Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRAKTIKUM

STUDI KASUS
FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

GASTROENTERITIS AKUT

KELOMPOK 3
MARIA HAPPY CHRISTIAN KLAU 1520303193
MARIA HENDRIKA PIA BEDIONA

1520303194

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2015

I.

LATAR BELAKANG
Diare saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan. Jutaan kasus
dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan sekitar 4-5 juta orang meninggal karena diare
akut. Epidemioligi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah geografis baik
negara yang telah maju ataupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Pada negara
maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang tinggi tetapi
insiden penyakit diare tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Tingginya
insidensi (angka kesakitan) diare di negara maju disebabkan karena foodborne infection
dan waterborn infection yang disebabkan karena bakteri Shigella sp, Campylabacter jejuni,
Staphylococcus aureus, Basillius cereus, Clostridium prefingens, Entrohemorrhagic
Eschericia colli (EHEC). Diperkirakan insiden diare di negara berkembang jauh lebih
banyak daripada negara maju, contohnya di Amerika Serikat dengan penduduk sekitar 200
juta diperkirakan 99 juta penderita diare setiap tahunnya. Berdasarkan laporan organisasi
kesehatan dunia (WHO, 2002) angka kejadian diare berkisar 1,93% - 4,2%.
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.

II.

TANDA DAN GEJALA


1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen

5.
6.
7.
8.
9.

Membran mukosa mulut dan bibir kering


Fontanel cekung
Kehilangan berat badan
Tidak nafsu makan
Badan terasa lemah

III. ETIOLOGI
A. Faktor infeksi
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella dll
Infeksi virus : entero virus
Infeksi parasit : cacing, jamur
B. Faktor malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
C. Faktor makanan : racun, makanan basi dll
D. Faktor psikologis
IV.

PATOFISIOLOGI

A. Perubahan transport ion aktif dengan baik penurunan penyerapan natrium atau
peningkatan sekresi klorida
B. Peningkatan osmolaritas luminal
C. Perubahan motilitas usus
D. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
V.

EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada
orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare
mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu
perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per
tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data
mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun,
51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian
anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.

VI.

FAKTOR RESIKO

Diare yang disebabkan oleh mikroba seperti bakteri, parasit atau virus disebarkan melalui
jalur fekal, oral. Makanan atau minuman dapat terkontaminasi parasit, kuman, atau virus
secara tidak langsung dari tinja, atau karena kontak langsung dengan tinja. Jalur ini dapat
dituliskan sebagai berikut, mikroba yang berasal dari tinja (feses) dapat melalui jalur jari-jari
(fingers) lalat (fies) air (fluid) tanah (field) yang akan menyebabkan kontaminasi pada
makanan atau minuman (food).

VII. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena
bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30%
pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir
dalam 14 hari.
b. Diare kronik, dalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih

VIII. DIAGNOSIS
Pendekatan Umum Diare Akut Infeksi Bakteri
Diagnosis pasien diare akut infeksi bakteri memerlukan pemeriksaan sistematik dan
cermat. Perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat

pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Riwayat pasien meliputi onset, durasi, frekuensi, progresivitas, volume diare, adanya
buang air besar (BAB) disertai darah, dan muntah. Selain itu, perlu diketahui riwayat
penggunaan obat, riwayat penyakit dahulu, penyakit komorbid, dan petunjuk epidemiologis.
Pemeriksaan fisik meliputi berat badan, suhu tubuh, denyut nadi dan frekuensi napas, tekanan
darah, dan pemeriksaan fisik lengkap.
IX.

KOMPLIKASI

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada
lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadi secara
mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat
mengarah terjadinya hipokalemia dan asidosis metabolik
Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok hipovolemik
sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi
gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak tercapai.
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC. Pasien
HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare.
Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti-diare, tetapi
hubungannya dengan penggunaan antibiotik masih kontroversial.
Sindrom Guillain Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut, merupakan
komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40% pasien Guillain
Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Pasien menderita kelemahan
motorik dan mungkin memerlukan ventilasi mekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain
Barre belum diketahui.2 Artritis pasca-infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah
penyakit diare karena Campylobacter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
X.

PROGNOSIS

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas da mortalitas terutama pada
anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare

infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik2.

XI.
FARMAKOTERAPINYA
Guideline terapi pada GEA

1. Rehidrasi
Terapi rehidrasi oral (TRO) adalah pemberian melalui mulut untuk mencegah atau
mengatasi dehidrasi yanag disebabkan karena diare. TRO adalah standar untuk
managemen efikasi dan keefektifan biaya pada gastroenteritis akut, juga pada negara
berkembang.

