Anda di halaman 1dari 14

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini lahan pekerjaan semakin bertambah, tetapi dengan banyaknya
jumlah penduduk, peluang untuk mendapatkan pekerjaan menjadi semakin
kecil. Untuk itu, ada baiknya setiap manusia mampu berdiri sendiri dengan
usahanya dalam bertahan hidup. Usaha dalam bertahan hidup itu diantaranya
dengan membuka sendiri lahan usaha baru untuk kita tekuni. Dengan
mempertimbangkan segala sesuatunya, termasuk ketersediaan sarana dan
prasarana yang menunjang, yang tidak hanya diciptakan oleh kita, tetapi
untuk mempermudah juga dilihat dari aspek lingkungan. Ada berbagai
macam lahan usaha yang dapat dilakukan, diantaranya adalah usaha
pembuatan keripik singkong dan keripik pisang.
Keripik singkong merupakan salah satu produk makanan ringan yang banyak
digemari konsumen. Rasanya yang renyah dan harganya yang murah
menjadikan produk tersebut sebagai alternatif tepat untuk menemani waktu
santai anda bersama rekan dan keluarga. Seiring dengan meningkatnya
permintaan konsumen, kini keripik singkong mulai diinovasikan menjadi
berbagai varian rasa, seperti keripik singkong pedas dengan beberapa
tingkatan level, meskipun hal tersebut belum lama di kenal masyarakat luas
namun perkembangannya sudah sangat pesat, sehingga banyak produsen
keripik singkong mulai beralih jalur dengan menambahkan ekstra pedas pada
produk keripik yang di ciptakannya.
Keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang
dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Tujuan pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan

nilai tambah dan meningkatkan atau memperpanjang kemanfaatan buah


pisang .
Pada usaha pembuatan keripik pisang dan singkong, sudah jelas
menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan

dampak negatif bagi

lingkungan . Oleh karena itu , kita sebagai generasi muda harus mempunyai
inisiatif untuk mengolah limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan
atau paling tidak meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan.
Sebelumnya kita harus tahu bagaimana cara untuk mengelola lingkungan agar
terhindar dari pencemaran limbah.

Manajemen Lingkungan adalah suatu

kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-proses bisnis yang


ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak
lingkungan secara efektif.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Mengetahui masalah yang ditimbulkan dari limbah industri rumah tangga
keripik singkong dan keripik pisang.
2. Mengetahui cara mengatasi dampak dari limbah industri rumah tangga
keripik singkong dan keripik pisang.
3. Mengetahui cara pemanfaatan limbah dari industri rumah tangga keripik
singkong dan keripik pisang.

II. LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK SINGKONG


DAN PISANG
( STUDI KASUS)
2.1. Limbah Industri Rumah Tangga

Penanganan limbah saat ini masih dilakukan secara konvensional dan belum
dapat mengendalikan limbah yang ada. Limbah yang tidak ditangani dengan

baik dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan. Polusi bau dari


sampah yang membusuk, pencemaran air akibat pembuangan limbah ke sungai
dan merembesnya air lindi dari TPA (tempat pembuangan akhir) dan limbah
cair pabrik ke permukiman dan sumber air penduduk, serta pencemaran udara
akibat asap pabrik dan asap kendaraan bermotor dan pembakaran sampah
(Fardiaz, 2008).

Pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah juga membawa dampak


negatif pada kesehatan manusia, terutama dengan meningkatnya penyakit diare
serta biaya pengolahan air baku untuk air minum yang terus meningkat.
Bahkan seringkali terjadi, terutama pada musim kemarau, kualitas air baku
sudah tercemar berat akibatnya sulit diolah menjadi air yang layak diminum,
sehingga bahan baku air minum harus didatangkan dari sumber yang lain
(Fardiaz, 2008).

2.1.1. Limbah Industri Rumah Tangga Keripik Singkong


Limbah kulit singkong adalah limbah yang berasal dari perkebunan
singkong, pabrik tepung tapioka, pabrik produk olahan singkong, dan juga
pabrik tape atau peuyeum di berbagai daerah di Indonesia. Produksi
singkong di Indonesia sangat besar karena Indonesia termasuk sebagai
negara kelima terbesar di dunia yang menghasilkan singkong. Jumlah
industri pengolahan singkong di Indonesia banyak sehingga dapat ditarik
korelasi

positif bahwa tingginya

jumlah olahan

singkong akan

menghasilkan semakin banyak limbah kulit singkong. Setiap singkong


dapat menghasilkan 10 15% limbah kulit singkong. Limbah kulit
singkong dalam jumlah besar ini dapat menyebabkan penumpukkan yang
berakibat pada perusakan lingkungan (Abbas, 1985).
Walaupun sampah organik/limbah kulit singkong banyak memiliki
manfaat dan dapat diolah menjadi kompos, pakan ternak, dan bioenergi

bukan berarti limbah ini tidak memiliki dampak negatif. Dampak negatif
yang dapat timbul adalah jika kita membakar sampah asal-asalan karena
dapat mengganggu kesehatan. Masalah lain dari sampah organik/limbah
kulit singkong adalah kelembabannya. Sampah basah mengakibatkan
partikel-partikel yang tidak terbakar beterbangan juga berakibat terjadi
reaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel-partikel yang
tak terbakar akan terlihat sebagai awan dalam asap. Salah satu senyawa
yang

dihasilkan

dari

limbah

singkong

adalah

Asam

Sianida

(HCN).Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam


bahan makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat
terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Hidrogen sianida dikeluarkan
bila komoditi tersebut dihancurkan, dikunyah, mengalami pengirisan, atau
rusak. Glikosa sianogenetik terdapat pada berbagai tanaman dengan nama
senyawa yang berbeda seperti amigladin pada biji almond, aprikot dan
apel, dhurin pada biji shorghum, dan linamarin pada kara (lima bean) dan
singkong. HCN dikenal sebagai racun yang mematikan. HCN akan
menyerang langsung dan menghambat sistem antar ruang sel, yaitu
menghambat

sistem cytochroom

oxidase

dalam sel-sel, hal

ini

menyebabkan zat pembakaran (oksigen) tidak dapat beredar ke tiap-tiap


jaringan sel-sel dalam tubuh. Dengan sistem keracunan ini maka
menimbulkan tekanan dari alat-alat pernafasan dan jika tidak tertolong
akan menyebabkan kematian. Bila dicerna, HCN sangat cepat terserap
oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah. Tergantung jumlahnya
HCN dapat menyebabkan sakit hingga Kematian (dosis yang mematikan
0,5-0,35 mg HCN/kg berat badan) ( Winarno, 2004).
2.1.2. Limbah Industri Rumah Tangga Keripik Pisang
Kulit pisang seperti kita tahu merupakan produk buang dari buah pisang
dimana terkandung banyak karbohidrat didalam kulit pisang. Karbohidrat
yang terkandung dalam kulit pisang sekitar 25.80 gram per 100 gram
beratnya. Persentase bagian kulit pisang yaitu 3 4 % dari total berat buah
pisang dalam keadaan segar sebesar 9 16 %. Walaupun limbah kulit
pisang bisa di gunakan sebagai pakan ternak domestik, bukan berarti

limbah kulit pisang tidak mempunyai dampak negatif. Dampak negatif


yang kemungkinan terjadi adalah ketika proses pembakaran limbah kulit
pisang, hal itu akan mengganggu kesehatan. Kelembapan dari limbah kulit
pisang mempengaruhi partikel partikel yang tidak terbakar terbang ke
udara, oleh karena itu limbah kulit pisang yang tidak diproses dapat
menyebabkan reaksi hydrocarbon yang berbahaya. Partikel partikel
tersebut dapat dilihat dalam bentuk asap maupun gas yang kasat mata. Jika
kita membakar limbah dengan tidak sesuai, hal itu akan merusak kesehatan
kita (Rindang, 2008).
Limbah pisang merupakan masalah yang dihadapi oleh pengusaha pisang
yang banyak bertebaran didaerah-daerah penghasil pisang, dan jika
dibiarkan berpotensi untuk mencemari lingkungan yang dapat merusak
ekosistem dikawasan tersebut. Dari sekian banyak pisang yang tersedia,
mau tidak mau akan timbul petmasalahan limbah pisang . Sebagai contoh
untuk suatu wilayah terdapat kurang lebih 35 pengusaha pisang. Apabila
rata-rata mengolah pisang sebanyak 100 ton/ hari maka akan memproduksi
kira-kira 5-7 ton yang terdiri dari packing, kulit pisang, rontokan pisang,
tangkai pisang dan daun pisang. Limbah ini akan semakin bertumpuk di
tempat pemeraman gudang pisang dan di sekitar rumah pengelola selai dan
keripik pisang/home industri . Akibat dari tidak terurusnya limbah pisang
dapat menimbulkan bau yang menyengat dan penumpukkan limbah di
bantaran kali yang berpotensi dapat menyebabkan banjir dan terjangkitnya
penyakit (Rindang, 2008).

III. MANAJEMEN LINGKUNGAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH


TANGGA KERIPIK SINGKONG DAN PISANG
( STUDI KASUS)
3.1.

Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Keripik Singkong


Dalam semua kegiatan industri tentunya menghasilakan limbah yang
dianggap tidak terpakai lagi dan dibuang begitu saja. Hal ini tentu

mengakibatkan pencemaran pada lingkungan akibat limbah yang dibuang


sembarangan baik berupa sampah maupun limbah cair. Untuk mengurangi
resiko yang ditimbulkan limbah tersebut tentu perlu dilakukannya pengolahan
pada limbah tersebut terutama limbah dari industri keripik singkong yang
menghasilkan banyak senyawa yang berbahaya salah satunya adalah sianida.
Pengelolaan limbah singkong diantaranya (Maharani, 2008):
a. Kulit singkong sebagai pupuk organik
Umumnya, kulit singkong hanya dibiarkan membusuk begitu saja.
Padahal, jika dimanfaatkan, kulit singkong ini dapat dijadikan sebagai
kompos atau pupuk organik. Pupuk yang ramah lingkungan dan menjadi
salah satu nutrisi yang dapat membantu pertumbuhan suatu tumbuhan dan
mampu menjadi pembasmi hama pada tumbuhan (Maharani, 2008):
b. Kulit singkong sebagai pakan ternak
Kulit singkong ini termasuk dalam kategori sampah organik, karena
sampah ini dapat terdegradasi (membusuk atau hancur) secara alami.
Untuk pengolahan limbah singkong selama ini biasanya dimanfaatkan
sebagai kompos, makan ternak, dan sebagai bio energi. Pemanfaatan
tersebut

dikarenakan

kulit

singkong

yang

memiliki

kandungan

karbohidrat yang tinggi, dan karena kandungan inilah maka dapat juga
dikonsumsi oleh manusia (Rukmana, 1997).
c. Kulit singkong sebagai bioetanol
Kulit singkong selain dapat digunakan sebagai kompos dan pakan ternak,
ternyata juga dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai sumber energi yang
dapat menggantikan bahan bakar dari minyak yang selama ini digunakan
oleh masyarakat. Teknologi yang diterapkan untuk menghasilkan
bioethanol yakni melalui proses bernama hidrolisa asan dan juga
enzimatis. Salah satu pemanfaatan limbah kulit singkong ini sekaligus
menjadi salah satu program yang mendukung program yang dicanangkan
oleh pemerintah berkaitan dengan penyediaan bahan bakar nabati sebagai
alternatif pngganti bahan bakar minyak seperti bensin (Rukmana, 1997).
d. Kulit Singkong Sebagai Adsorpsi Pewarna Tekstil

Kulit singkong biasanya hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak


saja. Tapi setelah dilakukan penelitian, ternyata selulosa asetat limbah
kulit singkong tersebut bisa dimanfaatkan untuk adsorpsi pewarna direct
teknis yang banyak digunakan oleh industri tekstil. Dari penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa selulosa asetat dari kulit singkong
mampu mengadsorpsi pewarna direct tekni, daya adsorpsi pada variasi
waktu kontak adsorpsi secara umum mengalami kenaikan seiring dengan
naiknya konsentrasi (Rukmana, 1997).
e. Gula dari kulit singkong
Selain sebagai pakan ternak, ternyata singkong juga dapat dibuat sebagai
gula. bila dibandingkan dengan produk gula lainnnya kandungan kalori
gula cair kulit singkong lebih rendah dari gula lainnya, seperti gula aren
mengadung 368 kkal/100 gram, gula kelapa 386 kkal/100 gram. Dan
bahan pemanis lainnya seperti madu mengandung 294 kkal/100 g. gula
cair kulit singkong menggunakan hidrolisis enzimatis dengan bantuan
enzim alfa-amilasi dan enzim amiloglukosidae merupakan gula cair
fruktosa yang rendah kalori yakni sebesar 106 kkal/100 g (Bapedal,
1996).
f. Tepung Mocaf
Tepung mocaf (modified cassava flour) adalah tepung singkong yang
telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi memiliki karakteristik
mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu.
Pengembangan tepung cassava modifikasi (mocaf) telah banyak
memberikan manfaat. Penggunaan tepung mocaf sebagai campuran bahan
baku tepung terigu dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu hingga
20%-30% (Bapedal, 1996).
Tepung mocaf tidak memiliki kandungan gluten. Oleh karena itu,
penggunaan tepung mocaf untuk menyubstitusi tepung terigu higga 100%
akan menurunkan kualitas produk olahan baik cita rasa maupun tampilan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan trial error dalam penggunaan tepung
mocaf sebagai bahan baku pengganti terigu sehingga dihasilkan

komposisi campuran yang menghasilkan produk yang tidak mengubah


karakteristik produk (Bapedal, 1996).
3.2.

Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Keripik Pisang


Dalam kegiatan produksi Keripik pisang yang dihasilkan oleh industri rumah
tangga, tentunya

agroindustri

keripik

pisang

menghasilkan

limbah

yang sebagian besar merupakan limbah padat seperti batang, bonggol,


kulit

dan jantungnya.

Selain

buahnya

pisang

jarang

dimanfaatkan.

Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka


banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah agroindustri keripik
pisang

yang

jarang

dimanfaatkan

oleh masyarakat sehingga akan

meningkatkan kualitas dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari
limbah tersebut (Rukmana, 1999).
3.2.1. Reuse
Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang (Reuse)
ialah
a. Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan
Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Selain
mengandung vitamin C, pisang ambon juga mengandung serat
tinggi yang berfungsi melancarkan saluran pencernaaan, sehingga
buang air besar pun jadi lancar. Selain buahnya, kulit pisang
ambon pun berguna untuk mengobati bercak-bercak hitam
agak

kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit dengan

menggosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang


terdapat bekas cacar.
b. Bonggol pisang untuk obat dan makanan
Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat
dijadikan
pendarahan

obat
usus,

untuk
obat

menyembuhkan
kumur

serta

penyakit
untuk

disentri,

memperbaiki

pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk


makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti
urap dan lalapan.

c. Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak


Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang
atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa
digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung
di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak
tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut

3.2.2. Recycle
Contoh penanganan limbah pisang dengan cara daur ulang (recycle)
ialah
a. Cuka Kulit Pisang
Pengolahan cuka kulit pisang caranya dengan mengambil air
rebusan dari kulit pisang yang ditambahkan ammonium sulfit dan
gula

pasir

kemudian

dilakukan

proses

fermentasi

yang

berlangsung selama beberapa minggu.


b. Nata dari Kulit Pisang
Sebuah penelitian terhadap buah pisang dilakukan tiga dosen
Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Das
Salirawati MSi, Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno
Arianingrum MSi yang semuanya adalah dosen Jurusan
Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam adalah bukan dilakukan pada buahnya, tetapi pada kulitnya.
Penelitian ini sukses menjadikan kulit pisang yang selama ini
lebih banyak dibuang menjadi nata. Nata
berbentuk

seperti

gel

yang

dibuat

adalah

serat

yang

dengan memanfaatkan

kerja bakteri Acetobacter xylinum. Selama ini masyarakat


telah mengenal produk nata de coco atau nata yang dibuat dari air
kelapa. Nata dari kulit pisang sebenarnya sama dengan nata de
coco, bedanya nata pisang dibuat dari bahan dasar kulit pisang.
Selama ini kulit pisang tidak termanfaatkan dan hanya dibuang
begitu saja. Padahal kulit pisang ini banyak ditemui di sekitar
kita.

10

c. Roti dari Kulit Pisang


Kulit pisang yang sering dianggap barang tak berharga itu,
ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan
juga lemak yang cukup. Kulit pisang yang cocok dibuat tepung
adalah jenis pisang raja, karena kulit pisang raja lebih tebal
dibandingkan jenis pisang lainnya. Tepung dari pisang ini dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai macam penganan, seperti
kue dan mie.
d. Dendeng Jantung Pisang
Seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol
pohonnya. Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah
menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu
makanan olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng
jantung pisang.
Selain itu bagian-bagian tanaman pisang dapat dimanfaatkan
untuk menajdi beberapa olaha misalnya keripik kulit pisang,
keripik bonggol pisang, batang pisang sebagai bahan dasar kertas
daur ulang yaitu setelah mengalami
proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut.
3.2.3. Reduce
Contoh penanganan limbah pisang dengan cara Reduce ialah
a. Kulit Pisang Sebagai Sumber Tegangan Listrik
Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu
baterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat
jus, apabila tidak ada alat jus
dihancurkan atau
dengan

air

atau

di aduk hingga

secukupnya.

blender maka

cukup

halus kemudian dicampur

Setelah

itu

di

buat

sel

elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi


ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat

elektroda-

elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan

11

seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari


gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik. Satu sel adalah satu
wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup.
Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di
aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda
percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati
adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata
kalkulator dan jam tersebut bisa hidup normal seperti dihubungkan
pakai batu batterai.
b. Kulit Pisang Sebagai Semir Sepatu
Bagian dalam dari kulit pisang

mengandung

potassium

yang merupakan bahan penting yang terdapat dalam semir


sepatu

yang

ada

di

pasaran.

Setelah menggunakan kulit

pisang untuk menyemir sepatu, bersihkan sisa kulit buah yang


mengandung vitamin C, B komplek dan B6 itu dengan
menggunakan lap berbahan halus.
terdapat

dalam

pisang

Kandungan

akan

minyak

melembutkan

yang
serta

mengawetkan kulit sepatu. Dengan menggunakan kulit pisang kita


dapat mengurangi pemakaian semir sepatu yang bahannya tidak
alami yang lama kelamaan akan mengurangi kualitas dari sepatu.
c. Bonggol Pisang Sebagai Bioetanol
Bonggol Pisang dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya,
pati ini menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka. Bonggol
pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati, 20% air.
Potensi kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar yaitu, bioetanol.
Bahan berpati yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol
disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati tinggi, memiliki
potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur
panen.
(Saidi, 2010)

12

Berikut secara jelas tabel pemanfaatan dari beberapa bagian tanaman pisang yaitu:
Nama

Limbah
Kulit Pisang
Buah Pisang

Buah Pisang

Buah pisang
reject
Jantung

Penggunaan
Cuka Kulit pisang, nata de banana, wine (anggur),
pakan ternak
Buah Pisang, sale pisang, pure pisang, tepung
pisang, kripik pisang, pakan ternak
Pakan ternak
Dendeng Jantung Pisang, pakan ternak

Tandan Pisang

Pakan ternak

Daun pisang

Daun pisang

Batang Semu

Batang Semu

Pembungkus makanan, hiasan, pakan ternak.


Pakan ternak, penawar racun ular, tempat pentas
pagelaran wayang kulit, serat untuk kain, kertas
Pupuk K, sabun, Kripik Bonggol pisang,penyakit
disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk

Bonggol
Pisang

Bonggol Pisang

memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan


rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol
pisang dapat diolah menjadi panganan, seperti urap

Pengobatan yang menggunakan

dan lalapan.
Kanker perut, ambient, anemia, daya ingat, depresi

pisang

dan stree, hipertensi dan stroke, obesitas, nyeri


lambung, sindrom prementruasi.

Gambar 1. Berbagai Manfaat Tanaman Pisang

13

IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Limbah kulit singkong adalah limbah yang berasal dari perkebunan
singkong, pabrik tepung tapioka, pabrik produk olahan singkong, dan juga
pabrik tape.
2. Limbah pada industri keripik pisang yaitu kulit pisang.
3. Cara mengatasi dampak dari limbah industri rumah tangga keripik
singkong dapat diolah menjadi Tepung Mocaf, Gula dari kulit singkong ,
Kulit Singkong Sebagai Adsorpsi Pewarna Tekstil , Kulit singkong sebagai
bioetanol Kulit singkong sebagai pupuk organik.
4. Pengelolaan limbah industri rumah tangga keripik pisang dapat dilakukan
dengan cara reuse, recycle dan reduce.

14

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S.,A. Halim, dkk. 1985. Limbah Tanaman Ubi Kayu. Penerbit Kantor
Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1996. Teknologi Pengendalian
Dampak Lingkungan Industri Tapioka Indonesia. Bapedal
Fardiaz, 2008. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Maharani, Anggi dkk. 2008.Usaha Pemanfaatan Limbah Singkong Sebagai
Alternatif Pangan Olahan Berbasis Sumber Daya Lokal, karya ilmiah.
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Rindang, A., 2008. Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah Organik dan
Anorganik Studi Kasus Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
[Skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Studi Teknik
Pertanian.
Rukmana R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya, dan pascapanen. Kanisius. Jakarta.
Rukmana R., 1999. Usaha Tani Pisang, Hal : 36.Kanisius. Jakarta.
Saidi, Muhammad. 2010. Bertanam Pisang dan Pengolahannya. Penerbit SIC.
Cetakan Kedua. Surabaya.
Winarno, F.G, 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai