Anda di halaman 1dari 9

BAB SATU

Feminisme Liberal
1. Akar Feminisme Liberal Abad ke-18 dan ke-19
Alison Jaggar adalah seorang pemikir yang sering menyatakan pemikirannya secara
feminis. Beliau mengungkapkan, pemikiran politis liberal mempunyai konsepsi atas sifat
dasar manusia , yang menempatkan keunikan kita bagai manusia dalam kapasitas kita untuk
bernalar.

untuk

mendefinisi

nalar

dalam

berbagai

cara,

dan

menekankan

aspek moral atau aspek prudensial, Jika nalar didefinisi sebagal kemampuan untuk
menentukan cara terbaik dalam mencapal tujuan yang diinginkan, maka nilai kepuasan diri
akan mendapat penekanan.
Menurut kaum liberal, hak harus diberikan sebagai prioritas di atas kebaikan
Dengan perkataan lain, keseluruhan sistematas hak individu dibenarkan karena hak ini
menghasilkan bingkai kerja, yang merupakan dasar bagi kita untuk memilih apa yang terbaik
bagi kita masing-masing, selama kita tidak merampas hak orang lain. Prioritas seperti itu
membela kebebasan beragama, kehidupan yang bertuhan adalah lebih berharga daripada
kehidupan yang tak bertuhan tetapi hanya karena alasan bahwa manusia mempunyai hak
untuk melaksanakan spritualitas yang diinginkannya, bahkan ketika dibatasi oleh
altruisme,mempunyal kepentingan untuk mengamankan sebanyak mungkin sumber daya
yang tersedia.
Kemudian, adalah menjadi tantangan untuk menciptakan lembaga politik, ekonomi,
dan sosial - yang akan memaksirna(kan kebebasan individu tanpa merusak kesejahteraan
masyarakat. Bagi kaum liberal klasik, negara yang ideal harus melindungi kebebasan sipil
(misalnya, hak milik, hak memilih, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan untuk
berbeda, kebebasan berserikat), dan alih-alih melakukan campur tangan dengan pasar bebas,
negara malah memberikan semua individu kesempatan yang setara, untuk menentukan
akumulasinya sendiri di dalam pasar tersebut, Meskipun baik arus pemikiran liberal klasik,
maupun liberal berorientasi kepada kesejahteraan muncul dalam pemikiran feminisme liberal,
feminis liberal kontemporer tampaknya lebih cenderung kepada liberalisme yang berorientasi
kepada kesejahteraan.
Bahkan, Susan Wendell (bukan seorang feminis liberal) menggambarkan pemikiran
fminis liberal, ditegaskannya sebagai pemikiran yang berkomitmen kepada pengaturan
ulang ekonomi secara besar-besaran, dan redistribusi kemakmuran secara lebih signifikan,
karena salah satu dan tujuan politik modern yang paling dekat dengan feminisme liberal

adalah kesetaraan kesempatan. Karena hampir tidak mungkin membahas semua organisasi,
gerakan, dan pemikir feminis liberal dalam sebuah buku pengantar saya telah memutuskan
untuk berfokus hanya pada Mary Wollstonec raft, John Stuart Mill, Harriet Taylor (Mill),
gerakan perempuan untuk memperoleh hak pilih-di Amerika Serikat, Betty Friedan, dan
NOW (National Organization for Women).
Pemikiran Feminis Liberal Abad ke- 18 Pendidikan yang Setara
Perempuan kelas menengah, menurut Wolistonecraft, adalah perempuan peliharaan
yang telah mengorbankan kesehatan, kebebasan, dan moralitasnya untuk prestise,
kenikmatan, dan kekuasaan yang disediakan suaminya. Karena perempuan kelas rnenengah
ini tidak - diizinkan untukberolahraga di luar numah, karena khawatir hal itu akan
menggelapkan kulitnya yang putih seperti bnga lili,menjadikan tbuh mereka tidak sehat.
Karena mereka tidak dibiarkan untuk mengambil keputusan sendiri, mereka tidak
mempunyai kebebasan. Dan karena mereka dihambat untuk mengembangkan kemampuan
nalarnya dengan alasan hal yang terbaik yang dapat dilakukan adalah memanj akan din dan
menyenangkan orang lain, terutama laki-laki dan anak anak mereka tidak mempunyai
moralitas.
Meskipun Wolistonecraft tidak mempergunakan istilah seperti peran gender yang
dikonstruksi secara sosial, ia menyangkal bahwa perempuan, secara alamiah, lebih
cenderung untuk bersifat sebagai pemburu dan pemberi kenikmatan daripada laki-laki. Ia
berargumentasj bahwa jika laki-laki disimpan di dalam saiigkar yang sama seperti perempuan
dikurung, laki-laki pun akan mengembangkan sifat yang sama seperti perempuan. Karena
diabaikan kesempatannya untuk mengembangbn kekuatan nalarnya, untuk menjadi manusia
bermoral dengan perhatian, motif, dan komitmen yang lebih dan sekadar keriikmatan pribadi,
laki-laki, seperti juga perempuan, akan menjadi sangat emosional. lstilah mi yang
seringkali dihubungkan.
Wollstonecraft dengan hipersensitivitas, narsisisme yang ekstim, dan pemanjaan diri
yang berlebih-lebihan. jika nalar adalah kapasitas yang membedakan manusia dan
binatang maka kecuaIi jika perempuan bukan binatang liar (gambaran yang ditolak sebagian
besar laki-laki untuk diterapkan kepada ibu, istri, dan anak :ececnpuan rnereka), perernpuan
dan laki-laki sama-sama mempunyai kapasitas ini. Karena itu, masyarakat wajib memberikan
pendidikan teada perempuan, seperti juga kepada anak laki-laki, karena semua manusia
berhak mendapatkan kesempatan yang setara untuk mengembangkan kapasitas nalar dan
moralnya. Sehingga mereka dapat menjadi manusia yang utuh.

Pemikiran Feminis Liberal diAbad ke- 19 Hak Politik dan Kesempatan Ekonomi yang
Setara
Wollstonecraft Tetapi mereka memandang nalar tidak saja secara moral, sebagal
kapasitas untuk mengambil keputusan secara otonom, tetpi juga melalui pemikiran yang hatihati, sebagai pemenuhan diri atau pengg unaan akal untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
. Karena Taylor menerima pandangan tradisional bahwa ikatan maternal (ibu-anak) adalah
lebih kuat dari pada ikatan paternal (bapak-anak), Taylor dengan segera berasumsi bahwa ibu
adalah orang yang seharusnya mengasuh anak-anak jika tenjadi perceraian. Karena itu, ia
mernperingatkan perempuan untuk hanya mempunyai sedikit anak.
Sebaliknya, Mill mendorong pasangar. untuk menikah dan mempunyai anak pada usia
lebih matang. serta hidup di dalam keluarga besar, atau di dalam situasi seperti pada sebuah
komunitas. , tidak melawan asumsi di dalam masyarakat mengenai peran pengasuhan anak
pada perempuan maupun laki-laki, ia menentang asumsi di dalam masyarakat mengenai
kecenderungan perempuan untuk lebih mem ilih perkawinan dan tugas sebagai ibu darim
pada karier dan pekerjaan. Taylor menegaskan, bahwa perempuan yang sudah menikah tidak
dapat menjadi orang yang sungguh-sungguh setara dengan suaminya. kecuali jika Ia
mempunyai kepercayaan diri dan rasa bahwa ia berhak atas kesetaraan itu yang muncul
dari kontribusi material untuk menopang keluarga.
Bahkan jika setiap perempuan, seperti yang terjadi saat itu, dapat bergaritung kepada
laki-laki untuk menopang hidupnya, adalah sangat lebih disukal jika sebagian dan
penghasilan itu datang dan penghasilan perempuan itu sendiri, bahkan jika jumlah total
penghasilan hanya sedikit bertambah oleh penghasilan perempuan itu, danipada perempuan
diharuskan untuk meminggirkan diri agar laki-laki dapat menjadi penopang hidup satu
satunya, dan menjadi satu-satunya yang berhak untuk mengeluarkan apa yang dihasilkan itu
2. Gerakan Feminis liberal Abad ke-19
Baikiohn Stuart Mill dan Harriet Taylor Mill yakin bahwa perempuan harus memiliki
hak pilih agar dapat menjadi setara dengan laki-laki. Dapat memilih menurut keduanya,
berart berada di dalam posisi tidak saja untuk mengekspresikan pandangan politik personal
seseorang, tetapi juga untuk mengganti sistem, struktur dan sikap yang memberikan
kontribusi terhadap opresi orang lain, Ketika laki-laki dan perempuan kulit putih memulai
kerja yang sungguh-sungguh untuk penghapusan perbudakan. Mulailah menjadi jelas bahwa

bagi abolisionis perempuan. bahwa abolisionis laki-laki enggan untuk menghubungkan