Cairan rehidrasi oral (CRO) adalah cairan pengembangan dari TRO. Untuk lebih
efektif, CRO dengan osmolaritas yang lebih rendah (dengan pengurangan konsentrasi dari
sodium dan glukosa, berkaitan dengan pengurangan muntah, pengurangan tinja, dan
pengurangan kebutuhan untuk infus intravena dibandingkan dengan standar CRO) telah
dikembangkan untuk penggunaan secara umum. Untuk Hypotonic WGO-CRO juga
merekomendasikan untuk terapi pada dewasa dan anak-anak dengan tersangka kolera.
Komponen TRO adalah:
a. Rehidrasi air dan elektrolit digunakan untuk mengganti cairan yang hilang.
b. Terapi cairan pemeliharaan (bersamaan dengan pemberian nutrisi).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik dapat diberikan secara empiris,
tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
3. Obat anti-diare
Kelompok Anti-sekresi Selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril
yang bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin dapat
bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat
baru anti-diare dapat pula digunakan dan lebih aman pada anak.
4. Kelompok Opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, loperamid
2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri.
5. Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau
toksin. Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat
yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
6. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis, dan Catechu dapat membentuk koloid dengan cairan
dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 mL/2 kali sehari
dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
7. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

DATA BASE PASIEN

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tuan P

Tempt/tgl lahir: -

No Rek Medik
Dokter yg merawat

Alamat

: Jl. Garuda ...., Ungaran Barat

Ras

:-

: 172377
:-

Pekerjaan

:-

Sosial

:-

Umur

: 47 tahun

Riwayat masuk RS

:-

Riwayat penyakit terdahulu

:-

Riwayat Sosial

:-

Riwayat Alergi

:-

Keluhan / Tanda Umum


Tanggal
27-10-2014

Subyektif
diare lebih dari 3x sehari selama 2

Obyektif
TD 130/80 mmHg, Nadi 82 x/mnt,

hari dengan konsistensi cairan

T 36,8 oC, RR 20 x/mnt.

disertai darah, pasien buang air


sedikit dan muntah-muntah

RIWAYAT PENYAKIT DAN PENGOBATAN


NAMA PENYAKIT
GEA/ Gastro Enteritis

TANGGAL/TAHUN
27-10-2014

Akut (Diare Akut)

NAMA OBAT
Infus RL, Injeksi ketorolac, Injeksi
ranitidine, New diatab 600 mg tiap 8
jam, Gestes plus tiap 8 jam,
Omeprazole tiap 12 jam.

II.

ASSESSMENT DAN DRP

Bapak P 47 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan diare lebih dari 3x sehari selama 2
hari dengan konsistensi cairan disertai darah, pasien buang air sedikit dan muntah-muntah.
Dokter mendiagnosis bapak tersebut menderita Gastro Enteritis Akut.
Nama Pasien : Tn. P

Umur : 47 tahun
Alamat : Jl. Garuda ...., Ungaran Barat
No. CM : 172377
Tgl. MRS : 27-10-2014
Tgl. KRS : a. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Diare lebih dari 1 hari dengan konsistensi cairan disertai darah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
GEA (Diare Akut)
c. Riwayat Penyakit Dahulu (Past Medical History)
d. Riwayat Keluarga/Sosial (Family & Social History)
e. Riwayat pengobatan obat (Medication History)
f. Status Alergi (Allergic)
g. Progress Note
Uraian
Diare
Buang air sedikit
Mual / Muntah
Lemas

Tanggal 27/10/2014

h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Satuan
TD
Nadi
RR
T

Tanggal 27-10-2014
130/80 mmHG
82 x/mnt
20 x/mnt
36,8 oC

j. Data penggunaan obat sekarang (Current Drug Treatment)

No

Nama Obat

Dosis

Rute

13/10

14/10

15/10

Infus RL

iv

Injeksi ketorolac

iv

Injeksi ranitidin

iv

New diatab

600 mg tiap 8 jam

P.o

5
6

Gestes plus
Omeprazole

Tiap 8 jam
Tiap 12 jam

p.o
p.o

k. Analisis penggunaan obat saat ini


OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
Intera
Indikasi
Dosis
pemberi
ksi
an

No
.

Nama obat

1.

Infus RL

Elektrolit

iv

2.

Injeksi
ketorolac

Antinyeri

iv

3.

Injeksi
ranitidin

Menurunkan
asam lambung

iv

4.

New diatab

Antidiare

600 mg tiap
8 jam

P.o

5.

Gitas plus

Antinyeri

Tiap 8 jam

p.o

6.

Omeprazoe

Tukak
lambung

Tiap 12 jam

p.o

ESO

Outcome
terapi
Sebagai
Pengganti
cairan tubuh
Sebagai
terapi antin
nyeri

Dispepsia,
diare, nyeri
GI, edema
Sakit kepala,
Terapi dari
alergi, mual
antiulkus
dan muntah
Mual,
Terapi dari
muntah
diare
Hepatotoksi Menurunkan
k
demam
Konstipasi,
diare, sakit
Terapi pada
kepala,
tukak
mual,
lambung
muntah

Assessment
PROBLEM MEDIK

S,O

TERAPI

Analisis

DRP

Gastro Enteritis Akut

S : Diare lebih

Infus RL

Elektrolit

O:

Injeksi

Obat

ADR potensial :

TD : 130/80

Ketorolac

NSAID,

pemakaian >5 hari resiko

mmHg

penghilang

pendarahan lambung,

Nadi : 82x/menit

nyeri

pemicu diare

Injeksi

Pengobatan

ADR potensial :

Ranitidin

pada ulkus

menyebabkan diare

dari 1 hari dengan


konsistensi cairan
disertai darah

RR : 20x/mnt
T : 36,8oC

golongan H2
New Diatab

Blocker
Pengobatan

(Attapulgit)

untuk diare

Gestes plus

akut
pengoatan

untuk nyeri
pada
lambung,
saluran
kemih dan
organ
Omeprazole

genital
Pengobatan
pada tukak
lambung
golongan
PPI

Pengobatan tanpa indikasi

Untuk menganalisa kasus di atas kita memerlukan beberapa guideline terkait dengan problem
medik yang ada, yaitu Gastro Enteritis Akut (Diare akut). Setelah DRP didapat tahap
selanjutnya adalah menyususun Care Plan.

III.

CARE PLAN DAN MONITORING

Care Plan
Pada diare akut yang ringan sampai sedang pengobatan yang paling utama adalah
pencegahan dehidrasi. Pemberian cairan infus secara parenteral menjadi terapi utama
dalam kasus gastroenteritis akut.
Omeprazole juga sebaiknya tidak digunakan karena pasien belum pasti mengalami
peradangan dibagian lambung dan efek samping yang ditimbulkan adalah diare yang
akan memperparah penyakit pasien.
Penggunaan New diatab dan gitas plus tetap digunakan untuk pengatasan diare akut
Untuk mencegah peningkatan asam lambung dari pasien yang disebabkan karena
stress maka diberikan injeksi ranitidine.
Ketorolac setelah pemberian selama 5 hari rekomendasi untuk dihentikan karena
mempunyai efek samping perdarahan lambung selain itu akan memperparah diare
Mual dan muntah sebagai manifestasi klinik pada gastroenteritis akut dapat dapat
hilang dengan sendirinya. Apabila diperlukan anti muntah bisa diberikan
metochlopramid injeksi dengan tetapi perlu pemantauan efek samping ektrapiramidal
IV.
Monitoring
Frekuensi BAB perhari.
Memonitoring penggunaan obat. Untuk memastikan bahwa pasien mengkonsumsi

obat nya secara teratur.


monitoring cairan elektrolit
pasien perlu dilakukan pemeriksaan feses atau kultur bakteri agar dapat ditentukan
pengobatan kausal.

V.

EVALUASI OBAT TERPILIH


OBAT ANTI DIARE
New diatab
- Attapulgit, senyawa magnesium aluminium silikat. Dapat mengabsorbsi toxin
- dosis 2 tablet sekaligus

Ringer Laktat
-mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi
Gitas plus
-dosis 1-2 kaplet 3kali sehari
Inj ranitidine
Isinya : Ranitidine HCl
Digunakan untuk menekan produksi asam lambung pasien akibat dari stress

BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Jadi penggunaan obat untuk pasien tuan P ini yaitu New diatab, Gestes plus
dan injeksi ranitidine.
1.2 SARAN
1. Tuan P mengalami diare akut oleh karena itu terapi utama pada pasien ini yaitu
dengan terapi cairan pengganti akibat diare yaitu dengan infus Ringer laktat.
2. Karena pasien tuan P ini memiliki tidak mengalami penyakit ulkus pada
lambung maka sebaiknya penggunaan penggunaan omeprazole dihentikan.
3. Selain itu penggunaan ketorolac jangka panjang akan memperaparah pasien ini
karena menyebabkan perdarahan pada lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Lacy, Charles F., et al, 2009, Drug Information Handbook, 18th Edition, Lexi Comp Inc,
North America
Simadibrata M, Daldiyono. Diare akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing;
2010. p.548-56.
Spruill,J.William & Wade, E.William. 2008. Diarrhea, Constipation, and Irritable Bowel
Syndromein: Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc
Tjokroprawiro, A., Setiawan, P.B., Santoso, D., Soegiarto, G., 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga University Press.
Zein, Umar. 2004. Diare Akut Infeksius Pada Dewasa. Bag. Ilmu Penyakit Dalam,
Universitas Sumatera Utara.
Dipiro et al. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach. New York: Mc Graw Hill
Medical.
Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya.
Ed ke-6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
ISO INDONESIA. 2011. Informasi Spesialite Obat. Volume 46. Jakarta
IONI. 2008. Infomatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai