Anda di halaman 1dari 29

Analisis kualitatif merupakan analisis dalam bidang kimia

analitik yang membahas tentang identifikasi suatu zat-zat, mengenai


unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah
unsur..Analisis kualitatif diperuntukkan untuk analisa komponen atau
jenis zat yang ada dalam suatu larutan . Analisa kualitatif merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan
unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan (Harjadi, 1986).
Analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan
identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui, dimana
dalam pengiidentifikasian zat sebaiknya senyawa obat yang yang
diidentifikasi ditentukan dahulu struktur kimia organiknya sehingga
dapat diketahui golongan unsur, analisis gugus, unsur-unsur penyusun
senyawa dari senyawa obat, selain itu dapat diketahui pula sifat-sifat
kimianya seperti kelarutan (Autherhoff dan Kovark, 1987).
Dalam metode analisis kualitatif digunakan beberapa pereaksi
diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi
ini digunakan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan

amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu


kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion
tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah
skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu
golongan (Vogel, 1979).
Berbagai teknik analisa kualitatif dan kuantitatif pada sampel
logam seringkali harus menggunakan perlakuan awal. Beberapa
metode analisa seperti AAS (Atomic Absorption Spectrometry) dan
ICP (Inductively Coupled Plasma) hanya dapat diaplikasikan untuk
sampel dalam bentuk cair, sehinggasampel yang berbentuk padat
harus diabukan terlebih dahulu kemudian dilarutkan dalam asam kuat
(Hedwig et al, 2003).
Ada berbagai macam penetapan kadar / kandungan bahan
aktif dalam sediaan obat, mulai dari metode konvensional
menggunakan titrasi volumetri sampai instrument elektronik seperti
spektrofotometri UV-vis. Penggunaan spektrofotometi UV-vis untuk
analisa kualitatif sediaan obat mempunyai beberapa keuntungan, yaitu
sensitive, selektif, akurat, teliti dan cepat bila dibandingkan metode

konvensional lainnya seperti titrimetri dan gravimetri. (Hendry, et al,


2002)
Pembentukan senyawa kompleks sangat dipengaruhi oleh pH.
Dengan perubahan pH larutan, konsentrasi senyawa kompleks yang
terbentuk juga mengalami perubahan. Pada pH yang lebih tinggi dari
pH optimum, absorbansi senyawa kompleks semakin turun karena
senyawa kompleks yang terbentuk semakin sedikit (Setyawati dan
Murwani, 2010).
Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang
digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa, unsur, ataupun zat
lainnya dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering
maupun basah. Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan,
perubahan warna pada larutan, serta warna endapan yang terbentuk.
Pada analisis kualitatif, identifikasi unsur-unsur yang terdapat
pada senyawa karbon dilakukan dengan mengubah unsur yang terikat
menjadi senyawa lain yang dapat di identifikasi dengan mudah. Unsur
karbon di oksidasi menjadi karbondioksida dan air, sedangkan
identifikasi gugus fungsi senyawa

karbon di lakukan dengan

mereaksikan senyawa karbon tersebut dengan pereaksi tertentu.


Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi

antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga


sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada awal
penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama)
di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah
satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion
senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari
senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai
penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi).
Natrium salisilat terbentuk akibat susunan ion-ion Na+ dan ionion Cl- yang saling mengelilingi. Setiap ion Na+ keseluruhan
permukaannya dikelilingi oleh Cl-, demikian pula sebaliknya, seluruh
permukaan ion Cl- dikelilingi oleh ion Na+. Ion-ion yang saling
mengelilingi itu terjejal rapat, sehingga setiap ion Na+ dikelilingi 6
ion Cl- dan sebaliknya. Jadi dalam kristal itu ion-ion Na+ : ion Cl- = 6
: 6 = 1 : 1. Jadi dapat dikatakan ke enam ion yang mengelilingi itu
berada di bagian muka belakang, atas bawah, dan kiri kanan.
Karena ion-ion Na+ dan Cl- bagaikan suatu bola, maka serapat

apapun penjejalan ion-ion itu, terdapat rongga-rongga diantara


mereka.
Ion-ion positif dan negatif yang saling mengelilingi terjaring rapat
oleh kisi kristal sehingga mereka tidak dapat bergerak bebas. Sebagai
akibatnya, padatan senyawa ion ini tidak dapat menghantar listrik.
Pada percobaan ini, kami melakukan percobaan pada Ester
Asam Karboksilat yaitu Nipagin dan Asetosal serta Turunan Salisilat
yaitu Natrium Salisilat dan Salisilamida. Untuk Nipagin, dimasukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 ml aquades,
dipanaskan, lalu di dinginkan, dan ditambahkan 1 tetes FeCl3, terjadi
perubahan warna menjadi warna ungu . Pada asetosal, diberikan 3
macam perlakuan. Pada perlakuan pertama, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Lalu ditambahkan 1-2 tetes FeCl3, dan kemudian
dipanaskan, akan memberikan warna violet. Perlakuan kedua, asetosal
ditambahkan etanol dan H2SO4, lalu dididihkan, setelah dingin
ditambahkan akuades hingga penuh, timbul bau etil asetat, hal ini
menunjukkan adanya asetat. Perlakuan ketiga, asetosal dimasukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan metanol dan H2SO4
kemudian dididihkan, tercium aroma gandapura.

Untuk turunan salisilat, digunakan natrium salisilat dan


salisilamida. Pada natrium salisilat, diberikan tiga perlakuan.
Perlakuan pertama, dimasukkan kedalam tabung reaksi , kemudian itu
di tambahkan lagi 2 tetes FeCl3, menghasilkan perubahan warna
menjadi coklat. Pada Perlakuan ke dua, dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan methanol, lalu ditambahkan 2-3 tetes
H2SO4 pekat, lalu dipanaskan, akan timbul bau gandapura. Baunya
akan lebih jelas apabila diencerkan dengan air. Pada Perlakuan
ketiga, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian kemudian
ditambahkan HCl pekat, terjadi timbul endapan berbentuk kristal
(putih jarum).
Pada salisilamida, digerus hingga menjadi serbuk
menggunakan cawan porselin, kemudian dilarutkan dengan
menggunakan Aquades, kemudian ditambahkan 1 larutan FeCl3,
menimbulkan warna ungu yang stabil walaupun ditambahkan alkohol.

G.

KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah kami lakukan dapat di simpulkan
bahwa pada semua sampel yaitu Nipagin, Asetosal, Nartium Salisilat
dan

Salisilamida

yang

dilakukan

secara

mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

kualitatif,

ternyata

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Autherhoff, H dan Kovark, 1987, Identifikasi Obat Terbitan keempat,
ITB, Bandung.
Vogel.. 1990. Buku Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro Kimia
Anorganik Edisi Ke Empat. Longmans. London.
Hedwig, R., M.Pardede, T.J. Lie, H. Kurniawan, K.Kagawa, 2003, Studi
Pendahuluan Untuk Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Elemen
Hidrogen Pada Sampel Logam Dengan Menggunakan Teknik Ablasi
Laser, Seminar Nasional Opto IElektronika dan Aplikasi Laser,
Jakarta..
Setyawati, H., Murwani, I.K., 2010, Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Besi(III)-EDTA, Prosiding Seminar Nasional Sains,
Jurusan Kimia ITS, Surabaya.
Henry, A., MT, Suryadi., dan Yanuar, A, 2002, Analisis Spektrofotometri
UV-vis pada obat Influenza dengan menggunakan aplikasi system
persamaan linear, Universitas Gunadarma, Jakarta

Penentuan Titik Leleh Asam Salisilat dan Aspirin


Berdasarkan literatur, titik leleh asam salisilat adalah 159 oC, dari C,
hasilhasil percobaan diperoleh titik leleh asam salisilat 150-156 ini
tergolong sesuai, sedikit berbeda dengan literatur karena
ketidaktelitian
pengukuran
titik
leleh.
C. BerdasarkanTitik leleh my aspirin hasil percobaan 120-124
literatur, titik leleh aspirin adalah 136 oC. Berbeda dengan literatur
karena masih adanya sedikit pengotor pada kristal aspirin.
Analisis Kandungan Aspirin dalam Tablet Aspirin Komersial
kadar
aspirin
dalam
tablet
=
66,15
%
terdapat
reaksi
sabagai
berikut,
sampai pada akhirnya semua aspirin telah bereaksi dan terdapat
NaOH yang memberikan warna merah muda ketika bereaksi dengan
indikator
fenolftalein.
Aspirin yang terkandung dalam 0,2 g sample adalah 132,3 mg. Jika
dikonversikan ke dalam 0,5 g (standard satu tablet) akan didapatkan
massa aspirin sebesar 330 mg. Standar kelayakan berdasarkan FDA
adalah minimal 5 grains asam asetil salisilat dalam 1 tablet (1 grains =
0,0648 g). berarti minimal harus terdapat 0,324 g asam asetil alisilat
dalam 1 tablet. Jadi berdasarkan uji ini, kandungan aspirin dalam
tablet memenuhi standar FDA.

Analisis bahan dalam ilmu kimia melibatkan 2 macam analisis, yaitu


analisiskualitatif, dan kuantitatif,. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk
melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada
di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara
untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu
sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis yang selain mengidentifikasi unsur
juga mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies
yang ada di dalam sampel (Sudjadi, 2007).
Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur. Analisis kuantitatif berurusan dengan
penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kualitatif
diperuntukkan untuk analisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu
larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mempelajari

kimia

dan

unsur-unsur

larutan(Underwood & R.A Day. 1986).

serta

ion-ionnya

dalam

Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur


dengan pembentuknya. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur
atau lebih melalui reaksi pembentukan. Senyawa organik atau senyawa karbon
adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunya terdiri dari atom karbon
dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor
(Riswiyanto, 2009).
Senyawa anorganik adalah senyawa yang terdiri dari unsure logam.
Pembeda senyawa organik dan non organik terletak pada ada tidaknya ikatan
karbon-hidrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik dan asam
format dan asam lemak pertama masuk dalam organik (Junaidi, wawan,
2009).
Senyawa organic yang menunjukan sifat keasaman yang cukup besar dan
banyak sekali dijumpai di alam adalah asam karboksilat. Senyawa ini
mempunyai rumus umum RCOOH, dimana COOH adalah gugus fungsi
karboksilat yang menandai sifat keasaman sedangkan R dapar berupa
hydrogen, gugus alkil, ataugugus aril. Dalam molekul, asam karboksilat
memiliki kekuatan yang sangat kuat. Hal ini disebabkan adanya ikatan
hydrogen seperti yang terjadi pada molekul alcohol. Asam karboksilat
umumnya berada dalam bentuk dimer lingkar yang kuat disebabkan oleh

terbentunya dua ikatan hydrogen. Ester karboksilat memiliki rumus umum


RCOOR (Riswiyanto, 2009).
Suatu

asam

mengandung

karboksilat

adallah

guguskarboksilat,

senyawa

-CO2H.

organic

Gugus

yang

karboksilat

mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuh gugushidroksil; antaraksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktivan kimia
yang unik untuk asam karboksilat. Karena gugus karboksil bersifat
polat dan tak terintangi, makareaksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh
sisa molekul (Fessenden,1989).
Mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O
dapat di lakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif
adalah analisis untuk melakukan identifikasi elemen,spesies, dan atau
senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
sampel (Gandjar, I.G. dan Rohman, A.,2007).
Dalam percobaan ini digunakan bahan turunan dari ester asam kaboksilat
dan turunan salisilat. Gugus COOH paling banyak terdapat dalam bentuk ion
karboksilat, sedangkan gugus NH2 terprotonasi. Interaksi kedua gugus

yangberbeda muatan inilah yang menyebabkan bias terbentuknya ikatan


garam (Kaban, etal., 2006 ).
Gandjar, I.G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Fesseden, Ralph J, Fesseden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi Pertama.
Jakarta : Erlangga.
Kaban, et al. 2006. Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat
Kitosan. Jurnal Sains Kimia. Vol 10, No.1.: 14.
Riswiyanto,Drs. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Sudjadi, Prof.Dr, Ms.,Apt. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogjakarta :
PustakaPelajar.

elain uji dengan FeCl


3
,
pada percobaan ini uji kemurnian dilakukan dengan uji titik lebur. Uji
titik lebur dapat digunakan karena titik lebur merupakan sifat spesifik
suatu zat. Pada percobaan ini sedikit kristal diukur titik leburnya
dengan menggunakan alat elektrotermal. Aspirin murni memiliki titik
lebur 135-136 C. Apabila aspirin tidak murni, maka titik leburnya
kurang dari 135C atau range titik

leburnya lebih lebar, lebih dari 2C. Pada percobaan ini titik lebur
kristal adalah 122,4-124,6 C, lebih rendah dari titik lebur kristal
murni. Ini berarti aspirin hasil sintesis tidak murni atau mengandung
pengotor. Dari uji FeCl
3
telah diketahui bahwa produk aspirin hasil sintesis mengandung asm
salisilat. Sehingga dapat diduga bahwa pengotor yang berada di
produk aspirin hasil sintesis adalah asam salisilat yang tidak bereaksi

Kegunaan Titik Leleh


Kebanyakan senyawa organik yang berwujud kristal mempunyai titik leleh cukup
rendah sehingga mudah ditetapkan dengan alat sederhana. Kimiawan organik
secara rutin menggunakan titik leleh untuk membantu menidentifikasikan
senyawa kristal dan untuk mendapat keterangan tentang kemurniannya.
Misalnya jika senyawa x yang titik lelehnya tajam dicurigai sama dengan
senyawa a yag ddiketahui, maka kedua senyawa tersebut harus mempunyai titik
leleh yang sama. Jika a dilaporkan didalam pustaka memiliki titik leleh yang
nyata berbeda dengan hasil pengamatan terhadap x, dapat dipastikan bahwa
kedua struktur senayawa tadi tidak sama. Jika selisih titik leleh kedua hanya
berbeda beberapa derajat, dapat diperikarakan kedua senyawa sama.
Jika tersedia dalam contoh senyawa a, dengan anda menentukan apakah x sama
dengan a, yaitu dengan menentukan titik leleh campuran. Campuran x dan a
harus memiliki titik leleh senyawa murinya apabila kedua senyawa tidak sama.
Apabila x tidak sama dengan a maka campuran zat akan mempunyai titik leleh
lebih rendah dan kisaran leleh yang lebih lebar.
Beberapa jenis radas yang dapat digunakan untuk penetapan titik leleh
digambarkan pada gambar 1.jika radas (a) yang digunakan, buatlah gelas
pengaduk yang melingkar. Lingkaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah diangkat dan di turunkan dalam gelas piala 150 ml. Buatlah pegangan
pada salah satu ujungnya. Pengaduk ini berfungsi untuk mempertahankan
sebaran panas yang merata. Lubangi sebuah gabus untuk menyisipkan
termometer 3600C kemudian dengan pisau yang tajam potong sebagian dari
gabus untuk menyisipkan termometer 3600c kemudian dengan pisau yang tajam
potong sebagian dari gabus agar guratan pada batang termometer jelas terlihat.
Gelas karet dapat digunakan untuk mencegah jatuhnya termometer. Gelas piala
perlu diklem dibagian atas untuk mencegah tumpaknya minyak panas. Masukan
sekitar 80 ml minyak mineral kedalam gelas piala. Turunkan termometer ke
tengah penangas sampai bola berada sekitar 1 cm diatas gelas dan tidak
menganggu gerakan gelas pengaduk. Gelas karet pengikat tabung kapiler harus
berada diatas permukaan minyak. Kalau tidak, gelang akan memuai dan tabung
terlepas dari termometer.

Gambar 1. Aneka radas untuk menerapkan titik leleh


Tabung titik leleh
Tabung titik leleh di jual dimana-mana, tetapi bila anda tidak menemukannya,
buat sendiri dengan cara sebagai berikut. Putarlah tabung kaca lunak
berdiameter besar kedalam nyala api sampai gelas menjadi lentur. Alihkan dari
nyala, diamkan sejenak kemudian tariklah perlahan-lahan sampai dingin dan
kaca tidak dapat lagi ditarik. Biarkan bagian tebal dari kaca menjadi dingin dan
potonglah tabung sepanjang 13 cm. Untuk memudahkan memotong kaca,
goreslah tabung kapiler dengan sisi tajam porselen atau kristal karborundum,
kemudian tekanlah dengan jari atau ibu jari dengan menyentuhkannya pada
nyala api. Selanjutnya simpan tabung kapiler didalam tabung reaksi yang kering.
Jika diperlukan pootng dualah tabung sehingga anda memperoleh dua tabung
sekaligus.