gerakan hak-hak perempuan dengan hak-hak budak, perempuan kulit hitam menjadi
pembicara yang efektif bagi hak-hak perempuan, walaupun perempuan kulit putih cenderung
mengabaikan atau meminimalkan kontribusi perempuan kulit hitam ini.
Pada Konvensi Hak-hak Perempuan tahun 1851 di Akron, Ohio, seorang feminis
abolisionis kulit hitam Sojourney Truth menyampaikan pidato yang sangat kuat atas nama
perempuan. Ketika gerakan hak-hak perempuan mulal mendapatkan moment umnya,
sayangnya perang saudara dtmulai. Metihat adanya kesempata n dalam perang yang
tragis ini. paling tidak untuk membebaskan budak, abousionis laki-laki. sekati lagi. meminta
feminisuntuk memingg irkan duki isu-isu perempuan, dan dengan sangat enggan para femiriis
itu sekali lagi memeiiuhinya. Tetapi akhir perang saudara tidak memberik an kebebasan bagi
perempuan. dan feminis seringkali harus mengh adapi konflikdengan laki-laki kulit hitam,
yang baru saja diemansipasikan.
3. Gerakan Feminis Liberal Abad ke-20
Selama hampir empat puluh tahun sejak pemberlakuan Amandemen Sembilan Belas,
feminisme tidak menunjukkan aktivitas yang berarti di Arnenika Serikat. Kemudian, pada
tahun 1960, genrasi bahwa feminis menunjukkan, sebagai suatu kenyataan yang sebenarnya,
apa yang se)ama ni clicurigai oleh suffragis Stanton dan Anthony: Untuk mendapat
pembebasah yang sesungguhnya, perempuan membutuhk kesempatan ekonorni dan juga
kebebasarl sipil ,gerakan feminis liberal tahun 1960-an, feminis radikal tahun 1960-an
berkumpul dalam salah satu dan kelompok yang disebut kelompok pembebasan perempuan.
Lebih kecil dan lebih tenfokus daripada kelompok kelompok hak perempuan kelompok
pembebasan penempuan ini , bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan mengenai
oprasi terhadap perempuan.
Semangat yang mereka miliki adalah semangat revolusioner , yang tujuannya
bukanlah

untuk mereformasi apa

yang

dianggap

mereka

sebagai

sistem

elitis.

Kapitalis. national Terrorist Conspiracy from Hell (WITCH), the Redstockings, the
Feminists, dan the New York Radical Feminists. Meskipun Maren Lockwood Carden secara
benar mencatat dalarn bukunya, The New Feminist Movement, bahwa perbedaan ideologis
antara kelompok hakh perempuan dan kelompok pembebasan perempuan menjadi kabur pada
tahun

1960-an hingga tahun 1990. mengkampanyekan hak-hak perempuan. Alih -alih

usaha kedua kelompok ini, diskriminasi terhadap perempuan tidak juga berakhir, terutama

karena kepentingan hak-hak perempuan belum menjadi kesadaran (dan nurani) dan
kebanyakan penduduk Amerika Senikat. Hal iniberubah dengan meledaknya gerakan hak-hak
sipil. Disensitifkan oleh berbagai cara yang dijadikan jalan bagi sistem, struktur, dan hukum
Arnerika Serikat untuk mengopresi kulit hitam,. mereka yang aktif di dalam atau, paling
tidak, bersimpati terhadap gerakan hak-hak sipil, dapat melihat analogi antara diskniminasi
terhadap kulit hitarn dandiskriminasi terhadap perempuan, tujuan Undang-undang Hak
Perempuan tahun 1967 adalah untuk memastikan perempuan mempunyai hak.yang sarna
dengan laki-laki Tuntutan NOW bagi perempuan diantaranya adalah:
Bahwa Kongres Amerika Serikat harus segera meloloskan Amandemen Hak-hak
yang Setara kepada Konstitusi, untuk memastikan bahwa Kesetaraan Hak
berdasarkari hukum tidak akan diabaikan atau dipangkas oleb Amerika Serikat, atau
oleh Negara Bagian mana pun berdasarkan jenis kelamin, dan bahwa Amandemen ini
hams segera diratifikasi oleh heberapa Negara Bagian tertentu.
Bahwa kesempatan kerja yang setara harus dijamin bagi semua perempuan, sama
halnya bgi semua laki-laki, dengan mpnde ak bahwa Komisi Kesempatan Kerja yang
Setara member akukan larangan terhadap diskriminasi ras.
Bahwa perempuan harus dilindungi oleh hukum untuk memastikan hak mereka, demi
dapat kemba!i ke pekerjaan mereka dalam waktu tertentu, yang Iayak setelah
melahirkan tanpa kehilangan senioritas atau keuntungan lain yang dijamin, dan harus
mendapat upah atas cuti hamilnya sebagai bentuk dan jaminan sosial danlatau
keuntungan sebagai pekerja.
Revisi secepatnya atas hukum perpajakan untuk memungkinan pengurangan
pengeluaran atas rumah dan pengasuhan anak bagi orangtua yang bekerja.
Bahwa fasihtas pengasuhan anak hanus diselenggarakan oleh hukum dengan dasar
hukum yang sama seperti taman, perpustakaan, dan sekolah negeri did irikan, yang
Iayak bagi kebutuhan anak-anak dan tahun-tahun pra-sekolah hingga anak remaja,
sebagai sumber komunitas yang akan digunakan oleh seluruh warga negara pada
seluruh tingkat pendapatan.
Bahwa hak petempuan untuk mendapatkan pendidikan demi mengembangkan selurub
potensinya secara penuh setara dengan laki-Iaki hams dipastikan oleh perundangan

Federal dan Negara Bagian, dengan menghilangkan semua diskriminasi dan


pemisahan berdasarkan jenis kelamin, tentulis ataupun tidak, pada semua tingkat
pendidikan, termasuk perguruan tinggi dan sekolah-sekolal, profesional, pinjaman
atau beasiswa, dan program pelatihan Federal ataupun Negara bagian seperti The Job
Corps.
Hak perempuan miskin untuk mendapatkan pelatihan kerja, perumahan, dan
tunjangan keluarga adaJah harus setara dengan laki-laki, tetapi tanpa prasangka atas
hakorangtua untuk diam di rumah untuk mengasuh anak-anaknya; revisi perundangundangan mengenai kesejahteraan dan program kemiskinan yang mengabaikan
perempuan dalam hal harga diri;-priv-asi, dan penghormatan terhadap diri sendiri.
Hak perempuan untuk menguasai kehidupan reproduktifnya dengan menghapuskan
hukum yang bersifat menghukum, yang membatast akses terhadap informasi dan alat
kontrasepsi, dan dengan menihilkan hukum yang bersifat menghukum atas aborsi
4. Pemikiran Ferminis Liberal Abad ke-20: Memperlakukan Perempuan dan Laki-laki
secara Sama atau Berbeda?
Bahwa feminis liberal cenderung untuk menerima keajegan laki-laki dan kritik dan
feminis konservatif, bahwa feminisiiberal kehilangan sentuhan dengan sebagian besar
perempuan Amerika Serikat yang berada dalam lembaga perkawinan, mothering, dan
keluarga serta memandang kesemua itu dengan rasa hormat yang tinggi, tidak menyadari
perspektif lain selain perspektifperempuan terdidik, heteroseksual, kelas menengah, dan
berkulit putih, yang menganggap peran menjadi seorang istri dan ibu tidak memuaskan. Ia
menulis bahwa alih-alih melakukan sesuatu untuk tujuan lebih bermakna Dalam perkiraan
Friedan, feminis tahun 1 980an perlu berhenti berusaha untuk mencoba melakukan
semuanya dan menjadi semuanya.
Ia menegaskan, penawar yang tepat bagi sindrom perempuan super adalah dengan
tidak mengabaikan cinta demi pekerjaan, atau sebaliknya. Menurut Fniedan, perempuan yang
memilih salah satu, pekerjaan atau cinta, seringkali menceritakan penyesalannya atas
keputusan tersebut, antara Friedan dalam The Feminine Mystique Friedan dalam The Second
Stage adalah perbedaan antara seorang feminis yang percaya bahwa perempuan perlu
menjadi sama dengan laki-laki untuk menjadi setara dengan laki-laki, dan seorang feminis
yang percaya bahwa perempuan dapat menjadi setara dengan laki-laki jika masyarakat

menghargai yang feminin dan maskulin. Secara keseluruhan, pesan dan The Feminine
Mystique adalah bahwa kecuali jika perempuan menjadi seperti laki-laki, ia tidak akan
terbebaskan, Jika Friedan di tahun 1980-an benar, maka adalah tugas dan feminis liberal
bukan untuk menentukan kebebasan dan kesetanaan itu apa bagi orang yang rasional dan
abstrak, melainkan apa kebebasan dan kesetaran itu bagi laki-laki dan perempuan yang
konkret. Pesan umum dan The Fountain of Age adalah bahwa manusia yang akan sangat
mungkin untuktumbuh, berubah, dan lebih menjadi dirinya sendiri ketika mereka bertambah
tua, adalah mereka yang mampu brgerak di luar peran jenis kelamin yang terpolarisasl dan
secara kreatif mengembangkan sisi dirinya yang diabaikan untuk dikembangkan ketika
mereka masih muda.
Singkatnya, laki-laki dan perempuan senior yang paling bahagia dan paling hidup
adalah orango rang yang androgin. Friedan mengklaim bahwa karena keutuhan manusia
adalah janji feminisme, feminis harus bergerak di luar fokusisu perempuan (isu yang
berhubungan dengan peran, hak, dan tanggng jawab reproduksi dan seksual perempuan)
untuk dapat bekerja dengan laki-laki dalam masalah yang konkret dan praktis dan hidup,
bekerja, dan mencintai sebagai manusia yang setara.
Pembahasan mengenal perbedaan jenis kelamin, peran gender, dan androgini telah
membantu memfokuskan dorongan feminis liberal terhadap kebebasan, kesetaraan, dan
keadilan untuk semua. Menurut Jane English, istilah seperti peran, seks, dan sifat
gender mengacu kepada pola tingkah laku kedua jenis kelamin yang disosialisasikan
didorong dan dipaksakan untuk diterima, mulai dan kepribadian yang sesuai dengan jenis
kelamin hingga minat dan profesi. Anak lakil aki diinstruksikan untuk menjadi maskulin,
sementara anak perempuan menjadi feminin. Psikolog, antropolog, dan sosiolog cenderung
untuk mendefjnjsi maskuPn dan feminin dalam kerangka stereotipe budaya yang berlaku,
yang sangat dipengaruhj oleh faktor ras. kelas, dan etnik. Karena tu, maskulin di kelas
menengah, kulit putih, AngloS axon, Protestan Amerika Serikat adalah, di antaranya,
menjadp rasional, ambisius, dan mandiri- dan menjadi feminin berarti, misalnya, emosio nal,
mengasuh, dan bergantung kepada orang lain.
5. Arah Kontemporer dalam Feminisme Liberal
Feminisme liberal berkeinginan untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang
opresif, yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk
memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi

perempuan, baik di dalam akademi, forum, maupun pasar. Mereka menekankan bahwa
masyarakat patriarkal mencampuradukkan seks dan gender, dan menganggap hanya
pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminine yang layak untuk
perempuan.
6. Kritik terhadap Feminisme Liberal
Kritik Satu: Dapatkah perempuan menjadi seperti laki-laki? Apakah perempuan
menginginkannya? Apakah perempuan harus menginginkannya?Jean Bethke Elshain
mengkritik feminisme liberal dalam tulisannya Why Cant a Woman Be More Like a Man?
(Mengapa perempuan tidak dapat menjadi lebih seperti laki-laki?). Menurutnya ada tiga
kesalahan utama feminisme liberal, yaitu: (1) klaimnya bahwa perempuan dapat menjadi
seperti laki-laki jika mereka menset pemikirannya untuk itu; (2) klaimnya bahwa kebanyakan
perempuan ingin menjadi seperti laki-laki; dan (3) klaimnya bahwa semua perempuan
seharusnya ingin menjadi seperti laki-laki, dan meninggikan nilai-nilai maskulin.
Kritik Dua: Perempuan tidak Hidup dengan Nalar dan Otonomi SemataAlison Jaggar
mengkritisi feminisme liberal, terutama atas apa yang dipandangnya sebagai konsep feminis
liberal mengenal diri. Menurut Jaggar, feminis liberal mengkonsepsi diri sebagai agen yang
rasional dan otonom, yaitu diri laki-laki.
Kritik Tiga: Feminisme Liberal sebagai Rasis, Klasis, dan Heteroseksis
Feminisme liberal hanya berfungsi, atau lebih banyak berfungsi untuk kepentingan
perempuan kulit putih kelas menengah dan heteroseksual.
Simpulan
Feminis liberal tidak mengklaim bahwa perempuan harus mengorientasikan hasrat
seksualnya terhadap perempuan dan menjauh dari laki-laki, atau bahwa semua perempuan
harus lebih mencintai perempuan daripada laki-laki. Feminis liberal bersikeras bahwa lakilaki, seperti juga perempuan, harus memperlakukan satu sama lain sebagai seseorang yang
setara, sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai.
Sumber :

Tong, Rosemarie Putnam. 2004. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada
Aliran Utama Pemikiran Feminis. (terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro). Yogyakarta:
Jalasutra.

Anda mungkin juga menyukai