Skripsi 2
Skripsi 2
Oleh :
NURHAERANI KASIM
C 121 11 636
SKRIPSI
Skripsi ini dibuat dan dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian akhir dan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
NURHAERANI KASIM
C 121 11 636
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN ANKLE BRACHIAL
INDEX (ABI) PADA PASIEN ULKUS KAKI DIABETIK
DI RUANG RAWAT INAP LONTARA 1 RSUP DR.WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
Oleh :
NURHAERANI KASIM
C 121 11 636
Skripsi ini diterima dan disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji.
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Moh.Syafar, S.Kep.Ns.,MANP
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Univesitas Hasanuddin
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN
ANKLE BRACHIAL INDEKS (ABI) PADA PASIEN ULKUS KAKI
DIABETIK DI RUANG RAWAT INAP LONTARA I RSUP
DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Telah dipertahankan dihadapanSidang Tim PengujiAkhir
Hari/Tanggal : Jumat, 08 Februari 2013
Pukul
: 10.00-12.00 WITA
Tempat
: RuangKuliah 412Lantai 4 PSIK Unhas
Oleh
NURHAERANI KASIM
C121 11 636
Dan yang bersangkutandinyatakan
LULUS
Tim PengujiAkhir:
Penguji I
..
Penguji II
: TutiSeniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes
..
Penguji III
Penguji IV
: AndinaSetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
..................................
Mengetahui:
A.n. Dekan
WakilDekanBidangAkademik
FakultasKedokteran
UniversitasHasanuddin,
ABSTRAK
Nurhaerani Kasim. C12111636. PENGARUH SENAM KAKI DIABETES
TERHADAP PERUBAHAN ANKLE BRACHIAL INDEKS (ABI) PADA PASIEN
ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP LONTARA I RSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR, dibimbing oleh Andina Setyawati dan
Moh. Syafar Sangkala (xvii + 80 halaman + 12 tabel + 2 grafik + 9 lampiran).
Latar Belakang: Ulkus Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi yang paling sering
pada pasien diabetes melitus. Senam kaki diabetes telah diusulkan sebagai salah satu
modalitas untuk mencegah komplikasi dan dapat mempercepat penyembuhan luka dari
ulkus diabetik yang dapat dinilai dari pengukuran tekanan Ankle Brachial Indeks (ABI).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes pada
Ankle Brachial Indeks (ABI) pada ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Lontara I
RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimental dengan pre-test dan
post-test. Tiga puluh pasien diabetes dengan ulkus kaki yang diperoleh dengan purposive
sampling, 15 menjadi kelompok intervensi senam kaki dan 15 menjadi kelompok kontrol.
Kelompok intervensi dipandu untuk melakukan senam kaki diabetes selama tujuh hari
berturut-turut, sementara kelompok kontrol diberi perawatan standar. Skor ABI diukur
setiap hari selama tujuh hari dari kedua kelompok menggunakan sphygmomanometer dan
USG Doppler. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Friedmen dan
Independen t-test dengan tingkat signifikan <0,05.
Hasil: Penelitian ini menemukan peningkatan yang signifikan pada skor ABI pada
kelompok intervensi (Median = 1,06, p = 0,0002) dibandingkan dengan kelompok kontrol
(Median = 0,97, p = 0,994). Studi ini juga menemukan bahwa ada perbedaan yang
signifikan secara statistik pada GDS (p = 0,002) pada kelompok intervensi (Mean SD =
128,67 23,58) dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mean SD = 199,60 70,23)
pada akhir intervensi.
Kesimpulan dan saran: Senam kaki diabetes dapat meningkatkan nilai ABI dan
menurunkan nilai GDS pada pasien diabetes dengan ulkus kaki yang kemudian
meningkatkan proses penyembuhan luka. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengusulkan senam kaki diabetes sebagai salah satu intervensi non-farmakologis pada
pasien diabetes untuk membantu mengurangi komplikasi ulkus kaki diabetik.
Kata Kunci: Diabetes mellitus, senam kaki diabetes, Ankle Brachial Indeks, ulkus
kaki diabetik
Daftar Pustaka: 30 Kepustakaan (2000-2012)
ABSTRACT
Nurhaerani Kasim. C12111636. THE EFFECT OF DIABETIC FOOT EXERCISE
ON ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) IN DIABETIC PATIENTS WITH FOOT
ULCERS IN LONTARA WARD OF DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
GENERAL HOSPITAL, MAKASSAR, guided by Andina Setyawati and Moh.Syafar
Sangkala (which is consisted of xvii pages + 80 pages + 12 tables + 2 graphs + 9
attachments).
Background: Foot ulcer is one of the most common complications among diabetic
patients. Diabetic foot exercise has been suggested as one of modalities to prevent the
complication and may facilitate wound healing of the ulcer that can be assessed from
ankle brachial pressure index (ABI) measurement.
Aim: This study aimed to determine the effect of diabetic foot exercise on ankle brachial
index (ABI) in diabetic patients with foot ulcers in Lontara Ward of Dr. Wahidin
Sudirohusodo General Hospital, Makassar.
Method: This study used a quasy randomized-controlled trial with pre- and post-test
design. Thirty diabetic patients with foot ulcers were purposively sampled, 15 were
assigned to a foot exercise group and 15 to a control group. The intervention group were
guided to perform foot exercises for seven days respectively while the control group were
given standard care. The ABI score were measured everyday for seven days from both
groups using sphygmomanometer and Doppler ultrasound. The data obtained were
analysed using Friedmen and Independent t-test with significant level < 0.05.
Results: This study found a significant increase on the ABI score in the intervention
group (Median = 1.06, p = 0.0002) compared to the control group (Median = 0.97, p =
0.994). This study also found that there was statistically significant difference on
capillary blood sugar (p= 0.002) in the intervention group (Mean SD = 128.67 23.58)
compared to controlled group (Mean SD = 199.60 70.23) after the completion of the
intervention.
Conclusion: Diabetic foot exercise evidently increases the ABI score and decreases the
capillary blood sugar on diabetic patients with foot ulcers that subsequently improves the
wound healing process. Suggesting this exercise as a non-pharmacological intervention
for diabetic patients is imperative to help reducing the diabetic foot ulcer complication.
Key words: Diabetic, Foot exercise, Ankle Brachial Index, Foot ulcer
Literature sources: 30 literatures (2000-2012)
: C 121 11 636
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima
sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
sama sekali.
Nurhaerani Kasim
KATA PENGANTAR
Bapak Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
2.
Ibu Dr. Werna Nontji, S. Kp., M. Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
3.
4.
Dr. Elly L. Sjattar, S. Kp., M.Kes, selaku penguji I dan Tuti Seniwati S.
Kep., Ns, selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
5.
Kanda Syahrul Ningrat, S.Kep., Ns, yang selalu memberikan spirit baru
kepada penulis untuk terus berkarya dan memberi bimbingan serta masukan
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6.
7.
Ibu Hj. Hajrah, S.Kep.Ns dan Bapak Nurqamar, S.Kep.Ns selaku kepala
ruangan lontara 1 atas yang telah membantu peneliti selama melakukan
penelitian ini.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan sumbangsih dalam penyusan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan
dalam
penyusunan
skripsi
ini.
Oleh
karena
itu,
penulis
Penulis
10
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..
iii
ABSTRAK ....
iv
vi
KATA PENGANTAR ..
vii
DAFTAR TABEL
xiii
xv
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penelitian .
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Biabetes Mellitus..
10
18
11
27
36
BAB
42
43
IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..
44
45
45
48
...
49
F. Instrumen Penelitian..
51
G. Pengumpulan Data .
53
54
56
E. Variabel Penelitian
BAB
58
B. Pembahasan .. 69
C. Keterbatasan Penelitian 76
BAB
VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..
78
B. Saran
79
12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
14
Tabel 5.8
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
16
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Bagan 3.1
Bagan 4.1
Rancangan Penelitian 44
Bagan 4.2
Alur Penelitian .. 48
17
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1
Grafik 5.2
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
: Master Tabel
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara
hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat,
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif.
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu dari penyakit degeneratif tersebut.
DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik atau
kadar gula darah tinggi sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin,
aktifitas insulin ataupun
keduanya
(American
Diabetes
Assosiation,
juga mencatat
bahwa
20
DM
merupakan
penyakit
seumur
hidup
dan
tidak
dan
membahayakan.
Komplikasi
ini
meliputi
makrovaskuler,
21
perawatan adalah akibat ulkus kaki diabetika dan amputasi kaki karena
ulkus kaki diabetika sebesar 50% dari total amputasi kaki. Sebanyak 15%
penderita DM
akan mengalami
persoalan kaki
22
23
dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat
dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket
dengan bahan kompres, dan terhindar dari infeksi. Tindakan dressing
merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan
luka (Cahyono, 2007).
Salah satu diantara kelima aspek perawatan kaki tersebut selain
membasuh/ membersihkan kaki yaitu senam kaki diabetes. Senam kaki ini
sangat
sirkulasi
dianjurkan
darah
untuk
dan
penderita DM
neuropathy
di
yang mengalami
kaki,
gangguan
kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Latihan senam kaki DM ini dapat
dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki, misalnya
berdiri dengan
kedua
24
hamstring, quadriceps),
25
B. Rumusan Masalah
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Amerika Serikat dan Cina. Penderita DM
diperkirakan pada tahun 2030 prevalensinya mencapai 21,3 juta orang.
26
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh senam kaki
diabetes terhadap perubahan Ankle Brachial Indeks (ABI) pada pasien
ulkus kaki diabetik di ruang rawat inap Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya rerata skor ABI sebelum dan setelah dilakukan
senam kaki diabetes.
b. Teridentifikasinya perbedaan rerata skor ABI sebelum dan setelah
senam kaki diabetes.
c. Teridentifikasinya perbedaan selisih rerata skor ABI pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
27
D. Manfaat
1. Terhadap lmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan di dunia
keperawatan khususnya dalam menambah ilmu intervensi keperawatan
terhadap klien dengan gangguan ulkus kaki diabetik.
2. Terhadap Instansi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pihak rumah sakit untuk memulai mensosialisasikan senam kaki diabetes
sebagai salah satu cara perawatan pada ulkus kaki diabetik sehingga tidak
semakin parah.
3. Terhadap Penderita Ulkus Kaki Diabetik
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan klien dalam
merawat kakinya yang terserang ulkus kaki diabetik sehingga dapat
membantu proses penyembuhannya.
4. Terhadap peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi data primer atau data sekunder untuk
melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel-variabel yang dapat
diperluas secara ilmiah.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas mengenai diabetes mellitus, ulkus kaki diabetik,
senam kaki diabetes, dan Ankle Brachial Index serta beberapa penelitian yang
terkait dengan senam kaki diabetes dan Ankle Brachial Index. Adapun tinjauan
umum masing-masing sebagai berikut.
29
3. Klasifikasi
Klasifikasi
Diabetes
Melitus
menurut
American
Diabetes
predisposisi atau
seolah-olah
sebagai
jaringan
asing,
yaitu
30
Penyakit
Eksokrin
pada
pankreas
berkaitan
reseptor
dengan
31
masih
kali
saat
kehamilan
berlangsung
mengidap
Diabetes
Melitus
tetapi
belum
terhadap
glukosa
sehingga
disebabkan
pembakaran
terlalu
banyak
dan
kehilangan
32
banyak
33
34
berbeda yang dapat berada bersama sama atau tidak yaitu difus
dan noduler. Difus yang lebih sering, terdiri atas pelebaran
membrana basalis glomerulus bersama penebalan mesangial
menyeluruh. Pada bentuk noduler, penumpukan banyak bahan
PAS-positif diendapkan pada perifer berkas glomerulus, disebut
lesi Kimmelstiel-Wilson (Foster, 2000).
