Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kita tahu bahwa remaja saat ini pasti tidak asing lagi dengan istilah
pacaran. Pacaran dianggap sebagai cara untuk mencintai seseorang dan
mengaplikasikan kasih sayangnya. Selain itu, kodrat manusia sebagai
makhluk yang mempunyai rasa cinta mendorong mereka untuk mengagumi
lawan jenis. Dari kekaguman inilah timbul rasa untuk memiliki dan akhirnya
berujung dengan pacaran. Remaja menganggap pacaran sebagai suatu hal
yang biasa dan lumrah untuk dilakukan. Padahal kita tahu bahwa remaja
adalah usia dimana kita mencari ilmu, membanggakan orang tua serta
berusaha semaksimal mungkin untuk meraih prestasi. Namun mereka lupa
akan tujuan hidup mereka, waktu mereka terbuang hanya untuk berpacaran.
Makalah ini akan membahas tentang pacaran yang sudah tidak asing lagi
bagi kalangan remaja. Topik ini penting untuk dibahas mengingat hal ini
sudah biasa dilakukan sebagian orang terutama sebagian besar remaja, baik
yang bertujuan untuk menikah maupun hanya karena adanya berbagai
alasan yang tentunya berdasarkan hawa nafsu semata. Tidak hanya itu
pacaran juga banyak menimbulkan dampak negatif baik untuk diri sendiri
maupun pihak lain. Oleh karena itu penulis penulis menganggap masalah
pacaran cukup penting untuk dibahas agar kita mengetahui dan memahami
sesuai norma-norma dalam agama islam.
1.2Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pacaran ?
2.
Bagaimana hukum pacaran dalam Islam ?
3.
Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja yang
sedang jatuh cinta ?
4.
Adakah istilah pacaran dalam Islam ?
5.
Bagaimana konsep pacaran dalam Islam ?
6.
Apa hikmah dilarang pacaran ?
1.3Tujuan Penulisan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian pacaran
2.
Untuk mengetahui hukum pacaran dalam islam
3.
Untuk mengetahui konsep islam mengatur hubungan remaja saat jatuh
cinta.
4.
Untuk mengetahui adakah istilah pacaran dalam Islam
5.
Untuk mengetahui konsep pacaran dalam Islam
6.
Mengambil hikmah dilarangnya pacaran dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pacaran
Pacaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata pacar
yang diberi akhiran-an. Pacar itu sendiri memiliki arti kekasih atau lawan
jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Dengan
demikian pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang
biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan untuk menuju
kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya,
penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan utamanya. Manusia
yang

belum cukup

umur dan

masih

jauh

dari

kesiapan

memenuhi

persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi


yang semestinya tidak mereka lakukan. Kita tahu bahwa remaja saat ini
sudah

terbiasa

dengan

pacaran

dan

dianggap

remeh

apabila

tidak

mempunyai pacar. Hal ini bertentangan dengan tujuan mereka yang


seharusnya menuntut ilmu , tetapi mereka menghabiskan waktu dengan halhal yang kurang penting, yaitu berpacaran. Bagaimana Islam memandang
pacaran itu sendiri ?
Dalam islam itu sendiri pacaran memiliki pengertian hubungan kedekatan
antar dua insan manusia bukan mukhrim yang terjadi sebelum menikah.
Hubungan kedekatan ini, terjadi atas persetujuan kedua pihak yang
berdasarkan keinginan dan kepentingan masing-masing individu. Individu
tersebut tidak berada dalam hubungan yang sah dan melakukan hal-hal yang
merupakan aspek dan frase dalam Al Quran tentang pacaran dijelaskan
dalam Surat Al- Israa ayat 32 Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
2.2 Hukum pacaran dalam Islam
Tingkatan berpacaran yang terdapat didalamnya mengenai berbagai hal apa
saja yang mereka lakukan sudah masuk kedalam hal yang dilarang oleh Allah

Swt yakni mendekati zina. Hal lain yang dijadikan landasan bahwa pacaran
dilarang dalam islam ialah sebagai berikut : 1
1.
Menahan Pandangan Pada yang Bukan Muhrimnya
Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadist, merupakan ajaran mulia
yang suci dan mensucikan manusia dari perbuatan hina. Allah Swt dalam
Surat An Nur ayat 31 menjelaskan bahwa Allah telah menentukan batasbatas mengenai aurat yang dilarang untuk diperlihatkan kepada bukan
muhrimnya oleh wanita,dan juga menahan pandangannya. Bagaimana
mungkin dalam hal memandang saja Allah Swt menyuruh untuk tidak
melakukannya terlalu lama ?
apalagi pacaran yang sampai bergenggaman tangan ? Atau berbicara berdua
sambil berpandang-pandangan ?
Melakukan pacaran artinya telah melakukan hal yang lebih daripada sekedar
menahan pandangan. Dan sudah jelas, itu merupakan suatu hal yang salah
juga merupakan perbuatan yang zalim. Mereka hanya melandaskan hawa
nafsu semata dan membenarkan tindakan salah yang tetap mereka kerjakan.
Sungguh orang-orang yang mengetahui bahwa pacaran itu dilarang namun
masih mengerjakannnya adalah orang-orang yang nyata berlaku sombong
kepada Allah Swt. Bagaimana mungkin seseorang yang telah mengetahui
bahwa

pacaran

itu

dilarang

oleh

Allah

Swt,

namun

tetap

saja

mengerjakannya ? Ini berarti ia tidak yakin pada hukum akhirat, ia telah


merasa Allah Swt bukan apa-apa karena ia berani melanggar TuhanNya.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Surat Al-Aaraaf ayat 16 yaitu :
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka
mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina.
2.
Menjaga Kesucian
Menjaga kesucian adalah adalah hal yang paling ditekankan untuk
dilaksanakan dari Allah Swt dan tidak ada satupun pacaran yang menjaga
kesucian batiniah tersebut. Sesungguhnya Allah Swt telah memberikan jalan
yang mulia untuk mendapatkan cinta yakni dengan menikah bukanlah
dengan cara pacaran, tapi mengapa cinta itu haruslah ternodai dengan
pacaran ? Allah Swt telah jelas mengatakan bahwa dan orang-orang yang
tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesuciannya, sehingga Allah
mencukupkan karuniaNya kepadanya.

1 HUKUM PACARAN DALAM ISLAM diakses di http://sucimardalena.blogspot.com/


pada tanggal 13 Desember 2013 pukul 13.00
3

Pacaran telah menyalahi kodratNya. Pacaran telah melanggar aturan


kesucian yang ditetapkan oleh Allah Swt, karena pacaran merupakan jalan
setan yang ditujukan kepada manusia agar mereka berpaling dari kebenaran.
3.
Dilarang Menurutkan Hawa Nafsu
Alasan banyak orang berpacaran karena menurtkan hawa nafsunya semata,
padahal Allah telah melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu yang tidak
berlandaskan ilmu dan membawa kita kepada jurang kesesatan.
Ketika pasangan tersebut pacaran maka mereka telah menutkan hawa
nafsunya yang telah melenceng dari kebenaran walaupun hanya dengan
berbicara berdua di Handphone maupun di taman yang sepi dengan tertawa
lepas.

2.3 Konsep Islam Mengelola Hubungan Sepasang Remaja yang Sedang Jatuh
Cinta







Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).(QS.Al- Imran ayat : 14)
Surat diatas menjelaskan bahwasanya sudah dijelaskan bahwa dalam diri
manusia telah ditanamkan benih-benih cinta yang bisa tumbuh sewaktuwaktu ketika menemukan kecocokan jiwa. Islam tidak melarang adanya cinta,
karena semua itu di luar kendali manusia.
Agama Islam juga tidak melarang seseorang untuk berkasih dan bercinta, hal
ini merupakan naluri manusia. Namun, Islam menghendaki cinta yag menjaga
kesucian dan ketulusan, sehingga ditetapkan pedoman yang harus ditaati
agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.
Konsep islam mengatur hubungan antara sepasang remaja yang di mabuk
cinta disunnahkan untuk segera menghalalkan hubungan mereka dengan
cara menikah jika sudah siap untuk berumah tangga. Dan calon suami
mampu membayar mahar dan menafkahinya. Adapun prosedur bagi laki-laki
4

yang bersungguh-sungguh ingin meminang wanita agar lebih mengenal dan


mengetahui perilakunya, seperti berikut : 2
Mengirimkan delegasi untuk menyelidiki pasangannya dengan syarat
delegasi tersebut adil, dapat dipercaya, satu mahram dengan calon yang
akan diselidiki.
Berbincang, duduk bersama namun harus disertai mahramnya (seperti
adik, kakak, teman maupun sahabatnya.)
Tidak ada keraguan maupun prasangka akan ditolaknya lamaran.
Selain ada langkah diatas nabi Muhammad Saw, memberikan cara bagi
seseoranng

yang

hendak

memilih

pasangannya,

yaitu

mendahulukan

pertimbangan keberagaman dibanding motif kekayaan, keluarga maupun


kecantikan dan ketampannan.

Adapun bagi para remaja yang belum siap untuk menapaki jenjang menikah
dan ingin menguasai diri agar tidak terkena dosa maka ada beberapa hal
yang bisa dilakukan yakni :

Lebih Giat Menyibukkan Diri

Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk


berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa
berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Oleh karena itu,
untuk memangkas kerinduan seseorang hendaknya menyibukkan diri dengan
hal-hal yang bermanfaat baik untuk dunia atau akhirat. Hakikat dari rasa
rindu adalah kesibukan hati yang kosong. Di kala sepi sendiri, tanpa aktivitas
muncullah bayangan sang kekasih, wajah, gerak-gerik, dan segala yang
berkaitan dengannya. Seluruhnya hanya sekedar bayangan dan khayalan
yang berakhir dengan kesedihan diri. Tiada manfaatnya sedikit pun bagi
kehidupan kita.
Ibnul Qayyim menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam
Asy Syafii. Ia berkata,



2 PROSEDUR BAGI LAKI-LAKI INGIN MEMINANG WANITA diakses di
http://sucimardalena.blogspot.com/ pada tanggal 13 Desember 2013 pukul 13.00
3 REMAJA YANG BELUM SIAP UNTUK MENAPAKI JENJANG MENIKAH diakses di
http://andtheem.blogspot.com/2011/05/pacaran-yang-baik-menurut-ajaranislam.html pada tanggal 13 Desember 2013 pada pukul 13.15
5

Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan
tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).

Bayangkan Kekurangan Si Dia

Ingatlah

selalu,

orang

yang

engkau

rindukan

bukanlah

pribadi

yang

sempurna. Ia sangat banyak kekurangan, sehingga tidak layak untuk dipuja,


disanjung atau senantiasa dirindukan. Orang yang dirindukan sebenarnya
tidak

seperti

yang

dikhayalkan

dalam

lamuman.Ibnul

Jauzi

berkata,

Sesungguhnya manusia itu penuh dengan najis dan kotoran. Sementara


orang yang dimabuk cinta senantiasa melihat kekasihnya dalam keadaan
sempurna. Disebabkan cinta ia tidak lagi melihat adanya aib.
Kita bisa menghukumi sesuatu dengan timbangan keadilan sedangkan orang
yang sedang kasmaran tengah dikuasai oleh hawa nafsunya sehingga tak
dapat bersikap dengan adil. Kecintaannya menutupi seluruh aib yang dimiliki
oleh pasangannya. Para ahli hikmah berkata, Mata yang diliputi oleh hawa
nafsu akan menjadi buta. Semoga Allah memberi taufik. Segala puji bagi
Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Berusaha untuk Ikhlas dalam Beribadah

Ikhlas adalah obat manjur penyakit rindu. Jika seseorang benar-benar ikhlas
menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit
rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada
Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, Sungguh, jika hati telah
merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia
tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat
dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu
yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih
dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk
akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu
yang membahayakannya.
Hati yang tidak ikhlas akan selalu diombang-ambingkan nafsu, keinginan,
tuntutan serta cinta yang memabukkan. Keadaannya tak beda dengan
sepotong ranting yang meliuk ke sana kemari mengikuti arah angin.

Menghindari Nyanyian dan Film Percintaan

Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan


kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas
dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang
6

yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin


memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam
hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan
seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan
hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah
mantera-mantera zina.
2.4 Tidak ada Istilah pacaran dalam Islam
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil alamin.
Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak
syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda.
Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran.
Meninjau Fenomena Pacaran.4
Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula
diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu
mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani
berdua-duan

di

tempat

yang

sepi.

Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman.


Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. Mungkinkah
ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang
dilabeli dengan pacaran Islami tidak mungkin bisa terhindar dari laranganlarangan di atas.
Mustahil Ada Pacaran Islami.5
Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran
itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing- masing. Ungkapan itu
4 TIDAK ADA ISTILAH PACARAN DALAM ISLAM di akses di
http://my.opera.com/cahayaislami/blog/2013/03/22/tidak-ada-istilah-pacarandalam-islam pada tanggal 13 Desember 2013 pukul 14.15
5 TIDAK ADA ISTILAH PACARAN DALAM ISLAM di akses di
http://my.opera.com/cahayaislami/blog/2013/03/22/tidak-ada-istilah-pacaran-dalam-islam
pada tanggal 13 Desember 2013 pukul 14.15

ibarat kalimat, Mandi boleh, asal jangan basah. Ungkapan yang hakikatnya
tidak berwujud.
Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orangorang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar
melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi
mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan
demikian.

Namun

itu

sungguh

merupakan

perancuan

istilah.

Istilah pacaran sudah terlanjur dipahami sebagai hubungan lebih intim antara
sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan- jalan, saling
berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh
banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan
banyak

hal-hal

lain

yang

bertentangan

dengan

syariat.

Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan
memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin,
karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami,
judi

yang

Islami,

dan

sejenisnya.

Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama


perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak
bermanfaat.
Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah .Islam yang sempurna telah mengatur
hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci
yaitu

pernikahan.

Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan
pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar
syariat.
Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda
dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai
semisal

pernikahan.

(HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Kalau

belum

mampu

menikah,

tahanlah

diri

dengan

berpuasa.

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda; Barangsiapa yang mampu


untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu,

maka

berpuasalah

karena

puasa

itu

bagaikan

kebiri.

(HR. Bukhari dan Muslim)


Ibnul Qayyim berkata;
Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah
cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan
bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa
cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.
2.5 Konsep Pacaran Islami
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang
berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan
tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan
dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga
dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu
keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang
khitbah.
Taaruf juga dimaksudkan untuk mempertemukan yang hendak
dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal. 6
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan,
taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.
Perbedaan hakiki antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi tujuan dan
manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan
maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon
pasangan.
Dalam upaya taaruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita
dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua
itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma
berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi,taaruf bukanlah bermesraan berdua,tapi lebih kepada
pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkn sebuah perjalanan
panjang brdua. ta'aruf adalah proses saling kenal mengenal pra nikah
dengan dilandasi ketentuan syar'i.
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan
pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tak
hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil
yang menurut masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah
kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan
cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat
fotonya. Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi
6 KONSEP PACARAN ISLAMI diakses di
http://amriawan.blogspot.com/2013/08/taaruf-konsep-pacaran-islami.html pada
tanggal 13 Desember 2013 pada pukul 14.30
9

calon istrinya secara langsung, bukan melalui media foto, lukisan, atau
video. Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam Islam, pernikahan bukan semacam transaksi gelap dan tidak jelas,
seperti orang membeli kucing dalam karung. Pasangan yang menikah justru
harus saling mengenal dan saling menerima kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Dalil perlunya melihat calon istri/suami antara lain tiga hadits berikut ini.

Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang


perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat
menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah. (HR Ahmad dan Abu
Daud)

Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang yang
hendak menikahi wanita, Apakah kamu sudah pernah melihatnya?
Belum, jawabnya. Nabi SAW bersabda, Pergilah melihatnya dahulu. (HR.
Muslim)

Mughirah bin Syubah RA berkata, Aku meminang seorang wanita. Dan


Rasulullah SAW bertanya padaku, Apakah kamu sudah melihatnya? Aku
menjawab Tidak. Lalu beliau berkata, Lihatlah dia karena melihat itu lebih
dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua. (HR. Ibnu Majah)
Mughirah kemudian pergi rumah calon istrinya, tetapi tampaknya kedua
calon mertua tidak suka. Si calon istri, yang mendengar dari dalam biliknya,
kemudian berkata, Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku,
maka lihatlah. Mughairah pun melihatnya dan kemudian mengawini
perempuan itu. (HR. Ibnu Majah).
Berikut ini adalah kaidah sesuai syariah yang harus dipatuhi saat taaruf : 7
1. Niat ingin menikahi
Hanya pria yang benar-benar berniat menikahi sang perempuan saja yang
dibolehkan melihat. Sedangkan mereka yang cuma sekadar iseng-iseng atau
coba-coba, padahal di dalam hati belum berniat menikahi, tentu tidak
dibenarkan
melihat.
Bahkan ulama Maliki, Syafii, dan Hambali mensyaratkan bahwa orang yang
melihat calon istrinya sudah punya keyakinan bahwa wanita itu sendiri pun
akan
menerimanya.
Sementara mazhab Hanafi tidak mensyaratkan sampai sejauh itu, mereka
hanya membatasi adanya keinginan untuk menikahinya saja, tidak harus ada
timbal-balik antara keduanya (Al-Hathab Ar-Raini, Mawahibul Jalil Syarah
Mukhtashar Khalil, jilid 3 hal. 405).

7 KAIDAH YANG HARUS DITAATI SAAT TAARUF diakses di


http://amriawan.blogspot.com/2013/08/taaruf-konsep-pacaran-islami.html pada
tanggal 13 Desember 2013 pukul 14.30
10

2. Tidak harus seizin wanita


Mughirah menemui calon istrinya spontan, tanpa pemberitahuan lebih
dahulu. Dari sini jumhur ulama berpendapat, tak ada ketentuan bahwa
wanita
mesti
tahu
sejak
awal
bahwa
dia
akan
dilihat.
Sebagian ulama berpandangan sebaiknya sang wanita memang tidak
diberitahu, agar dia tampil alami di mata yang melihat, sehingga tidak perlu
menutupi
apa
yang
ingin
ditutupi.
Sebab kalau wanita itu mengetahui bahwa dirinya sedang dilihat, secara
naluri dia akan berdandan sedemikian rupa untuk menutupi aib-aib yang
mungkin ada pada dirinya. Maka dengan begitu, tujuan inti dari melihat
malah
tidak
akan
tercapai.
Namun mazhab Maliki berpendapat kalau pun bukan izin dari wanita yang
bersangkutan, setidaknya harus ada izin dari pihak walinya. Hal itu agar
jangan sampai tiap orang merasa bebas memandang wanita mana saja
dengan alasan ingin melamar (Shalih Abdussami Al-Abi Al-Azhari, Jawahirul
Iklil, jilid 1 hal. 275).
3. Sebatas wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
Jumhur ulama sepakat bahwa batasan yang boleh dilihat dalam taaruf adalah
bagian tubuh yang bukan aurat.
Bila calon suami ingin melihat calon istrinya, maka dia hanya boleh melihat
wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan. Sedangkan bila calon istri
ingin melihat calon suaminya, maka batasan auratnya adalah antara pusar
dan lututnya.
4. Tidak boleh menyentuh
Yang dibolehkan hanya melihat bagian tubuh yang bukan aurat, sedangkan
menyentuh, apalagi dengan nafsu justru dilarang.
5. Melihat berulang-ulang
Pria boleh melihat calon pasangan lebih dari sekali, sebab bisa saja
penglihatan yang pertama akan berbeda hasilnya dengan penglihatan kedua,
ketiga
dan
seterusnya.
Oleh karena itu, pada prinsipnya asalkan bertujuan mulia dan terjaga dari
fitnah, dibolehkan melihat calon istri beberapa kali, hingga si pria betul
merasa mantap dengan pilihan.
6. Tidak boleh berduaan
Sebagian kalangan ada yang dengan sangat ketat melarang calon pasangan
untuk saling bertemu muka langsung. Alasannya karena takut nanti
menimbulkan
gejolak
di
dalam
hati.
Padahal sebenarnya pertemuan langsung itu tidak dilarang secara mutlak.
Apabila ada ayah kandung, atau laki-laki mahram yang ikut mendampingi,
maka pertemuan yang bersifat langsung boleh saja dilakukan.
Pasangan itu bisa saja berjalan-jalan sambil bercakap-cakap, misalnya sambil
berbelanja, berekreasi, atau melakukan perjalanan bersama. Yang penting
tidak berduaan, dan pihak calon istri didampingi oleh laki-laki yang menjadi
mahramnya.Yang dilarang adalah posisi berduaan dan bersepi-sepi di tempat
yang tidak ada orang tahu.
7. Mengirim utusan untuk melihat
Untuk hal-hal yang lebih dalam, terkait dengan aib dan cacat, apabila dirasa
kurang etis untuk dibicarakan secara langsung, maka masing-masing pihak
baik suami atau istri boleh mengirim utusan untuk melihat secara langsung.
Pihak calon suami boleh mengirim kakak atau adik perempuannya kepada
pihak calon istri, untuk melihat hal-hal yang sekiranya masih haram dilihat
11

langsung oleh calon suami. Sehingga detail keadaan fisik calon istri bisa
diketahui
oleh
sang
utusan.
Dan demikian pula sebaliknya, calon istri boleh mengirim kakak atau adiknya
yang laki-laki untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang sang calon
suami.

2.6 Hikmah Dilarangnya Pacaran dalam Islam


Islam telah melarang dengan jelas pacaran, kita tahu bahwa sesuatu yang
dilarang

akan

mengakibatkan

mudhorot.

Berikut

ini

adalah

hikmah

dilarangnya pacaran :
1.
Cinta adalah perasaan suci yang seharusnya dijaga kesuciannya yakni
dengan menempuh jalan yang benar yaitu menikah. Pacaran hanya akan
mengotori cinta itu sendiri dengan kegiatan haram yang dilakukan oleh dua
insan manusia karena berlandaskan hawa nafsu yang membawa pada
keburukan. Dengan melakukan pernikahan, maka tidak ada lagi batas atau
aturan yang membelenggu untuk dapat bersatu atas dua insan manusia
yang saling mencintai. Aturan kesucian yang dijaga oleh insan manusia akan
memberikan dampak yang sangat kuat dari sisi psikologis para pencinta
untuk terus bersama selama-lamanya dijalan kebenaran. Cinta yang suci
tersebut terus terjaga kesuciannya dalam jalan yang benar. Yakni jalan dari
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam al-Quran :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu

yang

telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu (An-Nisa ayat 1)
Menikah adalah salah satu aturan yang membuka jalan kesucian untuk tahap
selanjutnya.

Setiap

ayat

yang

disebutkan

dalam

al-quran

selalu

menggunakan kata isteri untuk kedekatan hubungan antara pria dan wanita
yang bukan muhrim. Karena Allah telah menegaskan bahwa, hubungan
kedekatan antar pria dan wanita yang bukan muhrimnya hanya boleh terjalin
dalam

hubungan

sesungguhnya

Allah

pernikahan.
sesalu

Diakhir

menjaga

dan

ayat,

Allah

mengawasi

mengatakan,
kamu.

Allah

senantiasa melihat apa yang kita lakukan bahkan apa yang terbesit dihati.
Maka tetaplah diajalan kesucian cinta, yakni menikah. Pacaran haran dalam
islam.
12

2. Memberikan kekuatan pada hati manusia untuk setia. Ketika yang dicinta
begitu mudah didapatkan maka begitu mudah pula dilepaskan. Kesetian
menjadi tanda tanya besar yang tidak mungkin bisa dijaga. Kesetiaan adalah
hal yang paling ditekankan oleh Allah Swt. bukankah raslullah bersabda
bahwa hal yang halal untuk dilakukan tapi paling dibenci oleh Allah adalh
cerai. Dari sabda rasulullah ini, sebenarnya telah mengajarkan kepada kita
bahwa Allah, sangat menekankan kesetian terhadap pasangan hidup setelah
menikah. Tetapi, pacaran telah merusak kekuatan tersebut. Pacaran telah
memberikan ruang terbuka untuk ketidaksetiaan. Pacaran telah merusak
kesetiaan pada pasangan pernikahan. Bahkan, jika pacar kita tersebut
beberapa

bulan

kemudian,

menjadi

pasangan

hidup

kita,

maka

sesungguhnya, tela lemahlah kekuatan itu, karena telah diawali oleh


tindakan yang melenceng dari jalan kebenaran. Ketika jalan kebenaran itu
dijaga, maka kuatlah setia, tetapi jika telah dilanggar pada awalnya maka
telah lemahlah setia. Allah telah menciptakan aturan demi kebahagiaan
manusia itu sendiri. Demi, terjaganya bumi ini dari kehancuran. Bumi ini
tercipta dengan aturan yang benar oleh Allah, maka ia terus bertahan,
seperti itu pula aturan yang ditetapkan oleh manusia. Dan ketika manusia
tersebut membangkang, maka rusaklah tatanan kehidupan.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang(Yusuf ayat 53)
Pacaran yang berasal dari

nafsu

yang

menyuruh

kepada

kejahatan

sepantasnyalah kita untuk menghindarinya, walaupun telah terlaksana,


maka bertobatlah, sungguh Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
3. Mempertahankan manusia untuk senantiasa bertindak dijalan kebenaran
dan mencegahnya lemah karena perasaan. Perasaan lemah setiap insan
manusia akan menuntun mereka pada jalan yang salah.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.(Al-Baqarah ayat 147)
Pacaran itu, sebagian orang menganggapnya memiliki

hal

positif

didalamnya, padahal sesungguhnya itu adalah keraguan dari hal-hal yang


salah untuk dibenarkan. Allah Swt. telah dengan jelas berkata bahwa
kebenaran itu hanya datang dariNya, bukan dari pemikiranmu sendiri yang
hanya berlandaskan hawa nafsu.

13

Senantiasa berada dijalan kebenaran , maka akan selalu terjaga untuk tidak
melanggar aturan. Tidak melanggar aturan akan memperbesar kemungkinan
untuk menggapai surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya.

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1. Dalam islam itu sendiri pacaran memiliki pengertian hubungan kedekatan
antar dua insan manusia bukan mukhrim yang terjadi sebelum menikah.
Hubungan kedekatan ini, terjadi atas persetujuan kedua pihak yang
berdasarkan keinginan dan kepentingan masing-masing individu.
2. Hal yang dijadikan landasan bahwa pacaran dilarang dalam islam ialah
sebagai berikut :
1.
Menahan Pandangan Pada yang Bukan Muhrimnya
2.
Menjaga Kesucian
3.
Dilarang Menurutkan Hawa Nafsu
3. Adapun prosedur bagi laki-laki yang bersungguh-sungguh ingin
meminang wanita agar lebih
mengenal dan mengetahui perilakunya, seperti berikut :
Mengirimkan delegasi untuk menyelidiki pasangannya dengan syarat
delegasi tersebut

adil, dapat dipercaya, satu mahram dengan calon yang

akan diselidiki.
Berbincang, duduk bersama namun harus disertai mahramnya (seperti
adik, kakak, teman maupun sahabatnya.)
Tidak ada keraguan maupun prasangka akan ditolaknya lamaran.
4. Adapun bagi para remaja yang belum siap untuk menapaki jenjang
menikah dan ingin menguasai diri agar tidak terkena dosa maka ada
beberapa hal yang bisa dilakukan yakni :
Lebih Giat Menyibukkan Diri
Bayangkan Kekurangan Si Dia
14

Menghindari Nyanyian dan Film Percintaan


5. Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang
berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang
dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya.
6. Islam telah melarang dengan jelas pacaran, kita tahu bahwa sesuatu
yang dilarang akan mengakibatkan mudhorot. Berikut ini adalah hikmah
dilarangnya pacaran :
1.
Cinta adalah perasaan suci yang seharusnya dijaga kesuciannya
yakni dengan menempuh jalan yang benar yaitu menikah.
2. Memberikan kekuatan pada hati manusia untuk setia.
3. Mempertahankan manusia untuk senantiasa bertindak

dijalan

kebenaran dan mencegahnya lemah karena perasaan. Perasaan lemah


setiap insan manusia akan menuntun mereka pada jalan yang salah
DAFTAR PUSTAKA
http://sucimardalena.blogspot.com/
http://andtheem.blogspot.com/2011/05/pacaran-yang-baik-menurutajaran-islam.html
http://amriawan.blogspot.com/2013/08/taaruf-konsep-pacaran-islami.html
Siaw, Felix.2013.Udah Putusin Aja.Bandung:Mizania

15

Anda mungkin juga menyukai