Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Fadhila Kamayanti
01.209.5901
Pembimbing :
dr. Rivai Koesen, Sp.A
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. A
Umur
: 9bulan 30hari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Bangsal
: Dahlia
No CM
: 410.654
Masuk RS
: 17 November 2013
Nama Ayah
: Tn.T
Umur
: 43 tahun
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMA
Nama Ibu
: Ny. S
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SMP
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara AUTOANAMNESIS dgn ibu pasien pada
tanggal 25 November pukul 12.30 WIB di Ruang Dahlia dan Didukung oleh
catatan medis.
a) Keluhan utama
: BAB cair
b) Keluhan tambahan
:disangkal
:disangkal
: 9 bulan
: 3000 gram
Panjang badan
: 52 cm
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
: 1x umur 9 bulan
Sektor bahasa:
1 bulan
: tersenyum, menatap
2 bulan
: tertawa
3 bulan
:memegang benda
4 bulan
:miring
5 bulan
: tengkurap
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
: merangkak
: 7,6 kg
Tinggi badan : 65 cm
Usia
: 9bulan 30hari
WAZ (BB/U) = 7,6 7,0 = 0,6
1
HAZ (TB/U) = 65-70,4 = -1,92
2,8
WHZ (BB/TB) = 7,6-7,0 = 0,75
0,8
2. PemeriksaanFisik
Tanggal 25 November 2013 pukul 13.00 WIB
Anak Perempuan, berat badan 7,6 kg, tinggi badan 65 cm
Kesan umum
TD
: tidak dilakukan
HR
RR
: 24 x/menit, reguler
Suhu
: 38,5o C (axilla)
Status Internus
Kepala
: mesocephale
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
: pembesaran KGB(+)
Paru-Paru
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
o Batas kiri
o Batas atas
o Batas kanan
o Batas pinggang
Abdomen
-
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin
Luka
Akral sianosis
Oedem
Superior
-/+/+
-/-/Kulit : turgor kembali melambat
Inferior
-/-/-/-/-
3. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan darah rutin (17 November 2013)
Hb
11,9 g/dl
Ht
34,2 %
(29 42 %)
Leukosit
18.100 /l
Trombosit
370.000 /l
Pemeriksaan elektrolit
Na
146,0 mmol/L
4,19 mmol/L
Ca
1,55 mmol/L
perdarahan spontan (-), sesak nafas (-), edem palpebra (-), nyeri ulu hati (+).
Tanda Vital
TD
: tidak dilakukan
HR
RR
Suhu
: 38,5o C (axilla)
Status Internus
Leukopenitosis.
KESAN
-
comorbid
:-
komplikasi
:-
Gizi
sosial ekonomi
: cukup
imunisasi
pertumbuhan
: normal
perkembangan
: normal
D. DIAGNOSIS BANDING
1. DADS
ii. Diare Akut Dehidrasi Sedang Tipe Sekretrik
iii. Diare Akut Dehidrasi Sedang Tipe Osmotik
iv. Diare Akut Dehidrasi Sedang e.c Infeksi
v. Diare Akut Dehidrasi Sedang e.c Inflamasi
2. IMPETIGO BULOSA
9
i. Dermatitis Atopik
ii. Dermatitis Kontak
iii. Herpes Simpleks
iv. Varisela
3. DIAGNOSIS SEMENTARA
I.
DADS
II.
IMPETIGO BULOSA
III.
