PENYAKIT
MATA
Dr. Muhamad Ibnu Sina
TIM UKMPPD UNIV
MALHAYATI
BANDAR LAMPUNG
SKDI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Benda asing di
konjungtiva 4A
Konjungtivitis 4A
Pterigium 3A
Perdarahan
subkonjungtiva 4A
Mata kering 4A
Blefaritis 4A
Hordeolum 4A
Chalazion 3A
Trikiasis 4A
Dakrioadenitis 3A
Dakriosistitis 3A
Skleritis 3A
Episkleritis 4A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keratitis 3A
Xerophtalmia 3A
Hifema 3A
Hipopion 3A
Iridosisklitis, iritis 3A
Hipermetropia ringan 4A
Miopia ringan 4A
Astigmatism ringan 4A
Presbiopia 4A
Anisometropia pada
dewasa 3A
Buta senja 4A
Glaukoma akut 3B
Glaukoma lainnya 3A
Penatalaksanaan
Anestesi topikal
Gunakan cotton-tipped applicator atau
jarum 30 gauge
Berikan antibiotik topikal
Penatalaksanaan
MATA MERAH
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Pterygium
Penyakit Mata
Pinguikula:
Penyakit Mata
Pseudopterygium:
Xerophthalmia
Hematoma
subkonjungtiva
DEFINISI
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri
konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah
ini bisa akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan
pembuluh darah yang mudah pecah.
Gambaran klinis
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu
dipastikan tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva
atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada
setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva
akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh
dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan
hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 2 minggu
tanpa diobati
Hematoma palpebra
Hordeolum
Hordeolum
Chalazion
Blepharitis
BLEPHARITIS VIRUS
Palpe
bra
1. Infeksi dan inflamasi palpebra
a. Hordeolum
- Internum: Infeksi Kelenjar meibom
- Eksternum: Infeksi kelenjar Zeis dan Moll
Kuman penyebab : Stafilokokus
b. Chalazion
Radang kronik graunulomatosa kelenjar
meibom (steril, idiopatik)
Hordeolum
eksternum
Hordeolum
internum
Kalazion
Kalazion
Jaringan
granuloma pada
tarsus inferior
c. Blefaritis anterior
- Ulseratif Stapilokokus
- Seboroik Pityrosporum ovale
d. Blefaritis posterior
Penyebab : disfungsi kelenjar
meibom
Terapi :
a. Hordeolum internum
- Kompres hangat
- Salep anti biotika (untuk gram )
- Insisi tegak lurus margo palpebra.
Hordeolum Eksternum
- Kompres hangat
- Salep antibiotika
- Insisi sejajar lipatan kulit
b. Chalazion
Eksisi dan curettage (excochleasi)
c. Blefaritis anterior
- Kebersihan muka
- Salep anti biotika (gram )
- Digosok cotton aplicator
d. Blefaritis Posterior
Tetrasiklin 250 mg 2 x /hari
atau
2 minggu
Trikiasis
Silia atas tumbuh
ke arah dalam :
kornea atau
konjungtiva
Kornea atau
konjungtiva
teriritasi
Akibatnya terjadi
Keratitis atau
Konjungtivitis
Tatalaksana
epilasi
Komplikasiulkus
kornea
Aparatus lakrimal
1. Radang glandula lakrimalis (dakrio adenitis)
- Akut : Komplikasi dari gondong, campak,
influenza (pada anak)
- Kronis
Lympoma, leukemia
Tuberkulosis
Klinis :
- Bengkak, nyeri daerah sakus
lakrimalis (sudut mata medial
bawah)
- Keluar sekret dari pungtum
lakrimalis
Pemeriksaan penunjang : Anel test
Terapi :
- Sistemik antibiotik
- Tetes mata antibiotik
- Spoeling
Keratitis
Penyakit Mata
Endoftalmitis:
Ulkus kornea
Panoftalmitis:
Uveitis anterior:
Defisiensi vitamin A
(keratomalacia)
Virus herpes: ulkus
dendritik
Jamur: lesi satelit dan
hipopion
Protozoa: sangat nyeri,
berhubungan dengan
lensa kontak dan kolam
renang
Trauma, exposure: letak
sentral
Entropion dan trichiasis:
letak perifer
Akibat penyakit sistemik:
ulkus Mooren
Endolftalmitis
Kelainan Refraksi
Visus
Hipermetropia
Keywords:
Tanda subjektif:
Tanda objektif:
Mata lelah.
Sakit kepala : frontal / fronto temporal headache.
Silau.
Astenophia akomodatif.
Ukuran bola mata tampak lebih kecil
Diameter cornea lebih kecil dari normal
Pupil mengecil ( miosis)
COA dangkal
Komplikasi:
Strabismus konvergen
Amblyopia
Primary narrow angle glaucoma
Ambliopia
Astigmatisma
Presbiopia
40 tahun : Sp +
45 tahun : Sp +
50 tahun : Sp +
55 tahun : Sp +
> 60 tahun : Sp
1,00 D
1,50 D
2,00 D
2,50 D
+ 3,00 D
Trauma Mata
Hifema
Trauma Kimia
KATARAK
Hip
Ins Im
Ma er
ipi at
tur mat
en ur
ur
Ke
ker
uha
n
Cai
ran
len
sa
Iris
Se Sel
Rin
Ma
bag uru
gan
sif
ian h
Ber
Ber
Nor
Nor
tam
kur
mal
mal
bah
ang
Ter
Tre
Nor dor Nor
mul
mal on mal
ans
g
Bili
k
Da
mat Nor
Nor Dal
ngk
a
mal
mal am
al
dep
Jenis
katarak
(berdasarkan
Katarak insipien
Kekeruhan terjadi di perifer korteks dan biasanya belum menimbulkan
proses)
gangguan tajam penglihatan.
Katarak imatur
Katarak matur
Katarak hipermatur
Glaukoma
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya
bilateral dan diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada
penyebabnya) biasanya Unilateral
Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma Primer
Dewasa(Simpleks/sudut terbuka dan
terutup)
Kongenital
Tatalaksana Glaukoma
Akut
Retinopati
Retinopati Diabetik
Nonproliferatif
Preproliferatif
Proliferatif
Mikroaneurisma, hemoragik
Neovaskularisasi
Proliferatif lanjut
Perdarahan vitreous
Retinopati diabetika
Retinopati diabetik non-proliferatif: soft
exudate (+), hard exudate (+), cotton
wool spot (+), neovaskularisasi (-)
Retinopati diabetik proliferatif
ditegakkan berdasarkan temuan adanya
neovaskularisasi
Retinopati diabetik proliferatif stadium
dini: neovaskularisasi (+)
Stadium lanjut ditegakkan karena
sudah terjadi perdarahan vitreous
Tatalaksana:
Retinopati Hipertensi
Berdasarkan gejala pada pasien ini
termasuk mata tenang visus turun
perlahan. Pasien memiliki riwayat HT &
DM yg mengarahkan ke retinopati.
Gejala klinis retinopati HT: pada
funduskopi ditemukan fenomena cotton
wool spot + av crossing + copper wire.