Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STROKE
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf
di RSUD Tugurejo Semarang
Disusun oleh :
Fadhila Kamayanti
01.209.5901
Pembimbing :
dr. ST. Istiqomah, Sp.S
dr. Noorjanah P, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
kanker juga merupakan penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia.
Insidens stroke mencapai 0.5 per 1000 pada usia 40 tahun, dan meningkat menjadi 70
per 1000 pada usia 70 tahun. Tingkat mortalitas stroke mencapai 20% pada 3 hari
pertama dan 25% pada tahun pertama. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke dapat
merupakan disabilitas jangka panjang, dimana lebih dari 40% penderita tidak dapat
diharapkan untuk mandiri dalam aktifitas kesehariannya dan 25% menjadi tidak dapat
berjalan secara mandiri. Stroke dapat mengenai semua kelompok umur, terutama pada
kelompok usia lanjut. 1,2,3
Stroke terdiri dari stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Jenis stroke yang
paling sering terjadi adalah stroke non hemoragik, disebut juga sebagai stroke iskemik
(85% dari semua kasus stroke),
oleh emboli.4,5,6
II. DEFINISI STROKE
Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. . 1,2,3,4,5
Chandra B. tahun 1996 mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda
yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.1,2,3
Termasuk disini adalah perdarahan sub arachnoid (PSA), perdarahan intra
serebral (PIS) dan infark serebral. Yang tidak termasuk dalam definisi stroke menurut
WHO adalah gangguan peredaran darah otak sepintas (TIA), tumor atau stroke sekunder
yang disebabkan oleh trauma. 1,2,3,4,5
c. Herediter.
b. Jenis kelamin.
d. Etnik/ras.
2. Dapat dimodifikasi.
a. Riwayat stroke.
d. DM.
b. Penyakit jantung.
c. Hipertensi.
g. Merokok.
e. Dislipidemi.
f. Obesitas.
h. Kontrasepsi oral.
i. Peningkatan fibrinogen.
a. stroke iskemik
yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena
obstruksi atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan
gambaran infark pada CT-Scan kepala. Aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian
besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke
otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteriarteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri
karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat
serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal
memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang
lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa
juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain,
misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli
serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering
terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita
kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya
bergabung di dalam sebuah arteri.
TIA
didefinisikan
sebagai
episode singkat
disfungsi
neurologis
yang
disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan
resiko terjadinya stroke di masa depan.
ii.
RIND
Defisit neurologis lebih dari 24 jam namun kurang dari 72 jam
iii.
Progressive stroke
iv.
Complete stroke
v.
Silent stroke
b. stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya contoh perdarahan
intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM.
Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
V. PATOFISIOLOGI
1. Iskemik
Tingkat krisis aliran darah otak 12- 23 ml/ 100 gr/menit, K meningkat , ATP dan kreatinin
fosfat berkurang ( reversible ). Pengurangan aliran darah kurang dari 10- 12 ml/100gr/menit
menyebabkan infark. Bila aliran darah 6-8 ml/ 100 gr/ menit terjadi pengurangan ATP yang
nyata, peningkatan Ca intraseluler, dan asidosisseluler terjadi nekrosis, asam lemak bebas
merusak membran pospolipid dinding sel. Pada kondisi iskemik parsialotak masih mampu
bertahan hidup 6 jam atau lebih.
2. hemoragik
Darah yang keluar dari pembuluh darah langsung masuk ke dalam jaringan otak membentuk
suatu hematom atau menyebar kedalam ventrikel atau ruangan subaraknoid. Hematom ini
meyebabkan gangguan fisik jaringan dan menekan sekeliling jaringan otak. Darah dalam
ruangan subaraknoid ( yang biasanya disebabkan oleh aneurisma) bisa menyebabkan iskemik
serebri melalui mekanisme konstriksi arteriosus willisi dan cabang utamanya vasospasme.
dan tangan.
