Anesthksi 6 172-176-1-PB
Anesthksi 6 172-176-1-PB
ABSTRACT
Naturally, human body has a complex mechanism
in compensa!ng certain bleeding to an!cipate blood loss.
Some life threatening bleeding is caused by combina!on of
vascular rupture and coagulopathy. This condi!on needs resuscita!on. The resuscita!on uses much of crystalloid, colloid, and followed by Red Blood Cell transfusion. The main
treatment of coagulopathy related bleeding are fresh frozen plasma transfusion, thrombocyte, coagulant factor, and
cryoprecipitate. But however, coagulopathy o#en happens
in early period of post injury and acts as mortality predictor
so independently that has a poten!al to decrease mortality rate. It is also important to an!cipate chain connec!on
between acidosis, metabolic, hypothermia, and progresif
coagulopathy as soon as possible.
Keywords: coagulopathy, infec!on, intraabdominal.
ABSTRAK
Secara alamiah, tubuh mempunyai mekanisme
kompleks untuk melakukan kompensasi ke!ka terjadi
perdarahan agar tubuh !dak kehilangan banyak darah.
Perdarahan yang mengancam nyawa (life-threatening
bleeding) dapat disebabkan oleh kombinasi kerusakan pembuluh darah dan koagulopa!. Hal ini membutuhkan resusitasi sebagai penatalaksanaan. Resusitasi pada perdarahan
masif menggunakan sejumlah besar cairan kristaloid, koloid, dan diiku! transfusi sel darah merah (RBC). Penatalaksanaan perdarahan terkait koagulopa! (koagulopa!-related
bleeding) yang terutama ialah transfusi fresh frozen plasma
(FFP), trombosit, faktor pembekuan, dan kriopresipitat. Namun demikian, koagulopa! sering terjadi pada awal periode
pascajejas (post-injury) dan merupakan prediktor mortalitas
yang independen. Oleh karena itu, koreksi koagulopa! diperkirakan berpotensi menurunkan angka kema!an. Maka
dari itu, rantai hubungan antara asidosis metabolik, hipotermia, dan koagulopa! progresif harus dian!sipasi sejak dini.
han merupakan salah satu tanggung jawab bersama antara dokter bedah dan dokter anestesi. Secara alamiah,
tubuh mempunyai mekanisme kompleks untuk melakukan
kompensasi ke!ka terjadi perdarahan agar tubuh !dak kehilangan banyak darah, yaitu melalui pembentukan bekuan
trombosit dan brin pada pembuluh darah yang mengalami cedera, disusul dengan proses resolusi atau lisis bekuan
dan regenerasi endotel. Mekanisme yang kompleks ini akan
berusaha mempertahankan darah tetap cair dan mengalir
lancar dalam pembuluh darah untuk kembali ke dalam keadaan siologis.
Resusitasi cairan dan darah pada kasus perdarahan menunjukkan perbaikan secara signikan, tetapi pada
perdarahan yang !dak terkontrol masih merupakan tantangan tersendiri dan diperkirakan sekitar 40% kejadian dapat
menyebabkan kema!an.
Perdarahan yang mengancam nyawa (life-threatening bleeding) dapat disebabkan oleh kombinasi kerusakan
pembuluh darah dan koagulopa!. Kerusakan pada pembuluh darah besar sering membutuhkan !ndakan pembedahan secara cepat, tetapi koagulopa! karena perdarahan yang
difus sulit untuk ditangani. Penyebab koagulopa! bersifat
mul!faktorial, termasuk di antaranya konsumsi dan dilusi
faktor pembekuan dan trombosit, disfungsi trombosit dan
sistem koagulasi, peningkatan brinolisis, gangguan sistem
koagulasi karena pemberian cairan koloid, transfusi dan
hemodulisi masif, hipokalsemia serta disseminated intravascular coagula!on-like syndrome. Kombinasi koagulopa!
dengan hipotermia dan asidosis disebut lethal triad karena dapat menyebabkan angka kema!an yang !nggi.
Resusitasi pada perdarahan masif menggunakan
sejumlah besar cairan kristaloid, koloid, dan diiku! transfusi
sel darah merah (RBC). Walaupun tranfusi RBC memperbaiki
transpor oksigen, tetapi !dak dapat mengoreksi kehilangan
faktor koagulasi dan trombosit serta dapat menyebabkan
koagulopa!. Penatalaksanaan perdarahan terkait koagulopa! (koagulopa!-related bleeding) yang terutama ialah
transfusi fresh frozen plasma (FFP), trombosit, faktor pembekuan, dan kriopresipitat. Namun demikian, pada koagulopa! yang disertai hipotermia dan asidosis, penggan!an
Diah Widyan!
PENDAHULUAN
Kontrol terhadap perdarahan selama pembeda Anestesia & Critical Care Vol 28 No.2 Mei 2010 37
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
(replacement) yang adekuat sekalipun !dak mampu mengontrol perdarahan dan pasien dapat jatuh pada kondisi
yang serius. Koagulopa! sering terjadi pada awal periode
pascajejas (post-injury) dan merupakan prediktor mortalitas yang independen. Oleh karena itu, koreksi koagulopa!
diperkirakan berpotensi menurunkan angka kema!an.
Infeksi dan mul!ple organ gagal (MOF) adalah
komplikasi yang terjadi pada pasien yang selamat dari jejas.
Peneli!an menunjukkan bahwa akumulasi dari tranfusi RBC
mempunyai efek nega!f terhadap lamanya pernyembuhan
penyakit dan meningkatnya kejadian infeksi pascajejas dan
MOF. Mengurangi pemberian RBC mungkin dapat menurunkan komplikasi dan memperbaiki keluaran (outcome).
Mekanisme Hemostasis
Terdiri dari !ga sistem yaitu :
1. Sistem koagulasi
2. Sistem penghambat koagulasi
3. Sistem brinoli!k.
Sistem koagulasi
Faktor-faktor koagulasi terdiri dari protein di dalam plasma
yang berbentuk prekursor ak!f, yaitu :
Faktor I = brinogen
faktor II = protrombin
faktor III = tromboplas!n
faktor IV = kalsium
faktor V = proakselerin (faktor labil)
faktor VII = prokonver!n (faktor stabil)
faktor VIII = faktor an! hemoli!k
faktor IX = komponen tromboplas!n plasma (faktor
Christmas)
faktor X = faktor StuartPower
faktor XI = anteseden tromboplas!n plasma
faktor XII = faktor Hageman
faktor XIII = faktor stabilisator brin
Faktor V dan VIII cepat menjadi nonak!f di dalam darah
simpan.
Sistem penghambat koagulasi
Merupakan sistem yang merusak se!ap faktor ak!f, beberapa saat setelah faktor tersebut menjadi ak!f.
Sistem brinoli!k
Sistem ini membentuk plasmin yang menghancurkan brin. Plasmin dibentuk dari plasminogen yang
terdapat di dalam jaringan, plasma dan air kemih. Selain
menghancurkan brin, plasmin juga merusak brinogen,
faktor V, dan factor VIII. Di dalam pembuluh darah, plasmin
cepat dinonak!#an oleh an!plasmin.
Respon Tubuh Terhadap Perdarahan
Setelah perdarahan, albumin, air dan elektrolit akan berpindah dari ruang inters!!al ke intravaskuler.
Orang sehat dapat memobilisasi cairan dengan cara ini sebanyak 100 ml/ jam, dengan kecepatan yang makin lambat,
ILUSTRASI KASUS
Pasien laki-laki, 26 tahun, BB 53 kg, datang dengan
keluhan keluar feses dari perut sejak 2 hari SMRS disertai
keluhan nyeri yang sangat pada perut yang !mbul mendadak, nyeri dapat dilokalisir. Pasien memiliki riwayat operasi
post Appendiktomy di tahun 2004 dan post Laparotomy ai.
Ileus Obstruksi di tahun 2006. Pada tanggal 26 April 2009 (6
hari SMRS) post laparatomy eksplorasi di RS TNI Bogor, penemuan intra-operasi didapatkan perlengketan usus kecil, di
lakukan adhesiolisis, 4 hari post op, terjadi obstruksi dan
stel dari luka operasi.
Pada pasien !dak ditemukan adanya kelainan/penyakit seper! hipertensi, DM, sakit jantung (nyeri dada),
sakit paru (TBC, asma), sakit kuning, riwayat kejang, ping-
DIAH WIDYANTI
Kondisi di ICU :
O:
A : Airway bebas, terintubasi,Tampak Sakit Berat. B:
Bagging O2 10 lpm, RR 14-16x/m kemudian di hubungkan
dengan ven!lator CMV : RR 12, TV 350, PEEP +5, FiO2 60%,
Paru : suara napas vesikular +/+, rh-/-,wh-/- SaO2 100%. C
: Perfusi : dingin,basah,pucat, FN 90-100x/m, regular, kuat
angkat. TD: 102/46 mmhg (NE 0,1mg/kgBB/jam), suhu 34-
Masalah
TD 94/51
Tindakan
loading Asering 300cc,
vascon 3cc/jam: 0,1ug
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
24.00
CVP : +51/2
01.00
Hb/Ht : 3,1/10.1
03.00
MAP (62), TD
92/57 mmHg
Produksi
urine
>>,
Hb 6,7
11.30
15.00
20.47
22.27
TD 79/47
Tachycardia FN 166x
,96/50
Suhu febris
H2 : 15/05/09
S :
O:
CNS: di bawah pengaruh obat (DPO), pupil : bulat
isokor, reeks cahaya+/+, diameter pupil : 3/3. CVS: BJ I-II
normal, murmur -, gallop . TD: 102/46 mmhg (NE 0,1mg/
kgBB/jam) N: 90-100x/m, suhu 37,7- 38oC. RS :
R
R
15x/m Vesikuler+/+ ronki-/-, wheezing -/- SpO2 100%. Vent:
PC8 SIMV15 PS7-8, RR12 TV350,MV 5.5 PEEP5-6, FiO2 4060%. GIT : BU+, produksi stoma >>. GUT: Urin jernih. Ext:
Petekie, akral hangat.
A:
Health Care Associated Intra Abdominal Infec!on
+ Peritoni!s Ter!ary. Post LE + pemasangan stoma a/i stel
enterokutan adhesiolisis, end ileostomi. Masalah: Hemodinamik !dak stabil, Perdarahan dan Gangguan faal hemosta!k/Koagulopa!, Produksi kolostomi >>, Hipoalbumin,
febris suhu 37,7- 38oC.
P :
Sirkulasi support ; resusitasi cairan, komponen darah, Regulasi suhu. Ven!lator support : PC8 SIMV15 PS7-8, RR12
TV350-643. MV 5.5-10.3 PEEP 5- 8- 6, FiO2 40-60%. NS50
+ Vascon 4 mg : 0.1 ug/kgBB/jam. NS 10 + miloz 5 mg :
1mg/jam. PRC , FFP. RL / asering pro resusitasi cairan. Gelofusin pro resusitasi cairan. NS pro CVP 500cc. Kaen MG3
1000cc/24 jam. Ce%azidim 2 x 1 gr iv
(H3). Metronidazol 1 x 1500mg iv (H2). Rani!din 2 x 50 mg.iv. Transamin 3
x 500mg.iv. Vit K 3 x 10 mg,iv. Vit C 1 x 1 gr .iv. APS : Marcain
0.125 %+ fentanyl 1u : 10cc/jam stop
Pemeriksaan penunjang:
Jam 07.00 : AGD : 7.325/35.3/211.1/-6.9/17.9/98.3
- 7.274/42.6/35.6/-6.7/71.3. Hb 7,9/23.0/2.60/20.6/239 Na
137/3,9/108, alb 1.10. Jam 21.00 : AGD 7.533/19.4/296.7/5.7/19.7/98.9. Kesimpulan Thorax AP: Pneumothorax kanan.
Masalah selama perawatan H2:
Tabel 2.
Jam
07.30
10.40
Masalah
TD 79/61 HR 110, CVP
+7
CVP +9, TD 95/57
TD 74/40-90/50 (59),
FN 163 CVP +5
Instruksi
haemacell
500cc/30
m,Vascon 0,1u/jam = 4 cc/
jam ,asering 500cc
Koloid 500, asering 500
13.00
23.00
24.00
04.21
05.00
LP 78-79
Vascon 0.2u, voluven
500cc, gelofusin 500cc
Haemacell 500cc, SIMV5,
PC8 O2 40%
Voluven
1000cc,
RL
1000cc, haemacell 500
N-Epi 0,2 uq -> 8,2uq/jam
(4u)
Vascon 0,3 uq : 12 cc/jam
Haemacell 300cc/30
Novalgin 500mg.iv -> novalgin 500mg/4jam
H3 : 16/05/09
S :
Cardiac Arrest
O:
CNS: Kompos men!s, GCS : E4VtubeM6. Pupil :
bulat isokor, reeks cahaya+/+, diameter pupil : 3/3. CVS:
BJ I-II normal, murmur -, gallop . TD: 102/46 mmhg (NE
0,1mg/kgBB/jam) N: 90-100x/m, suhu 37,7- 38oC. RS:
RR 15x/m Vesikuler+/+ ronki-/-, wheezing -/- SpO2 100%.
Vent: PC12 PEEP5, FiO2 40%. GIT :
BU+, produksi
stoma >>>. GUT: Urin jernih, produksi > 1cc/kgBB/jam. Ext:
Akral hangat.
A:
Healthcare associated Intra Abdominal infec!on
+ Peritoni!s Ter!ary. Post LE + pemasangan stoma a/i stel enterokutan adhesiolisis, end ileostomi. Masalah :
Post Cardiac Arrest 2 x, Hemodinamik !dak Stabil, Koagulopa! : perdarahan medical bleeding, Produksi kolostomi
>>, Hipoalbumin
P :
Sirkulasi Support : resusitasi cairan, komponen darah. Ven!lator support : PC12 PEEP 5, FiO2 40%. NS50 + Vascon 4 mg : 0.1 ug/kgBB/jam. NS 10 + miloz 5 mg : 1mg/jam.
PRC , FFP. RL / asering pro resusitasi cairan. Gelofusin pro
resusitasi cairan. NS pro CVP 500cc. Kaen MG3 1000cc/24
jam. Ce%azidim 2 x 1 gr iv (H4) Metronidazol 1 x 1500mg iv
(H3). Rani!din 2 x 50 mg iv. Transamin 3 x 500mg.iv. Vit K 3
x 10 mg,iv. Vit C 1 x 1 gr iv. Novalgin 500mg/4jam.
Masalah selama Perawatan H3:
Tabel 3.
Jam
Masalah
Instruksi
DIAH WIDYANTI
06.50
09.00
14.30
15.00
15.10
15.25
15.30
15.40
16.00
TD 97/53 (64)
Produksi colostomy >>
500cc
Produksi drain >>
Dr.Bedah sudah lihat :
bleeding medical, belum
ada rencana buka
TD 99/36 (50)HR 141x/
menit
88/20 (45) HR120x/m
HR 72x/m
Bradycardia 35x/m
TD !dak terukur,
Arrest, resusitasi, SpO2
85%
Asodosis metabolik BE20
Gan! balutan luka operasi 200cc + ileostomy,
TD 120/73 FN 120-120x/
m
Bradycardia 45x/m
TD !dak terukur, Arrest
21.00
24.00
TD 126/70 (83)
Abdomen ada petechie,
edema palpebra
Rembesan luka operasi
400cc
CM 7283.2 CK 3710
Transfuse 1004 cc
03.00
CM 8095,8 CK 4170
19.30
vascon 0.4mcg
Asering 500cc/30 menit
Gelofusin 500cc/30 menit
Vascon 0.4u = 8cc/jam
H5 : 18/05/09
Bagging 10lpm,SA 2-2
amp,adrenalin 1-1mg
RJP 5 menit
Arrest (2)
Vascon 0.4 ug/jam = 8 cc/
jam
Masalah
Instruksi
10.10
10.30
Terdapat perdarahan
dari colostomy ak!f
200cc
Hb 9,7g/dl PT/APTT memanjang, brinogen 59
17.50
22.00
03.00
CM 260.2 CK 1440 =
-1179.8
Balans - 700
Luka operasi rembes,
produksi colostomy (+)
faeces (+)
Input 2838.4 output
3310
B 471.6
Jam
08.30
09.00
12.00
15.00
18.00
Jam
12.00
11.45
24.00
Masalah
Rembesan
dari
luka op 50cc
CM 492, CK 1310
Hb 9,3gr%, drain
500cc
CM 1449 CK 2960
B-1510
Input 2677 output
4210
Balans 1532
Trombosit 20.000
Instruksi
Vascon 3,5 cc/0.21 uq
Gan! verban
Transfusi TC 10 kantong
H6 : 19/05/09
Masalah selama Perawatan H6: Hipokalemia
Tabel 6.
Jam
Masalah
13.30
14.00
17.00
Albumin 2.25
R/.besok operasi
KCL 3.1
18.00
CM 1201.2 CK
2620 B= -1418
CVP +10.5
CVP +5
K:3.0
CM 3023 CK 4250
B -1226
K: 3.2
22.00
23.30
03.00
Instruksi
Vascon 0.1= 2cc/jam, miloz 0,5
u/jam
Pemberian albumin ke-3
Pesan PRC 1000cc, FFP 750cc
KCL 50mEg dalam Nacl 100 cc
dalam 4jam
Vascon 0.1u/jam = 2cc/jam
Asering 500cc
Voluven 300cc
KCL 50Meg/4jam
Asering 500cc/30
KCl 50mEg/4jam
Pada perawatan selanjutnya di ICU, kondisi penderita rela!f stabil, hemodinamik stabil terdapat perbaikan
dengan ven!lator support untuk VAP, koreksi komponen
Anestesia & Critical Care Vol 28 No.2 Mei 2010 41
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
darah untuk gangguan koagulasi, tanda-tanda infeksi dengan an!bio!k kombinasi ce%azidim, metronidazol dan levooxacin untuk VAP dan Healthcare Associated Intra Abdominal Infec!on.
Plan : Weaning ven!lator, Weaning inotropik,
Nutrisi Enteral, Pro re-laparatomi tanggal 20 mei 2009
H7 : 20/05/09
Masalah selama Perawatan H7:
Tabel 7.
Jam
06.50
08.30
15.00
17.00
19.00
21.30
02.10
Masalah
TD 88/50 (59)
TD 97/66 (72)
CVP +8 FN 108 TD
107/60
Trombosit 35.000
CVP +11
CVP +11
Masalah
TD 78/42
10.30
TD 140/80
Rembesan
dari
luka op 250cc
CM 866cc CK 1950
CVP+9
Rembes
luka
op,Balance
913.8
Rembes luka op
12.00
15.30
Instruksi
Vascon 0.1uq = 2 cc/jam
Voluven 500cc/30
Gelofusin 500cc/30, vascon
0.2uq
Haemacele 500cc/30, asering
500cc/30
Transfusi trombosit 10 kantong
Gelofusin 500cc dalam 30
Asering 500cc dalam 30
20.00
Instruksi
Vascon 0.3uq = 6cc/jam, voluven
500cc/30
Vascon 0.2uq
Voluven 500cc
Wound care
24.00
22.00
03.00
06.30
21.00
Balance - 1273 TD
158/90(100)
CM 3242 CK 5400
B= - 2158
TD 143/75 HR
90x/m
Rembesan luka op
100cc
Rembesan 100 cc
Rembesan 100cc
GV
GV
GV
H9 : 22/05/09. Masalah selama Perawatan H9: Hipokalemia dalam koreksi, rembesan luka operasi.
Tabel 9.
Jam
07.00
Masalah
TD 124/74 (84)
08.00
12.20
13.40
TD 88/37 (54)
nadi 91 Hb7.0
Rembesan 50cc
Ureum 89, creatinin 3.2
TD 138/74(89)
16.00
18.00
20.00
Instruksi
Tramadol 100mg/8jam = 1cc/
jam,Vascon 0,1u
Koreksi KCL 50mEg
Asering 500cc, vascon turun
0.05uq
Haemacele 500cc/30 transfuse
PRC 3 kantong
Koloid 500cc/30
Lanjut KCL 50mEg/8jam (+NS100
-> 150u)
Vascon stop
Masalah
Instruksi
10.00
CM 3131 CK 4255
Gelofusin 500cc/30
10.45
11.05
12.00
16.00
22.15
24.00
Kristaloid 500cc/30
Pro ekstubasi, dexamethason 2
amp
Gan! colostomy bag, gan! balutan
Gelofusin 500cc/30
Dilakukan ekstubasi. Evaluasi thorax AP: !dak tampak kelainan pada cor/pulmo saat ini. Test Norit nega!f.
H11: 24/05/09. Masalah selama Perawatan H11: produksi
kolostomi banyak
Wound care
DIAH WIDYANTI
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
Tabel 11.
Jam
10.00
15.00
15.30
21.30
22.00
24.00
Masalah
Produksi colostomy >> 300cc
CVP +5, urine pekat
CM 1021 CK 1495
TD 99/65 (73) FN
85
PT/APTT memanjang
17/05
22/05
Balans +500cc
Masalah
Tindakan
07.30
K : 2,9
08.59
13.10
15/05
Jam
12.00
Haemacele 500cc/30
11.00
11/05
Instruksi
Yeyunostomi>>
encer warna kuning
Pindah HCU bedah
Pemeriksaan Penunjang
24 April 2009 Abdomen 3 posisi.
Distribusi udara usus tampak meningkat, tak sampai ke bawah. Psoas line tak tampak, preperitonial fat line
baik. Tampak air uid level/herring bone appearance (+).
Tak tampak free air. Tak tampak batu opak traktus urinarius.
Tulang-tulang baik. Kesan: ileus obstruk!f.
02/05/09 :
Asuhan Gizi : TB : 176 cm BB ideal : 68.4 kg, BB: 53 kg
Masalah: stel enterokutan
Assesment: Antropometri TB: 176cm BB: 53kg
BMI: 17.15, Biokimia: Hb 11.9, leukosit 15.800. Kesadaran
CM. Riwayat Diet : pola makan di rumah; makan !dak teratur, mual(-), muntah(-), merokok(+) BB biasanya 53kg.
Diagnosa Gizi: Peningkatan kebutuhan energi disebabkan adanya infeksi ditandai leukosit yang !nggi, Peningkatan kebutuhan energy disebabkan BB yang kurang
ditandai BMI 17.15. Intervensi Gizi : diet cair rendah sisa +
makanan cair rendah sisa komersial (500kkal)
Hasil Kultur
Sputum: diterima 18/05/09 hasil 19/05/09. Pewarnaan gram ; coccus gram (+) : pos. sedikit, Leukosit; 6-8/
LP,Epitel : 2-3/LP. Biakan : di terima 18/05/09, hasil 22/05/09
: pseudomonas Sp. Sensi!f : gentamycin, amikasin, se%azidime, ciprooxacin, piperacil/tazobactam, cefepime, me-
DIAH WIDYANTI
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki/26 tahun/53kg/176cm masuk ICU
RSCM dari OK- IBP dengan Post LE + pemasangan stoma a/i
stel enterokutan adhesiolisis, end ileostomi.
Assessment: ASA III dengan ko-morbid : SIRS ( leokositosis 16.300,Suhu 37.6-38.5oC, takikardia 96-100x/m,
takhipnea 24-28x/m) Hipoalbumin (2,1), undernourished
(BMI 17.15), Hiponatremia:121. Anestesi : General Anestesi
: Isouran + N2O. Lama Operasi : 13 jam 30 menit, Lama
anestesi : 14 jam 45 menit. Masalah intra Op: perdarahan
>>, hemodinamik !dak stabil, operasi dihen!kan karena hemodinamik !dak stabil (MAP 40-50), Cairan masuk : kristalloid 14.500cc, koloid 3000cc, PRC 1176cc, FFP 863cc,Keluar
: perdarahan 4000cc, urine 2250cc/14jam. Durante operasi
di dapatkan hasil AGD 7.414/37.8/459.1/23.7/-0.3/98.9% .
Hb/Ht : 3,1/10.1, Kalium :3.8/ Natrium: 134/ Chlorida :100.
Tiba di ICU, tetap dilakukan respiratory suppor, CMV : RR 12
TV 350 PEEP +5 O2 60%, MAP tetap di pertahankan stabil
berkisar 50-60 mmHg, dengan Nor-epinefrin 0.1ug/menit.
AGD : pH :7.308/37.7/333.7/-6.8/HCO3 18.3/SaO2 98.4%,
Hb: 6,7, Ht 19,7 Eri 2.23, leuko 18.6 Trombo 112.000, SGOT
11,SGPT 12, ureum 21, crea!nin 0.3, PT 27.5/13.2 APTT
80.8/35.7, Na: 134/ Kalium 3,7/Chlorida 101, GDS 333.
Didapatkan Unstabile Hemodinamic ec.perdarahan, Post
LE + pemasangan stoma a/i stel enterokutan adhesiolisis,
end ileostomi + SIRS + Undernutrisi, Hipoalbumin. Masalah:
hemodinamik !dak stabil, perdarahan dan hemodilusi massive, gangguan faal hemosta!s/koagulopa!, operasi dan
Anestesi lama ( 14 jam 45 menit), hypothermi suhu 34-35oC.
Durante operasi di dapatkan perdarahan terus
menerus akibat !ndakan pembedahan, dilakukan resusitasi cairan dengan menggunakan kristalloid, koloid, transfusi darah dan komponen darah. Keadaan hemodilusi dan
transfusi masif mengakibatkan dilusi dari faktor-faktor pembekuan dan trombosit disertai hipotermia, mengakibatkan
koagulopa!. Perdarahan yang terjadi dan koagulopa! sendiri menyebabkan perdarahan yang terus-terus dan tetap
membutuhkan hemodilusi dan transfusi massif.
Perdarahan juga mengakibatkan !ssue hypoxia,
terjadi asidosis yang juga memicu terjadinya koagulopa!.
Koagulopa! disertai hipotermia dan asidosis di kenal sebagai lethal triad karena dapat menyebabkan meningkatnya angka kema!an.
Peneli!an yang dilakukan oleh T.Kasai MD10 menunjukkan
bahwa suhu tubuh menurun pada pasien dalam pengaruh
anestesia. Severe hypothermia sering terjadi pada operasi yang lama termasuk abdominal atau thoracic surgery,
dibandingkan dengan !ndakan prosedur yang lebih seder-
Gambar 1. Permission from european society of haemapheresis. Tatalaksana pemberian cairan dan komponen darah.
Gambar 2. The interplay between metabolic acidosis, hypotermia and coagulopaty in trauma
Sessler11 menyarankan suhu in! intraopera!f harus
dipertahankan pada suhu >36.0C. Forced-air warming, IV
uid warming , dan preanesthe!c warming efek!f mencegah hipotermia intraopera!f. Untuk memprediksi terjadinya
hipotermia intraopera!f selama periode dilakukan rou!ne
thermal care pada kamar operasi dengan suhu 2224C,
mempergunakan circula!ng-water ma&ress, dipanaskan
pada 38C diletakkan sebagai alas pasien. Kulit pasien ditut-
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
Recommended therapy
Fresh frozen plasma,
prothrombin complex
concentrate
Fresh frozen plasma
Fibrinogen concentrate,
cryoprecipitate
Platelets
DO2 = CO x CaO2
DIAH WIDYANTI
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
Tabel 16.
Day
1
Parameter
Temp (0C)
White Blood Cells/
mm3
Secre!on
PaO2/FiO2
Chest X Ray Inltrates
38,5 to 38,9
<4000 or
>11000
Non Purulent
Temp (0C)
White Blood Cells/
mm3
Secre!on
PaO2/FiO2
Chest X Ray Inltrates
Progression of
Chest X Ray Inltrates
Sputum
38,5 to 38,9
<4000 atau
>11000
Non Purulent
39 or 36
<4000 or >11000
or 50% bands
Purulent
240 and no ARDS
Localized
Diuse or
Patchy
Diuse or
Patchy
AKIN Kriteria
Stage 1
Stage 2
Stage 3
Culture > 1+
Peningkatan Cr
serum1,5x baseline atau penurunan
GFR25%
Peningkatan Cr
serum1,5x baseline atau penurunan
GFR50%
Peningkatan Cr
serum1,5x baseline
atau penurunan GFR
75%
atau Cr 354umol/L
dengan peningkatan
akut sekurangnya
44umol/L
39 or 36
<4000 or >11000
or 50% bands
Purulent
240 and no ARDS
Localized
Tabel 17.
Hari
Risk
Injury
Gagal
56-7
10-11-12
PaO2
FiO2
0.6
0,6
0,4
PEEP
PF ra!o 459 555 232 221 244 380 389 431 368
Peningkatan Cr serum
26,2umol/L atau
150-199%(1,5-1,9kali)
baseline
Peningkatan Cr serum
200-299%(>2-2,9 kali)
baseline
Peningkatan Cr serum
354umol/L dengan
peningkatan akut sekurangnya 44umol/L atau
dimulainya RRT
Pada pasien ini di dapatkan hasil evaluasi pemeriksaan kadar krea!nin dan observasi dan monitoring produksi urine seper! di bawah ini :
Jam 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
20 25 H-3 - - - - 16 17
5
18
4
-
Kriteria Krea!nin
Serum
20
150
21
-
22
-
23
150
24
-
1
-
2
110
3
-
5
100
19
-
Hari
Ureum
Crea!nin
Cc/jam
2
21
0.3
0.6
3
42
0.8
0.4
6
26
0.5
2.8
12
14
0.3
1.7
Cc/24j
850
560
3670
2050
DIAH WIDYANTI
Diagnosis
n Pada pasien sadar didapatkan tanda-tanda SIRS
disertai gejala abdominal akut
Pada pasien-pasien koma, mungkin !dak didapatkan gejala, menyebabkan kesulitan diagnosis. Adanya infeksi disertai dengan kondisi asidosis yang
!dak dapat dijelaskan penyebab lainnya, organ
dysfunc!on, inability tolerate enteral feeding,
kebutuhan cairan yang !dak dapat dijelaskan harus di kaji sebagai IAI, terutama pada pasien yang
menjalani abdominal surgery.
n Pemeriksaan sik memerlukan konrmasi abdominal imaging,
n Diagnosis mikrobiologi diagnosis CA-IAIs !dak terlalu bermanfaat karena biasanya sudah mendapatkan terapi an!bio!k empirik sebelum diambil kultur yang pertama dari abdomen.
Hari/Tgl
H-6/08
H1/15
H5/19
H6/20
SGOT/AST
30
11
587
130
16
18
16
SGPT/ALT
20
12
905
525
105
59
26
4.65
6.47
7.61
4.47
3.52
2.95
4.76
2.85
2.83
1.64
Bil.Total
Bil.Direct
Bil.Indirect
Penatalaksanaan
n Source control,
n Restora!on of GI tract func!on,
n Systemic an!microbial therapy,
n Support of organ func!on
Recommended an!microbial regimens for the treatment
of intraabdominal infec!ons:
Single-drug regimens:
n -lactam/-lactamase inhibitor combina!ons :
Ampicillin/sulbactam, Piperacillin/tazobactam,
Ticarcillin/clavulanic acid
n Carbapenems : Imipenem-cilasta!n,
Meropenem, Ertapenem
n Cephalosporins : Cefotetan, Cefoxi!n
Combina!on regimens:
n Aminoglycoside plus metronidazole
n Aztreonam plus clindamycin
n Cefuroxime plus metronidazole
n Fluoroquinolone plus metronidazole
Pada pasien ini di diagnosis Healthcare associated
Intra Abdominal infec!on + Peritoni!s Ter!ary berdasarkan;
riwayat operasi sebelum masuk RSCM, dari luka operasi keluar faeces pre-op terdapat tanda-tanda SIRS ( leokositosis
16.300,Suhu 37.6-38.5oC, takikardia 96-100x/m, takhipnea
24-28x/m) disertai kegagalan !ndakan pembedahan dua
kali di RSCM.
Status Nutrisi: Undernutri!on
Berdasarkan : BB : 53 kg/176 cm
BMI : Body Mass Index = Weight(kg)/Height (m)2 = 53/
(1.76)2 = 17.1
Perdarahan Terkait Koagulopati pada Infeksi Intraabdominal I Coagulopathy Bleeding in Intraabdominal Infection
Nutri!onal Support pada pasien Pembedahan harus memperha!kan dua komponen pen!ng :
1. Efek starvasi eect dari penyakit, pembatasan pemasukkan oral, atau keduanya
2. Efek metabolik dari stress/inamasi, Hiperkatabolisme, anabolisme menurun
Perubahan Metabolik yang terjadi :
1. ebb phase: 12-24 jam, ditandai dengan fever,
konsumsi O2, suhu tubuh, vasokonstriksi
2. ow phase: acute illness, hiperkatabolisme,
penggunaan lemak sebagai sumber energi utama
3. anabolic phase: dimulai saat masa penyembuhan, ditandai dengan normalisasi tanda vital, perbaikan nafsu makan dan diuresis.
Goal of Nutri!onal Support: maintain vital organ structure
and func!on
Tabel 21. Es!ma!on of energy requirement in adult surgycal pa!ent
Uncomplicated
Complicated/
stressed
Energy
30
34 40
(Kcal/kg/day)
53kg = 1590 - 2120
kkal
Protein (g/kg/day)
1.3
Volume
( ml/kg/day)
20 - 40
1.3 2
53kg = 68.9-106 gr
20 40
53 kg = 1060 2120
cc
Pada perawatan selama di ICU pasien mendapatkan nutrisi bertahap dimulai dengan parenteral, kemudian
enteral secara bertahap. Sayangnya terapi nutrisi yang diberikan !dak op!mal. Pasien tetap berada dalam kondisi
hiperkatabolisme oleh karena selama perawatan di ICU
mengalami dua kali stress pembedahan dan hen! sirkulasi
serta hemodinamik !dak stabil dalam jangka waktu lama.
Tabel 22. Pemberian Nutrisi selama perawatan di ICU- RSCM
Hari/tgl
2-3
4-5
6/20
7-8
9-12
CF D5%
Peptamen
30cc/j
50cc/j
GDA
113
332
94
106
121
Natrium
137
141
136
3.2
3.4
Kalium
3.9
3.7
3.2
136
130
Cl
108
112
98
98
Albumin
2.20
1.10
2.25
2.03
91
1.99
2.26
puasa 50cc/jam
1000
50cc/j
Terapi An!mikrobial
Pada pasien ini diberikan Ce%azidime 2 x 1 gr, Metronidazol 1 x 1500mg dan Levooxacin 1 x 500mg.iv. An!bio!ka yang di berikan pada pasien ini disesuaikan dengan
Guideline Intra Abdominal Infec!ons (IDSA 2003) dan VAP
(ATS/IDSA 2004). Setelah hasil kultur diperoleh disesuaikan
dengan hasil kultur dan an!bio!ka sebelumnya dihen!kan.
Prognosis
Tabel 23. Criteria of Dysfunc!on/Gagal menurut Edwin
A.Deitch MD,
D1
D2
D3
1
2
3
D4
35%
62%
96%
22%
52%
80%
D5
40%
56%
100%
31%
67%
95%
D6
42
64
100
34%
66%
93%
D7
41
68
100
Pada pasien ini terjadi disfungsi pulmoner (pneumonia), hepa!k, renal (AKI), hematologi (koagulopa!), dan
kardiovaskular (respons hipodinamik yang membutuhkan
dukungan inotropik), sehingga terdapat lebih dari 3 organ
gagal yang hampir semuanya terjadi pada hari ke-3 (D3).
Menurut Knaus et al, diperkirakan angka kema!an mencapai 93%. Kasus ini termasuk ke dalam 7%, kelompok pasien
be yang hasil selamat dan pindah ke high care unit (HCU).
Walaupun berhasil selamat, kewaspadaan dan
observasi serta pengawasan harus dilakukan secara ketat,
karena status nutrisi yang belum maksimal dan pasien masih mempunyai peluang besar untuk terjadinya Sepsis abdominal dapat meningkatkan presentase perkiraan mortalitas pada pasien ini.
DIAH WIDYANTI
SIMPULAN
Koagulopa! merupakan kondisi yang serius dan memerlukan penanganan yang sejak awal/dapat dicegah
Rantai hubungan antara asidosis metabolik, hipotermia, dan koagulopa! progresif harus dian!sipasi sejak
dini
Gagal sirkulasi yang terjadi akibat syok hipovolemik seharusnya dapat di an!sipasi dengan persiapan darah
dan komponen darah lebih awal
Komplikasi akibat sirkulasi gagal dapat dian!sipasi dan
dilakukan penatalaksanaan yang op!mal
Perlunya diskusi antara intensis, ahli bedah, dan ahli
gizi dalam rangka perbaikan status nutrisi pasien
Perlunya komunikasi anestesi dan sejawat bedah preopera!f maupun periopera!f untuk mencegah komplikasi koagulopa! yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Pieracci FM, Barie PS. Management of severe sepsis of
abdominal origin. Scand J Surg 2007;96:184-96.
2. Calandra T, Cohen J. Interna!onal sepsis forum deni!on of infec!on in the ICU Consensus Conference. 2005.
3. Kollef M. Ven!lator associated pneumonia. Chest
2005;128:3854-62.
4. Ward N. Nutri!on support to pa!ents undergoing gastrointes!nal surgery. Nutr J 2003;2:18.
5. Joseph S. Guidelines for the selec!on of an!-infec!ve
agents for complicated intra-abdominal infec!ons.
IDSA 2003.
6. Chaudhry R. The challenge of enterocutaneous stulae.
MJAFI 2004;60:235-8.
7. Leah. Transfort oxygen in ABC of Oxygen. BMJ 1998;
317.
8. Fernando. Determinants of postopera!ve acute kidney
injury. Cri!cal Care 2009;13:79.
9. Stainsby D, MacLennan S, Thomas D. Guidelines on the
management of massive blood loss. BJH 2006;135:63441.
10. Kasai T. Preopera!ve risk factors of intraopera!ve
hipotermia in major surgery under general anesthesia.
Anesth Analg 2002;95:1381-3.
11. Sessler DI. Mild periopera!ve hipotermia. N Engl J Med
1997;336:1730-7.