GAGAL NAFAS
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD ADHYATMA M.Ph SEMARANG
Disusun oleh :
MUSYAFAATUN
NIM. SK.315.043
menyebabkan
rendahnya
ventilasi
perfusi
atau
shunting
gas alveolar
menunjukkan
adanya
b. Asthma
c. Chronic obstructive pulmonary disease
D.
Patofisiologi
1.
Hypoventilasi
Minute volum < Menyebabkan retensi CO2.
Penyebab :
a.
b.
c.
d.
Restriksi paru
2. Gangguan diffuse
Penyebab :
a.
Penumpukan cairan
b.
3. V/Q mismatch
V/Q rendah : perfusi > ventilasi : hypoksemia
dari
karena darah
seluruhnya ( Shunting )
Pengkajian Primer
1.
2.
Airway
a.
b.
Breathing
a.
3.
b.
c.
d.
Circulation
a.
b.
Sakit kepala
c.
G. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan fisik untuk mengetahui perubahan klinis yang terjadi :
penimbunan skret, kolaps paru, komplikasi lain.
Lakukan dengan : inspeksi dan palpasi ( ada ketinggalan gerak dada ), Perkusi
( resonan atau ada suara lain ) auskultasi ( vesikuler atau ada suara lain seperti
krekels / rales, mengi / ronki, atau friction rubs.
SUBYEKTIF
1. Riwayat penyakit / factor pencetus
2. Gejala hypoksemia / hyperkapnu
OBYEKTIF
1. Tanda dan gejala respiratory distress, hypoksemia, hypoksia, hyperkapnea
2. Analisa gas darah
3. Foto thorax
Diagnostik :
1.
2.
Pao2 50 60 mmhg
3.
4.
Foto thoraks
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
2. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
3. Inhalasi nebulizer
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik / jantung
6. Pengobatan: bronkodilator, steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
8. Keadaan Klinis
I. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan
nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lender
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan
cairan dalam interstitial / area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan
surfakta
3. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang et
dengan kondisi lemah
5. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi tubuh tidak mampu
makan peroral
J. Intervensi
Diagnosis
Bersihan
jalan
nafas tidak efektif
berhubungan
dengan sumbatan
jalan nafas dan
kurangnya
ventilasi sekunder
terhadap
retensi lendir
Diagnosis
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan akumulasi
protein dan cairan
dalam
interstitial
/
area alveolar,
hipoventilasi
alveolar,
kehilangan
surfakta
Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Tujuan:
Setelaha. Catat karakteristik bunyi nafas
dilakukan perawatanb. Catat
karakteristik
batuk,
selama 1x 15 menit produksi dan sputum
jalan nafas efektif
c. Monitor status hidrasi untuk
Kriteria hasil:
mencegah sekresi kental
a. Bunyi
nafasd. Berikan humidifikasi pada jalan
bersih
nafas
b. Secret berkurange. Pertahankan posisi tubuh /
atau hilang
kepala dan gunakan ventilator
sesuai kebutuhan
f. Observasi perubahan pola nafas
dan upaya bernafas
g. Berikan lavase cairan garam
faaal sesuai indiaksi untuk
membuang skresi yang lengket
h. Berikan O2 sesuai kebutuhan
tubuh
i. Berikan fisioterapi dada
j. Berikan bronkodilator
Perencanaan
NOC
NIC
Tujuan
:
setelah a. Kaji status pernafasan
dilakuakn perawatan b. Kaji
penyebab
adanya
selama
1x1
jam
penurunan PaO2 atau yang
pertukaran
gas
menimbulkan ketidaknyaman
adekuat
dalam pernafasan
Kriteria hasil:
c. Catat adanya sianosis
a. Perbaikan
d. Observasi
kecenderungan
oksigenasi
hipoksia dan hiperkapnia
adekuat:
akral e. Berikan
oksigen
sesuai
hangat,
kebutuhan
peningkatan
f. Berikan bantuan nafas dengan
kesadaran
ventilator mekanik
b. BGA dalam batas g. Kaji seri foto dada
normal
h. Awasi BGA / saturasi oksigen
c. Bebas
distres
(SaO2)
pernafasan
NOC
Perencanaan
NIC
Resiko
cidera
berhubungan
dengan
penggunaan
ventilasi
mekaniK
Tujuan:
setelah a. Monitor ventilator terhadap
dilakukan
tindakan
peningkatan
tajam
pada
keperawtan selama 1x
ukuran tekanan
7 jam klien bebas dari b. Observasi tanda dan gejala
cidera
selama
barotrauma
ventilasi mekanik
c. Posisikan selang ventilator
untuk mencegah penarikan
selang endotrakeal
d. Kaji panjang selang ET dan
catat panjang tiap shift
e. Berikan antasida dan beta
bloker
lambung
sesuai
indikasi
f. Berikan sedasi bila perlu
g. Monitor terhadap distensi
abdomen
Perencanaan
NOC
NIC
Resiko
tinggi Tujuan:
Setelah a. Evaluasi
warna,
jumlah,
terhadap infeksi dilakukan
tindakan
konsistensi
sputum
tiap
berhubungan
keperawatan selama
penghisapan
dengan
1x7 jam klien tidak b. Tampung specimen untuk
pemasangan
mengalami
infeksi
kultur dan sensitivitas sesuai
selang ET dengan nosokomial
indikasi
kondisi lemah
Kriteria hasil :
c. Pertahanakan teknik steril bila
a. Tidak
muncul
melakukan penghisapan
tanda-tanda
d. Ganti sirkuit ventilator tiap 72
infeksi
jam
b. Kondisi
klien e. Lakukan pembersihan oral
stabil
tiap shift
c. Suhu tubuh dalam f. Monitor tanda vital terhadap
batas normal
infeksi
g. Alirkan air hangat dalam
selang ventilator dengan cara
eksternal keluar dari jalan
nafas dan reservoir humidifier
h. Pakai sarung tangan steril tiap
melakukan tindakan / cuci
tangan prinsip steril
i. Pantau keadaan umum
j. Pantau hasil pemeriksaan
laborat untuk kultur dan
sensitivitas
k. Pantau pemberian antibiotic
Diagnosis
Perencanaan
Diagnosis
Perubahan pola
nutrisi
berhubungan
dengan kondisi
tubuh
tidak
mampu
makan
peroral
NOC
NIC
Tujuan:
Setelah a.
dilakukan
tindakan b.
keperawatan selama c.
1x7 jam klien dapat
mempertahankan
d.
pemenuhan
nutrisi
tubuh
Kriteria hasil :
a. Terdapat
e.
perbaikan nutrisi
b. Bb meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2006 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)