Muka merot pada salah satu sisi
Bicara pelo atau sukar di mengerti
Buta atau penglihatannya kabur pada satu sisi atau kedua mata
Sulit menelan, bila minum dan makan sering keselek
Tidak mampu memahami bicara orang lain, tidak mampu menulis dan membaca, tidak
- vertigo
5. Gejala kognitif dan tingkah laku
- Kesulitan berpakaian, menyisir rambut, disorientasi tempat, amnesia
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis pada stroke didasarkan atas :
Klinis anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis
Anamnesis :
- Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak
- tanpa trauma kepala,
- adanya faktor risiko stroke
Pemeriksaan fisik :
- adanya defisit neurologik fokal
- ditemukan faktor risiko (hipertensi, kelainan jantung, dll) bising pada
auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya.
Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
o pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti : darah rutin
(Hb,hematokrit, leukosit, eritrosit, LED), hitung Jenis dan bila perlu
gambaran darah, komponen kimia darah, gas, elektrolit, doppler, EKG,
Ekhokardiograf, dll.
Pemeriksaan Neuro-radiologik :
1. CT scan merupakan pemeriksaan gold standard untuk membedakan
infark dengan perdarahan
o Scan tomografik : amat membantu diagnosis dan membedakannya
dengan perdarahan terutama pada fase akut.
2. Angiografi serebral (karotis, atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas.
3. Pemeriksaan likuor serebrospinalis : serlngkall dapat membantu :
membedakan infark, perdorahan otak, baik PIS (perdarahan
intraserebral) maupun PSA (perdarahan subaraknoidal).
4. Scan resonansi magnetic (MRI) lebih sensitive dari CT scan dalam
IX. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan stroke di bagi dalam :
o Pengobatan umum, pedoman 5 B
o Pengobatan pada penyebabnya
o Pengobatan pada faktor resiko
o Pengobatan pada komplikasi
Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang,
mencegah upaya agar cacat dapat dibatasi, mencegah terjadinya komplikasi,mencari penyakit
lain yang dapat mempengaruhi perjalanan stroke, membantu pemulihan penderita, mencegah
terjadinya kematian.
1. Umum
- Posisi kepala dan badan atas 30 derajat ,posisi lateral dekubitus kiri bila
disertai muntah boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil.
- Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
oksigen 1-2 l /menit sampai ada hasil gas darah.
- Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten.
- Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus ( lihat pedoman
dibawah ).
- Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
- Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
- Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau penderita dengan kesadaraan menurun, dianjurkan melalui pipa
-
nasogastrik.
Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang
normal.
Sedapat mungkin harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
X. PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar
penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang
atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke
dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum
serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses
ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
d. TCD.
b. LP.
e. CT scan.
c. Arteriografi.
f. MRI.
STROKE HEMORAGIK
Penyakit yang timbul akibat lesi vaskular di susunan saraf merupakan penyebab
kematian nomor tiga dalam urutan daftar kematian di Amerika Serikat. Sebagai masalah
kesehatan masyarakat, penyakit itu merupakan juga penyebab utama cacat menahun dan
kematian nomor dua dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan mendunia dan
semakin penting terutama di negara-negara berkembang. Secara global, pada saat
tertentu sekitar 80 juta orang menderita stroke. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke
baru setiap tahunnya, dimana sekitar 4,4 juta meninggal dalam 12 bulan.(1)
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara
cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu sebagai hasil dari infark cerebri (stroke iskemik), perdarahan intraserebral atau
perdarahan subarachnoid..
Stroke hemorragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak yang menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim otak, ruang cairan cerebrospinal
di otak, atau keduanya. Adanya perdarahan ini pada jaringan otak menyebabkan
terganggunya sirkulasi di otak yang mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan otak
yang tidak mendapat darah lagi, serta terbentuknya hematom di otak yang mengakibatkan
penekanan. Proses ini memacu peningkatan tekanan intrakranial sehingga terjadi shift
dan herniasi jaringan otak yang dapat mengakibatkan kompresi pada batang otak.(12)
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat
terjadi pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan
telah membuktikan hal yang sebaliknya. Selama dekade terakhir telah terjadi kemajuan
I.Klasifikasi4,5
a. Perdarahan intraserebral.
b. Perdarahan subarakhnoid.