3) Neuropati diabetik
Neuropati diabetik dapat mempengaruhi setiap bagian sistem
saraf, kecuali otak. Gambaran yang paling lazim adalah
polineuropati perifer. Biasanya bilateral, gejala meliputi mati rasa,
kesemutan, hiperestesi berat, dan nyeri. Mononeuropati, meskipun
lebih jarang dibanding polineuropati juga dapat terjadi. Khas,
terdapat wrist drop, foot drop, atau paralisis nervus kranialis ke-3,
ke-4, atau ke-6. Mononeuropati khas ditandai oleh reversibilitas
spontan
yang
tinggi,
biasanya
selama
beberapa
minggu.
35
36
pertumbuhan kuman yang lebih dari satu, hal mana lebih mempersulit
pemilihan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman yang tumbuh
(Adam, 2005).
Faktor risiko ulkus diabetika adalah lama DM 10 tahun, kadar
kolesterol 200 mg/dl, kadar HDL 45 mg/dl, ketidakpatuhan diet
DM, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidak teratur dan
penggunaan alas kaki tidak tepat dengan memberikan sumbangan
terhadap ulkus diabetika sebesar 99,9 % (Hastuti, 2007).
yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada
diabetic foot-ulcer. (Waspadji,2006).
Tabel 2.1 Bakteri yang sering ditemukan pada foot-diabetic
Bacteria
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Staphylococcus epidermis
Proteus mirabilis
Pseudomonas aeruginosa
Enterobacter spp
Morganella spp
Proteus vulgaris
Klebsiella spp
Citrobacter spp
Diphtheroid
Yeast
n (%)
11 (26,19)
10 (23,8)
6 (14,3)
4 (9,5)
2 (4,76)
2 (4,76)
2 (4,76)
1 (2,4)
1 (2,4)
1 (2,4)
1 (2,4)
1 (2,4)
penderita
DM,
adanya
neuropati
diabetikum akan
38
b. Sistem vaskular
Iskemia merupakan penyebab berkembangnya gangren pada
pasien DM. Dua kategori kelainan vaskuler :
1) Makroangiopati
Makroangiopati yang berupa oklusi pembuluh darah ukuran
sedang maupun besar menyebabkan iskemia dan gangren. Dengan
adanya DM, proses aterosklerosis berlangsung cepat dan lebih
berat dengan keterlibatan pembuluh darah multipel. Sembilan
puluh persen pasien mengalami tiga atau lebih oklusi pembuluh
darah dengan oklusi yang segmental serta lebih panjang dibanding
non DM. Aterosklerosis biasanya proksimal namun sering
berhubungan dengan oklusi arteri distal bawah lutut, terutama
arteri tibialis anterior dan posterior, peronealis, metatarsalis, serta
arteri digitalis.
2) Mikroangiopati
Mikroangiopati berupa penebalan membrana basalis arteri
kecil, arteriola, kapiler dan venula. Kondisi ini merupakan akibat
hiperglikemia menyebabkan reaksi enzimatik dan nonenzimatik
glukosa kedalam membrana basalis. Penebalan membrana basalis
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
c. Sistem Imun
Status hiperglikemi dapat mengganggu berbagai fungsi netrofil
dan monosit (makrofag) meliputi proses kemotaksis, perlekatan
39
monophosphate
(nicotinamide adenine
shunt
yang
memerlukan
NADPH
40
41
42
Tabel 2.2 Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003
Impaired Perfusion
1=none
2=PAD+but not critical
3=Critical limb ischemia
ulcer,
below
dermis,
involving
>2cm
infection
involving
shift
to
the
left,
metabolic
1=absent
2=present
43
Abses
Selulitis
Osteomielitis
Gangren
Superfisial
Dalam sampai
II
tendon/ tulang
III
Dalam
+/-
+/-
IV
Dalam
+/-
+/-
+/-
Jari
Seluruh
Gangren
kaki
44
45
pribadi
secara
harmonis
(Probosuseno,
2007).
46
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soegondo,dkk. 2009).
2. Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki
ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes,
sehingga nutrisi lancar ke jaringan tersebut (Setyoadi & Kushariyadi,
2011).
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan
memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan
bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot
paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh
penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya
diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai
tindakan pencegahan dini.
Kontraindikasi senam kaki ini pada klien yang mengalami perubahan
fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada. Orang yang depresi,
khawatir atau cemas. Keadaan- keadaan seperti ini perlu diperhatikan
sebelum
dilakukan
tindakan
senam
umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki
tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori adakah dispnea atau
47
nyeri dada, kaji status emosi pasien (suasana hati, motivasi), serta
perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam
kaki tersebut.
4. Prosedur
Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan dengan posisi berdiri,
duduk, dan tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki
misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki, dan
menurukan
kaki.
Gerakan
dapat
berupa
menekuk,
meluruskan,
48
Gambar 2.2 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan
kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi
49
gerakan
memutar
dengan
pergerakkan
pada
50
kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat
melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
51
buka
bola
itu
menjadi
lembaran
seperti
semula
malakukan
senam
kaki
evaluasi
pasien
apakah
klien
tidak
dengan
52
53
perbedaan yang signifikan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien Diabetes
Mellitus sebelum dan setelah senam kaki diabetik.
Penelitian terkait senam kaki diabetes juga dilakukan di Medan oleh
Juliani Nasution pada tahun 2011 mengenai pengaruh senam kaki terhadap
peningkatan sirkulasi darah kaki pasien DM yang bertujuan mengetahui
pengaruh senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah pasien DM. Peneliti
melakukan senam kaki diabetes terhadap 10 pasien DM selama 7 hari dan
diperoleh hasil bahwa sirkulasi darah mengalami peningkatan
yang
signifikan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa senam kaki sangat
berpengaruh pada peningkatan sirkulasi darah kaki pasien Diabetes Mellitus.
54
menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer.
Sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat
1. Prosedur Pengukuran ABI
a. Perkenalan dan persetujuan
1) Perkenalkan diri anda pada pasien dan pastikan identitasnya
2) Jelaskan alasan dilakukannya prosedur dan maknanya.
b. Posisi pasien
1) Posisikan pasien pada posisi terlentang, kedua lengan dipaparkan, dan
posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung.
2) Pastikan bahwa pasien nyaman, dan biarkan ia beristirahat selama 20
menit.
c. Prosedur
1) Cuci tangan
2) Pilih ukuran manset tekanan darah yang sesuai dan tempatkan di
sekitar lengan pasien.
3) Palpasi arteri brachialis dan oleskan gel ultrasound pada tempat
tersebut.
4) Dengan menggunakan probe Doppler (arahkan pada sudut sekitar
45), carilah sinyal arteri brachialis dan kembangkan manset hingga
sinyal tersebut menghilang.
5) Kempeskan manset perlahan (pada kecepatan 2-3 mmHg per detik)
sampai sinyal muncul kembali, dan catat tekanan brachial ini.
55
6) Bersihkan gel ultrasound dari lengan pasien dan ulangi prosedur yang
sama pada lengan yang satu lagi.
7) Gunakan nilai yang lebih tinggi dari kedua hasil pemeriksaan untuk
menghitung ABI.
8) Pilih ukuran manset yang sesuai dan tempatkan di sekitar betis di atas
maleolus, pastikan bahwa setiap ulkus yang ada di daerah ini sudah
ditutup sebelumnya.
9) Palpasi denyut arteri dorsalis pedis (di antara tulang metatarsal satu
dan dua) atau denyut arteri tibialis anterior (di titik tengah di antara
maleolus).
10) Oleskan gel ultrasound di tempat ketika arteri terpalpasi (jika anda
tidak dapat memalpasi arteri, oleskan gel di tempat arteri seharusnya
dapat terpalpasi) dan, menggunakan probe Doppler, temukan sinyal
arteri yang optimal.
11) Catat tekanan arteri dorsalis pedis (DP) atau tibialis anterior (TA)
seperti ketika mencatat tekanan brachialis.
12) Palpasi arteri tibialis posterior (TP) (terletak posterior dari maleolus)
dan oleskan gel ultrasound di tempat ditemukannya arteri.
13) Menggunakan probe Doppler, temukan sinyal arteri yang optimal dan
seperti untuk tekanan darah dorsalis pedis dan brachialis, ukur dan
catat tekanan dorsalis pedis.
56
14) Bersihkan gel ultrasound dari tungkai pasien ulangi prosedur yang
sama pada tungkai bawah yang satu lagi untuk mendapatkan tekanan
DP/TA dan TP.
15) Gunakan nilai tekanan darah yang lebih tinggi dari dua nilai DP atau
TA dengan nilai TP) untuk menghitung ABI untuk tiap pergelangan
kaki.
16) Bersihkan gel ultrasound yang tersisa pada kulit pasien, bantu pasien
berpakaian, dan pastikan mereka nyaman.
17) Bersihkan gel dari probe.
18) Cuci tangan
d. Akhir prosedur
Hitung ABI untuk tiap pergelangan kaki. ABI adalah tekanan darah
tertinggi yang direkam pada pergelangan kaki, dibagi dengan tekanan
brachialis tertinggi (Sritharan,dkk. 2011).
2. Interpretasi pengukuran ABI :
a. Nilai ABI normal adalah > 1,0
b. Nilai ABI sering kali meningkat semu pada penderita diabetes, karena
pembuluh darah terkalsifikasi sehingga tidak dapat terkompresi.
c. Nilai ABI < 0,9 menandakan penyakit vaskuler perifer.
d. Nilai ABI pada kisaran 0,5 0,9 terlihat pada klaudikasio intermitten.
e. Nilai ABI < 0,5 menandakan penyakit vaskuler perifer, disertai nyeri pada
saat beristirahat, gangren dan ulkus.
57
58
59
60
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2010). Pada kerangka konsep ini memperlihatkan pengaruh
senam kaki diabetes (variabel bebas) terhadap perubahan Ankle Brachial
Index (variabel terikat). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai
berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Senam Kaki
Diabetes
Variabel Kendali
Variabel Moderat
Merokok
Hipertensi
Sellulitis
Penyakit vaskular perifer
jantung dan ginjal
= Tidak diteliti
= Hubungan
61
B. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan rerata skor ABI pada pasien ulkus kaki diabetik sebelum
dan setelah senam kaki diabetes.
2. Ada perbedaan selisih rerata skor ABI pada pasien ulkus kaki diabetik
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
3. Ada perbedaan nilai GDS pada pasien ulkus kaki diabetik sebelum dan
setelah senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
62
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimental studies dengan pre-test dan pots-test, yang bertujuan untuk
mengetahui bahwa senam kaki diabetes berpengaruh terhadap perubahan
Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien ulkus kaki diabetik. Desain
penelitian quasi eksperimental melibatkan dua kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Pada kedua kelompok diawali dengan
pengukuran Ankle Brachial Index (pre-test). Kelompok intervensi diberikan
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Kemudian
setelah dilakukan senam kaki diabetes dilakuan pengukuran kembali (posttest) untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan. Rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pre Test
Perlakuan
Post Test
Kelompok Intervensi
01
02
Kelompok Kontrol
03
04
63
Keterangan:
01 : Pengukuran Ankle Brachial Index pasien ulkus diabetik sebelum
dilakukan senam kaki diabetes pada kelompok intervensi
X
64
65
pada kelompok perlakuan. Kemudian setelah itu dilakukan post test pada
kedua kelompok baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Adapun kriteria sampel yang ditentukan dalam penelitian ini
adalah:
a. Kriteria Inklusi:
1) pasien yang dapat diajak komunikasi
2) pasien Diabetes Melitus dengan ulkus kaki diabetik yang
dirawat di ruang Lontara 1 RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar
3) pasien Diabetes Melitus Tipe 1 dan 2
4) pasien dengan kesadaran penuh dan tidak mengalami
disorientasi tempat, waktu, dan orang.
5) pasien yang bersedia berpartisipasi menjadi responden
6) pasien yang dapat duduk dan bergerak aktif
7) pasien yang tidak mengalami amputasi jari kaki/pergelangan kaki
b. Kriteria Eksklusi :
1) pasien yang pada saat penelitian merupakan perokok aktif
2) pasien dengan hipertensi
3) pasien yang mengalami dispnea atau nyeri dada
4) pasien yang menderita sellulitis
5) pasien dengan penyakit vaskular perifer, jantung dan ginjal
66
D. Alur Penelitian
Pengajuan judul penelitian ke Litbang
Pengecekan Judul oleh Litbang
Awal
Penyusunan dan Penyajian Proposal
Izin Penelitian
Populasi
Informed consent
Pengolahan Data
Analisa Data Univariat dan Bivariat
Penyajian Hasil, kesimpulan dan saran
Laporan Hasil
67
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Independen (bebas)
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel ini disebut variabel bebas artinya
bebas mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008). Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah senam kaki diabetes.
b. Variabel Dependen (tergantung)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat variabel
bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2008). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Ankle Brachial Index (ABI).
c. Variabel Kendali
Yang menjadi variabel kendali pada penelitian ini adalah hipertensi,
merokok, sellulitis, penyakit vaskular perifer, jantung dan ginjal.
d. Variabel Moderat
Yang menjadi variabel kendali pada penelitian ini adalah status
diet/asupan nutrisi, frekuensi latihan dan GDS.
2. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
a. Senam Kaki Diabetes
Senam kaki diabetes dalam penelitian ini adalah serangkaian
gerakan yang dilakukan pada pergelangan dan jari-jari kaki pasien
Diabetes Melitus selama 7 hari selama 30 menit yang bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi darah pada bagian kaki tersebut dengan
68
ABI tetap
c. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan dalam penelitian ini adalah jumlah latihan
senam kaki diabetik yang dilakukan responden secara mandiri dalam
sehari.
69
70
1.
Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol
(0 mmHg).
2.
Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapatrapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari
2 mmHg (ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang
bocor.
3.
4.
Prosedur (SOP) dan leaflet tentang senam kaki diabetes sebagai pedoman
dalam melakukan senam kaki diabetes.
71
G. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi
RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar yang digunakan peneliti
sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat rekomendasi pelaksanaan
penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin dan izin dari direktur RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, peneliti melaksanakan pengumpulan
data penelitian.
2. Peneliti
menjelaskan
manfaat, prosedur
kepada
pengumpulan
calon
data
responden
serta
tentang
menanyakan
tujuan,
kesedian
72
rumus ABI, hasil dari ABI inilah sirkulasi darah pretest. Hal ini
dilakukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk
memperoleh sirkulasi darah pre.
5. Kemudian melakukan senam kaki diabetes selama 20-30 menit, dengan
frekuensi 1 kali sehari pada pagi hari selama 7 hari untuk kelompok
intervensi.
6. Setelah senam kaki diabetes dilakukan pada kelompok intervensi, peneliti
kemudian melakukan pengukuran ABI
73
a. Editing
Merupakan langkah pengecekan kembali terhadap data yang telah
masuk dalam usaha melengkapi data yang masih kurang.
b. Coding
Pemberian nilai pada opsi-opsi yang telah lengkap kemudian data
ditabulasi atau diolah dalam tabel, selanjutnya diuraikan dari
presentasi dan hasil perhitungan tersebut.
c. Tabulasi
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan. Dalam hal ini setiap data tersebut dikoding kemudian
ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk
distribusi frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
presentasi dari variabel yang diteliti.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen
terhadap variabel independen. Data yang telah terkumpul dianalisa
menggunakan program SPSS 16,0. Uji beda karakteristik antara
kelompok intervensi dan kontrol, untuk nilai ABI digunakan uji mannwhitney, sedangkan nilai GDS dan kepatuhan diet terhadap nilai GDS
74
I. Etika Penelitian
Peneliti mendapatkan rekomendasi dari pihak institusi instansi tempat
penelitian dalam hal ini RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Kemudian peneliti melakukan penelitian. Setelah mendapat persetujuan
barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian
(Hidayat, 2007)
1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul dan manfaat penelitian.
Responden tidak ada yang menolak saat peneliti melakukan penelitian
terhadap responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Kerahasiaan responden terjaga dengan cara peneliti tidak mencantumkan
nama responden, hanya memberikan kode huruf awal nama responden.
75
3. Confindentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4. Justice (Keadilan)
Penelitian mempertimbangkan aspek keadilan dan hak subyek untuk
mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah
berpartisipasi dalam penelitian.
5. Beneficiance (Keuntungan)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.
76
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan pembahasan
mengenai pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan Ankle Brachial Index
(ABI) pada pasien ulkus diabetik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 29 Juli 2012 sampai dengan 30
September 2012. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang diruang rawat
Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Seluruh responden yang
masuk kriteria inklusi yang didapatkan dengan purposive sampling kemudian
dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang
kelompok kontrol. Pasien yang menyetujui untuk dilakukan pengukuran GDS dan
ABI dan diberikan senam kaki diabetes menjadi kelompok intervensi dan pasien
yang menyetujui untuk dilakukan pengukuran GDS dan ABI serta diberikan
tindakan yang standar menjadi kelompok kontrol.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden dari
30 responden yang didapat, grafik nilai ABI responden pre dan post senam
kaki diabetik, grafik nilai GDS responden selama 7 hari berturut-turut, nilai
GDS terhadap nilai ABI, frekuensi latihan terhadap nilai ABI, nutrisi
terhadap nilai ABI dan perbedaan peningkatan nilai ABI antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. Semua hasil ini dipaparkan dalam
77
78
79
3. Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden pre dan post Senam Kaki
Diabetik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.3
Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden pre dan post
Senam Kaki Diabetik (n=30)
Pre
Post
CI 95 %
Kelompok
p
Median
Median
Lower
Upper
(min-maks)
(min-maks)
0,96
1,06
Intervensi
(0,93-1,00)
(0,96-1,15)
0,0002*
-0,12
-0,08
ABI
Kontrol
ABI
0,96
(0,89-1,02)
0,97
(0,92-1,02)
0,994*
-0,02
0,01
*Uji Friedman
80
81
82
6.
83
perubahan nilai ABI pada kelompok kontrol dalam penelitian ini selama 7
hari. Berbeda dengan kelompok intervensi, rerata nilai ABI pada
kelompok kontrol ini menunjukkan penurunan yang terjadi secara terus
menerus dari hari pertama sampai hari ke tujuh pengukuran. Pada hari
pertama terlihat rerata nilai ABI yakni 0,9613 dan menurun secara terus
menerus selama 7 hari, dimana rerata niali ABI pada kelompok kontrol ini
menjadi 0,946.
7. Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik terhadap Nilai ABI
Kelompok Intervensi
Tabel 5.6
Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik
Tambahan Diluar Jadwal Program Penelitian terhadap Nilai ABI
pada Kelompok Intervensi (n=15)
Kelompok Intervensi
Median
Frekuensi
p value
(Min-Maks)
Latihan
n
(%)
7
47
1,20(0,92-1,34)
2 x sehari
5
33
1,00(0,95-1,23)
0,519*
1 x sehari
3
20
1,00(1,00-1,00)
Tidak pernah
*Uji Kruskal-Wallis
84
85
Nilai
GDS(mg/dl)
Tabel 5.8
Pengaruh Latihan Senam Kaki Diabetik terhadap
Penurunan Nilai GDS Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol setelah 7 Hari(n=30)
Data Kelompok Kontrol
Data Kelompok Intervensi
n (%)
< 140
10 (66,7)
> 140
5 (33,3)
*uji T- tidak berpasangan
Mean (SD)
128,67 (23,576)
n (%)
6 (40)
9 (60)
p
value
Mean (SD)
199,60 (70,225)
0,002*
86
87
dari rerata nilai GDS hari pertama yakni 214,9 gr/dl, tetapi rerata nilai
GDS ini kembali mengalami peningkatan yang progresif pada hari ke lima
yakni menjadi 228,5 gr/dl. Meskipun pada hari ke enam dan ke tujuh
kembali menurun berturut-turut menjadi 220,3 gr/dl dan 199,6 gr/dl tetapi
rerata nilai GDS kelompok kontrol ini tetap berada dalam rentang nilai
GDS yang cukup tinggi di atas normal.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden pada kelompok intervensi dalam penelitian ini sebagian
besar memiliki nilai GDS <140 mg/dl dan pada kelompok kontrol
sebagian besar memiliki nilai GDS >140 mg/dl. Nilai GDS ini mengalami
perubahan yang signifikan selama 7 hari penelitian ini. Dilihat dari
frekuensi latihan senam kaki diabetik dan kepatuhan diet responden,
sebagian besar responden melakukan latihan senam kaki diabetik pada
kelompok intervensi setelah peneliti mengajarkan latihan tersebut dan
sebagian besar responden patuh terhadap diet yang ditetapkan rumah
sakit. Tentunya ketiga faktor ini yakni nilai GDS, frekuensi latihan senam
kaki diabetik, dan kepatuhan diet responden akan sangat berpengaruh
dalam peningkatan ataupun penurunan nilai ABI dalam 7 hari penelitian
ini. Hal ini akan peneliti bahas secara mendalam pada pembahasan
selanjutnya.
88
2. Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden Pre dan Post Senam Kaki
Diabetik
Hasil analisis data yang diperlihatkan pada responden kelompok
intervensi dan kontrol memperlihatkan perbedaan dari kedua kelompok
ini. Hasil bermakna terjadi pada kelompok intervensi dengan nilai
p=0,001. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh senam kaki
diabetik terhadap perubahan nilai ABI. Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak terlihat perubahan yang bermakna terhadap nilai ABI.
Peningkatan nilai ABI tentunya disebabkan oleh beberapa faktor
yang dapat mempengaruhinya. Dalam penelitian ini peneliti melihat
peningkatan dari adanya latihan senam kaki diabetik yang diberikan
berdasarkan instruksi peneliti kepada responden secara langsung dan
anjuran untuk melakukan latihan secara mandiri oleh responden. Selain
dari latihan senam kaki ini juga, peneliti melihat peningkatan nilai ABI
ini dari nutrisi yang diikuti responden apakah mengikuti diet rumah sakit
atau tidak mengikuti diet rumah sakit. Dimana nutrisi ini akan
mempengaruhi pada peningkatan nilai GDS.
Keadaan GDS yang meningkat dan terus-menerus akan
mempunyai
dampak
pada
kemampuan
pembuluh
darah
tidak
89
sirkulasi darah kaki menjadi tidak lancar. Hal ini akan mempengaruhi
nilai ABI yang tentunya akan sangat berbeda pada setiap responden.
3.
menginterpretasikan
gangguan
pada
sirkulasi
ekstremitas
responden ini. Tetapi hal ini diabaikan dan peneliti melihat pada rerata
nilai ABI yang didapatkan pada perhitungan statistika.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian terkait senam kaki diabetes
yang juga dilakukan di Medan oleh Juliani Nasution pada tahun 2011
90
kelompok
kasus
dan
kontrol.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aspekaspek perawatan kaki diabetes dengan kejadian ulkus kaki diabetes. Dari
aspek senam kaki diabetes diperoleh hubungan yang bermakna antara
senam kaki diabetes dengan kejadian ulkus diabetes. Berdasarkan hal
tersebut, maka pasien DM dengan kebiasaan buruk saat melakukan
senam kaki diabetes akan berpeluang besar terkena ulkus diabetes. Kaki
diabetes mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati sehingga
dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai
dengan kondisi agar resiko terjadi ulkus kaki diabetes dapat dicegah.
91
92
93
metabolisme
tubuh
yaitu
meningkatkan
kualitas
insulin,
94
C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini tentunya masih banyak keterbatasan dan kekurangan yang
terdapat di dalamnya. Jumlah sampel yang masih dapat ditambahkan
jumlahnya untuk lebih memperkuat hasil penelitian. Dengan jumlah sampel
yang didapat peneliti yakni 30 responden, tentunya masih sangat kurang
95
untuk dapat menggeneralisir hasil penelitian ini secara luas di semua daerah.
Di samping jumlah sampel, keterbatasan lain adalah banyaknya faktor yang
dapat mempengaruhi nilai ABI pada responden belum terkontrol oleh peneliti
contohnya penyakit komplikasi yang diderita responden, konsumsi obat-obat
farmakologis, dan faktor genetik responden. Waktu pengukuran ABI dan
GDS serta pemberian senam kaki diabetes yang berbeda-beda dari hari ke
hari juga merupakan kekurangan dari penelitian ini.
96
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil oleh peneliti yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini adalah:
1. Rerata nilai ABI pre dan post senam kaki diabetes pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dalam batas normal.
2. Terjadi peningkatan rerata nilai ABI pada kelompok intervensi dari hari
pertama sampai hari ke tujuh sedangkan rerata nilai ABI pada kelompok
kontrol mengalami penurunan.
3. Terjadi peningkatan yang signifikan skor ABI pada kelompok intervensi
(Median = 1,06, p = 0,0002) dibandingkan dengan kelompok kontrol
(Median = 0,97, p = 0,994).
4. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai GDS (p = 0,002)
kelompok intervensi (Mean SD = 128,67 23,58) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Mean SD = 199,60 70,23) setelah selesainya
intervensi senam kaki diabetes.
97
B. Saran
Senam kaki diabetik sangat bermanfaat untuk pasien dengan ulkus
diabetik untuk itu peneliti menyarankan bahwa:
1. Institusi pendidikan keperawatan dapat membekali mahasiswanya sebagai
calon perawat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik
dalam senam kaki diabetik ini. Sehingga nantinya ia mampu
mengaplikasikannya di lahan praktek.
2. Untuk institusi pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat membuat
kebijakan bahwa senam kaki diabetik ini merupakan salah satu
penanganan non farmakologik yang terdapat standar operasional prosedur
penanganan pasien dengan diabetes melitus.
3. Untuk
peneliti
selanjutnya,
peneliti
menyarankan
agar
dapat
98
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. 2009. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru.
Diakses tanggal 2 Mei 2012. http//cerminduniakedokteran.com
American Diabetes Association. 2004. Physical activity/exercise and diabetes.
Diakses tanggal 13 Mei 2012. http://www.uhs.wisc.edu/docs
American Diabetes Association. 2009. Physical Activity/Exercise and Type 2
Diabetes. Diakses tanggal 13 Mei 2012. http://care.diabetesjournals.
org/content/29/6/1433
Anoname. 2009. Pentingnya olahraga bagi penderita diabetes mellitus. Diakses
tanggal 13 Mei 2012 http://indodiabetes.com/pentingnya-olahraga-bagipenderita-diabetes-melitus.html
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta:
Jakarta
Bruari,W. 2009. Pengaruh Senam Kaki Diabetik terhadap Nyeri Kaki pada Pasien
Diabetes
Mellitus.
Diakses
tanggal
20
Mei
2012.
http://etd.eprints.ums.ac.id/6399/
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. EGC: Jakarta
Cahyono, S. 2007. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa Media: Palembang
Dewi,A. 2005. Hubungan Aspek-aspek Perawatan Kaki Diabetes dengan
Kejadian Ulkus Kaki Diabetes pada Pasien Diabetes Mellitus. Diakses
tanggal
20
Mei
2012.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
71071321.pdf
Hidayat, A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika: Jakarta
Kurcoff. 2004. Efek Senam Kaki bagi Pasien Diabetes Mellitus, dalam Soegondo,
S., et al, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
99
Ilyas, E.I. 2007. Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam
Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu (hal. 261269), Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius.
FKUI: Jakarta
McDermott,M., Greenland,P., Liu,K., Guralnik, J.M., Celic,L., Criqul,M.H.,
.. Clark,E. 2002. The Ankle Brachial Index is Associated with Leg
Function and Physical Activity: The Walking and Leg Circulation Study.
Journals of American College of Physicians-American Society of Internal
Medicine. Vol 136, p.873-883.
Minadiarly. 2006. Diabetes Melitus: Gangrene Ulcer, Infeksi, Mengenal Gejala
Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Pustaka Populer
Obat: Jakarta
Nasution, J. 2011. Pengaruh Senam Kaki terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah
kaki pada Pasien Penderita Diabetes melitus. Diakses tanggal 28 April
2012. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20590
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2002. Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. CV Aksara Buana: Jakarta
Pinzur,
Diakses
tanggal
28
April
2012.
100
101
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Calon Responden
diTempat.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, dengan :
Nama
: Nurhaerani Kasim
Nim
: C 121 11636
Alamat
102
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang bernama
Nurhaerani Kasim (C1211636) dengan judul Pengaruh Senam Kaki terhadap Perubahan Ankle
Brachial Index (ABI) pada Pasien Ulkus Kaki Diabetik di Ruang Rawat Inap Lontara 1 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan
skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang sifatnya rahasia akan dijaga
kerahasiaannya.
Dalam penelitian ini, saya akan bekerjasama dengan baik yaitu dengan mematuhi semua prosedur
senam kaki diabetes yang diberikan dan pemeriksaan Ankle Brachial Index dari awal sampai akhir
penelitian.
Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapa pun, saya siap berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Makassar,
2012
Mengetahui,
Responden
(........)
Peneliti
( .)
Saksi
( )
103
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SENAM KAKI DIABETES
1. Definisi
Senam Kaki Diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
2. Tujuan
Senam Kaki Diabetes bertujuan untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah
dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki. Selain itu dapat
104
Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi
pasien, dan jaga privacy pasien.
5. Prosedur
Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, dan
tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan
kedua tumit diangkat, mengankat kaki, dan menurukan kaki. Gerakan dapat berupa
menekuk,
meluruskan,
mengangkat,
memutar
keluar
atau
kedalam
dan
mencengkramkan dan meluruskan jari-jari kaki. Latihan senam kaki diabetes ini dapat
dilakukan setiap hari secara teratur (Soegondo,dkk. 2009).
Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:
a.
b.
Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas
bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi
berbaring dengan meluruskan kaki.
c.
Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas
lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
d.
Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali.
105
e.
Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan
memutar
dengan pergerakkan
pada
10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f.
Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur
kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
g.
Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.
h.
i.
Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai. Bentuk kertas tersebut menjadi
seperti bola dengan menggunakan kedua belah kaki. Kemudian buka bola itu
menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan sekali saja.
6. Dokumentasi Tindakan
Perhatikan respon pasien setelah melakukan senam kaki. Lihat tindakan yang
dilakukan klien apakah sesuai atau tidak dengan prosedur, dan perhatikan tingkat
kemampuan klien melakukan senam kaki.
106
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX
1. Definisi
Ankle Brachial Index (ABI) adalah test non invasive untuk mengukur rasio
tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial).
Nilai ABI kanan dan kiri dihitung dengan membagi tekanan sistolik pada dorsalis pedis
dan posterior tibia atau pergelangan kaki (ankle) pada masing-masing tungkai dengan
tekanan sistolik tertinggi pada kedua lengan atas (brachial).
2. Tujuan
Pemeriksaan ABI dilakukan untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri sehingga dapat
menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer. Sehingga
dapat memberikan intervensi secara tepat
3. Persiapan alat
Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple hand held
vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter (spygmomanometer).
4. Persiapan klien
a. Perkenalan dan persetujuan
1) Perkenalkan diri anda pada pasien dan pastikan identitasnya
2) Jelaskan alasan dilakukannya prosedur dan maknanya.
b. Posisi pasien
1) Posisikan pasien pada posisi terlentang, kedua lengan dipaparkan, dan posisi
kaki sama tinggi dengan posisi jantung.
2) Pastikan bahwa pasien nyaman, dan biarkan ia beristirahat selama 20 menit.
5. Prosedur pengukuran ABI
a.
Cuci tangan
b.
Pilih ukuran manset tekanan darah yang sesuai dan tempatkan di sekitar lengan
pasien.
c.
Palpasi arteri brachialis dan oleskan gel ultrasound pada tempat tersebut.
107
d.
Dengan menggunakan probe Doppler (arahkan pada sudut sekitar 45), carilah
sinyal arteri brachialis dan kembangkan manset hingga sinyal tersebut menghilang.
e.
Kempeskan manset perlahan (pada kecepatan 2-3 mmHg per detik) sampai sinyal
muncul kembali, dan catat tekanan brachial ini.
f.
Bersihkan gel ultrasound dari lengan pasien dan ulangi prosedur yang sama pada
lengan yang satu lagi.
g.
Gunakan nilai yang lebih tinggi dari kedua hasil pemeriksaan untuk menghitung
ABI.
h.
Pilih ukuran manset yang sesuai dan tempatkan di sekitar betis di atas maleolus,
pastikan bahwa setiap ulkus yang ada di daerah ini sudah ditutup sebelumnya.
i.
Palpasi denyut arteri dorsalis pedis (di antara tulang metatarsal satu dan dua) atau
denyut arteri tibialis anterior (di titik tengah di antara maleolus).
j.
Oleskan gel ultrasound di tempat ketika arteri terpalpasi (jika anda tidak dapat
memalpasi arteri, oleskan gel di tempat arteri seharusnya dapat terpalpasi) dan,
menggunakan probe Doppler, temukan sinyal arteri yang optimal.
k.
Catat tekanan arteri dorsalis pedis (DP) atau tibialis anterior (TA) seperti ketika
mencatat tekanan brachialis.
l.
Palpasi arteri tibialis posterior (TP) (terletak posterior dari maleolus) dan oleskan
gel ultrasound di tempat ditemukannya arteri.
m. Menggunakan probe Doppler, temukan sinyal arteri yang optimal dan seperti untuk
tekanan darah dorsalis pedis dan brachialis, ukur dan catat tekanan dorsalis pedis.
n.
Bersihkan gel ultrasound dari tungkai pasien ulangi prosedur yang sama pada
tungkai bawah yang satu lagi untuk mendapatkan tekanan DP/TA dan TP.
o.
Gunakan nilai tekanan darah yang lebih tinggi dari dua nilai DP atau TA dengan
nilai TP) untuk menghitung ABI untuk tiap pergelangan kaki.
p.
Bersihkan gel ultrasound yang tersisa pada kulit pasien, bantu pasien berpakaian,
dan pastikan mereka nyaman.
q.
r.
Cuci tangan
108
6. Akhir prosedur
Hitung ABI untuk tiap pergelangan kaki. ABI adalah tekanan darah tertinggi yang
direkam pada pergelangan kaki, dibagi dengan tekanan brachialis tertinggi. Setelah itu
dokumentasikan hasilnya dan perhatikan respon pasien setelah dilakukan pengukuran.
109