Anda di halaman 1dari 6

Menanyakan riwayat penyakit disebut anamnesa.

Anamnesa berarti tahu


lahi,kenangan. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter,
peminta bantuan dan pemberi bantuan. Atas permintaan penderita maupun dokter, ada
baiknyabila hadir orang ketiga atau keempat, orang yang dipercaya, pasangan, atau anggota
keluarga. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan yang berkaitan dengan
penyakitnya

dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis. Mencatat (merekam)

riwayat penyakut, sejak gejala pertama dan kemuadian perkembangan gejala, serta keluhan,
sangatlah penting. Perjalanan penyakit hamper selalu khas untuk penyakit bersangkutan.
Kedua, yang tidak kalah pentingnya adalah penderita dan dokternya saling belajar mengenal.
Disini pembicara, pendengar, penjawab, dan penanya menyeleksi dan mengingat secara
snegaja maupun tidak sengaja hal-hal yang dianggap penting.4
Dilihat dari gejala nya, pasien kemungkinan menderita anemia, oleh karena itu perlu ditanyakan
pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui anemia jenis apakah itu. 1

1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, mata
berkunang-kunang, atau tanpa gejala? Bila terdapat gejala tersebut, itu merupakan
suatu sindrom anemia yang biasanya dijumpai apabila kadar hemoglobin turun di
bawah 7-8 g/dL.
2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap? Pada anemia defisiensi besi
gejala yang muncul mungkin dapat perlahan karena ada mekanisme kompensasi
tubuh.
3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia? Misal pada anemia defisiensi besi bisa
karena perdarahan interna, infeksi cacing, diet yang tidak seimbang, atau riwayat
pernah menderita penyakit yang kronis.
4. Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe. Adakah gejala yang konsisten
dengan malabsorpsi dan tanda kehilangan darah dari saluran cerna berupa tinja gelap,
pendarahan rektal, muntah butiran kopi.
5. Jika pasien seorang wanita tanyakan adakah kehilangan darah menstruasi berlebihan.
Tanyakan frekuensi dan durasi menstruasi, dan penggunaan tampon serta pembalut.
6. Tanyakan juga sumber perdarahan lain.
7. Tanyakan apakah ada rasa ingin memakan bahan yang tidak lazim seperti es, tanah,
dan sebagainya. Gejala tersebut dapat ditemukan pada anemia defisensi Fe.

Riwayat penyakit dahulu


Tanyakan apakah ada dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya, riwayat penyakit kronis (reumatoid
arthritis atau gejala keganasan), tanda kegagalan sumsung tulang (memar, perdarahan, dan infeksi
yang tak lazim atau rekuren), tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (defisiensi vitamin
B12),subacute combined degeneration of cord [SACDOC), adakah alasan untuk mencurigai adanya
hemolisis (ikterus, katup buatan yang bocor), riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan
endoksopi gastrointestinal, adakah disfagia (akibat lesi esofagus yang menyebabkan anemia atau ada
selaput pada esofagus akibat anemia defisiensi Fe). 1
Riwayat keluarga
Menanyakan adakah riwayat anemia dalam keluarga khususnya pertimbangkan penyakit sel sabit,
talasemia, dan anemia hemolitik herediter. 1
Lain-lain
Menanyakan adakah riwayat bepergian dan pikirkan kemungkinan infeksi parasit seperti cacing
tambang dan malaria, mengkonsumsi obat-obatan misal OAINS yang menyebabkan erosi lambung
atau supresi sumsung tulang akibat obat sitotoksik, penurunan berat badan yang drastis baru-baru ini
dan riwayat operasi seperti gastrektomi.2

Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kasus ini adalah:
1

Umum

Keadaan umum: Tampak sakit ringan, pucat.

Kesadaran: Kompos mentis

Tanda-tanda vital: dalam batas normal.

Pemeriksaan lain
Inspeksi :Ditemukan konjungtiva anemis. Dapat juga ditemukan stomatitis
angularis, atrofi papil lidah
Ekstremitas-Khas ditemukan koilonikia yaitu kelainan pada kuku, tidak
ditemukan edema pada tungkai.

Palpasi : Abdomen - Bisa ditemukan splenomegali pada pasien ADB yang berat,
persisten dan ADB yang tidak diterapi.

Auskultasi: Thoraks - murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung


Pemeriksaan Penunjang
1

Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit


Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai
dari ringan sampai berat. MCV dan MCH menurun. MCV <70 fl hanya didapatkan pada
anemia defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun pada defisiensi yang lebih
berat dan berlangsung lama. Anisositosis merupakan tanda

awal

defisiensi

besi.

Peningkatan anisositosis ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution


width). Dulu dianggap pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk membedakan ADB
dengan anemia akibat penyakit

kronik, tetapi sekarang RDW pada kedua jenis ini

hasilnya sering tumpang tindih.1,3


2

Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis,dan


poiklilositosis. Makin berat derajat anemia, makin berat derajat hipokromia. Derajat
hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan
thalassemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis ekstrim, maka sel tampak sebagai
sebuah cincin (ring cell), atau memanjang seperti elips, disebut sebagai sel pensil (pencil
cell atau cigar cell). Kadang-kdang dijumpai sel target. 1,3

Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi granulositopenia ringan dapat
dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai
eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan dengan episode perdarahan
akut.1,3

Konsentrasi besi serum dan Total Iron Binding Capacity (TIBC)


Konsentrasi besi serum dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) meningkat. TIBC
menunjukkan tingkat

kejenuhan apotransferin terhadap besi,

sedangkan saturasi

transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria diganosis
ADB,

kadar besi serum menurun <50g/dl,

meningkat

>350g/dl,

total iron binding capacity

dan saturasi transferin <15%.

