Anda di halaman 1dari 27

Inspiring people

By Iswanti

“Sukses adalah tatkala kita bisa mendermakan ilmu kita untuk


menolong orang lain.
Sukses adalah ketika kita bisa hidup dengan penuh kebermanfaatan
bagi negara kita sendiri.”
Inspiring People

Pak The dan Pak Ketut

Saya pernah membaca tulisannya Pak Amien Rais yang


berjudul “Patriot dan Benalu”. Di tulisannya, Pak Amien
menceritakan seorang dosen UGM yang bernama The Liang
Gie yang dijadikan contoh manusia yang memiliki perilaku
patriotik.
Pak The dikenal sebagai seorang dosen yang penuh
dengan dedikasi tinggi. Beliau menjalankan semua tugasnya
dengan penuh tanggung jawab. Pribadinya dipenuhi dengan
keteladanan walaupun dia tidak pernah berniat untuk
merubah namanya menjadi nama orang Indonesia.
Pak The berbeda sekali dengan kebanyakan orang. Hal
yang sangat banyak ditemui di sini adalah pegawai senang
berlama-lama tinggal di rumah dinas dan mengontrakan
rumah-rumah pribadi mereka. Tapi hal itu tidak terjadi pada
Pak The. Pak The meninggalkan rumah dinasnya walaupun
beliau masih berstatus dosen, dan menempati rumahnya
yang ia bangun dari hasil keringatnya sendiri.
Bagi Pak The Indonesia adalah tanah airnya, maka di sinilah
beliau membaktikan dirinya. Berbeda sekali dengan
sebagian warga Indonesia lain yang namanya sangat meng-
Indonesia tapi kelakuannya bak benalu; sudah ngontrak
gratis masih juga menyedot makanan si pemilik rumah
sampai badan sang pemilik rumah kering kerontang.
Ternyata di Malang saya juga menemukan seorang dosen
yang berjiwa patriotik. Namanya Pak I Ketut Muliarta. Beliau
ini seorang profesor perguruan tinggi negeri di Malang. Hari-
harinya diisi dengan mengajar mahasiswa dari jenjang D3
sampai S3. Beliau juga berdinas di RSU Saeful Anwar
Malang. Kesan pertama yang baik terhadap beliau adalah
pada slide yang beliau buat saat mengajar.

Page 2
Inspiring People

Tidak seperti biasanya para dosen yang sudah memiliki


banyak gelar, saya hanya menemukan nama I Ketut
Muliarta di slide-slide beliau, tanpa embel-embel Prof. DR.
dr. I Ketut Muliarta, Sp. AP. Seperti biasa dengan
penampilan yang sangat sederhana ditemani dengan mobil
tua bercat solid (lawan metalik) yang sudah pudar, beliau
datang ke kampus kami untuk memenuhi kewajibannya.
Beliau selalu berpesan pada kami, sebagai calon tenaga
kesehatan, agar bisa membantu banyak orang. “Supaya
orang lain dapat bersyukur dengan kehidupannya,” begitu
pesan beliau.
Miris juga mengetahui banyak dosen-dosen kita yang lari
mengajar ke luar negeri setelah sekian tahun mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri atas biaya
negara (uang negara dari hasil pinjaman, tentunya) atau
pun dari bantuan luar negeri atas rekomendasi negara.
Suatu hal yang bisa dimaklumi sebenarnya karena gaji yang
ditawarkan sangat menggiurkan. Contohnya di Brunai. Gaji
dosen di Brunai tahun 2003 adalah 75 juta perbulan (net)
atau sekitar 150 juta (gross), sedangkan di Indonesia hanya
2 juta perbulan (kalau tidak salah itu untuk yang sudah
golongan IV). Jadi dosen-dosen seperti Pak The dan Pak
Ketut ini sungguh luar biasa, bukan?
Waktu lebaran haji kemarin, sang khatib menyampaikan
khotbahnya menyinggung kondisi negara kita. Beliau
mengingatkan para jama'ah, terutama yang sarjana, akan
makna kesuksesan. Kita selalu memandang sukses bila
sudah memiliki rumah dan kendaraan mewah. Padahal
menurut isi khutbah Idul Adha waktu itu, sukses adalah
tatkala kita bisa mendermakan ilmu kita untuk menolong
orang lain. Sukses adalah ketika kita bisa hidup dengan
penuh kebermanfaatan bagi negara kita sendiri.
Malang, May 9, '08 11:53 AM

Page 3
Inspiring People

Teladan Sang Menkeu

Selama berada di Bogor saya sempat bersilaturahim ke


rumah Bu May, teman saya waktu saya masih mengajar di
SMK Ibnu Aqil. Saya surprised dengan perkembangan
wawasannya, terutama buku-buku bacaannya. Walaupun
major-nya dari ekonomi ternyata teman saya ini sudah mulai
menyenangi buku-buku sastra.
Saat di rumahnya, teman saya memperlihatkan novel
tetralogi karya seorang penulis sastra lulusan fakultas
ekonomi UI. Wah, lagi-lagi anak non sastra yang
menggemari sastra. Sedangkan saya adalah anak sastra
yang ga suka sastra. Buku-buku sastra yang pernah saya
baca bisa dihitung jari-jari tangan kanan atau kiri.
Menandakan betapa minimnya minat saya terhadap sastra.
Tapi tidak semua anak sastra seperti saya, loh!

Pembicaraan saya tentang novel dengan teman saya ini


mengingatkan saya dengan orang besar yang kalau tidak
salah major-nya dulu juga sastra, tapi kemudian merambah
bidang lain tanpa meninggalkan kesastraannya. Ia adalah
mantan menteri sukan (olahraga), pertanian, pendidikan dan
keuangan Malaysia. Jabatan terakhir yang ia pegang adalah
deputi PM Malaysia.

Ketika masih menjabat sebagai menteri keuangan


Malaysia, ia selalu menyempatkan diri untuk membaca
berbagai novel dan puisi karya sastrawan-sastrawan
Indonesia. Ia mengatakan membaca berbagai puisi dan
novel itu merupakan sebagian upayanya untuk tetap
bersikap manusiawi. Menurutnya, sebagai orang yang selalu
bertemu dengan berbagai jenis manusia dengan segala
macam pola pikir, ia perlu melihat dunia dengan perspektif
lain, yaitu perspektif para sastrawan dan budayawan.

Page 4
Inspiring People

Ia memang bukan ekonom, namun begitu ia dilantik sebagai


menteri keuangan Malaysia saat itu ia belajar cepat dengan
membaca buku-buku ekonomi. Ia bahkan berguru pada
seorang guru besar ekonomi AS. Namun, ia berpendapat
kelemahan umum para ekonom adalah terlalu terjebak pada
teori dan cenderung lupa pada realitas kehidupan
masyarakat.

Sebagai orang penting di negaranya tentu saja ia pun


pernah mengalami menerima segala bingkisan yang di
negara kita diistilahkan dengan istilah parcel.
Pernah seorang industrialis negara di kawasan Eropa dan
Asia memberinya bingkisan berupa jam tangan dan
permata. Lalu ia mengundang si industrialis itu untuk minum
teh di tempatnya. Dengan sangat bijak ia meminta maaf dan
mengembalikan barang-barang yang berharga 80 ribu dan
100 ribu dolar AS itu kepada sang industrialis.

Menurut beberapa orang besar Indonesia yang pernah


bertemu dengannya, saat ia sebagai pejabat dulu, ia selalu
dapat tidur nyenyak bilamana saingan politiknya
menyerangnya. Namun, biasanya ia terserang insomnia
manakala masyarakat lapisan bawah menyerang dirinya.

Kembali ke paragraf pertama, kalau anak non sastra saja


bisa menyenangi sastra, maka sangat wajar, kan, bila ada
anak sastra yang minat dan kungfu (ahli) di bidang non
sastra, seperti sang mantan menkeu di atas? Saya yakin
pak menteri bukan hanya satu contoh. InsyaAllah masih ada
anak sastra yang bisa kungfu di bidang lain, tapi tidak
meninggalkan kesastraannya, tentunya.
Malang, Dec 20, '07 8:12 PM

Page 5
Inspiring People

Membaca Buku

Sewaktu aku menunggu Sonya, teman sekampus,


mengkhatamkan membaca majalah favoritnya di
perpustakaan umum Malang, mataku berkeliaran melihat
sekelilingku. Sewaktu melihat rak-rak yang penuh dengan
buku, diriku jadi teringat dengan Thomas Alfa Edison.

Sedikit cerita tentang Om Tom. Thomas Alfa Edison adalah


anak bungsu dari 7 bersaudara. Suatu hari dia berlari
pulang dari sekolah dengan riang karena dia membawa
surat dari gurunya untuk orangtuanya. Ibunya menyambut
gembira surat itu lalu membukanya.
"Anak ini terlalu bodoh untuk dididik. Kami
mengembalikannya pada Anda. Mulai besok dia tidak perlu
datang lagi ke sekolah."
"Mama mengapa menangis?" tanya anak kecil itu heran
melihat mamanya.
Dengan bercucuran air mata sang ibu memeluknya dan
berkata, "Thomas, I educate you myself."
Dialah orang yang namanya berada di deretan para ilmuan
paling terkemuka di dunia. Penemu tidak kurang dari 3000
penemuan dan pemegang rekor dunia untuk sejumlah hak
paten yang didaftarkan atas nama satu orang. Ia
mendaftarkan 1.093 hak paten orisinal. Orang semacam ini
ternyata awalnya adalah seorang anak yang di-DO ketika
usia 7 tahun dan baru 3 bulan sekolah di sekolah formal.
Pada usia 12 tahun Tom jadi penjual koran, permen, kue di
kereta. Dia pernah ditampar karena tidak boleh jualan di
kereta yang mengakibatkan telinganya (pendengarannya)
rusak tidak dapat mendengar.

Page 6
Inspiring People

Tom muda yang menjual koran dengan menumpang kereta


api menuju Detroit, setiap dagangannya habis, sering pergi
ke perpustakaan kota Detroit. Dia bertekad membaca
semua buku yang ada di perpustakaan itu. Sampai larut
malam dia di sana. Kalau punya uang, dia hanya pakai
uangnya untuk membeli buku. Hingga suatu hari seorang
polisi mencurigainya sebagai seorang pencuri, karena
malam-malam dia keluar dari perpustakaan dengan
setumpuk buku. Polisi memperingatkannya supaya berhenti,
tapi karena Oom Tom ini agak budi (budek dikit), jadi dia
tidak mendengar teriakan polisi. Polisi menembaknya.
Untunglah pelurunya meleset.

Hanya dengan membaca saja, Oom Tom yang hanya


belajar 3 bulan saja di sekolah bisa menjadi orang hebat
menemukan electric light yang konon ia temukan setelah
melakukan experiment sebanyak lebih dari 2000 kali!
Tuhan telah menciptakan kita lengkap dengan segala
keterbatasan. Seperti lambung kita terbatas tidak bisa
menampung banyak makanan, mata kita terbatas tidak bisa
melihat hal-hal yang gaib, dsb. Tapi yang tidak terbatas
adalah imajinasi. Ternyata ketidakterbatasan imajinasi ini
bisa dilatih dengan banyak membaca.

Christopher Paolini pengarang Eragon yang tebalnya 509


halaman dalam bahasa aslinya ternyata bisa menulis hanya
karena dia banyak membaca. Dia telah membaca 3000
buku (dan juga telah menonton 4000 film). Maka diusianya
yang masih 15 tahun imajinasinya dituangkannya dalam
buku yang hak belinya dijual ke 33 negara. Demikian pula
dengan J.K Rowling yang rumahnya dipenuhi dengan buku.
Ternyata bayangan penyihir muda berkaca mata itu muncul
dengan begitu saja di kaca kereta api saat dia sedang
travelling.

Masih menunggu Sonya yang begitu konsentrasi membaca,

Page 7
Inspiring People

kupandangi rak yang penuh dengan novel. Ada novel Kahlil


Gibran, penulis sangat produktif asal Lebanon yang buta.
Ada juga novel Winnetou karya Karl May yang ternyata
memilki penggemar berat di Indonesia yang kemudian
membentuk milis pencinta buku Karl May.
Wah, kapan aku bisa dengan mudahnya melahap buku-
buku itu, ya? Jangankan jadi orang yang keranjingan baca
buku, jadi pembaca yang sedang-sedang saja rasanya
masih susah! Musti plototin buku terus kali, ya? Bukankah
istilah withing tresno jalaran soko kulino juga berlaku dalam
hal mencintai buku?
Malang, Jan 18, '08 1:46 AM

Page 8
Inspiring People

Ibu Har, dari Bengkel Las ke Tera

Ketika ia diminta untuk datang melatih Senam Tera


Indonesia (STI), matanya berbinar-binar seraya berkata,
“Kami sangat berterima kasih, karena ada anak muda yang
ingin belajar Tera.” Dan ketika ditanya tentang biaya
pelathan ia menjawab, “Oh, kalau itu jangan dipikirkan. Saya
ini memegang amanat untuk mengembangkan senam Tera.”
Ibu Hartono atau sering dipanggil Ibu Har adalah seorang
wirausahawati dan koordinator pelatih STI cabang Malang.
Ia dikenal sebagai pelatih STI, yaitu senam yang merupakan
kombinasi Taiji (ballet-like wushu style) dan seni olah nafas
Qigong. Ia memulai “karir”nya sebagai pengajar STI
sekaligus pengajar Taiji pada usia yang sudah tidak muda
lagi. Lewat tangannnya telah berdiri 20 sasana Tera yang
keseluruhan berjumlah seratus sekian di Malang raya.
Ketika ditanya dari mana ia membiayai hidupnya, karena
kegiatan sosialnya mengajar STI sudah tentu tidak bisa
menghidupinya. Ia menjawab seraya tersenyum, “Saya
punya bisnis.”
Dunia bisnis adalah dunia yang baru digeluti sosok mandiri
ini setelah ia menikah. “Saya memulai bisnis dari nol besar, “
ujarnya. Bersama suaminya saat itu ia memulai bisnis
kerupuk. Semua proses bisnis ini ia kerjakan tanpa bantuan
seorang asisten, mulai dari membuat kerupuk, menggoreng
dan memasarkannya. Dalam memasarkan produknya ini ia
mengandalkan warung-warung yang ada di pasar.
Seiring berjalannya waktu, naluri bisnisnya pun mulai
terasah. Ia mulai melirik onggokan becak milik mertuanya.
Lalu mengaktifkan kembali bisnis sewa becak mertuanya ini.
Dari hasil bisnis ini wanita yang suka bersepatu olahraga ini
akhirnya memiliki 15 becak sendiri. Bisnisnya bertambah ke
bisnis catering yaitu mengantarkan masakan olahannya ke

Page 9
Inspiring People

rumah-rumah kos. Bersamaan dengan berjalannya bisnis-


bisnis di atas, akhirnya dari hasil tabungannya ia berhasil
membuka bengkel las yang saat ini dikelola oleh kedua
anak laki-lakinya yang telah menyelesaikan pendidikan
sarjana ekonomi.
Melihat banyaknya order dari para pelanggan yang semakin
hari semakin bertambah karena hasil kerja yang prima,
akhirnya ibu yang punya banyak hobi ini
mengkonsentrasikan bisnisnya di bengkel lasnya. Order pun
berdatangan tidak hanya dari Malang tapi sampai
menyebrang ke Bali. Anak laki-lakinya ternyata mewarisi
kegemarannya berolahraga. Dari pergaulannya dengan
insan olahraga ini, ia dan anaknya dapat membuka pasar
baru.
Di tengah kesibukannya membantu anak-anaknya
menjalankan bisnis warisannya, Ibu Har tetap
memprioritaskan waktunya untuk mengajar STI. Rumahnya
yang jauh dari sasana-sasana di mana ia mengajar STI
tidak membuatnya beralasan untuk datang terlambat.
Kegiatannya setiap hari dimulai pada pukul 3.30 dini hari.
“Saya bangun sebelum terdengar azan. Lalu masak untuk
sarapan dan pesanan, lalu sebelum ke sasana saya
mengantarkan dulu masakan pesanan pelanggan.”
Dengan mengendarai Honda Supra Fit, biasanya pada jam
5 nenek yang masih tetap gesit ini sudah siap di tempat.
Dengan sabar mengajar dan memperhatikan gerakan
senam murid-muridnya dan mengoreksinya jika salah. Ia
rela merubah jadwal kegiatan bisnisnya demi memenuhi
request para murid barunya (para anak muda yang malas
berolahraga) untuk mengajar agak siang (jam 6.30am).
Selain seorang wirausahawati ternyata ia adalah a great
teacher karena selalu memberi semangat dan selalu
berusaha memberikan inspirasi bagi murid-muridnya.

Page 10
Inspiring People

Itulah Bu Har, salah satu sosok “anggota komunitas tangan


di atas” yang mampu mandiri dan berdedikasi.
Malang, Jul 2, '07 2:38 PM

Page 11
Inspiring People

Nur, Janggeum-nya Indonesia

Masih terekam di benakku saat pertama kali berkenalan


dengan Nur saat kami kelas 2 SMA. Nur adalah adik sepupu
mahasiswa yang kos di rumahku. Orangnya lugu, imut,
manis, tinggi, gembil dan agak gemuk. Pertemuan yang
terjadi tidak sampai sejam itu ternyata mempertemukan
kami sebagai dua orang sahabat. Lalu komunikasi berlanjut
lewat surat. Nur yang tinggal di Kandangan Sidoarjo rajin
sekali mengirimiku surat. Korespondensi tetap
berlangsung hingga kami masuk bangku kuliah. Nur kuliah
di Akper jalan Ijen Malang, sedangkan aku di Depok Jabar.
Tapi kemudian komunikasi terputus setelah Nur memasuki
gerbang rumah tangga.
Saat awal datang ke Malang satu setengah tahun yang lalu,
aku berhasil mendapatkan nomor HP-nya. Ternyata Nur
sekarang tinggal di Mojokerto bersama suaminya. Dia
kaget begitu kuberitahu kalau aku sedang melanglang
buana di bumi Malang. Akhirnya beberapa bulan yang lalu
Nur menyempatkan waktu khusus bertemu denganku di
Malang.
Aku kaget melihat keadaaannya sekarang. Setelah belasan
tahun tidak bertemu, ternyata Nur telah tumbuh menjadi
seorang wanita yang matang dan mandiri. Duh, jadi malu
deh kalo ngebandingin diriku dengan Nur, jauh banget
bedanya. Aku ya masih seperti yang dulu: tukang jalan-jalan
dll! Hehehe.
Liburan Idul Adha dan tahun baru kumanfaatkan untuk
bersilaturahim ke rumahnya. Nur menjemputku di terminal
bis Kertanegara Mojokerto. Aku ga langsung dibawa ke
rumahnya tapi dibawa keliling dulu; ke rumah teman-
temannya, ke lab, dsb. Ternyata ibu yang satu ini sibuk
sekali. Setelah sampai rumah dia belum juga istirahat,

Page 12
Inspiring People

karena harus mengurusi anak dan suaminya. Eh, ternyata


malam itu dia ada tugas jaga. Nur mengajakku ikut tugas
malam. Aku jadi ga enak. Kukira dia liburan juga. Aku lupa,
mana ada perawat yang liburnya sesuai dengan
penanggalan kalender.
Aku baru tahu, ternyata Nur adalah perawat handal ruang
ICU RS di mana dia kerja. ICU memerlukan perawat yang
mampu bekerja mandiri, memiliki keahlian yang handal
dalam menjalankan peralatan canggih dan tindakan medis,
berdedikasi (karena harus membersihkan kotoran seperti
feses-nya orang sakit) dan tentu saja bermental baja karena
tanggung jawabnya besar sekali dan juga harus memiliki
ketenangan jiwa saat kondisi pasien sangat kritis. Dengan
mata kepalaku aku melihat bagaimana dia sangat terampil
memasukkan jarum infus, suntik bahkan memasukkan
catheter. Untuk yang terakhir ini aku ga berani melihat.
Ngeri!
Aku melihat Nur sangat dekat dengan pasiennya dan sabar.
Jarang sekali ada perawat seperti Nur. Jadi ingat perawat di
ruang ICU di mana mamaku dirawat yang galaknya minta
ampun. Mamaku sampai menangis melihat seorang pasien
stroke yang berteriak kesakitan tapi malah diteriaki oleh
perawat galak itu.
Dinas dari jam 9 pm hingga 7 am ternyata belum bisa
menaklukkannya untuk bisa diam sejenak. Setelah pulang
dari RS, aku diajaknya ke Wonosari untuk mengunjungi
temannya. Wah, aku baru tahu ternyata ibu ini banyak sekali
temannya. Aku lalu memintanya untuk tidur siang sebentar
di rumah temannya ini, berhubung aku tidak tega melihat dia
dengan mata lelah harus terus mengendarai sepeda ( di sini
sepeda=motor).
Setelah itu, langsung pulang, kah? Ternyata ada home
care!

Page 13
Inspiring People

Kira-kira 5 km dari rumah Nur yang terletak di pinggir


Mojokerto ada sebuah desa. Di desa itu hampir semua
penduduknya berobat ke Nur. Awal dia bisa sampai ke desa
itu adalah saat ada orang yang sakit dari desa itu minta
diobati oleh Nur. Ternyata si sakit cocok dan sembuh. Lalu
terjadilah promosi dari mulut ke mulut. Banyak pasien yang
datang ke rumah Nur tapi berhubung rumah Nur kecil maka
diputuskan Nur lah yang merawat para pasien yang tidak
mampu pergi ke RS itu untuk dirawat di rumah pasien
sendiri. Kegiatan ini berlangsung setiap hari.
Hampir semua penduduk desa itu kenal dengan sahabatku
ini. Ketika motor melaju di desa itu pasti saja ada yang
memanggilnya, atau Nur dulu yang menyapa lewat suara
klakson motornya. Mereka seperti keluarganya. Kalau
mampir memeriksa pasien yang sedang sakit, entah itu
pasien yang sedang diinfus ataupun pasien luka kena duri
waktu di sawah, pasti rumah itu dikerubungi tetangga si
pasien yang datang untuk cek kesehatan. “Kadang tangan
ini pegel harus mompa tensimeter terus hahhahha,” ujarnya.
Melihat dedikasi perawat yang satu ini, aku jadi ingat serial
Janggeum, seorang dokter wanita pertama di Korea yang
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk orang lain. Hanya
beda pengobatannya saja. Janggeum memakai TCM
(Traditional Chinese Medicine) sedangkan Janggeum yang
satu ini memakai cara western medicine.
Pernah aku dan orangtua murid membicarakan Janggeum.
Kata si ibu, “Jaman sekarang masih ada gak ya yang kayak
Janggeum?” Aku terdiam mengingat Nur sahabatku. Aku
kira Nur seperti Janggeum. Dan aku yakin masih banyak
Janggeum-Janggeum lainnya yang bekerja dengan hati di
bumi pertiwi ini.
Malang, Jan 3, '07 10:48 AM

Page 14
Inspiring People

Bersama Kesulitan ada Kemudahan

Ditemui di rumahnya di Gondanglegi kabupaten Malang, Ibu


Anis yang tidak lain adalah ibu dari temanku saat itu
mengenakan penutup rambut yang biasa dikenakan ibu-ibu
pada umumnya. Diiringi senyumnya yang selalu merekah, ia
bercerita mengenai perjalanan hidupnya.
Cerita diawali dengan rasa bersyukurnya kepada Allah SWT,
karena ia merasa selama ini doanya selalu dikabulkan oleh-
Nya. Lalu flashback menceritakan kehidupannya dan
keluarga ketika suami beliau sakit gagal ginjal.
Saat itu gaji bulanan sang suami ludes setiap bulannya
untuk membayar hutang yang dipakai untuk biaya berobat.
Tak terasa kehidupan sulit ia jalani selama 8 tahun.
“Saya tuh, Teh, kalo udah saatnya suami saya berobat saya
suka nangis di kamar mandi sambil mandi. Supaya ga
ketauan, saya buka kran lebar-lebar. Jadi suami saya ga tau
kalo di kamar mandi sebenarnya saya nangis.”
Lalu ia melanjutkan, “Allah memang Maha Penyayang, ya?
Ketika saya lagi susah pasti saja saya dibantu. Tiba-tiba
saja suka ada aja yang datang bayar hutang ke saya. Dulu
memang saya suka meminjamkan uang ke teman, tapi saya
sudah lupa dengan uang saya itu.”
Ketika suami tercintanya menghadap Allah, ia ikhlas karena
tidak tahan dengan penderitaan suaminya saat sakit. Kini
karena ketabahannya akhirnya ia menemukan kembali
kedamaian hidup bersama suami yang sudah dua tahun
lebih menikahinya dan tentu saja sangat sayang kepada
kedua anaknya.
“Allah memang Maha Penyayang. Kalo seandainya
Bapaknya Yulis masih hidup, bisa jadi Yulis tidak pernah

Page 15
Inspiring People

bisa kuliah, Teh.”


Saat Ibunya Yulis yang ternyata berusia satu tahun lebih tua
dariku bercerita, aku langsung melihat diriku sendiri.
Di tempat pengembaraanku sekarang, terus terang aku
sedang berusaha untuk survive. Perasaan bersalah karena
akhirnya aku membebani lagi kedua orangtuaku karena
harus membiayai kuliahku. Juga cobaan yang datang dari
dosen yang kurang bijaksana terhadapku. Perjalananku di
sini masih harus menempuh setengah perjalanan yang
terasa begitu lama. Itu semua benar-benar membuatku tidak
tahan untuk segera pulang dan mengakhiri “penderitaanku”.
Tapi melihat ibu temanku ini, apakah ketika menjalani masa
sulitnya ia tahu kapan semuanya akan berakhir? Ternyata
ujian itu berlangsung selama 8 tahun! Waktu yang sangat
lama dalam menjalani sebuah cobaan. Dijalaninya dengan
tabah, seraya selalu berharap dan berdoa diberikan jalan
yang terbaik baginya, suaminya dan anak-anaknya. Dan
ternyata kesulitan itu berganti kebahagiaan. Inna ma’al ‘usri
yusroo. Bersama kesulitan ada kemudahan.
“Experience is a hard teacher. The test is given first and the
lessons afterwards.”
Malang, Dec 19, '06 2:15 PM

Page 16
Inspiring People

Pembaharu Ratusan KM dari Senayan

Mungkin sebagian besar orang akan melaksanakan segala


idealisme, misalnya idealisme membangun negara,
idealisme membela kebenaran dan sebagainya, bila sistem
yang berlaku di negara tersebut sesuai dengan paham yang
diyakini. Yang pertama dilakukan tentunya adalah
memperjuangkan tegaknya sistem yang diyakini tersebut
walaupun entah kapan akan terwujud. Bisa jadi bila sistem
itu tidak kunjung terwujud, maka warga negara tersebut
akan cenderung memilih tidak ikut serta dalam segala
aktifitas pembangunan.

Sikap ini bertolak belakang dengan sikap warga Desa


Mulyodadi dan Mangunan kabupaten Bantul DI Yogyakarta
serta Drg. I Gede Winasa, seorang bupati kabupaten
Jembrana Bali.

Di antara warga desa Mulyodadi dan desa Mangunan


Bantul, tidak didapati seorang politikus atau aktifis ataupun
anggota legislatif, namun apa yang telah terjadi di kedua
desa ini sangatlah mengesankan.

Penduduk desa Mulyodadi membentuk Forum Kajian


Demokrasi Warga. Forum ini terbentuk sebagai reaksi dari
penyelenggaraan pemilihan kepala desa yang selalu berbau
politik uang. Bayangkan saja, untuk menjadi seorang
kepala desa (kades), seorang kandidat kades bisa
mengeluarkan uang mencapai 1,5 milyar! Uang sejumlah itu
dipakai untuk keperluan kampanye juga memberi uang
kepada penduduk desa agar mau memilihnya.

Seperti para pejabat papan atas kita, bisa dibayangkan,


kades yang terpilih karena telah mengeluarkan banyak uang
ini akan memanfaatkan

Page 17
Inspiring People

jabatannya untuk mencari keuntungan guna membayar


segala hutangnya selama masa kampanye dan juga akan
berusaha meraup untung yang besar. Keadaan tersebut
membuat prihatin warga yang merindukan pembaharuan di
desanya. Maka forum di atas terbentuk sebagai sarana
penginsyafan warga akan pentingnya pembaharuan desa.
Atas segala kegigihan para pembaharu akar rumput ini,
maka desa ini berhasil menyelenggarakan pemilihan lurah
yang bersih tanpa adanya politik uang. Warga desa telah
berhasil memilih pemimpin yang tidak terbebani untuk
melunasi hutang, sehingga lurah yang baru bisa berlaku
amanah dalam menjalankan tugasnya dengan adanya
pengawasan dari forum bentukan rakyat. Semangat
pembaharuan membangun desa juga terasa di desa
Mangunan. Desa ini berkembang pesat karena berhasil
memilih kades yang reformis. Di desa ini jalan-jalan desa
beraspal mulus tidak berlubang, listriknya tidak byar pet,
juga air bersih yang selalu tersedia.

Infrastuktur yang baik di desa ini bukanlah bantuan dari


pemerintah pusat, tapi karena penduduk desa dengan cara
bergotong royong dan suka rela memberikan sumbangan,
baik berupa uang ataupun tenaga untuk pembangunan jalan
desa. Hal tersebut sebagai perwujudan rasa memiliki setiap
warga terhadap desanya.

Ketika infrastuktur bagus, ternyata desa ini mampu


berkembang. Distribusi hasil pertanian maupun kerajinan
bisa mudah dipasarkan. Di desa ini tidak terdapat
pengangguran, karena pemerintah desa mampu
membuka lapangan pekerjaan seperti menggalakkan
argowisata ataupun pogram padat karya lainnya.

Di kedua desa ini, segala sesuatu yang menyangkut

Page 18
Inspiring People

pembangunan desa selalu dibicarakan bersama warga,


dikelola secara transparan, dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.

Pembaharuan di desa-desa ini ternyata awalnya dipelopori


oleh beberapa gelintir pemuda yang memiliki pandangan
jauh ke depan juga tekad yang besar dan usaha untuk
mengadakan pembaharuan di desanya.
***
Sementara di daerah lain di Indonesia banyak warga yang
tidak mendapatkan kesempatan menuntut ilmu di sekolah
akibat mahalnya biaya pendidikan, lain halnya dengan
warga di kabupaten Jembrana Bali. Warga yang tinggal di
kabupaten yang bukan merupakan "daerah basah"
ini sangat beruntung karena mendapatkan layanan
pendidikan gratis.
Ternyata layanan gratis tapi bermutu ini tidak hanya mereka
dapatkan dalam masalah pendidikan saja, tapi juga dalam
masalah kesehatan. Pelayanan gratis ini ada berkat
kesungguhan I Gede Winasa yang telah berhasil melakukan
reformasi di daerah yang dipimpinnya.

Bapak bupati yang juga dokter gigi ini telah memperlihatkan


kesungguhannya dalam menjalankan tugasnya dengan
memberi keteladan,kerja keras serta tanggung jawab. Ia
menolak diberi mobil dinas mewah. Mobil dinas yang ia
minta hanyalah Toyota Hardtop buatan tahun 1978.

Total APBD Jembrana pada tahun 2003 yang berjumlah 232


milyar, sebanyak 34,27 persennya dialokasikan untuk
pendidikan. Dalam pembangunan manusia ini, ia tidak
hanya menetapkan program sekolah gratis, tapi juga
pembangunan gedung sekolah dan peningkatan
kesejahteraan guru.

Page 19
Inspiring People

Hasil dari jihad pendidikannya ini, kabupaten yang


dipimpinnya mampu menurunkan angka putus sekolah
menjadi 0,03 persen, dengan tingkat kelulusan sebanyak
98,84 persen.
***
Para reformis di kedua desa di atas dan Bupati Jembrana
telah memberikan pelajaran yang baik bagi kita. Pertama,
pentingnya kepemimpinan yang tangguh, yaitu pemimpin
yang mampu menggerakkan kekuatan rakyatnya untuk bisa
memulai dan melaksanakan perubahan yang dimulai dari
dirinya sendiri tanpa harus menunggu perbaikan sistem
dalam skala nasional.
Seperti yang dikatakan Roeslan Abdulgani, mantan
menteri luar negeri RI yang juga pelaku sejarah, bahwa jika
sistemnya baik tapi manusianya tidak baik, maka manusia
itu justru akan mengubah sistem yang baik menjadi buruk
dalam pelaksanaannya. Sedangkan jika sistem yang ada
tidak baik tetapi faktor manusianya baik, maka si manusia
itu yang malah akan memperbaiki sistem.

Pelajaran kedua, pentingnya kita melakukan usaha kearah


perbaikan. Seperti yang dikatakan cendekiawan dan
negarawan besar Indonesia, Mohammad Natsir, agar kita
menghindarkan diri dari kesalahan besar, yaitu kesalahan
tidak berbuat apa-apa dengan memulai dengan apa yang
ada karena yang ada itu sudah lebih dari cukup untuk
memulai suatu pekerjaan. Tentunya hal ini perlu adanya
dorongan dan partisipasi dari masyarakat seperti yang
dilakukan masyarakat di kedua desa di atas.

Kita dan para pemimpin kita memang harus banyak belajar


dari para pembaharu yang berada sejauh ratusan kilometer
dari Senayan di atas. May 25, '05 7:46 AM

Page 20
Inspiring People

Cerita Para Pasien

Benar apa yang dikatakan Rasul kita, agar kita menghormati


tetangga, karena tetanggalah orang terdekat yang bisa
membantu kita di saat kita membutuhkan pertolongan. Itu
pula yang saya rasakan dari manfaat kenal dengan
tetangga. Tetangga di sini bukan hanya orang yang dekat
rumahnya dengan kita, tapi juga orang yang berada satu
lingkungan atau satu kota dengan kita.

Karena rajin ikut kegiatan olahraga senam Tera dan Taiji di


kota Malang, saya lumayan bisa kenal banyak orang. Nah,
pas saya ada keperluan mendesak mencari pasien, yang
saya minta bantuan adalah para tetangga saya (baca:
teman senam Tera) di Malang. Tidak mungkin, kan, saya
minta teman-teman dan keluarga saya menolong saya di
sini?

Akhirnya saya bisa kenal dekat dengan Ibu Karno dan Ibu
Maryam. Malah Ibu Karno meminta saya menyebut beliau
Eyang. Asiknya punya Eyang di Malang. Saya selalu diminta
kemping (menginap) di rumah beliau. Kalau saya menginap,
Eyang pasti menyiapkan makanan enak buat saya. Begitu
juga dengan Ibu Maryam. Sudah dua kali beliau
membawakan makanan buat saya dan teman-teman,
karena beliau ini pintar membuat kue.

Ada cerita yang menginspirasi dari Ibu Karno dan Ibu


Maryam.

Bu Karno (74 tahun) ternyata sejak usia 30 tahun sudah


hidup menjanda, karena suaminya yang tentara meninggal
dunia dengan meninggalkan 5 orang anak dan sebuah
rumah. Setelah itu kehidupan berlanjut dengan
mengandalkan uang pensiun meninggal suaminya untuk

Page 21
Inspiring People

untuk menghidupi kelima anaknya. Karena Eyang ingin


anak-anaknya sekolah tinggi, maka tak lama ditinggal
suami, Eyang yang pintar masak ini membuka warung nasi.
Dari warung nasi itulah akhirnya kehidupan bisa berjalan
sesuai yang diharapkan.

Sejak ditinggal meninggal suaminya sampai sekarang,


Eyang tidak pernah menikah lagi. Eyang habiskan sisa
hidupnya untuk menjadi single parent atas 5 orang anak dan
2 orang adik perempuannya yang yatim piatu di usianya
yang sebenarnya masih muda. Sambil tertawa Eyang
menyebut dirinya sebagai ketua anak-anak yatim dan yatim
piatu.

Bu Maryam tidak kalah tangguhnya. Beliau juga mendapat


titipan 5 orang anak yang harus diberi makan dan
disekolahkan. Akhirnya beliau terbang ke Arab saudi
menjadi TKW selama 14 tahun. Begitu banyak cobaan yang
datang selama berada di negara yang menjadi tanah para
nabi itu. Beliau juga hampir mengalami peristiwa seperti
cerita-cerita TKW yang sering kita baca di koran, tapi
Alhamdulillah Allah selalu melindunginya hingga akhirnya
beliau pulang ke tanah air setelah semua anaknya
menamatkan kuliah mereka.

Selain dua wonder women di atas, masih ada lagi cerita


tentang pasien-pasien saya yang lain.
Ada pasien wanita yang sudah berumur 55 tahun tapi belum
menikah. Malah sudah menopause sejak usia 40-an. Duh,
saya sedih melihatnya. Mudah-mudahan Allah selalu
memberikan kebahagian buat beliau. Aamiin.

Ada juga pasien yang pernah mengalami pendarahan hebat


setelah melahirkan karena hampir 12 jam plasenta tidak
keluar. Jadilah beliau mengalami sindrom yang dikenal

Page 22
Inspiring People

dalam dunia kedokteran China dengan nama sindrom


defisiensi darah jantung. Orangnya sangat lemah, pucat,
tidak pernah keluar keringat, mengalami menopause cepat,
sering mengalami arrythmia (irregular heart beat).
Alhamdulillah, para pasien mengaku mendapatkan
perbaikan kondisi setelah beberapa kali diterapi akupunktur.
Hanya, ada satu pasien seorang bapak yang menderita
migrain. Setelah kira-kira 3 kali ditusuk menurut
pengakuannya selama beberapa hari beliau sudah tidak
konsumsi obat analgetik lagi (biasanya beliau bisa minum
obat anti nyeri 2000 mg sehari dan itu bisa meningkat saat
tubuh mengalami toleransi). Tapi setelah giliran saya yang
menusuk, beliau malah bilang, "Kok sakit lagi, ya?" GAWAT!
Ya udah saya langsung nyengir, deeeh, hihihi.
Malang, Apr 25, '08 8:37 PM

Page 23
Inspiring People

Teladan dari Papua

Ada dua nama yang saya ingat kalau ingat Papua, yaitu Pipi
(Ibu Kartini kita karena kalau dia kerja pasti insinyur yang
perempuan hanya dirinya seorang di kantornya) dan satu
lagi adalah Tina. Temanku yang terakhir ini adalah asli orang
Sorong, kota yang ada di kepala burung pulau Papua.
Memang sangat menghina kalau ada orang yang bilang
kalau kita ke Papua pasti kita bakal yang paling kece di
sana. Buktinya Tina ini hitam manis, loh, padahal dia asli
dari Papua.
Saya kenal dengan Tina karena Tina adalah temannya
temanku. Mereka sama-sama tinggal di rumah Bu Anya,
dosen mereka berwajah bule Jerman, juga satu jurusan
sewaktu kuliah di IPB.
Yang saya kagum dari Tina, ternyata dia bisa sampai ke
pulau Jawa dan kuliah di IPB karena kemauannya yang
keras.
Dulu Tina pernah bercerita, banyak orang Papua yang ingin
sekolah di Jawa, termasuk dirinya. Tapi kehidupan ekonomi
rakyat Papua pas-pasan, jadi Tina yang sadar betul dengan
kondisinya ini berusaha menggapai mimpinya dengan
berternak babi.
Tiap hari dia mendatangi restoran-restoran meminta sisa
makanan untuk dijadikan makanan ternaknya itu. Lalu
setelah ternaknya besar dia jual, dan uangnya dipakai untuk
ongkos naik kapal. Di kapal yang memakan waktu berhari-
hari itu dia sendirian. Pertama kali ke Jawa dengan modal
nekat, sendirian, perempuan pula. Padahal dia anak
bungsu.

Page 24
Inspiring People

Saya sudah lama tidak bertemu Tina. Terakhir berita yang


saya dapat tentang dia, ternyata dia sudah menikah dengan
orang Jawa dan tinggal di Merauke.
Jadi ingat dulu, saya pernah becanda padanya waktu
pertama kali saya tahu dia dari Sorong. "Wah Tina suka
sorong kanan apa sorong kiri, nih? Hehe."
Mudah-mudahan dirimu sukses di tanahmu,Tin. Saya suka
tidak tega melihat saudara-saudara kita di Papua. Anak-
anak masih pada bertelanjang kaki kalau sekolah. Terlihat
mereka takjub kalau melihat orang-orang perlente dari
Jakarta datang ke sana.
Tidak heran mereka seperti itu karena ternyata pendapatan
rata-rata orang Papua adalah hanya 2 juta setahun setelah
Freeport 37 tahun beroperasi di sana. Sedangkan James
Moffett, bos besar Freeport Indonesia, adalah satu dari
sepuluh pria bergaji tertinggi di dunia. Menurut Forbes,
penghasilan Moffett mencapai Rp 432 milyar pada tahun
2006.
Ternyata Papua yang populasinya masih jarang ini, Index
Pembangunan Manusianya berada pada urutan 29 dari 33
propinsi. Padahal Papua memiliki hutan terluas di Indonesia,
kekayaan laut, flora fauna, dan hasil tambang yang besar.
Namun itu semua sudah dipenuhi perijinan. Salah satu
contohnya adalah PT Freeport dari Amerika Serikat. PT itu
menguasai deposit emas terbesar dan tembaga ketiga
terbesar didunia . Namun Tina dan kawan-kawannya hanya
menikmati jutaan ton limbah beracun (tailing) saja.
Seharusnya Tina dan kawan-teman tidak perlu jauh-jauh
dan susah datang ke Jawa. Cukup di Papua saja, semua
sudah tersedia. Karena sebenarnya kalian ini orang kaya.
Harusnya kita-kita ini yang takjub melihat kalian. Aug 17, '08
7:09 PM

Page 25
Inspiring People

Wanita Pendorong Gerobak

Hari ini adalah hari yang bersejarah buat temanku.


Semalam tiba-tiba saja dia kirim sms. " Teh, doakan ya, aku
besok mau jualan bubur keliling. Mengalahkan rasa malu itu
ternyata buerat banget!"
Entah apa motif dibalik jualan buburnya ini. Apakah sekedar
uji nyali atau memang temanku ini ingin mandiri, membiayai
dirinya sendiri yang saat ini masih kuliah.
Terus terang aku salut ma tipe orang seperti ini. Apalagi dia
perempuan. Duh, kebayang kalau itu aku, pasti berat banget
menjalani hari ini.
Dulu waktu di Malang juga aku suka bertemu dengan
wonder woman seperti temanku ini. Ada seorang ibu penjual
jamu keliling memakai gerobak. Beliau ini jualan dari pagi
sampai malam. Kelelahan memang sering terlihat di
wajahnya. tapi hati riang gembira dia tampakkan di wajah
lelah itu ketika dia harus melayani para pelanggan. Sayang,
hingga saat ini aku tidak mengabadikan beliau dalam suatu
tulisan.
Beberapa hari yang lalu, saya menonton acara Minta
Tolong. Seperti biasa, yang menolong adalah orang-orang
yang ga punya. Nah, di acara yang saya tonton ini, kali itu
yang menolong adalah seorang ibu penjual mie ayam. Saat
beliau sedang mendorong gerobaknya sendirian menjelang
malam, anak kecil yang mendapat tugas mencari penolong
ini dengan segera dibantunya. Ga hanya dikasih uang saja
tapi si ibu juga mengantarkan si anak ini ke toko membeli
baju seragam. Setelah itu dia kembali ke gerobak dan
membuatkan mie ayam buat si anak.

Page 26
Inspiring People

Begitu banyak wanita tegar yang saya jumpai. Mudah-


mudahnan cerita wanita tegar pendorong gerobak di atas,
sedikit memberikan dukungan buat teman sekaligus adikku
yang sedang berjuang hari ini. I am proud of you, sister.
Feb 27, '09 9:49 AM

Page 27

Anda mungkin juga menyukai