Oleh
Zainal abidin
STROKE
I. PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
kanker juga merupakan penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia.
Insidens stroke mencapai 0.5 per 1000 pada usia 40 tahun, dan meningkat menjadi 70
per 1000 pada usia 70 tahun. Tingkat mortalitas stroke mencapai 20% pada 3 hari
pertama dan 25% pada tahun pertama. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke dapat
merupakan disabilitas jangka panjang, dimana lebih dari 40% penderita tidak dapat
diharapkan untuk mandiri dalam aktifitas kesehariannya dan 25% menjadi tidak dapat
berjalan secara mandiri. Stroke dapat mengenai semua kelompok umur, terutama pada
kelompok usia lanjut. 1,2,3
Stroke terdiri dari stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Jenis stroke yang
paling sering terjadi adalah stroke non hemoragik, disebut juga sebagai stroke iskemik
(85% dari semua kasus stroke),
oleh emboli.4,5,6
II. DEFINISI STROKE
Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. . 1,2,3,4,5
Chandra B. tahun 1996 mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda
yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.1,2,3
Termasuk disini adalah perdarahan sub arachnoid (PSA), perdarahan intra
serebral (PIS) dan infark serebral. Yang tidak termasuk dalam definisi stroke menurut
WHO adalah gangguan peredaran darah otak sepintas (TIA), tumor atau stroke sekunder
yang disebabkan oleh trauma. 1,2,3,4,5
c. Herediter.
b. Jenis kelamin.
d. Etnik/ras.
2. Dapat dimodifikasi.
a. Riwayat stroke.
d. DM.
b. Penyakit jantung.
c. Hipertensi.
g. Merokok.
e. Dislipidemi.
f. Obesitas.
h. Kontrasepsi oral.
i. Peningkatan fibrinogen.
3. Kriptogenik.
a. Homosistein.
b. D-dimer.
c. Protein S dan protein C.
d. Anti trombin III.
e. Antifosfolipid antibodi.
IV. KLASIFIKASI STROKE 1,2
1. Perdarahan serebral.
2. Perdarahan intrakranial karena AVM.
3. Perdarahan subarachnoid.
4. Infark serebri (stroke non hemoragik).
V. STROKE NON HEMORAGIK
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau
kerusakan jaringan otak sebagai akibat dari kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non
hemoragik dapat disebabkan oleh: 2,3,4,5,6
1. Trombosis otak.
70 - 80% stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis otak. Trombosis adalah
obstruksi aliran darah yang terjadi akibat proses oklusi pada 1 pembuluh darah lokal.
2. Emboli otak.
Emboli adalah pembentukan material yang berasal dari tempat lain dalam sistem
vaskuler dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran
darah.
3. Pengurangan perfusi sistemik umum.
Pengurangan perfusi sistemik akan menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan
nutrisi ke jaringan otak sehingga akan menyebabkan iskemik.
VI. KLASIFIKASI STROKE NON HEMORAGIK 1,2,3,7
A. Berdasarkan perjalanan klinisnya:
A.1. TIA (Trancient Ischemic Attack).
Merupakan suatu gangguan akut fungsi fokal serebral yang berlangsung kurang dari
24 jam. Berdasar vaskularisasi otak yang terganggu maka TIA dapat dibedakan:
a. TIA yang disebabkan gangguan pada sistim karotis, gejalanya meliputi:
- Amaruosis vugax (hilangnya penglihatan secara tiba-tiba).
- Afasia (kesulitan untuk mengerti bahasa atau berbicara).
- Kelumpuhan anggota gerak unilateral.
- Defisit sensorik atau motorik pada wajah atau pada wajah dan anggota gerak
unilateral.
b. TIA yang disebabkan gangguan pada sistim vertebrobasiler, gejalanya meliputi:
- Tiba-tiba hilang keseimbangan, Drop attack, Hemianopsia homonim.
- Vertigo (dengan atau tanpa muntah), Gangguan motorik maupun sensorik.
A.2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit).
Defisit neurologis yang timbul akan hilang dalam waktu 24 jam sampai 21 hari.
A.3. Stroke in evolution atau progressing stroke.
Pada keadaan ini defisit neurologis yang timbul akan berlanjut kearah yang lebih
berat. Diagnosis stroke ditegakkan pada saat awal dengan mengamati langsung
perkembangannya.
d. TCD.
b. LP.
e. CT scan.
c. Arteriografi.
f. MRI.
jangka panjang, dimana lebih dari 40% penderita tidak dapat diharapkan untuk mandiri
dalam aktifitas kesehariannya dan 25% menjadi tidak dapat berjalan secara mandiri.
30% mengalami infark berulang dalam jangka waktu 5 tahun, terutama pada
penderita dengan kelainan jantung. Sedangkan 40-50% dari seluruh penderita yang
selamat akan mengalami kecacatan dan gangguan psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Noerjanto M. Management of acute stroke: Masalah-masalah dalam diagnosis
stroke akut. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 2002; 1-2.
2. Sjahrir H. Stroke iskemik. Yandira Agung. Medan, 2003; 1.
3. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri PERDOSSI. Konsensus
nasional pengelolaan stroke di Indonesia. Jakarta, 1999; 1-9.
4. Hankey J.G. Stroke. Churchill Livingstone. Sydney, 2002; 1-7.
5. Gilroy J. Basic neurology 3rd ed. New York: McGraw Hill, 2000; 225-77.
6. Victor M, Ropper A.H. Principles of neurology 7th ed. New York: McGraw Hill,
2001; 821-924.
7. Misbach J. Stroke, aspek diagnostik, patofisiologi dan manajemen. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 1999; 46-54.
8. Kurniasih R, Wijaya A. Peranan radikal bebas pada iskemia-reperfusi serebral
atau miokardium. Forum Diagnostikum. Prodia Diagnostic Educational Service.
Jakarta, 2002; 1-22.
9. Kustiowati E. Trombosis di bidang neurologi: Stroke iskemik. Bagian Neurologi
Universitas Diponegoro. Semarang, 2003; 1-22.
10. Jenie MN, Yudiarto LY. Pengelolaan mutakhir stroke: Patofisiologi stroke. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1992; 17-26.
11. Toole J.F, Applied physiology of the cerebral circulation, In: Cerebrovaskular
disorders, 4th ed. Raven Press: New York, 1990; 28-49.
12. Noerjanto M. Stroke non hemoragic: Stroke pengelolaan mutakhir. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 1992; 29-45.
13. Widiastuti MI. Prognosis pada stroke: Stroke pengelolan mutakhir. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, 1992; 157-67.
14. Reni Dharmaperwira.-Willemijn M.Afasia desskripsi, pemeriksaan,penanganan.
Penerbit universitas Indonesia 1992.
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
58 Tahun.
Alamat
Boja, Kendal.
Pekerjaan :
Guru SD.
No.CM
193203.
Masuk RS :
14 Desember 2009.
DATA SUBYEKTIF
Anamnesis (Autoanamnesis, 10 Maret 2010 )
1. Riwayat penyakit sekarang:
Keluhan utama : bicara ngacau sulit dimengerti.
Kronologi
tiba mengeluh nyeri kepala, lalu bicaranya pelo dan anggota gerak kirinya terasa
lemah, mulut merot (-), mual (-), muntah (-), kejang (-) dan oleh keluarganya
penderita dibaringkan dikamarnya selang beberapa menit penderita kelihatan
seperti mengantuk dan banyak menutup mata namun masih bisa menganguk kalau
ditanya, lalu oleh keluarganya penderita dibawa ke UGD RSDK. Penderita
dinyatakan stroke dan harus dirawat, 3 hari setelah dirawat penderita baru sadar
penuh dan banyak bicara tetapi isi pembicaraan tidak jelas dan tidak dapat
dimengerti, anggota gerak kiri masih lemah dan makan masih lewat selang.
Setelah dirawat 7 hari penderita sudah bisa berjalan, selang ( NGT ) dilepas,
makan dan minum tidak tersedak, namun bicaranya belum nyambung. Penderita
diperbolehkan pulang, disarankan kontrol dipoli saraf dan rehabilitasi medik.
DATA OBYEKTIF
Keadaan umum :
Baik.
Kesadaran
compos mentis
Tanda vital
T : 37 C
RR: 24 x/menit
N: 92 x/menit
Status Internus :
Status Neurologis
Kesadaran
GCS E4 M6 V5 (15).
Kepala
Mata
Leher
Nn Craniales
Motorik
Sup
+
Gerakan
Inf
+
/+
/+
5-5-5
5-5-5
Tonus
/N
Trofi
/E
Refleks fisiologis
/+
Refleks patologis
Kekuatan
/5-5-5
/5-5-5
/N
/E
/+
/-
/+
-
Klonus
/-
Sensibilitas
Vegetatif
Gerakan abnormal
: (-).
: lancar
2. Pemahaman
: Terganggu
3. Meniru ucapaan
: Terganggu
4. Penamaan
: Terganggu
Indeks Bartel:
Makan (10), Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (15),
Kebersihan perorangan (5), Memelihara kebersihan (10), Mandi sendiri (5),
Berjalan (15), Naik turun tangga (10), Berpakaian (10), BAB (10), BAK (10).
Total score: 100 ( Mandiri ).
IV.
1. Laboratorium
Hb.
: 15 gr%.
Na : 147 mmol/l.
Ur
: 22 mg/dl.
Ca
: 2,23 mmol/l.
K : 3,8 mmol/l.
Cl : 102 mmol/l.
Trig : 98 mg/dl.
Ht.
: 42,6 %.
V.
4. EKG
: Sinus Ritme.
5. Mata
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
TERAPI
1. Medikamentosa.
2. Rehabilitasi medik.
VII.
5-5-5/5-5-5 )
- Saat ini penderita dapat duduk mandiri, berdiri dan berjalan mandi
Program:- Saat ini belum dibutuhkan
2. Terapi okupasi.
Assesment:
- Kontak dan pengertian kurang baik, penderita tidak dapat memahami perintah.
- Tidak ada kelemahan ( 5-5-5/5-5-5
5-5-5/5-5-5 )
Terapi wicara.
Assesment:
- Keadaan pasien kooperatif, kontak penglihatan baik, pendengaran baik,
Bicara : kelancaran baik , pengertian kurang baik , pengulangan kurang
baik ,pemhaman kurang baik, penamaan kurang baik . pernafasan baik,
kemampuan menghisap baik, mengunyah dan menelan baik.
- Kemampuan bicara tidak terganggu, suara dan irama tidak terganggu
Program:
- latihan stimulasi visual, taktil, auditorik, sensorik untuk menghasilkan
respon verbal.
3. Ortotik Prostetik.
Assesment:
- Kontak dan pengertian kurang baik, penderita tidak dapat memahami perintah.
- Tidak ada kelemahan ( 5-5-5/5-5-5
Program:
- Saat ini belum dibutuhkan
4. Sosial medik.
5-5-5/5-5-5 )
Assesment:
Penderita bekerja sebagai guru SD dengan 1 orang istri dan 5 orang anak, 3
orang anak sudah mandiri dan sudah menikah, 1 orang anak sudah mandiri
dan belum menikah, 1 masih SMP biaya sekolah ditanggung penderita. Istri
penderita buka kantin disekolahan. Saat ini penderita tinggal bersama istri dan
1 orang anak yang masih sekolah.
Rumah: atap genteng, dinding beton, lantai keramik, wc jongkok, PDAM,
PLN.
Program :
- Memberikan motivasi kepada anak-anaknya dan istrinya untuk
membantu perawatan dan rehabilitasi medik di rumah dan untuk kontrol
teratur di rumah sakit.
5. Psikologi.
Assesment :
- kontak dan pengertian kurang baik
- Emosi stabil
- Keluarga mendukung pengobatan
Program :
- memberi dukungan mental kepada penderita serta keluarga agar
menerima keadaan penderita serta memotivasi supaya mengikuti
pengobatan dan program rehabilitasi Secara teratur.
.