10
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
Keluhan
KU
SMRS
Hari ke-1
Perawatan
Hari ke-2
Perawatan
Hari ke-3
Perawatan
17-11-2013
17-11-2013
18-11- 2013
19-11-2013
Demam (+)
BAB/BAK (cair/)
Muntah (+)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Demam (-)
BAB 6x/BAK
(cair/-)
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Demam (-)
BAB 3x/BAK
(ampas +/-)
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Demam (-)
BAB 3x/BAK (ampas
+/+)
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Sakit sedang, CM
Baik, CM
Baik, CM
Baik CM
112x/menit
24x/menit
38,5oC
120x/menit
30x/menit
37,2 oC
120x/menit
30x/menit
38,6oC
DADS
Impetigo bulosa
Obs. Demam
DADS
Impetigo bulosa
Obs. Demam H1
DADS
Impetigo bulosa
Obs. Demam H2
DADS
Impetigo bulosa
Obs. Demam H3
Inf. RL 8 tpm
Inf. Sanmol 5,5 cc
tiap 4 jam (k/p)
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x sch
Sanmol drop 0,6
cc (k/p)
Zink tab 1x10mg
Fuciler Zalf
O2 nasal 2 lt/mnt
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6
cc (k/p)
Zink tab 1x10mg
Fuciler Zalf
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6 cc
(k/p)
Zink tab 1x10mg
Fuciler Zalf
Hari ke-5
Perawatan
21-11-2013
Hari ke-6
Perawatan
22-11- 2013
Hari ke-7
Perawatan
23-11- 2013
TTV
N
RR
T
Hasil lab
Assessment
Planning
Diagnosis
Terapi
Tanggal
Keluhan
Hb : 11,9 g/dl
Ht : 34,2 %
L: 18.100 /l
Tr : 370.000 /l
Na : 146,0 mmol/
K : 4,19 mmol/L
Ca : 1,55 mmol/L
Hari ke-4
Perawatan
20-11-2013
Demam (+)
BAB >10x/BAK
(ampas +/+), iritasi
Demam (-)
BAB >10x/BAK
(ampas +/-)
Demam (-)
BAB/BAK (+/+)
Muntah (-)
Demam (-)
BAB 1x/BAK (lembek/
+)
11
KU
dianus
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/-baik, CM
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Muntah (-)
Ma/mi (+/+)
Batuk (-)
Pilek (-)
Eks: luka ++/--
Baik, CM
Baik, CM
Baik CM
120x/menit
24x/menit
37,3oC
100x/menit
28x/menit
35,9oC
100x/menit
55x/menit
34,6 oC
120x/menit
60x/menit
36 oC
DADS
Impetigo bulosa
Obs. Demam H4
DADS
Impetigo bulosa +
krustosa
Obs. Demam H5
DADS
Impetigo bulosa +
krustosa
Obs. Demam H6
DADS
Impetigo bulosa +
krustosa
Obs. Demam H7
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6
cc (k/p)
Zink tab 1x10mg
Nifudiar 3x cth
Fuciler Zalf
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6
cc (k/p)
Zink tab 1x10mg
Nifudiar 3x cth
Kotimox 2 x cth
Fuciler Zalf
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6
cc (k/p)
Zink tab 1x10mg
Nifudiar 3x cth
Kotimox 2 x cth
Fuciler Zalf
Inf. RL 8 tpm
Inj. Cefo 3x150mg
PO. L.Bio 1x1 sch
Sanmol drop 0,6 cc
(k/p)
Zink tab 1x10mg
Nifudiar 3x cth
Kotimox 2 x cth
Fuciler Zalf
TTV
N
RR
T
Hasil lab
Assessment
Planning
Diagnosis
Terapi
Tanggal
Keluhan
KU
24-11-2013
25-12-2013
92x/menit
52x/menit
36,8oC
100x/menit
54x/menit
36oC
DADS
Impetigo bulosa + krustosa
Obs. Demam H8
DADS
Impetigo bulosa + krustosa
Obs. Demam H9
Kotrimox 2 x cth
Kotrimox 2 x cth
Baik, CM
TTV
N
RR
T
Hasil lab
Assessment
Planning
Diagnosis
12
Terapi
L.Bio 1 x 1 sch
Zink tab 1 x 10 mg
Nifudiar 3 x cth
PCT 3 x 2 cth
Fuciler Zalf
L.Bio 1 x 1 sch
Zink pro 1 x 10 mg
Nifudiar 3 x cth
PCT 2 cth (k/p)
Fuciler Zalf
A. PROGNOSA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
IMPETIGO BULOSA
13
DEFINISI
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan
oleh bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti
Staphylococcus aureus pada isolasi lesi impetigo
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa
nampak pada daerah permukaan kulit.
Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua
macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta,
keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).
Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan
impetigo Tillbury Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesikobulosa, dan cacar monyet
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 10 % dari anak-anak yang datang ke
klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang
terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dari 2 tahun.
Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif
sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan
rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Inggris kejadian impetigo pada
anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15
tahun
Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab,
seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan, dengan
puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah paling
sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.
Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya impetigo
krustosa seperti:
-
hunian padat
higiene buruk
14
hewan peliharaan
keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga,
herpes simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.
ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena
Staphylococcus aureus. Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan sedikit oleh Streptococcus group A betahemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak penelitian yang menemukan 50-60%
kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 20-45%
kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus dengan Streptococcus
pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigo
krustosa adalah Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus banyak terdapat
pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya
penyakit impetigo krustosa
KLASIFIKASI
Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Impetigo krustosa
2. Impetigo bulosa
15
biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua
minggu.
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.
Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari
hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi pada
kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau
ekstremitas setelah trauma.
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya
(impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris, SLE
kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster,
pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka
goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada semua umur
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan
pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan
suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu
infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa
sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke
orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada
anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor,
anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa
sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anak-anak
yang telah terinfeksi.
HISTOPATOLOGI
Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas.
Terdapat vesikopustul di subkorneum yang berisi coccus serta debris berupa
leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai
dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus
Gram positif.