II. Epidemiologi
Stroke
merupakan
penyebab
kematian
ketiga
dan
penyebab
utama
kecacatan.sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang
sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup
dengan kecacatan.dan sepertiga sisanya sisanya dapat sembuh kembali seperti
semula.dari keseluruhan data didunia,ternyata stroke sebagai penyebab kematian
mencapai 9%(sekitar 4 juta) dari total kematian pertahunnya.6
Insidens kejadian stroke diamerika serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana 1015% merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan intra serebral.Mortalitas dan
morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik.dilaporkan hanya
sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.selain itu
ada sekitar40-80% akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar
50% meninggal pada 48 jam pertama.penelitian menunjukkan dari 251 penderita
stroke,ada 47% wanita dan 535 laki-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%) berumur
lebih dari 60 tahun.pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelami laki-laki
menunjukkan outcome yang buruk.6
III. Faktor resiko 7
Ada beberapa yang memudahkan timbulnya stroke. Secara garis besar
dikelompokkan menjadi :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Herediter
d. Ras/etnik
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Diabetes mellitus
d. Alkohol
e. Hiperkolesterol
f. Penggunaan kontrasepsi oral
g. Obesitas
h. Merokok
i.Inaktifitas fisik
VI. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan bentuk terbanyak kedua dari
stroke(15-30%
hipertensi
dari
dimana
kasus
stroke),sebagian
tekanan
darah
besar
diastoliknya
terjadi
melebihi
akibat
100
sering
timbul
pada
parenkim
otak
terjadi
didaerah
Hipertensi
dan
hipertensi
Diabetes Melitus
II.2.Etiologi
-
VI. PATOGENESIS 10
Pecahnya pembuluh darah diotak berdasarkan penyebabnya dibaagi atas
perdarahan intraserebral primer dan perdarahan intraserebral sekunder.
Perdarahan intraserebral primer disebabkan oleh karena hipertensi kronik yang
menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh darah otak
sedangkan perdarahan sekunder terjadi akibat anomali vaskuler kingenital, koagulopati,
tumor otak, vaskulopati non hipertensif (amiloid serebral), vaskulitis, penyakit moyamoya, post stroke iskemik, obat anti koagulan (fibrinolitik atau simpatomimetik).
Diperkirakan hampir 50% penyebab perdarahan intraserebral adalah hipertensi kronik,
25% karena anomali kongenital dan sisanya penyebab lain.
Perdarahan intraserebral,pembuluh yang pecah
terdapat
didalam
otak.
yang luas akan terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial sampai
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan karena kompresi batang otak, hemisfer otak an
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada kasus perdarahan otak dinukleus kaudatus,
thalamus dan pons. Selain kerusakan parenkimotak, volume perdarahan yang relatif
banyak akan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial yang menyebabkan tekana
perfusi otak menurun serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi menyebabkan neuron-neuron didaerah yang terkena darah
dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis.
Apabila volume darah lebih kecil ari 60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada
perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan
serebellar dengan volume antara 30-60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar
75%, tetapi volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah kejaringan otak
yang
menyebabkan nekrosis.akhir-akhir ini para ahli bedah otak dijepang berpendapat bahwa
pada fase awal perdarahan otak ekstravasasi tidak langsung menyebabkan nekrosis.pada
saat-saat
perama
,mungkin
darah
hanya
mendesak
jaringan
otak
tanpa
merusaknya,karena sat itu difusi darah kejaringan belum terjadi.pada keadaan ini harus
dipertimbngkan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah agar dapat dicegah
gejala sisa yang lebih parah.absorbsi darah terjadi dalam waktu 3-4 mingu.gejala klinik
perdarahan dikortek mirip dengan gejala infark otak,tetapi mugkin lebih gawat apabial
perdarahan luas.
VII.GAMBARAN KLINIS11
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering
selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala,
mual,
muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola
mata
menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema
dan
perdarahan subhialoid.
