Anda di halaman 1dari 9

BAB. I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias. Bahkan pada
penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang
mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang
berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel
mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya
memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:

Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tsb hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.

Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan
pengalaman seksual kedua pasangan tsb sebelumnya.

Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita
lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup. Dengan
bertambahnya usia, frekuensi hubungan seksual juga akan berkurang. Pada penelitian Call dkk,
1995 didapatkan bahwa pada mereka yang berusia 19-24 tahun, 96% melakukan hubungan
seksual sedikitnya satu kali selama satu bulan terakhir. Pada mereka yang berusia 50-54 tahun,
angka tersebut menurun menjadi 83% dan pada mereka yang berusia lebih dari 75 tahun,
menurun lagi menjadi hanya sekitar 27% . Hasil penelitian University of Chicago, 2007,
mendapatkan bahwa memang aktivitas seksual berkurang sejalan dengan bertambahnya usia, dan
penurunan tersebut lebih tinggi diantara para wanita dibandingkan pria. Pada pria, prevalensi
aktivitas seksual pada kelompok usia 57-64 tahun adalah 73%, pada kelompok usia 65-74 tahun,
53% dan pada kelompok usia 75-85 tahun, 26%.

BAB. II.
PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisiologik Akibat Proses Menua


Perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia lanjut biasanya
berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler, hormonal
dan neurologiknya (Alexander and Allison,1989) Untuk suatu pasangan suami istri,bila
semasa usia dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal,akan kecil sekali
kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya.
Kaplan membagi siklus tanggapan seksual dalam beberapa tahap, yaitu fase desire(hasrat)
dimana organ targetnya adalah otak. Fase kedua atau fase arousal(penggairahan) dengan
organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ketiga atau fase orgasmic dengan organ
target medula spinalis dan otot dasar perinium yang berkontraksi selama orgasme. Fase
berikutnya yaitu fase pasca orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tsb.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua menurut
Kaplan:
Fase tanggapan seksual
Fase desire

Fase arousal

Pada wanita lansia

Pada pria lansia

Terutama dipengaruhi oleh


penyakit baik dirinya sendiri
atau
pasangan,
masalah
hubungan antar keduanya,
harapan kultural dan hal-hal
tentang harga diri. Desire
pada lansia wanita mungkin
menurun
dengan
makin
lanjutny usia, tetapi hal ini
bisa bervariasi.
Pembesaran
payudara
berkurang, semburat panas
dikulit menurun; elastisitas
dinding vagina menurun;

Interval untuk meningkaatkan


hasrat melakukan kontak
seksual
meningkat;hasrat
sangat
dipengaruhi
oleh
penyakit; kecemasan akan
kemampuan seks dan masalah
hubungan antara pasangan.
Mulai usia 55 th testosteron
menurun bertahap yang akan
mempengaruhi libido.
M embutuhkan waktu lebih
lama untuk ereksi; ereksi
kurang
begitu
kuat;
testosteron
menurun;

iritasi uretra dan kandung


kemih
meningkat;otot-otot
yang menegang pada fase ini
menurun.

Fase orgasmik(fase muskular)

Tanggapan orgasmik mungkin


kurang intens disertai sedikit
kontraksi; kemampuan untuk
mendapatkan
orgasme
multipel berkurang dengan
makin lanjutnya usia.

produksi sperma menurun


bertahap mulai usia 40 th;
elevasi testis ke perinium
lebih lambat dan sedikit;
penguasaan atas ejakulasi
biasany membaik.
Kemampuan
mengontrol
ejakulasi membaik; kekuatan
kontraksi
otot
dirasakan
berkurang; jumlah kontraksi
menurun; volume ejakulat
menurun

Fase pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode


refrakter,
dimana
pembangkitan gairah secara
segera lebih sukar.

Periode refrakter memanjang


secara fisiologis, dimana
ereksi
dan
orgasme
berikutnya lebih sukar terjadi.

B. Hambatan aktivitas seksual pada usia lanjut


Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan
eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari
subyak lansiany sendiri. Hambatan eksternal biasany berupa pandangan sosial, yang
menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan
eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap
menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan. Pada lansia yang ada di institusi, misalny
di panti wredha, hambatan terutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi
tsbHambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan
eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan
untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia
lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan
dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sbg impotensia. Obat-obatan yang sering
diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan
berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut

Tabel Efek Obat Yang Sering Diberikan Dan Pengaruhnya Pada Fungsi Seksual Lansia.
Golongan Obat

Contoh

Pengaruh Pada Fase

Anti hipertensi:diuretika

Gol. tiasid

Fase pembangkitan

Anti hipertensi: obat


berdaya sentral
Anti
hipertensi:
penyakit beta
Anti-hipertensi
penghambat ACE
Obat anti -psikotik

Klonidin, metil-dopa

Fase pembangkitan

propanolol

Fase
hasrat
penggairahan
Fase penggairahan

Obat anti-ansietas

diasepam

antikolinergik
estrogen

progestin
Antagonis reseptor H-2

narkotik
Sedatif
lain-lain
Antidepresan trisiklik
Antidepresan lain

captopril
Torasin,
haloperidol

Anjuran
Obat Pengganti
Pertimbangkan
penghambat kanal Ca
Sama seperti diatas
dan Sama seperti diatas

tiotksen, Fase
desire,
fase
pembangkitan,
priapismus,
ejakulasi
retrogad
Fase desire, orgasme

Sama seperti diatas


Pertimbangkan
Buspiron,
turunkan
dosis bertahap

Lebih ditekankan pada


pemuaskan
Atropin, hidroksisin
Fase pembangkitan, fase Estrogen
oral
desire
merupakan pilihan pada
yang takbisa per oral
premarin
Fase
Bila ada efek samping
pembangkitan(perbaika berikan secara siklik
n lubrikasi, turunkan
rasa nyeri)
provera
Fase
desire(dapat Pertimbangkan
diturunkan libido)
alternatifdari Blocker H2
simetidin
Fase
desire, Waktu pemberian sangat
pembangkitan orgasme
penting (berhubungan
dengan waktu aktivitas
seksual0
Kodein, demerol
Fase
desire, Kenali
dan
pembangkitan orgasme
obatitd.adiksi
Alkohol,
barbiturat Fase
desire, Obati gejala kecemasan;
digitalis
pembangkitan
yakinkan
ketakutan
akan serangan jantung
waktu akt. Seksual
Imipramin, amitriptilin
Fase
desire, Pertimbangkan: Prozac,
pembangkitan
Zoloft
fase muskular terlambat
Trasodon,
inhibitor Priapisme,
fase Pertmb. Prozac, Zoloft
MAO
pembangkitan, orgasme

C. Gangguan rasa sakit

Terdapat beberapa gangguan yang menimbulkan rasa sakit, antara lain :

Dispareunia, yaitu timbulnya rasa sakit sewaktu bersenggama. Umumnya rasa sakit ini
terjadi di vulva dan 1/3 luar vagina, tetapi ada juga rasa sakit dalam namun jarang terjadi
kecuali ada penyakit ginekologi. Dispareunia bisa disebabkan oleh:

Lubrikasi vagina yang inadekuat

Iritasi pada genitalia ekstena,

Kekeringan pada genitalia eksterna

Vulva vaginitis,

Trauma lokal seperti episiotomi,

Uretritis,

Intromission (sudut penetrasi) yang kurang tepat,

Penyakit anorektal,- Anomali traktus genitalia wanita.

Vaginismus, yaitu vagina mengalami kontraksi bila ada benda yang masuk ke vagina
(misalnya penis, jari atau tampon). Biasanya terjadi karena dispareuni, fobia terhadap
penetrasi.

Berbagai penyakit ginekologi dapat menyebabkan rasa sakit seperti kista Bartholini,
abses vagina, dan sebagainya.

D. Penyebab Gangguan Seksual Pada Lansia


Beberapa penyebab gangguan kegiatan seksual pada usia lanjut antara lain adalah :
Faktor sosial
Pandangan yang lebih menekankan pada fungsi reproduktif seksualitas manusia
Norma terkait seksualitas yang berlaku di masyarakat yang menganggap bahwa hal-hal
yang menyangkut seksualitas sepantasnya adalah untuk mereka yang masih muda.
Sikap seksual yang lebih kaku dan konvensional dikalangan kelompok usia yang lebih tua
Keengganan anak anak yang sudah dewasa untuk mendukung relasi baru dengan pasangan
pengganti untuk orang tua mereka yang menjanda/menduda
Faktor psikologis
Depresi, cemas, citra diri, performance anxiety (pria)

Faktor biologis-fisik
Gangguan aktivitas seksual pada pasangan berusia lanjut kebanyakan terkait dengan masalah
gangguan kesehatan fisik yang bersifat kronis dan obat obat yang digunakan, antara lain :
Artritis, bisa mengganggu kenyamanan kontak seksual
Nyeri kronis, mengganggu semua aktivitas kehidupan, termasuk seks
Diabetes, dapat menyebabkan impotensi.
Penyakit kardiovaskuler : atherosklerosis dapat

mengganggu kelancaran aliran darah,

sehingga mempengaruhi ereksi; sedangkan serangan jantung ulangan (infark otot jantung)
karena aktivitas seksual, jarang terjadi.
Stroke, jarang menyebabkan gangguan serius pada fungsi seksual dan aktivitas seksual
juga jarang menyebabkan stroke ulangan.
Inkontinensi, karena menurunnya kendali kandung kemih, bisa mengganggu aktivitas
seksual
Hipogonadisme
Penyakit pada kelenjar pituiter
Keganasan
Penggunaan zat psikoaktif
Penyakit paru
Pasca bedah, terutama pada organ organ reproduksi atau yang berkaitan dengan tanda
tanda seks sekunder pada dasarnya tidak akan menyebabkan gangguan fungsi seksual
permanen.
Obat obat, dapat mengganggu kemampuan

ereksi atau ejakulasi (antidepresi,

antihipertensi, antihistamin, dll.


D. Impotensia pada usia lanjut
Merupakan istilah yang berarti tidak mampu(melakukan aktivitas seksual), dan dapat
dibedakan sbg impotensia coendi(ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual),
impotensia

erigendi(tidak

mampu

ereksi)

dan

impotensia

generandi(tidk

mampu

menghasilkan keturunan). Dalam banyak hal istilah tersebut memang banyak mengenai pria,

karena memang aktivitas seksual terutama menyangkut kemampuan penis untuk berpenetrasi
ke dalam vagina.(Hadi-Martono,1996). Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan secara
konsisten untuk mencapai atau mempertahankan ereksi seemikian hingga mencapai aktivitas
seksual yang memuaskan.(vinik,1998) Rangsangan untuyk timbulnya ereksi bisa bermula dari
rangsangan psikologik, olfaktorik dan rangsangan sentuh.Rangsangan tsb melalui jalur
kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan sebaliknya kemudian akan
diteruskan ke susunan saraf otonom yang akan menyebabakan vasodilatasi korpus kavenosa
penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf simpatis akan membantu terjadinya ejakulasi.
Dismping pengaruh hormonal, vasidilatasi memerlukan NO sbg transmitr saraf yang
menyababkan penglepasan GMP siklik yang mengakibatkan dilatasi korpus kavernosa penis.
Dari gambaran tsb diatas bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya saraf,
vaskuler, hormonal tetapi juga psikologi dan kimiawi yang berpengaruh pada ketiga aspek
ereksi.(Leslie,1987),Harmon and Tsitauras,1980).
DE dapat dibagi menjadi 2 bagian:

DE organik,sbg akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler.DE endokrinologik


biasanya disebabkan oleh gangguan testikuler baik primer maupun sekunder. Penyakitpenyakit yang meningkatkan hormon prolaktin dan tiroksin juga dapat menyebabkan DE.
DE neurologik dapat disebabkan oleh barbagai gangguan sepanjang jalur impuls
terjadinya ereksi. Lesi dilobus temporalis anterior sbg akibat trauma atau stroke,
gangguan jalur asupan sensorik mis, pada polineuropatidiabetik tabes dorsalis, juga
penyakit pada saraf erigentes yang bisa terjadi pada lansia pasca prostatektomi total. DE
vaskuler bisa terjadi pada penyakit leriche. Penyempitan atau obstruksi di daerah distal a.
Iliaka dapat terjadi sbg akibat proses aterosklerosis. Terjadinya fibrosis korpora
kavernosa spt pada penyakit peyronie mengakibatkan pengisian darah tak sempurna yang
menyebabkan DE.

DE sikologik, pada usia lanjut justru dapat dikatakan bahwa penyebab utama adalah
gangguan organik, walaupun faktor sikogenik ikut memegang peran. DE jenis ini yang
secara potensial reversibel biasanya diakibatkan oleh kecemasan, depresi, rasa bersalah,
masalah perkawinan.

E. Penatalaksanaan Masalah Seksual pada usia lanjut

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci,


meliputi awitan, jenis maupun itensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang
gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan
psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik
meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati,
ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status
gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereksi pada pria,
pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile
tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996)
Pad keadaan disfungsi ereksi terapi yang diberikan dapat berupa (weg, 1986; leslie, 1987;
Hadi-Martono, 1996):
Terapi psikologik
Meedika mentosa(hormonal atau injeksi intra-korporeal dengan menggunakan papaverin
atau alprostadil)
Pengobatan dengan alat vakumulangi Sex Pada Lansia masalah
Pembedahan, baik pembedahan vaskuler atau untuk pemasangan protesis penis.
Salah satu obat per-oral yang baru ini meningkat popularitasnya untuk pengobatan DE
adalah sildenafil sitrat viagra. obat ini hanya bisa diberikan apabila keadaan vaskuler penis
masih intak. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa interaksi obat ini dengan golongan nitrat
dapat menyebabkan hipotensi bahkan shock(vinik, 1998).
Cara Menanggulangi Masalah Pada Lansia
Perubahan fisik karena usia lanjut tidak dapat dielakan,namun beberapa usaha dan
penyesuaian harus di lakukan agar aktivitas seksual tetap dapat dijalani dan dinikmati secara
optimal:
Perubahan perubahan fisik (genitalia) pria dan wanita pada dasarnya compatible. Ereksi
yang tidak penuh sesuai dengan vagina yang kurang lentur. Waktu yang lebih lama untuk
bisa ereksi, sesuai dengan meningkatnya waktu yang dibutuhkan untuk lubrikasi
Aktivitas seksual tidak berarti harus selalu mencakup hubungan seksual. Kebersamaan
bias lebih dinikmati.

Minat pasangan wanita terhadap aktivitas seksual bisa meningkat, karena relatif terbebas
dari rutinitas kegiatan rumah tangga dan risiko kehamilan
Meskipun waktu yang dibutuhkan untuk bisa ereksi lebih lama, ereksi bisa dipertahankan
lebih lama dan ejakulasi lebih bisa dikendalikan
Ereksi psikogenik berkurang, sehingga sentuhan langsung diperlukan, tanpa ada
ketergesaan. Foreplay yang adekuat menjadi penting
Pilih posisi hubungan seksual yang lebih sesuai dengan kondisi fisik, juga waktu yang
lebih tepat, sesuai dengan perubahan jadwal kegiatan harian
Wanita pada umumnya lebih memperhatikan kesehatan seksualnya dan lebih terbuka
membahasnya dengan tenaga ahli. Pria lebih tertutup dan cenderung menunggu inisiatif
konsultan seks untuk memulai dialog tentang masalah seksual yang dialami
Kepuasan seksual juga dipengaruhi oleh keberadaan pasangan seksual dan kualitas
relasional yang baik
Kelompok usia lanjut yang berasal dari generasi yang lebih muda, meskipun cenderung
tetap normatif-konservatif, secara umum lebih meningkat kualitas dan kuantitas
kehidupan seksualnya dibandingkan generasi sebelumnya dan lebih terbuka terhadap
macam macam variasi metoda pemanasan dan aktivitas seksual.

Anda mungkin juga menyukai