16
MANIFESTASI KLINIS
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada
bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas.
Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2
mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis.
Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian eksudat
seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna kuning keemasan
(honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok dan
sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi
dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta pada akhirnya
mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan jaringan scar.
Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu
beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi
spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat
parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis
membentuk ulkus (ektima).
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa
pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai demam.
Membran mukosa jarang terlibat.
PATOFISIOLOGI
Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta
hemolyticus grup A dan/atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk
melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi
yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit.
Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa kerusakan fisik yang tidak terlihat
(mikrolesi) pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih dari satu
bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain
Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan.
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak
langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya
kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 4
mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah
17
spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan krusta
yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung sehingga akan
menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya kekuning-kuningan.
Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo krustosa.
Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit yangerosif. Impetigo
bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh
berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.Mulamula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya
tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya
berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi
leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion
yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka
akan tampak seperti menggantung.
GEJALAKLINIS
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa
eritema dan vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi
yang pecah akan mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini
paling sering ditemukan di daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya
tidak dijumpai demam. Pada awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah
yang lembut, kulit mengeras/krusta (Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit
menyembuh. Pada impetigo bullosa, mungkin akan dijumpai gejala; demam, diare,
dan kelemahan umum.
1. Impetigo Kontagiosa
Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa
berukuran 1 2 mm, segera berubah menjadi vesikel dan bula. Karena dinding
vesikel tipis, mudah pecah dan mengeluarkan sekret seropurulen kuning
kecoklatan, selanjutnya mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta
mudah dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan
sekret, sehingga krusta kembali menebal.
Pemeriksaan Kulit:
Lokalisasi: daerah yang terpapar, terutama wajah (sekitar hidung dan mulut),
18
kulit
berupa
eritema,
bula,
dan
bula
hipopion.
Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan (sekunder)
baik penyakit kulit( gigitan serangga, varicella, infeksi herpes simpleks, dermatitis
atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh
Gambaran khas dari impetigo bulosa seperti:
Vesikel ( gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul sampai
bulla ( gelembung berisi cairan dengan diameter >0,5 cm) kurang dari 1 cm pada
kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awlnya vesikel
berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi vesikel berisi cairan yang jernih
yang berubah menjadi warna keruh.
Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu dapat
menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.
Lesi dapat lokal atau tersebar, sering kali di wajah atau tempat lain, seperti tempat
19
Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan
kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat
menyebar dengan cepat.
Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka ( tangan
dan kaki).
Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri
sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat
lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan
parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan
pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada
ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus penyebab
impetigo
PEMERIKSAAN FISIK
Tipe dan lokasi lesi:
Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma.
Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.
Vesikel atau bula.
Pustula.
Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
Lesi satelit.
Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada
impetigo bulosa).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu
daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons
terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil
dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya
Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan
Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat
berdiri sendiri.
Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus
pasien dengan impetigo.
- Pemeriksaan imunologis
Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan
kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
- Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla
dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S.
pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes sensitivitas antibiotic dilakukan untuk
mengisolasi metisilin resistar. S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian
antibiotic yang sesuai. Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram
positif.
Pada blood agar koloni kuman mengalami hemolisis dan memperlihatkan daerah
yang hemolisis di sekitarnya meskipun dengan blood agar telah cukup untuk isolasi
kuman, manitol salt agar atau medium Baierd-Parker egg Yolk-tellurite
direkomendasikan jika lesi juga terkontaminasi oleh organism lain. Kemampuan
untuk mengkoagulasi plasma adalah tes paling penting dalam mengidentifikasi S.
aureus. Pada sheep blood agar, S. pyogenes membentuk koloni kecil dengan daerah
hemolisis disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus
dengan tes katalase. Streptococcus memberikan hasil yang negative.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari:
a. Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan
kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.
b. Dermatitis Kontak
Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan.
c. Herpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya
terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.
d. Varisela
22
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel dinding tipis
dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke wajah dan ekstremitas)
yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi berbagai stadium).
e. Kandidiasis
Kandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di daerah
selaput lendir atau daerah lipatan.
f. Diskoid lupus eritematous
Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut.
g. Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa minggu
dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis.
h. Gigitan serangga
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.
i. Skabies
Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada
malam hari.
Eritema multiforme bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak (penonjolan
datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari
alat gerak (daerah ekstensor)
Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal,
seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan
Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan plak
urtikaria
Gigitan serangga : bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok di daerah yang
terkena gigitan
Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai
beberapa sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet muncul
23
Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan
kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa
tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.
PENCEGAHAN
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya
impetigo.
Seseorang
yang
sudah
terkena
impetigo
atau
gejala-gejala
KOMPLIKASI
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis
menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai
dengan adanya ulkus dan krusta tebal.
2. Selulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis
dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit
yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan
eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam.
Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh
limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan
biasanya disertai gejala prodromal.
3. Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan
oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun.
Tidak ada bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang
disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada
setiap individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.
Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus
strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis
setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini
terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari
regio wajah, dan hipertensi.
4. Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi
streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut
dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.
5. Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini
biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan
sistem imunitas.
25
Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air
mengalir serta membalut lesi.
Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.
Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu
mencuci tangan sampai bersih.
B. Khusus
26
Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan
antibiotik
yang
berasal dari
27
Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum.
Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim
asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif
dengan mupirocin topikal.
Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Bacillus
Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri
dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif
melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus. Bacitracin
topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial kulit seperti impetigo.
Retapamulin
Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit
50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin
1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007
sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah
menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat
seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin.
DIARE
DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan/tanpa darah dan/atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 14 hari pada bayi dan anak yg sebelumnya sehat
Menurut WHO diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensilebih cair
dari biasanya dengan frekuensi 3 atau lebih kali dalam 24 jam
28
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia diare atau penyakitdiare adalah keadaan
apabila tinja mengandung lebih banyak air dari normal
ETIOLOGI
Faktor Infeksi
Faktor Malabsorbsi
Faktor makanan
Faktor Psikologis
Faktor Infeksi
Golongan virus
Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk,
Coronavirus,
Minirotavirus
Astrovirus, Caliciviurus,
Golongan bakteri
Vibrio
coli, Vibrio
cholera,
Campylobacter jejuni, dll
makanan basi
makanan beracun
Diare karena keracunan makanan terjadi akibat dua hal yaitu makanan
mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung mikroorganisme yang
mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium perfringens, Stapylococcus
Alergi terhadap makanan, terutama disebabkan oleh Cows milk protein sensitive
enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya
Faktor Psikologis
29
Diare akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronis
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
Menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005
Diare akut
Diare persisten
Disentri
Diare sekretorik
Diare osmotik
Berdasarkan penyebab
Infeksi
Non infeksi
Berdasarkan penyebab organik atau tidak
Organik
fungsional
MEKANISME DIARE
Diare sekretorik
30
31
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis diare :
Diare Akut :
Mengalami diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlangsung selama 14 hari
atau lebih
Tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi
Diare persisten berat :
Mengalami diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama
14 hari atau lebih dan terdapat tanda2 dehidrasi
( UKK Gastro Hepatologi IDAI 2009)
Gejala akibat kehilangan elektrolit :
Asidosis ( defisist bikarbonat ) : muntah, pernapasan cepat dan dalam (Kuszmaul)
Defisiensi kalium intrasel : lemah jantung, aritmia jantung, henti jantung, ileus
paralitik ( distensi abdomen )
Hipoglikemia : pada malnutrisi, dapat terjadi kejang dan koma.
Gejala akibat kehilangan cairan :
Turgor kulit berkurang, nadi lemah sampai tak teraba, takikardi, mata cekung,
ubun-ubun cekung, suara parau, kulit dingin, jari-jari sianosis, membran mukosa
kering, anuri sampai uremia.
32
Ringan 5%
Sedang 8%
score
Keada
an
umum
Sehat
Gelisah,apati
k
Ngiggau,kom
a
Turgor
Normal
kurang
jelek
Mata
Normal
Sedikit
cekung
Sangat cekung
respira
si
20-30
30-40
40-60
Mulut
Normal
kering
sianotik
nadi
Kuat>120/meni
t
Sedang
120140/menit
Kecil
/menit
140
33
total
7-13
>13
Mmol/liter
Natrium
75
Klorida
65
Glucose
anhydrous
75
Kalium
20
Sitrat
10
34
Total
osmoralitas
245
35
EDUKASI
Bila anak diare, jangan panik terlebih dahulu.
Berikan segera oralit atau jika tidak ada bisa dengan minuman manis sebagai
pengganti cairan
Awasi keadaan umum anak
Segera bawa ke balai kesehatan terdekat
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
37
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi
dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline 5
% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan
tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan
dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium
pasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5 % dextrose,
perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500ml cairan
infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat
mulai diberikan.Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hipontremia (Na < 130
mol/L).Hipontremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hamper
semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline. Kadar Natrium koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang
diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam,
sisanya diberikan dalam 16 jam.Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2
mEq/L.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB iv pelan-pelan dalam 5-10 menut dengan
monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K :
jika kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 +
2mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung.Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat
dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti.
Kegagalan Upaya Rehidrasi Oral
39
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi
glukosa.Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan
intravena.
Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi.Kejang tersebut dapat disebabkan oleh
karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,
hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 40 C,
hipernatremi atau hiponatremi.
40