Anda di halaman 1dari 6

Resume

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN


GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI GUNUNG KAPUR
KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Oleh

Vina Oktaviany
270110120173

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERITAS PADJADJARAN

2015
Resume

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA


DAERAH PANAS BUMI GUNUNG KAPUR
KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Oleh : Vina Oktaviany (270110120173)
Daerah panas bumi Gunung Kapur merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan
yang memanjang pada sisi barat pulau Sumatera. Secara administratif daerah ini termasuk
wilayah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, yang berada pada posisi geografis antara 101 9'
28.7" - 101 18' 39.4" BT dan 1 42' 25.1" - 1 53' 45" LS.

Secara umum satuan geomorfologi daerah panas bumi Gunung Kapur terbagi menjadi
tujuh satuan geomorfologi, yaitu: morfologi kubah intrusi, morfologi vulkanik Tak
Terpisahkan, morfologi vulkanik Gunung Kapur, morfologi vulkanik Gunung Terembun,
morfologi vulkanik Bukit Batuhampar, morfologi vulkanik Gunung Kerinci dan satuan
morfologi pedataran. Stratigrafi batuan disusun oleh batuan vulkanik, batuan plutonik, batuan
metavulkanik dan endapan permukaan. Struktur geologi yang terdapat di daerah Gunung
Kapur terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Sesar mendatar dextral yang umumnya berarah baratlaut tenggara mengikuti pola
struktur sesar besar Sumatera dengan tipe utama 'transcurrent fault system.
- Sesar normal yang berarah barat laut tenggara, diperkirakan mengontrol satuan
plutonik granit dan granodiorit, serta yang berarah hampir barat-timur yang

diperkirakan masih berhubungan atau sebagai ekstensi dari gaya yang menghasilkan
Sesar Sumatera.
Struktur vulkanik yang terdapat di Gunung Kerinci yang dicirikan oleh sisa gawir
yang membatasi depresi vulkanik/sisa kawah yang terbentuk melengkung hingga
radial.

Mekanisme Pembentukan Sistem Panas Bumi berkaitan dengan aktivitas vulkanik


Kerinci yang terjadi di zaman Kuarter yaitu pada kala Pleistosen Awal. Sistem panas bumi
diinterpretasikan berdasarkan kondisi geologi, hidrologi dan karakter transfer panasnya
didukung dengan perbandingan sistem panas bumi di daerah panas bumi yang ada di
sekitarnya. Suplai fluida diperkirakan berasal dari daerah resapan dari tubuh Gunung Kerinci
yang meresap ke bawah permukaan membentuk sistem akifer dalam dan kemudian
mengalami transfer panas dalam bentuk konveksi, namun tidak dapat muncul dalam bentuk
mata air panas di daerah limpasan walaupun melalui zona sesar / rekahan ke permukaan.
Akan tetapi, fluida asam mengalami kontak dengan batuan di sekitar alterasi Welirang Mati
sehingga mengalami perubahan sifat kimia dan fisika yang kemudian mengubah batuan
tersebut menjadi mineral baru yang kemudian berupa alterasi batuan.
Batuan ubahan di sekitar Welirang Mati, dicirikan dengan kehadiran mineral ubahan
yang didominasi oleh mineral berupa illit, pirofilit, nontronit, opal, dan dibagian luarnya
dijumpai montmorilonit dan kaolinit dengan intensitas kuat, terdapat pula endapan lumpur
belerang. Dapat diinterpretasikan bahwa di daerah tersebut telah terbentuk alterasi
hidrotermal yang dipengaruhi oleh fluida asam dan berkaitan dengan kegiatan vulkanik
Kerinci dengan temperatur pembentukan < 200C. Zona ubahan termasuk kedalam Argilik
lanjut (Advance Argillic).
Alterasi lainnya berada di sekitar Sungai Lintang yang dicirikan oleh batuan breksi
lahar dan aliran piroklastik berwarna kecoklatan. Batuan telah mengalami alterasi dengan
tingkatan lemah sedang. Mineral alterasi yang terbentuk adalah nontronit dan
montmorilonit yang menunjukkan bahwa alterasi yang ada diakibatkan oleh pengaruh fluida
panas dengan pH netral dan kisaran temperatur pembentukan < 150 C. Zona ubahan
termasuk ke dalam zona argilik.
Penyelidikan Geokimia
Dalam penentuan karakteristik kimia dari sistem Gunung Kapur digunakan sistem
panas bumi di daerah Semurup yang diwakili oleh air panas Semurup dan Liki Pinangawan
yang diwakili oleh air panas Sapan Melolong dan Idung Mancung. Mata air panas daerah
Semurup dan Sapan Melolong yang diambil sebagai pembanding untuk daerah panas bumi G.
Kapur termasuk dalam tipe klorida, dan air panas Idung Mancung termasuk dalam tipe sulfat,
sementara air dingin Lintang dan air dingin Kerinci termasuk tipe bikarbonat. Mata air panas
Semurup berada pada zona partial equilibrium, sedangkan mata air panas daerah Sapan
Melolong berada pada zona full equilibrium.
Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B, mata air panas Semurup berada di
tengah-tengah diagram menunjukkan bahwa lingkungan pemunculan mata air panas Semurup
berada di batuan sedimen namun ada pengaruh dari aktivitas magmatik. Mata air panas Sapan

Melolong dan Idung Mancung berada diarea Cl yang mengindikasikan lingkungan


pemunculan air panas tersebut berada di lingkungan vulkanik.
Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Gunung Kapur dengan menggunakan
geotermometer SiO2 (conductive-cooling) yang diambil dari data air panas pembanding, ratarata berkisar antara 123 240 C dan termasuk kedalam entalphi sedang, sedangkan
menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach rata-rata berkisar antara 117 - 251 C yang
menunjukkan temperatur relatif cukup tinggi.
Deuterium setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan
Deuterium, pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line)
yang mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O akibat adanya interaksi fluida panas
dengan batuan di kedalaman. Hal ini mencerminkan bahwa mata air panas di sekitar Gunung
Kapur kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan kemungkinan kecil dipengaruhi
oleh pengenceran air meteorik.
Secara umum pola penyebaran Hg terkonsentrasi pada bagian utara daerah
penyelidikan yaitu sekitar pemunculan manifestasi Gunung Kapur dengan nilai lebih dari 200
ppb. Pada pola penyebaran CO2 cukup merata, hanya muncul anomali yg cukup tinggi di sisi
timur laut karena di daerah tersebut merupakan zona erupsi celah, sehingga gas CO 2 yang
kemungkinan berasal dari sistem panas bumi dapat bermigrasi kepermukaan. Dari data
tersebut dapat ditunjukkan bahwa daerah prospek panas bumi Gunung Kapur melalui sebaran
anomali Hg pada umumnya hanya terletak di sekitar manifestasi Gunung Kapur.

Model Panas Bumi Gunung Kapur


Dari hasil penelitian didapatkan penampang model panas bumi Gunung Kapur.
Sumber panas memanaskan batuan dasar, kemudian memanaskan air meteorik yang masuk
ke bawah permukaan melalui zona-zona resapan sehingga fluida yang terpanaskan dan naik
ke atas dan terjebak dalam reservoir panas bumi yang ditutupi oleh batuan penudung (cap
rock) berupa mineral lempung hasil alterasi di Welirang Mati dan lava muda produk Kerinci
yang masif. Litologi pembentuk reservoir diduga sebagai batuan produk Vulkanik Tak
Terpisahkan baik berupa lava ataupun piroklastik dan batuan metavulkanik yang berumur
Tersier kerena telah mengalami proses deformasi pada periode Plistosen Akhir sehingga
membentuk pola rekahan yang intensif dan bersifat permeabel. Sumber panas pada sistem ini
berasal dari kegiatan vulkanisme produk Gunung Kerinci. Air panas di sekitar daerah Gunung
Kapur pada umumnya termasuk ke dalam tipe air panas klorida, yang berada pada zona
partial dan full equilibrium memberikan gambaran bahwa kondisi air panas kemungkinan
berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi dan berada pada zona
vulkanik. Dari hasil tersebut, reservoir panas bumi di daerah ini diperkirakan sekitar 200 oC
dengan luas area prospek sekitar 2 km2.
Estimasi potensi panas bumi Gunung Kapur ini dihitung dengan asumsi tebal
reservoir = 1 km, recovery factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan lifetime = 30 tahun,
temperatur geotermometer 200C dan temperatur cut-off 150C, sebesar: Q = 0.11585 x 8.0 x
(220 150) = 11,585 MWe atau bisa dibulatkan menjadi 10 MWe.

Anda mungkin juga menyukai