(TIBC)

Ada juga memakai saturasi

transferin <16%, atau <18%.1,3


5

Ferritin serum
Feritin serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik kecuali pada keadaan

inflamasi dan keganasan tertentu. Titik pemilah (cutt off point) untuk feritin serum pada
ADB diapakai angka <12g/l, tetapi ada juga yang memakai <15g/l. untuk daerah tropik
di mana angka infeksi dan inflamasi masih tinggi. Feritin serum merupakan pemeriksaan
laboratorium untuk diagnosis ADB yang paling kuat oleh karena itu banyak dipakai
baik di klinik maupun di lapangan karena cukup reliabel dan praktis, meskipun tidak
terlalu sensitif. Angka feritin serum normal tidak selalu dapat menyingkirkan adanya
defisiensi besi, tetapi feritin serum di atas 100mg/dl dapat memastikan tidak adanya
defisiensi besi.1,3
6

Protoporfirin
Protoporfirin merupakan bahan antara dalam pembentukan heme. Apabila sintesis
heme terganggu, misalnya karena defisiensi besi, maka protoporfirin akan menumpuk
dalam eritrosit. Angka normal adalah kurang dari 30 mg/dl. Untuk defisiensi besi,
protoporfirin bebas adalah lebih dari 100mg/dl. Keadaan yang sama juga didapatkan
pada anemia akibat penyakit kronik dan keracunan timah hitam.1,3

Kadar reseptor transferrin


Kadar reseptor transerin dalam serum meningkat pada defisiensi besi. Kadar normal
dengan cara immunologi adalah 4-9g/L. Pengukuran reseptor transferin terutama
digunakan untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik. Akan lebih
baik lagi bila dipakai rasio reseptor teransferin dengan log feritin serum. Ratio >1,5
menunjukkan ADB dan rasio <1,5 sangat mungkin anemia karena penyakit kronik.1,3

Pemeriksaan sumsum tulang


Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan sampai sedang dengan
normoblas kecil-kecil. Sitoplasma sangat sedikit dan tepi tak teratur. Normoblas ini
disebut sebagai micronormoblast. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perls
stain) menunjukkan cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif). Dalam
keadaan normal 40-60% normoblast mengandung granula feritin dalam sitoplasmanya,
disebut sebagai sideroblast negatif. Di klinik, pengecatan besi pada sumsum tulang
dianggap sebagai baku emas (gold standard) diagnosis defisiensi besi, namun akhirakhir ini perannya banyak diambil alih oleh pemeriksaan ferritin serum yang lebih
paraktis.1,3

Working Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga
tahap diagnosis ADB. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur
kadar hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria yang dipilih,
apakah kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi
besi sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.1
Secara laboratoris untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (tahap satu dan
tahap dua) dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikas dari kriteria
Kerlin et al) sebagai berikut:1
Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi atau MCV <80 fl dan MCHC
<31 % dengan salah satu dari a, b, c, atau d.
. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
- Besi serum <50 mg/dl
- TIBC >350 mg/dl
- Saturasi transferin: <15%, atau
Feritin serum <20 mg/1, atau
Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) menunjukkan cadangan besi
(butir-butir hemosiderin) negatif, atau
Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl.
Pada tahap ketiga ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi besi.
Tahap ini sering merupakan proses yang rumit yang memerlukan berbagai jenis pemeriksaan
tetapi merupakan tahap yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan defisiensi besi
serta kemungkinan untuk dapat menemukan sumber perdarahan yang membahayakan.
Meskipun dengan pemeriksaan yang baik, sekitar 20% kasus ADB tidak diketahui
penyebabnya.1
Untuk pasien dewasa fokus utama adalah mencari sumber perdarahan. Dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti. Pada perempuan masa reproduksi. Anamnesis
tentang menstruasi sangat penting, kalau perlu dilakukan pemeriksaar ginekologi. Untuk laki-laki dewasa di
Indonesia dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing tambang. Tidak cukup hanya dilakukan
pemeriksaan hapusan langsung

(direct smear dengan eosin), tetapi sebaiknya dilakukan pemeriksaan semi

kuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-Katz, untuk menentukan beratnya infeksi. Jika ditemukan infeksi
ringan tidaklah serta merta dapat dianggap sebagai penyebab utama ADB, hams dicari penyebab lainnya. Titik

kritis cacing tambang sebagai penyebab utama jika ditemukan telur per gram feses (TPG) atau egg

per gram

faeces (EPG) >2000 pada perempuan dan > 4000pada laki-laki. Dalam suatu penelitian lapangan diemuka
hubungan yang nyata antara derajat infeksi cacing tambang dengan cadanga besi pada laki-laki. Tetapi
hubungan ini lebih lemah pada perempuan.1
Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi besi yang disebabkan
oleh karena infeksi cacing tambang berat (TPIC >2000), anemia akibat cacing tambang sering disertai
pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan, pada pemeriksaan lab disamping tanda-tanda
defisiensi besi yag disertai adanya eosinofilia.1
Jika tidak ditemukan perdarahan yang nyata, dapat dilakukan tes darah samar
pada feses, dan jika terdapat indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah.1

(occult blood test)

Anda mungkin juga menyukai