Gambar 2. Rincian Pemasangan Termometer Dan Tabung Kapiler


1.2. TUJUAN
1. Mempelajari teknik penetapan titik leleh
2. Menentukan titik leleh campuran
3. Mencoba membuat tabung titik leleh

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1. TEORI SINGKAT
Titik leleh atau melting point merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk pengukuran hasil rekristalisasi. Titik leleh suatu senyawa murni
adalah temperatur dimana fase cair dan fase padatan senyawa tersebut pada
temperatur dimana fase cair dan fase padatan senyawa tersebut pada tekanan 1
atmosfer berada dalam keseimbangan.
Titik leleh mengukur gayaintermolekuler antar senyawa, makin tinggi titik leleh
makin besar gaya intermolekulernya. Beberapa molekul dengan BM sama, maka
molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih
tinggi titik lelehnya. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan
pemanasan, keakuratan termometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa
yang terukur. Suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus
ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Untuk
menentukannya, gunakan pipa kapiler dengan salah satu ujung yang tertutup
dan tekan bagian ujung yang terbuka keatas permukaan sampel/ produk agar
sebagian produk terdorong masuk kedalam pipa. Jika terlihat jumlah padatan
yang terdorong masuk sudah cukup, segera balikkan kembali ujung pipa kapiler
yang terbuka, hingga terlihat butiran sampel akan turun kebawah ujung kapiler
yang tertutup.
Sintesis dan pemurnian bahan bukan tujuan final bagi kimiawan. Yang harus
didefinisikan adalah struktur bahan yang telah disintesis dan dimurnikan. Tahap
ini kadang merupaka tahap yang palin sukar. Harus diakui bahwa sampai paruh
akhir abad ke-20, kimiawan tidak dibekali dengan alat yang cukup untuk
mengataso kesukaran ini. Beberapa kimiawan mengusulkan struktur yang tidak
tepat bahkan untuk beberapa tahun. Namun, situasinya berubah drastis sejak
dikembangkan berbagai teknik spektroskopi. NMR (Nuclear magnetic resonance)
khususnya adalah metoda yang sangat unggul dibanding metoda-metoda yang
lain. Untuk padatan kristalin, analisis kristalografi sinar-X terbukti sangat
bermanfaat.
Sebelum dikenalkan teknik spektroskopi, yakni sampai paruh pertama abad 20,
penentuan struktur senyawa organik didasarkan atas perbandingan dengan
senyawa yang strukturnya telah diketahui. Bila semua sifat fisik dan kimia
senyawa identik dengan senyawa yang telah dideskripsikan di literatur, dapat
disimpulkan bahwa senyawa yang sedang dipelajari identik dengan snyawa yang
strukturnya telah diketahui. Kriteria ini masih diadopsi hingga kini walaupun
perbandingan yang dilakukan mungkin berbeda.
Bila sifat fisik dan kimia senyawa yang diselidiki tidak tepat dengan senyawa
apapun yang sudah dikenal di literatur, besar kemungkinan senyawa ini adalah
senyawa baru, belum pernah disintesis atau belum pernah dilaporkan. Dalam
kasus semacam ini, masalah baru mungkin muncul. Bagaimana orang dapat
menentukan struktur senyawa yang sama sekali baru? Metoda penentuan
struktur berubah drastis pada pertengahan abad 20. Metoda tradisional,
walaupun sederhana, sangat memakan waktu dan sukar dalam praktek: jadi,
pertama struktur senyawa yang baru disintesis diasumsikan, dan kemudian

