Daftar isi
1 Definisi
2 Deskripsi
4 Diagnosis
5 Perawatan
6 Perawatan Alternatif
7 Prognosis
8 Pencegahan
9 Daftar Pustaka
10 Pranala Luar
Definisi
Stomatitis berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti inflamasi
(radang).[1] Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun pada mulut; seperti
pipi, gusi (gingivitis), lidah (glossitis),[2] bibir, dan atap atau dasar mulut. Kata stomatitis sendiri
secara bahasa berarti inflamasi pada mulut. Inflamasi dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu
sendiri (seperti oral hygiene yang buruk, susunan gigi yang buruk), cedera mulut akibat makanan
atau minuman panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (seperti obat-obatan,
reaksi alergi, atau infeksi).
Deskripsi
Stomatitis adalah inflamasi lapisan struktur jaringan lunak apa pun pada mulut. Stomatitis
biasanya merupakan kondisi yang menyakitkan, yang terkait dengan kemerahan, pembengkakan,
dan kadang-kadang perdarahan dari daerah yang terkena. Bau mulut (halitosis) juga mungkin
menyertai keadaan ini. Stomatitis terjadi pada semua kelompok umur, dari bayi hingga dewasa
tua.
Diagnosis
Diagnosis stomatitis bisa saja sulit. Riwayat pasien mungkin menyingkap defisiensi nutrisi,
penyakit sistemik, atau kontak dengan bahan yang menyebabkan reaksi alergi. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mengevaluasi lesi oral dan masalah kulit lainnya. Pemeriksaan darah dapat
dilakukan untuk menentukan jika ada infeksi. Apusan mukosa mulut dapat dikirim ke
laboratorium untuk evaluasi mikroskopik, atau kultur mulut juga dapat dilakukan untuk
menentukan jika kemungkinan agen infeksius adalah penyebab masalahnya.
Perawatan
Perawatan stomatitis berdasarkan pada masalah penyebabnya. Pembersihan lokal dan oral
hygiene yang baik adalah hal mendasar. Makanan bertepi tajam seperti kacang, tacos, keripik
kentang sebaiknya dihindari. Sikat gigi dengan buku sikat lunak sebaiknya digunakan, gigi dan
gusi sebaiknya disikat dengan hati-hati; pasien sebaiknya menghindari mengetukkan sikat gigi ke
gusi. Faktor lokal seperti peralatan gigi yang tidak pas atau gigi yang tajam, dapat dikoreksi oleh
dokter gigi. Penyebab infeksi biasanya dapat dirawat dengan obat-obatan. Masalah sistemik
seperti AIDS, leukemia, dan anemia dirawat oleh dokter spesialis yang sesuai. Cedera mulut
minor akibat minuman atau makanan panas biasanya akan membaik sendiri dalam seminggu atau
lebih.
Masalah stomatitis aftosa yang kronis dirawat pertama kali dengan mengoreksi defisiensi
vitamin B12, besi, atau folat. Jika terapi tersebut tidak berhasil, dapat diresepkan obat-obatan
yang diaplikasikan pada tiap ulkus aftosa dengan aplikator kapas. Terapi ini berhasil pada
sejumlah kecil pasien. Lebih terkini, perawatan laser karbon dioksida berdaya rendah telah
ditemukan untuk meringankan ketidaknyamanan akibat SAR. Wabah stomatitis aftosa dapat
dirawat dengan antibiotik tetrasiklin atau kortikosteroid.
Valasiklovir telah terbukti efektif untuk merawat stomatitis yang disebabkan oleh virus Herpes
(Stomatitis Herpetika).
Pasien juga dapat diberikan anestesi topikal (biasanya gel lidokain 2%) untuk meringankan nyeri
dan pasta protektif (Orabase) atau agen pelapis seperti Kaopektat untuk melindungi daerah erosi
dari iritasi lanjut gigi, gigi palsu, atau kawat gigi.
Perawatan Alternatif
Perawatan alternatif stomatitis secara garis besar melibatkan pencegahan masalah. Pasien dengan
peralatan gigi seperti gigi palsu sebaiknya mengunjungi dokter giginya secara teratur. Pasien
dengan penyakit sistemik atau masalah medis kronis perlu bertanya kepada penyedia pelayanan
kesehatannya, jenis masalah oral apa yang dapat diperoleh akibat penyakit tertentu mereka.
Pasien ini juga harus menghubungi klinik mereka saat tanda awal masalah. Sensasi umum perlu
dilatih saat mengonsumsi makanan atau minuman panas. Penggunaan tembakau sebaiknya
dihindari. Alkohol sebaiknya digunakan secara moderat. Obat kumur dan pasta gigi yang
diketahui pasien menyebabkan masalah sebaiknya dihindari.
Kedokteran herbal dapat mendampingi dalam menyelesaikan stomatitis. Salah satu herba,
kalendula (Calendula officinalis), dalam bentuk tingtur (ekstrak herbal berdasar alkohol) dan
dilarutkan untuk kumurmulut, mungkin cukup efektif dalam merawat stomatitis aftosa dan
manifestasi lain stomatitis.
Lebih terkini, sekelompok peneliti di Brazil telah melaporkan bahwa ekstrak yang dibuat dari
daun Trichilia glabra, tanaman yang ditemukan di Amerika Selatan, efektif dalam membunuh
beberapa virus yang menyebabkan stomatitis.
Prognosis
Prognosis untuk kesembuhan stomatitis tergantung pada penyebab masalah. Banyak faktor lokal
dapat dimodifikasi, dirawat, atau dihindari. Penyebab infeksius stomatitis biasanya dapat diatasi
dengan obat-obatan, atau jika masalahnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, dengan
mengganti agen penyebab tersebut.
Pencegahan
Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat dicegah dengan oral hygiene yang baik,
pemeriksaan-gigi yang teratur, dan kebiasaan-diet yang baik. Masalah stomatitis yang
disebabkan oleh penyakit sistemik dapat diminimalkan dengan oral hygiene yang baik dan secara
cermat mengikuti terapi medis yang diberikan oleh penyedia pelayanan kesehatan pasien.[3]
Seriawan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam
artikel ini boleh digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri
dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis.
Perhatian: Informasi dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis.
Wikipedia bukan pengganti dokter.
Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan
profesional.
Aphthous stomatitis
Klasifikasi dan rujukan luar
ICD-10
ICD-9
K12.0
528.2
MedlinePlus
eMedicine
MeSH
000998
ent/700 derm/486 ped/2672
D013281
Seriawan (disebut pula sariawan) atau stomatitis aftosa (stomatitis aphtosa)[1] adalah suatu
kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna
putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Munculnya Seriawan ini disertai rasa sakit
yang tinggi.
Seriawan merupakan penyakit kelainan mulut yang paling sering ditemukan. Sekitar 10% dari
populasi menderita dari penyakit ini, dan wanita lebih mudah terserang daripada pria.[2]
Ada beberapa faktor penyebab yang diduga menjadi penyebab munculnya seriawan, seperti luka
tergigit, mengonsumsi makanan atau minuman panas, alergi, kekurangan vitamin C dan zat besi,
kelainan pencernaan, kebersihan mulut tidak terjaga, faktor psikologi, dan kondisi tubuh yang
tidak fit.
Seriawan di tempat yang sama selama dua minggu hingga satu bulan dapat dijadikan indikasi
adanya kanker rongga mulut.[3]
Stomatitis Aphtous/Ulcer bukan hanya disebabkan karena kekurangan Vitamin C, namun
sebaliknya SA dikenal disebabkan oleh alergi citrus atau alergi makanan yang mengandung
asam, kondisi imun yang lemah, obat-obatan tertentu, trauma fisik (ataupun penggunaan gigi
palsu baru), dsb.
Penyakit kekurangan vitamin C sendiri adalah skorbut (scurvy) atau kegagalan proses sintesis
kolagen yang ditandai dengan gusi mudah berdarah, pendarahan kulit (purpura) dsb.
Daftar isi
2 Penyebab
3 Kekebalan
4 Referensi
Penyebab
Penyebabnya seriawan tidak sepenuhnya jelas, [4] tapi diperkirakan banyak faktor yang dapat
menyebabkannya. [6] Diperkirakan seriawan tidak disebabkan oleh penyebab tunggal, melainkan
beberapa kondisi yang memicu timbulnya seriawan. [4] Beberapa penelitian telah berusaha untuk
mengidentifikasi organisme penyebab seriawan, tetapi tampaknya seriawan bukan penyakit
menular [4] Kerusakan mukosa kemungkinan disebabkan sebagai hasil dari reaksi kekebalan
mediator Sel T (T limfosit) yang melibatkan terbentuknya interleukin dan faktor nekrosis tumoralfa (TNF-) [6] Mastosit dan makrofaga juga terlibat, mensekresi TNF- bersama dengan sel T.
Kekebalan
Setidaknya 40% orang penderita seriawan memiliki riwayat keluarga yang juga penderita
seriawan. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa orang secara genetik memiliki kecenderungan
untuk menderita sariawan.[6] HLA-B12, HLA-B51, HLA-Cw7, HLA-A2, HLA-A11, dan HLADR2 merupakan contoh jenis antigen leukosit manusia yang berhubungan dengan seriawan.[4][7]
Namun, jenis HLA tersebut tidak secara konsisten terkait dengan kondisi tersebut, serta
bervariasi tergantung pada etnis.[8] Orang yang memiliki riwayat keluarga positif terhadap
seriawan cenderung mengembangkan sistim kekebalan yang lebih baik sejak usia dini dibanding
mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga positif terhadap seriawan.[8]
Stres memiliki efek pada sistem kekebalan tubuh,[9] yang mungkin menjelaskan mengapa
beberapa kasus seriawan berkorelasi langsung dengan kondisi stres. Sering dikatakan bahwa
seriawan banyak timbul pada masa-masa ujian, serta berkurang pada saat musim liburan.[4][7]