VIII. DIAGNOSIS.14
Ditetapkan dari anamnesis,Penilaian dengan skore stroke dan algoritme dan
pemeriksaan neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang sesuai dengan waktu
perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah pendarahan
pembuluh darah otak tertentu
ICH sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan defisit neurologis akut dan
yang berkembang dengan cepat, terutama bila didapatkan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial (nyeri kepala, penurunan tingkat kesadaran, mual dan muntah).
Evaluasi darurat dan pemeriksaan CT-Scan kepala sebaiknya dilakukan dengan segera.
CT-Scan kepala tanpa kontras adalah sarana pencitraan otak/ neuroimaging yang sangat
sensitif dan spesifik dalam diagnosis ICH.
saja.
Volume ICH dapat diperkirakan dengan menggunakan metode ABC/2, dimana A
adalah diameter perdarahan terbesar oleh CT-scan, B adalah diameter yang tegak
lurus A, dan C adalah perkiraan jumlah potongan CT dengan perdarahan yang
berulang menurut ketebalan potongan dalam ukuran cm.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien stroke untuk mengetahui penyebab
dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999) adalah sebagai berikut :
1.
Angiografi Serebral : Bila dicurigai terdapat AVM atau aneurisma yang mendasari,
3.
Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan
Yang masif,sedangkan perdarahan kecil biasanya warna likuor masih normal
(Xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
4.
MRI : MRI dapat sesensitif CT-Scan dalam mendeteksi produk darah tanpa
mengurangi tingkat spesifitasnya, namun perannya dalam ICH terbatas pada kondisi nonakut karena terkadang MRI dapat memberikan informasi yang tidak tersedia dari CTScan yang dapat menolong pada pengambilan keputusan akut/segera.
5.
meningkat :
1) Tinggikan kepala 20 30 derajat
2) Hindari pemberian cairan glukosa atau yang hipotonik
segera
vaskuler.
Tindakan operasi terhadap kasus-kasus perdarahan intraserebral
adalah hematom yang terletak jauh didalam otak(dekat kapsula
interna) tidak memberikan hasil keluaran yang berbeda
dibandingkan dengan tanpa tindakan operasi,sehingga untuk
kasus demikian terapi konservatif-medikamentosa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Reinhard.
Color
Atlas
of
Neurology
2003
Guidelines
for
the
management
of
hypertension;11:905918. GL
13. Kaplan N.M, 1986 : Clinical Hypertention, 4 th Edition, William & Elkins,
Baltimore, 2273-89.
14. Torbey M,NeuroCritical Care,Penerbit:Cambridge University Press,Newyork
USA,2010
15. Noerjanto M. Management of acute stroke: Masalah-masalah dalam diagnosis
stroke akut. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 2002; 1-2.
16. Sjahrir H. Stroke iskemik. Yandira Agung. Medan, 2003; 1.
17. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri PERDOSSI. Konsensus
nasional pengelolaan stroke di Indonesia. Jakarta, 1999; 1-9.
18. Hankey J.G. Stroke. Churchill Livingstone. Sydney, 2002; 1-7.
19. Gilroy J. Basic neurology 3rd ed. New York: McGraw Hill, 2000; 225-77.
20. Victor M, Ropper A.H. Principles of neurology 7th ed. New York: McGraw Hill,
2001; 821-924.
21. Misbach J. Stroke, aspek diagnostik, patofisiologi dan manajemen. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 1999; 46-54.
22. Kurniasih R, Wijaya A. Peranan radikal bebas pada iskemia-reperfusi serebral
atau miokardium. Forum Diagnostikum. Prodia Diagnostic Educational Service.
Jakarta, 2002; 1-22.
23. Kustiowati E. Trombosis di bidang neurologi: Stroke iskemik. Bagian Neurologi
Universitas Diponegoro. Semarang, 2003; 1-22.
24. Jenie MN, Yudiarto LY. Pengelolaan mutakhir stroke: Patofisiologi stroke. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1992; 17-26.
25. Widiastuti MI. Prognosis pada stroke: Stroke pengelolan mutakhir. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 1992; 157-67.
26. Reni Dharmaperwira.-Willemijn M.Afasia desskripsi, pemeriksaan,penanganan.
Penerbit universitas Indonesia 1992.