suatu rute tertentu didesain untuk mengubah senyawa ini menjadi senyawa
yang telah diketahui. Pengubahan itu mungkin memerlukan beberapa tahap.
Sepanjang perubahan struktur yang disebabkan oleh tiap tahap teridentifikasi,
pengubahan yang berhasil sampai senyawa yang diketahui merupakan bukti
struktur yang diasumsikan. Harus ditambahkan bahwa reaksi untuk pengubahan
ini dipilih dari reaksi yang hanya melibatkan gugus fungsi dan bukan kerangka
molekulnya.
Kini penentuan struktur terutama dilakukan dengan metoda spektroskopik dan
difraksi. Di bab ini, pertama akan dibahas metoda penentuan struktur yang
tersedia sebelum zaman modern, baru setelah itu teknik modern didiskusikan.
Harus ditambahkan kini tersedia banyak metoda untuk menentukan struktur.
Misalnya, perhitungan kimia kuantum mungkin juga merupakan sumber
informasi yang bermanfaat.
a. Uji titik leleh campuran
Metoda ini telah secara ringkas dibahas di bab sebelumnya (Bab 12..2).
Seebelum pertengahan ada 20, prosedur utama dalam penentuan struktur
senyawa organik adalah untuk membuktikan bahwa senyawanya identik dengan
senyawa yang telah diketahui. Bukti ini terutama dicapai dengan uji titik leleh
campuran (uji campuran). Metoda ini didasarkan prinsip bahwa titik leleh
padatan paling tinggi ketika padatan itu murni. Bila dua sampel A dan B memiliki
titik leleh yang sama, maka ditentukan titik leleh A murni, B murni dan campuran
sejumlah sama A dan B. Bila hasil ketiganya sama, terbukti bahwa A dan B
identik.
Dalam praktek, terdapat beberapa kerumitan. Titik leleh tidak selalu tajam, dan
bahan cenderung meleleh dalam rentang suhu tertentu. Jadi, tidak mudah untuk
menyatakan apakah dua titik leleh sama atau tidak. Namun, metoda dan
teorinya sederhana dan jelas, dan telah digunakan sebagai sarana identifikasi
selama beberapa tahun.
b. Penggunaan turunan padatan
Bila sampelnya berwujud cairan atau gas, metoda titik leleh campuran tidak
dapat digunakan. Bila sampel gas atau cairan memiliki gugus fungsi yang reaktif,
sampel ini dapat diubah menjadi padatan yang mungkin menghasilkan kristal
yang indah. Aldehida dan keton, yang sangat penting dalam kimia organik,
cenderung berupa cairan bila m assa molekulnya rendah. Dalam kasus semacam
ini senyawa ini biasanya diubah menjadi turunannya yang padat yang lewbih
mudah ditangani untuk penentuan struktur. Pereaksi yang dapat bereaksi
dengan aldehida dan keton,
misalnya hidroksilamin NH2OH ??hidrazin NH2NH2 dan fenilhidrazin C6H5NHNH2
??Sfenilhidrazin terkenal karena kimiawan Jerman Emil Fischer (1852-1919)
menggunakannya dengan sukses dalam risetnya pada topik gula. Beberapa
reaksi untuk mendapatkan kristal turunannya diberikan di bawah ini.
CH3CHO + NH2OH > CH3CH=NOH + H2O (13.1)
Asetaldehida hidroksilamin asetaldoksim
(CH3)2C=O + C6H5NHNH2 > (CH3)2C=NNH C6H5 + H2O (13.2)
aseton fenilhydrazin asetonfenilhidrazon
Senyawa turunan yang kristalin dapat digunakan untuk penentuan struktur

senyawa yang tidak diketahui. Prosedurnya sama dengan yang dibahas di atas
c. Perbandingan sifat fisik
Sifat fisik lain seperti titik didih, indeks bias, momen dipol, dan rotasi spesifik
untuk senyawa yang optik aktif dapat memberikan onformasi yang bermanfaat.
Data semacam ini dapat memberikan informasi pda sifat keseluruhan molekul.
Kadang, sifat molekul keseluruhan dapat merupakan jumlah dari berbagai
kontribusi bagian-bagian senyawa. Dalam kasus sperti ini, informasi pada bagian
tertentu senyawa dapat diperoleh. Misalnya, penggunaan momen dipol akan
diberikan di bawah ini.
Momen dipol hasil perconaan untuk nitrobenzen (3,98 D) dan khlorobenzen (1,58
D), arah momen dipolnya ditentukan dengan sifat elektronik gugus fungsi
(misalnya keelektronegatifan) (Gambar 13.1(a)). Dalam mendiskusikan momen
dipol senyawa organik, momen ikatan C-C dan C-H diasumsikan nol. Jadi momen
senyawa-senyawa tadi ditentukan terutama oleh momen ikatan gugus fungsinya.
Momen dipol dua isomer khloronitrobenzen adalah 2,50 D dan 3,40 D. Karena
momen ikatan telah diidentifikasi sebagai isomer para dan meta sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 13.1 (b).

Gambar 13.1 Momen dipol turunan benzen tersubstitusi. Perbandingan antara


nilai yang diamati dan yang dihitung jelas menunjukkan orientasi relatif
substituennya.
d. Reaksi kualitatif
Penentuan struktur senyawa organik biasanya meliputi dua pendekatan.
Sebaliknya, informasi struktur secara kasar didapat dengan penentuan massa
molekul, analisis unsur, dsb. Demikian juga informasi jenis dan jumlah gugus
fungsi juga harus didapatkan. Jadi, informasi tentang molekul secaraa
keseluruhan dan substituennya didapatkan secara seiring.
Sebelum perkembangan spektroskopi, identifikasi gugus fungsi bergantung
terutama pada kereaktifannya. Contoh khasnya adalah deteksi gugus karbonil
(aldehida -CHO dan keton -C=O) dengan menggunakan reaksi cermin perak dan
uji Fehling.
Kini metoda seperti ini tidak pernah digunakan untuk mendeteksi aldehida di
laboratorium riset manapun. Namun, reaksi semacam ini masih sangat penting
tujuan pendidikan. Lebih lanjut, beberapa reaksi wa rna klasik masih digunakan.
Contoh yang baik adalah reaksi ninhidrin, yang bahkan sekarang pun masih
sangat bermanfaat untuk analisis asam amino.

BAB III
METODE
3.1. ALAT DAN BAHAN

Pembakar Bunsen Thermometer Gelas Kimia

Urea Pipa Kapiler

Penangas dan minyak kelapa

3.2. PROSEDUR KERJA


a. Titik leleh senyawa murni dan campuran

- Menghancurkan dengan sudip sekitar 500-100 mg dan digeruskan kedinding


gelas piala kecil.
- Mengisi dalam tabung kapiler dan ditekan bagian ujungnya yang terbuka pada
contoh.
- Mengetuk-ngetuk tabung pada dasar tertutup dibagian bawah agar padatan
yang menyumbat turun kedasar tabung.
- Mengulangi sampai contoh padatan dalam tabung setinggi 1-2 mm.
- Mengikat tabung pada thermometer sehingga contoh berada disamping bola
thermometer.
- Meletakkan tabung beserta thermometer dalam penangas minyak.
- Memanaskan penangas sambil diaduk-aduk.

- Mencatat titik lelehnya

b. Identifikasi senyawa anu

- Mengisi dalam tabung kapiler.


- Mengetuk-ngetuk tabung dengan dasar tertutup dibagian bawah agar padatan
turun kedasar tabung.
- Mnegulangi sampai contoh padatan dalam tabung setinggi 1-2 mm.
- Mengikat tabung pada thermometer sehingga berada disamping bola
thermometer.
- Meletakkan diatas penangas minyak.
- Memanaskan sambil diaduk-aduk.
- Mencatat titik lelehnya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
a. Titik leleh
Senyawa Titik leleh C T rata-rata
Awal Akhir tengah
Asam benzoat 120 123 122 121,67
naftol 122 123 122 121,3
Campuran 50:50 73 96 80 83
Campuran 75:25 78 90 85 84,3
Campuran 25:75 77 95 90 87,33
b. Identifikasi senyawa anu
Nama senyawa anu adalah bifenil
Kisaran titik leleh taksiran adalah (69 + 70 + 72) : 3 = 70,33 C
Kisaran titik leleh yang sebenarnya adalah 70-71 C
Titik leleh campuran dengan

Titik leleh campuran dengan

4.2. PEMBAHASAN
a. Titik leleh senyawa murni dan campuran.
Percobaan dengan judul identitas dan keurnian senyawa organik : penetapan
titi leleh dilakukan atas senyawa asam benzoat dan @- Naftol. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik penetapan titik leleh menentukan
titik leleh campuran dan mencoba membuat teknik titik leleh.
Langkah yang pertama kita lakukan pada percobaan ini adalah menghancurkan
sekitar 50-100 mg urea dengan menggunakan sudip yaitu dengan
menggeruskannya kedinding gelas piala kecil yang kering. Kemudian mengisi
tabung kapiler dengan urea dengan menekakan bagian ujungnya yang terbuka
pada contoh. Hal ini dilakukan agar padatan yang menyumbat ini turun kedalam
dasar tabung. Setelah itu mengetuk-ngetuk tabung dengan dasar tertutup
dibagian bawah. Selanjunya mennngulangi cara ini sampai kita mendapatkan
contoh padat dalam tabung setinggi 1-2 mm. Kemudian mengikatkan tabung
pada thermometer dengan gelang karet sedemikian rupa sehingga contoh
berada disamping bola thermometer. Kemudian meletakkan tabung beserta
thermometer didalam penangas minyak.
Kemudian memanaskan penangas sambil diaduk terus-menerus. Suhu penangas
dapat dinaikan dengan cepat sampai suhu 15-200c dibawah suhu leleh contoh.
Tetapi selama penetapan titik leleh kenaikan suhu tidak diperkenankan melebihi
2-30c/menit. Karena itu diturunkan laju pemanasan minyak pada 150c dibawah
suhu leleh yang diperkirakan. Titik leleh urea kira-kira 1340C
Kemudian mencatat kisaran titik leleh urea, kemudian dengan cara yang sama,
menetapkan kisaran titik leleh asam trans-sinamat. Senyawa ini juga meleleh
pada suhu sekitar 1300c. untuk menunjukkan dampak pencemaar pada titik
leleh zat murni, selanjutnya menetapkan kisaran titik leleh campuran (50:50
berdasar bobot) urea dan asam sinamat. Selanjutnya membuat campuran
dengan nisbah 72:25 dan 25:75. Dari hasil percobaan didapatkan titik leleh ratarata dari masing-masing larutan dan campuran yaitu asam benzoate, naftol,
campuran 50:50, campuran75:25 dan 25:75 berturut-turut adalah 121,67 , 121,3
, 83 , 84,3 dan 87,33.
b. Identifikasi senyawa anu
Langkah awal yang kita lakukan pada percobaan ini adalah mendapatkan
senyawa anu yang telah asisten sediakan sebelumnya. Kemudian mengisi dua
tabung kapiler dengan senyawa anu; masing-masing untuk penetapan titik leleh
taksiran, dan untuk titik leleh sebenarnya. Kemudian menggunakan tabel untuk
menentukan identifikasi awal dari senyawa anu tersebut. Kemudian memastikan
identitasnya dengan teknik titik leleh campuran. Selanjutnya mencampurkan
sekitar 50 mg senyawa anu dengan 50 mg zat yang diperkirakan sama,
kemudian menetapkan titik lelehnya. Jika perlu, mengulangi prosedur inisampai
diperoleh identitas senyawa anu. Dari hasil pengamatan ternyata identitas

senyawa anu adalah senyawa bifenil dengan titik leleh 70,33C dari kisaran titik
leleh sebenarnya 70-71 C.

BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkansebagai berikut :
Titik leleh asam benzoat lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik leleh @Naftol
Titik leleh asam benzoat adalah 134 0C
Titik leleh @-Naftol adalah 125 0C.
Perbandingan @-Naftol dan asam benzoat 1 : 1 menghasilkan titik leleh 90 0C
Perbandingan @-Naftol dan asam benzoat 3 : 1 menghasilkan titik leleh 91 0C
Perbandingan @-Naftol dan asam benzoat 1 : 3 menghasilkan titik leleh 88 0C
5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kesalahan praktikan dalam memadatkan sampel pada pipa kapiler sehingga
mengakibatkan kesalahan dalam penentuan titik leleh.
Kesalahn praktikan dalam merangkai alat, sehingga mengakibatkan kesalahan
pada percobaan.
Kesalahan dalam mencampur larutan (takaran masing - masing)
Kesalahan dalam mengamati titik leleh dari senyawa (sampel) yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Team Teaching Kimia Anorganik. 2008. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Farmakope Indonesia, edisi IV, hal 762
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta :
Erlangga.

Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA


Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http:\\www.chem-is-try.org\titik leleh\php.=45

IV. Landasan teori


:
Titik didih suatu cairan ialah temperatur pada mana tekanan uap yang meninggalkan
cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan yang
dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap
dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri
lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga cairan itu mendidih (Fredi,
2009).
Yang disebut mendidih adalah wujud saat gelembung terbentuk dengan giat. Titik
didih itu sendiri temperaturnya. Ketika titik didih pada tekanan atsmosfer 1 atm itulah yang
disebut titik didih normal. Titik didih juga adalah salah satu sarana untuk mengidentifikasi
zat. Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan metoda spektroskopi, tetapi
data titik didh diperlukan untuk melaporkan cairan baru (Agus, 2011).
Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin besar tekanan
udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan dan temperatur udara
standar (76 cmHg, 25C) titik didih air sebesar 100C. Artinya pelarut murni akan mendidih
bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem
terbuka, tekanan udara luar adalah 760 mmHg (tekanan udara pada permukaan larutan) dan
suhu pada tekanan udara luar 760 mmHg disebut titik didih normal. Titik didih suatu cairan
adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang
diberikan pada permukaan cairan). Dari definisi ini kita ketahui bahwa titik didih cairan
bergantung pada tekanan udara pada permukaan cairan. Itulah sebabnya, titik didih air di
gunung berbeda dengan di pantai. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar
maka gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak ke permukaan dan masuk fase gas
(Raharjo, 2010).
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang
mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Tarikan
antar molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekul-molekul, jika satu
molekul mempunyai sebuah atom hidrogen yang terikat pada sebuah atom

berelektronegativitas besar, dan molekul sebelahnya mempunyai sebuah atom


berelektronegativitas tinggi yang mempunyai sepasang elektron menyendiri (Anonim, 2009).
HF, H2O dan NH3 mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi dibanding dengan
anggota lainnya. Fakta ini menunjukkan bahwa dalam senyawa tersebut terdapat ikatan
hidrogen. Ikatan jenis ini terjadi karena gaya elektrostatik yang khusus antara dipol-dipol.
Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik didih
senyawa golongan alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga
titik didih air lebih tinggidaripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak
begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling
berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Senyawa
yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air akan mudah larut dalam air. Panjang atau
pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R) memiliki pengaruh terhadap kelarutan senyawa
dalam air (Anonim, 2009).
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya
Gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah (Fredi,
2009).
Setiap larutan ataupun cairan murni memiliki kebutuhan suhu yang berbedabedauntuk mencapai titik beku, titik cair, dan titik didihnya masing-masing. Titik didih
normalcairan murni atau larutan adalah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karena
zatterlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia
mendidih.Artinya, titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut murni. Peristiwa
inidisebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk
menentukkanmasa molar (Syukri, 1999)
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan dengan judul Penentuan titik didih
dan titik leleh dengan tujuan untuk menentukan titik didih suatu senyawa, menentukan titik
leleh suatu senyawa, dan untuk mengidentifikasi suatu senyawa dengan menggunakan titik
didih dan titik leleh.

1.

Penentuan titik didih


Titik didih cairan adalah suhu di mana Point fase cair dan uap berada dalam
kesetimbangan dengan satu sama lain pada tekanan tertentu. Oleh karena itu, titik didih
adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan diterapkan pada cairan. Titik
didih pada tekanan 1 atmosfer disebut titik didih normal.
Titik didih suatu cairan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya suhu dan
tekanan, berat molekul, viskositas, massa jenis, adanya ikatan hidrogen dan pengaruh zat
terlarut. Faktor-faktor inilah yang membedakan titik didih tiap-tiap larutan.
Contohnya pada suatu percobaan, dilakukan penentuan titik didih larutan di mana
larutan yang akan diteliti titik didihnya ada tiga macam larutan yaitu air, methanol, dan air
bercampur garam.
Untuk memanaskan larutan sampel tersebut digunakan hot plate sebagai pemanas dan
minyak sebagai media perantara panas. Minyak digunakan sebagai media perantara karena
dengan minyak, sampel didalam tabung reaksi mendapat panas yang merata dan titik didih
minyak diketahui sangat tinggi sehingga ketika mendidihkan sampel minyak dapat lebih lama
bertahan sebagai media perantara. Bila media perantara memiliki titik didih yang lebih
rendah dari pada sampel, maka larutan media akan cepat mendidih dan menguap dari pada

sampel. Apabila hal ini terjadi, maka dapat menghambat pengukuran titik didih dan hasil
pengukuran tidak berjalan dengan baik.
Larutan yang akan diamati dapat diketahui titik didihnya dengan melihat angka pada
termometer dengan memperhatikan suhu perhentian dari termometer. Bila sudah mencapai
titik didihnya, suhu larutan tidak akan bertambah meskipun panasnya ditambahkan lebih
besar. Kalaupun panas ditambah, bukan suhu yang akan naik melainkan larutannya perlahanlahan akan menguap dan habis berkurang.
Adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut akan
menurunkan tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan akan lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya. Dengan demikian semakin banyak
energi yang diperlukan untuk mencapai tekanan uap sebesar 1 atm, sehingga larutan akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi. Sehingga dpat dituliskan: Pelarut + zat terlarut nonvolatil larutan tekanan uapnya rendah titik didih menjadi lebih tinggi dibandingkan
pelarut murni. Berdasarkan perbandingan titik didih air dengan larutan garam dapat diketahui
bahwakenaikan titik didih larutan juga akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari
zat terlarut semakin besar.
2.

Penentuan titik leleh


Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana senyawa dalam keadaan padat
dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfir. Jika energi panas padatan
murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat membentuk unit molekul ,
molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari sekitarnya.
Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam kisi-kisi
kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik menarik antar
molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik menarik antar molekulmolekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang sama, maka
senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai struktur molekul yang lebih senetris yang
mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh suatu zat sangat tergantung dari struktur
molekul yang merupakan salah satu dimensi fisis dari suatu zat.
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan
pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang
berarti dengan adanya perubahan tekanan, oleh karena itu tekanan biasanya tidak dilaporkan
pada penentuan titik leleh, kecuali kalu perbedaan dengan tekanan normal terlalu besar. Pada
umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati sebab temperatur dimana pelelehan
mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah meleleh semuanya.
Contohnya: suatu zat dituliskan dengab range titik leleh 122,1o-122,4oC daripada titik
lelehnya 122,3oC.
Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari titik
leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan perluasan range
titik leleg, misalnya: suatu asam murni diamati titik lelehnya pada temperatur 122,1o122,4oC penambahan 20% zat padat lain akan mengakibatkan perubahan titik lelehnya dari
temperatur 122,1o-122,4oC menjadi 115oC-119oC. Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5o dan
range temperatur akan berubah dari 0,3oC jadi 4oC.
Langkah pertama yang kami lakukan pada penentuan titik leleh yaitu menyediakan pipa
gelas kapiler lalu dibakar ujungnya hingga tertutup. Kemudian dimasukkan sampel zat murni
atau campuran dari ujung lainnya. Zat murni yang kami gunakan adalah naftalen, maltose,
dan alfa-naftol. Lalu ujungnya dipadatkan dengan stik yang berlubang di tengahnya hingga
tinggi sampel lebih dari 2mm. lalu pipa kapiler diikatkan dengan thermometer menggunakan
benang. Lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah diisi air atau minyak dengan

mengisi Erlenmeyer dan sumbat dengan gabus. Kemudian dipanaskan dan dicatat suhu
saat tepat meleleh hingga semua meleleh.
Setelah itu kami membandingkan titik leleh hasil percobaan dengan menggunakan alat
MPA (melting point apppatus). Alat iini khusus digunakan untuk penentuan titik leleh dengan
cara digital. Sampel yang akan ditentukan titik lelehnya ditempatkan pada pipa gelas kapiler
setebal 2mm.pipa kapiler ini akan ditempatkan pada pipa bagian atas. Terdapat 3 lubang
yang diameternya 3mm. lubang tengah untuk pipa kapiler yang berisi sampel dan dua lubang
lain diisi dengan pipa kapiler kosong (blanko). Kemudian alat dihidupkan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatlah data titik leleh beberapa zat yaitu: titik
leleh naftalen yaitu 80C, sedangkan dengan MPA yaitu 90C. titik leleh maltose dengan
perhitungan manual yaitu 140C, sedangkan dengan MPA yaitu 160C. dan titik leleh alfanaftol adalah 96C, sedangkan dengan MPA adalah sebesar 98C. dari data tersebut dapat
dilakukan perhitungan untuk menentukan persentase kesalahannya:

% naftalen
Tl naftalen = 80C
Tl naftalen (MPA) = 90C
%naftalen =
% maltose
Tl maltose = 140C
Tl maltose (MPA) = 160C
% maltose =
% alfa-naftol
Tl alfa-naftol = 96C
Tl alfa-naftol (MPA) = 98C
% alfa-naftol =
Dari persentase kesalahan yang diperoleh dari hasil perhitungan, dapat dinyatakan
bahwa hasil percobaan tidak terlalu jauh berbeda dengan teori, yaitu 11,11% untuk naftalen,
12,3% untuk maltose, dan 2,94% untuk alfa-naftol.

1.

VII. Diskusi
Penentuan titik leleh
Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur dimana pelelehan
mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis meleleh semuanya.
Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh
senyawa murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh.
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau
lambatnya zat tersebut meleleh adalah :
1. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila
semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya Sampel.

Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses
pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang digunakan maka
semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang
digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan Dalam Kapiler.
Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas yang bertahan.
Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
Pada percobaan ini kami menggunakan senyawa naftalen, maltose, dan alfa-naftol.
Adapun titik leleh naftalen dengan percobaan adalah 80C, dan dihitung dengan alat MPA
adalah 90C. titik leleh maltose dengan percobaan adalah 140C, dan dihitung dengan alat
MPa adalah 60C. dan titik leleh alfa-naftol dengan percobaan adalah 96C, dan dengan alat
MPA adalahh 98C. Dengan persentase kesalahan untuk titik leleh naftalen adalah 11,11%,
maltose yaitu 12,5%, dan alfa-naftol adalah 2,94%.
Pemanasan dengan tingkat kenaikan suhu yang tinggi dan tidak bertahap menyebabkan
penyimpangan titik leleh dan perluasan range dari titik leleh senyawa murninya.

XII. Daftar Pustaka


Fredi, 2009, Titik Leleh dan Titik Didih, http://fredi-36-a1.blogspot.com/2009/11/titik-leleh-dantitik-didih.html, 2/11/2011.
Hadyana, A. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby. 2001 prinsip-prinsipKimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai