOMPOK
Berdasarkan, Ta'aruf dalam Islam bermaksud berkenal-kenalan antara satu sama lain.
Dalam Islam, ta'aruf adalah ibadah. Orang yang mengamalkan ta'aruf dilihat mematuhi tuntutan
syara'.
Jadi, kata taaruf itu mirip dengan makna berkenalan dalam bahasa kita. Setiap kali kita
berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga kita, orang baru atau sesama penumpang dalam
sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai taaruf. Taaruf jenis ini dianjurkan
dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama muslimuntuk mengikat hubungan
persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan kalau perkenalan itu terjadi antara
dua orang berlawanan jenis, yaitu pria dengan wanita.
Untuk itu umat islam sudah menganjurkan memberlakukan hijab bagi wanita muslimah,
yang bukan hanya berarti selembar jilbab dan baju kurung yang menutupi tubuhnya dari
pandangan pria yang bukan mahram, tapi juga melindungi pergaulannya dengan lawan jenis
yang tidak diizinkan syariat. Contoh dari pergaulan yang tidak diizinkan syariat ini ialah
berduaan atau bercampur-baur antara beberapa orang yang berlainan jenis dalam satu tempat
secara berbauran, pergi bersama pria yang bukan mahram, dan berbagai hal lain yang dilarang
syariat. Semua itu tidak otomatis menjadi halal bila diatasnamakan taaruf.
Taaruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas-batas yang tidak
melanggar aturan islam itu sendiri. Kalau dalam soal makan, minum dan berpakaian saja islam
memiliki aturan yang harus dijaga, misalnya tidak sembarang makan dan minum itu halal, dan
tidak sembarang pakaian boleh dipakai, maka untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu
juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenelan, adab mengenal sesama muslim, juga
memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi jangan sekali-kali mencampuradukkan antara
anjuran berkenalan atau mengenal sesama muslim dengan larangan-larangan agama seputar
proses berkenalan tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan mencampuradukkan
antara makanan halal dengan haram, dengan dalil karena manusiahidup harus makan, dan bahwa
makan minum itu boleh dilakukan diluar puasa.
Kemudian dalam makna khusus proses pengenalan sesorang terhadap pria atau wanita
yang akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai taaruf. Sebagai istilah

taaruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal-hal yang memuat aplikasi dari hal-hal yang
dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru hal-hal yang tidak baik atau dilarang. Sejauh
yang kami tahu, ungkapan taaruf ini tidak pernah disebutkan sebagai istilah khusus sengan arti
perkenalan antar dua orang berlainan jenis yang ingin menjajaki kecocokan sebelum menikah.
Karena tak ada penggunaan istilah yang sama untuk makna tersebut, maka sekali lagi kata taaruf
ini masih bebas dinilai. Dan karna bebas nilai inilah, maka aplikasi taaruf ini pun bisa ditarik
ulur menjadi nilai-nilai yang dianjurkan atau bahkan diwajibkan, atau sebaliknya, justru menjadi
nilai-nilai yang dilarang dan diharamkan.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep taaruf dalam islam ialah, berkenal-kenalan antara satu sama lain. Dalam Islam,
ta'aruf adalah ibadah. Taaruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batasbatas yang tidak melanggar aturan islam itu sendiri.
Kalau dalam soal makan, minum dan berpakaian saja islam memiliki aturan yang harus
dijaga, maka untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu juga memiliki aturannya. Adab
pergaulan, adab berkenelan, adab mengenal sesama muslim, juga memiliki aturan yang harus
diperhatikan.
Allah menciptakan manusia dengan berbagi perbedaan, bersuku-suku, berbangsa-bangsa
agar manusia saling hormat-menghormati dan saling kenal-mengenal satu sama lainnya.

Saran
Dengan adanya makalah ini semoga kita bisa mendalami tentang mata kuliah ilmu pendidikan
islam, khususnya pada pembahasan tentng konsep taaruf dalam islam, bahwa berkenalan
(taaruf).

DAFTAR PUSTAKA
https://remajaislam.com/414-apa-itu-taaruf.html
http://rismamasjidagungmuttaqien.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai