Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.51 Tahun 2009, Apotek
adalah

sarana

pelayanan

kefarmasian

tempat

dilakukan

praktik

kefarmasian oleh apoteker. Apotek merupakan pelayanan kesehatan primer


selain puskesmas dan praktek dokter umum. Apotek menjadi tempat tujuan
masyarakat untuk mencari solusi terkait masalah kesehatan yang ingin
ditangani sendiri.
Apotek lebih mudah diakses oleh masyarakat. Ketika pasien
mengalami gangguan kesehatan atau merasa tidak sehat, umumnya pasien
melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) dengan mendatangi apotek
untuk mengobati penyakit-penyakit ringan seperti, batuk, influenza, pilek,
demam, sakit gigi, sariawan, diare, susah buang air besar (BAB)/sembelit
dan lain-lain. Pasien dapat langsung bertemu dengan farmasis tanpa harus
menunggu antrian seperti di pelayanan kesehatan lain dan melakukan
konsultasi kesehatan maupun konsultasi tentang pengobatan. Namun,
pelayanan

kesehatan

di

apotek

mempunyai

keterbatasan

seperti,

terbatasnya obat yang dapat diberikan secara langsung kepada pasien


(tanpa resep), tidak ada pemeriksaan kesehatan lengkap, hanya
pemeriksaan tekanan darah yang dapat disediakan di apotek, obat keras di
luar daftar Obat Wajib Apotek (OWA), psikotropik dan narkotik hanya
boleh diberikan dengan resep dokter, serta sangat rentan terhadap
penyalahgunaan obat dan alat kesehatan seperti, penyalahgunaan obat
yang mengandung prekursor yang biasanya terdapat dalam obat flu dan
batuk.
Saat ini pelayanan kefarmasian berubah paradigma dari drug oriented
menjadi patient oriented. Hal ini merupakan akar dari diterbitkannya
panduan Good Pharmacy Practice (GPP) oleh World Health Organitation
(WHO) sehingga seluruh apoteker di semua negara harus meningkatkan

standar mutu pelayanan kefarmasian.Di Indonesia, standar pelayanan


kefarmasian khususnya di Apotek diatur dalam Permenkes No. 35 tahun
2014. Pelayanan kefarmasian berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan dimana apoteker sebagai ahli farmasi
merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas. Apoteker di
masa lalu mengedepankan penjualan obat dan alat kesehatan sehingga
kebutuhan pasien akan informasi teracuhkan. Oleh karena itu, apoteker di
masa kini diharapkan meninggalkan karakter apoteker masa lalu dan
melakukan

praktik

kefarmasian

sesuai

standar

mutu

pelayanan

kefarmasian yang berlaku.


Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang diatur
dalam Permenkes No. 35 tahun 2014, standar pelayanan kefarmasian
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait agar masyarakat
mendapatkan manfaat yang terbaik. Pelayanan kefarmasian yang
menyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
kepada masyarakat. Untuk memperoleh manfaat terapi obat yang
maksimal dan mencegah timbulnya efek yang tidak diinginkan dari terapi
obat, maka diperlukan penjaminan mutu obat dan waktu penggunaan obat.
Hal ini menjadikan apoteker harus mampu menjalin komunikasi dengan
profesi kesehatan lain dalam rangka melaksanakan tanggung jawab dan
tugas serta melakukan pemantauan dan komunikasi dengan pasien untuk
tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat yang rasional.
Mengingat pentingnya peran Apoteker dalam menyelenggarakan
apotek, kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya
manusia calon Apoteker yang berkualitas menjadi faktor penentu. Oleh

karena itu, Program Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah


Purwokerto bekerja sama dengan Apotek Permata Medika,Purbalingga.
Kegiatan PKPA ini bertujuan agar calon Apoteker dapat memahami secara
langsung mengenai peranan Apoteker di apotek, sebagai sarana pelatihan
untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan, serta diharapkan calon
apoteker dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi
klinik bagi pasien di apotek.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Permata Medika adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di apotek.

C. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari Praktek Kerja Profesi Apoteker
adalah:

1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam


mengelola apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen teknis di apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
profesional.

Anda mungkin juga menyukai