NIM. 1007101020072
PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
A. PRINSIP DASAR
Promosi kesehatan bukan hanya diperlukan dalam pelayanan preventif
danpromotif saja, melainkan juga diperlukan pada pelayanan kuratif dan
rehabilitatif atau pelayanan rumah sakit. Memang secara konsep, promosi kesehatan
di rumahsakit (RS) adalah sama dengan promosi kesehatan pada pelayanan preventif
dan promotif atau yang disebut dengan pelayanan kesehatan masyarakat.Perbedaannya hanya
terletak pada sasarannya saja.Sasaran promosi kesehatan masyarakan adalah
kelompok orang yang sehat, sedangkan sasaran promosi kesehatan adalah orang yang
sakit utamanya adalah orang yang sakit (pasien) dan juga orang yang sehat atau
keluarga pasien.
Ditinjau dari tempat pelaksanaan atau tatanan (setting) promosi kesehatan seperti
telah diuraikan sebelumnya, rumah sakit adalah termasuk tatanan institusipelayanan
kesehatan. Dengan demikian maka promosi kesehatan ini adalahpromosi kesehatan
yang dikembangkan di rumah sakit dalam rangka untuk membantu orang sakit atau pasien
dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat
kesembuhan dari penyakitnya. Dari segi psikososial orang yang sedang sakit atau keluarga
dari orang yang sakitadalah dalam kondisi ketidakenakan: rasa sakit, kekhawatiran,
kecemasan,kebingungan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, mereka ini sangat
memerlukanbantuan bukan saja pengobatan, tetapi bantuan lain seperti informasi,
nasihat, danpetunjuk-petunjuk dari para petugas rumah sakit berkaitan dengan
masalahkesehatan atau penyakit yang mereka alami.
Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsipdasar
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu
yangsedang memerlukan pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit.
Disamping itu, promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada
pengunjung rumah sakit, baik pasien rawat jalan, maupun keluarga pasienyang
mengantar atau menemani pasien di rumah sakit. Keluarga pasien jugaperlu
diperhatikan dalam promosi kesehatan di rumah sakit, karena keluarga pasien
diharapkan dapat membantu atau menunjang proses penyembuhan danpemulihan
keluarganya yang sakit (pasien).
2. Promosi
kesehatan
di
rumah
sakit
pada
prinsipnya
adalah
penyakit,
bagaimana
cara
penularan
penyakit
(bila
terjadinya
penularan
penyakit
kepada
orang
lain,
terutamakeluarganya.
4) Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepadaorang lain,
sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
b. Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan
(health
sederhana.
Pengalaman-pengalaman
telahmelaksanakan
promosi
justrumembuktikan
bahwa
kesehatan
promosi
(dulu
kesehatan
dari
rumah
sakit
yang
penyuluhan
kesehatan)
di
sakit
rumah
ini
pelayanan
promosi
rumah
sakit,
sosioekonominya,
maupun
dilihat
dari
tingkat
keparahan
juga merupakan kelompok sasaran yang sehat bagi promosi kesehatan di rumah
sakit. Teknik dan metode promosi kesehatan untuk kelompok sasaran ini tentu berbeda
dengan promosi kesehatan bagi orang sakit atau pasien. Kelompok sasaran orang sehat
di rumah sakit ini penting untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena
mereka ini akandapat menunjang proses penyembuhan pasien baik pada waktu
masih dalam perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.
3. Petugas rumah sakit
Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi: petugas medis,
para medis, dan non-medis. Sedangkan secara structural dapat dibedakan menjadi:
pimpinan, tenaga administrasi, dan tenaga teknis. Apapun fungsi dan strukturnya,
semua petugas rumah sakit mempunyai kewajiban untuk melakukan promosi atau
penyuluhan kesehatan untuk pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun
keluarganya, di samping tugas pokok mereka. Oleh sebab itu, sebelum mereka
melakukan promosi dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, mereka
harus dibekali kemampuan promosi dan penyuluhan kesehatan. Agar mereka
mempunyai kemampuan tersebut, maka harus diberikan pelatihan tentang promosi
dan pendidikan kesehatan.
D. TEMPAT DAN KESEMPATAN PROMOSI KESEHATAN DI RUMAHSAKIT
Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yangakan
berobat jalan di rumah sakit, sudah tentu pasien akan melewati serangkaian prosedur
yang telah ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya, untuk pasienrawat jalan
prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah:
1. Pendaftaran
2. Masuk ke ruang tunggu
3. Masuk ke ruang pemeriksaand.
4. Ke apotek atau tempat pengambilan obat
5. Pembayaran di kasir, dan seterusnya.
Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempat-tempat
untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan pelayanan
yang diberikan. Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut efektif untuk
dilakukan promosi kesehatan. Tempat-tempat atau bagian-bagianpelayanan rumah
sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan, antara lainsebagai berikut:
1. Di ruang tunggu
Di ruang tunggu adalah tempat yang baik untuk melakukan promosi dan
penyuluhan kesehatan. Karena pada umumnya, di ruang itulah pasien ataupara
pengantar berkumpul dalam waktu yang ralatif lama untuk menunggugiliran
berisikan
pesan-pesan
atau
informasi-informasi
terkait
atau
gambar-gambar
terkait
dengan
penyakit
tertentu.
kesehatan
yang
terkait
dengan
pemeliharaan
dan
mengubah
kesan
rumah
sakit
bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan videokaset. Leaflet dan selebaran
didistribusikan atau disediakan di ruang-ruangtunggu, atau di lobi rumah sakit,
agar mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah sakit.
Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi
pesankesehatan bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang
tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan diruangruang rawat antara lain penggunaan sound system yang dikendalikan dari ruang
tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan
pasien di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik ini juga dapat
digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk menghibur dan
memperkuat iman para penderita atau pasien.
3. Promosi dan penyuluhan langsung:
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram,tetapi
juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan
langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh
petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan,
khususnya media. Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat
dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan dengan pasien.
Berdasarkan
sasaran
promosi
kesehatan,
bentuk
promosi
kesehatan
dapatdilaksanakan pada:
a. Individual
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalambentuk
konseling. Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugasgizi
terhadap pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalahkesehatan
khusus, atau penyakit yang dideritanya.
b. Kelompok
Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan
diruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis, misalnya ruang tunggupenyakit
dalam, ruang tunggu penyakit THT, ruang tunggu bagian anak,dan sebagainya.
Penyuluhan langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan
pasien dengan kasus sejenis di ruangan tertentu.Metode penyuluhan
kelompok, seperti ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran
(role play) tepat digunakan dalam promosi kesehatan ini.
c. Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasiendan
tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini.Promosi
kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk promosi
sekolah atau yang disebut trias UKS versi departemen kesehatan, seperti yang telah
diuraikan di atas. Komponen-komponen promosi kesehatan menurut WHO dapat
dijelaskan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005, p. 371):
1. Penerapan kebijakan kesehatan (implement healthy policy)
2. Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana di
sekolah (provide access preventive and curative health service)
3. Tersedianya lingkungan yang sehat (provide and safety and healthy environment)
4. Adanya program penyuluhan kesehatan (provide skill based health education)
5. Partisipasi orangtua murid dan masyarakat (improved community health trough
parent and community participation)
memperkecil kesenjangan dengan orang-orang yang mempunyai mobil (Maulana, 2009; 29).
Tindakan kesehatan berwawasan lingkungan
Hal ini berhubungan dengan upaya menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan,
baik di rumah, tempat kerja atau tempat-tempat umum. Contohnya menyediakan makanan
dan air bersih, mengurangi polusi, dan menciptakan kawasan bebas rokok.
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat. Hal penting ketika
bekerja di komunitas adalah kemampuan untuk memfasilitasi dan membangun jaringan agar
orang lain mampu mempromosikan kesehatan mereka sediri dan orang lain. Upaya ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti tukar-menukar katerampilan dan informasi dan
membangun kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (Maulana, 2009; 34).
Agar dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik, promotor perlu memahami
pendistribusian dan penerapan kekuasaan dalam komunitas di berbagai tingkatan dan mampu
menggunakan pengetahuannya untuk mempengaruhi keputusan. Hal ini termasuk bekerja
sama dengan berbagai organisasi untuk mempengaruhi
kebijakan yang menunjang status kesehatan staf mereka dan menghasilkan produk-produk
serta pelayanan yang memperkokoh kesehatan. Promotor kesehatan juga dapat ikut berperan
dalam menyusun kebijakan publik yang sehat (Maulana, 2009; 34).
Promotor kesehatan bertanggung jawab meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan,
memberi informasi tentang kesehatan dan mewujudkan harapan akan perubahan. Terdapat
perbedaan yang besar dalam status kesehatan di antara kelompok penduduk yang berbeda
secara sosio-ekonomi. Dalam situasi seperti ini, kita dituntut untuk bersikap peka dan
memastikan bahwa promosi kesehatan relevan dengan orang-orang yang paling
membutuhkan tanpa membedakan status sosio-ekonomi. Dengan demikian, masyarakat
memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan informasi dan mengambil tindakan
kesehatan. (Maulana, 2009; 34).
Promotor kesehatan harus peka terhadap latar belakang sosial, etnik, ekonomi dan
budaya orang-orang yang diajak atau sasaran. Informasi kesehatan sering ditujukan pada
orang kebanyakan atau kelompok yang paling banyak jumlahnya. Terkadang orang yang
paling membutuhkan promosi kesehatan berada di kelompok minoritas dan terabaikan.
Promosi kesehatan harus benar-benar menyatakan sikap memberi kesempatan yang sama
tanpa memandang golongan masyarakat. (Maulana, 2009; 37).
Program kesehatan di masyarakat menekankan pada kegiatan kampanye dan aktivitas
lainnya dengan target-target sasaran tertentu di dalam masyarakat. Fasilitator masyarakat dan
Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan sebagai jembatan
untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap masyarakat (sasaran primer).
Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi
acuan bagi masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan
sasaran sekunder dengan cara memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan
bagi masyarakat, di samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi
masyarakat di sekelilingnya.
c. Sasaran tertier
Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor pemungkin (enabling)
untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya perilaku tersebut.
Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku sehat ini seringkali
masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari penentu atau pembuat
keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupati atau pejabat pemerintah
setempat. Misalnya di daerah yang sangat kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya
tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh sebab itu kegiatan promosi
kesehatan dapat menjadikan para pejabat setempat ini sebagai sasaran tertier. Caranya
misalnya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui APBD untuk pembangunan sarana
air bersih tersebut.
Materi Promosi Kesehatan
Bahan-bahan/materi atau informasi-informasi yang disampaikan kepada masyarakat atau
sasaran melalui kegiatan promosi kesehatan adalah semua informasi yang dapat menstimulasi
perilaku hidup sehat, antara lain :
a. Penyakit-penyakit menular yang mencakup tanda-tanda penyakit, penyebabnya,
cara penularan, cara pencegahan, pertolongan pertama kasus,dsb.
b. Penyakit-penyakit tidak menular yang mencakup tanda-tanda
penyakit, penyebab penyakit, cara pencegahannya, cara mencegah
komplikasi, dan sebagainya.
c. Imunisasi
d. Gizi makanan
e. Kebersihan diri sendiri (personal hygiene)
f. Kesehatan lingkungan
g. Hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan pada kelompok
masyarakat tertentu, seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak balita,
remaja, dan sebagainya.
b. DATA KESEHATAN :
Jumlah kejadian sakit akibat berbagai penyakit (Diare, Malaria, ISPA,
Kecacingan, Pneumonia, TB, penyakit Jantung, Hipertensi, dan penyakit lain yang umum
dijumpai di Puskesmas). Jumlah kematian (kematian ibu, kematian bayi, dan kematian
balita). Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir dan balita.
Cakupan upaya kesehatan (cakupan pemeriksaan kehamilan, persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, cakupan Posyandu, imunisasi dasar lengkap, sarana air bersih dan
jamban). Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang tersedia (Poskesdes, Puskesmas
Pembantu, klinik). Jumlah dan jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang ada seperti Posyandu, kelompok pemakai air, kelompok arisan jamban,
tabulin, dasolin. Jumlah kader kesehatan/kader PKK, ormas/LSM yang ada.
c. SURVEI MAWAS DIRI
Sebagai langkah pertama dalam upaya membina peranserta masyarakat, perlu
diselenggarakan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai sederhana oleh para pemuka
masyarakat dan perangkat desa/ kelurahan, yang dibimbing oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas. Selain untuk mendata ulang masalah kesehatan, mendiagnosis penyebabnya
dari segi perilaku dan menggali latar belakang perilaku masyarakat, survai ini juga
bermanfaat untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian para pemuka masyarakat
terhadap kesehatan masyarakat desa/kelurahan, khususnya dari segi PHBS. Dalam survai
ini akan diidentifikasi dan dirumuskan bersama hal-hal sebagai berikut:
a) Masalah-masalah kesehatan yang masih diderita/dihadapi dan mungkin (potensial)
dihadapi masyarakat serta urutan prioritas penanganannya.
b) Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari sisi
teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat. Dari sisi perilaku, setiap
perilaku digali faktor-faktor yang menjadi latar belakang timbulnya perilaku
tersebut.
d. MUSYAWARAH DESA/KELURAHAN
Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survai
Mawas Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator dan petugas Puskesmas untuk
mengawalnya. Musyawarah Desa/ Kelurahan bertujuan:
a) Mensosialisasikan
tentang
adanya
masalah-masalah
kesehatan
yang
masih
diderita/dihadapi masyarakat.
b) Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan yang
hendak ditangani.
c) Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru atau
diaktifkan kembali.
d) Memantapkan data/informasi
potensi
desa
atau
potensi
kelurahan
serta
pertemuan-pertemuan
secara
intensif
guna
menyusun
rencana
provinsi
dan
nasional)
dengan
memanfaatkan
media
massa
berjangkauan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet; serta
(2) advokasi secara berjenjang dari tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota dan dari
tingkat kabupaten/kota ke tingkat kecamatan.
Referensi :
Maulana, heri D.J. 2009. Promosi kesehatan. Jakarta : EGC