Etika Profesi Lili Andriani
Etika Profesi Lili Andriani
(Rahasia Kedokteran)
Lili Andriani
102011252
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
E-Mail : andrianiandlili1@yahoo.co.id
________________________________________________________________________
Pendahuluan
Sejak zaman hippokrates, kewajiban memegang teguh rahasia pekerjaan dokter
harus senantiasa dipenuhi, untuk menciptakan suasana percaya mempercayai yang mutlak
diperlukan dalam hubungan dokter dengan pasien. Hippokrates merumuskan sumpah
yang harus diucapkan oleh murid-muridnya tentang rahasia pekerjaann dokter berbunyi :
apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang patut
disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya. Namun
dalam perkembangan iptek kedokteran selanjutnya terdapat pengecualian-pengecualian
untuk membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, demi memelihara kepentingan
umum dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang lain. 1
Salah satu ayat lafal sumpah dokter Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah
No.26 tahun 1960 berbunyi : saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dank arena keilmuan saya sebagai dokter. Dalam Bab II KODEKI
tentang kewajiban dokter terhadap pasien dicantumkan antara lain : seorang dokter
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena kepercayaan
yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia. 1
Untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, telah pula
dikeluarkan peraturan pemerintah No. 10 tahun1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran dinyatakan bahwa mentri kesehatan dapat melakukan tindakan administrative
berdasarkan pasal 111 undang-undang tentang kesehatan jika tidak dapat dipidanakan
menurut KUHP. 1
Rahasia adalah sesuatu yang disembunyikan dan hanya diketahui oleh satu orang
oleh beberapa orang saja, atau oleh kalangan tertentu. 1
Orang biasanya tidak memberitahukan rahasia kepada orang lain tanpa ada alasan.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa ia terpaksa berbuat demikian. Hal ini janganlah
diremehkan. Sudah barang tentu tidak selalu hal-hal yang diberitahukan kepada seorang
dokter merupakan rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain. Seorang
yang sakit influenza atau tulangnya patah karena jatuh, janganlah dokter, tetangga dan
teman-teman nya pun tahu ia menderita penyakit sipilis atau gonorea (kencing nanah),
akan merahasiakan itu terutama terhadap istri atau suami nya, yang tidak mengetahui
bahwa ia memiliki hubungan dengan wanita atau pria lain. Ia terpaksa memberitahukan
penyakitnya kepada dokter karena tanpa bantuan dokter ia tidak akan sembuh.
Kaidah Dasar Etika Kedokteran
Dalam profesi kedokteran, segala tindakan yang dilakukan dokter didasari oleh
etika dan moral profesi kedokteran. Untuk itu sebagai dokter penting mengetahui prinsipprinsip etika kedokteran dalam hubungan dokter-pasien. Di dalam pembahasan ini akan
memuat kasus yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip kaidah dasar tersebut, seperti
beneficence (mengutamakan kebaikan pasien), non-maleficence (tidak merugikan),
atonomy (menghormati hak pasien) dan justice (meniadakan diskriminasi).1
Informed concent
Setelah anamnesis dan pemeriksaan, sebelum melakukan tindakan dokter juga harus
melakukan informed concent. Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU
no 29 th 2004 Pasal 45 ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun
2008, Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan
Informed Consent adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi
perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif.1
Pada kasus, dikatakan seorang seorang pasien laki-laki, yang datang ke praktek
dokter mengeluh bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah
2
diperiksa, ternyata ia menderita GO. Pasien tidak ingin diketahui istrinya, walau
bagaimanapun, istrinya harus diobati karena telah tertular akibat berhubungan. Dokter
harus dapat menjelaskan:
Diagnosis dan tata cara tindakan medis : pasien mengalami positif bakteri Neisseria
Gonorrhoeae, kuman penyebab hubungan kelamin dan harus diobati dengan
pemberian antibiotik secara injeksi intramuscular atau peroral selama satu minggu.
Tujuan pengobatan Gonore : supaya tidak timbul komplikasi pada pasien dan tidak
mendapat infeksi untuk kali kedua.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi jika penyakit Gonore tidak diobati
yaitu infeksi bisa menyebar kesendi-sendi dan ke jantung sehingga bisa timbul
artritis dan endocarditis.
Pembuatan keputusan etik terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan
dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen,
Siegler, dan Winslade mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang
esensial dalam pelayanan klinik, yaitu:
menggunakan
kadiah
beneficence
dan
non-maleficence.
Pertanyaan etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang
selayaknya disampaikan kepada pasien pada informed consent.
Patient preferences. Pada topic ini kita memperhatikan nilai dan penilaian
pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti
cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang
kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas
informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan
keyakinan yang dianut pasien, dan lain-lain.
Quality of life. Topic ini merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran,
yaitu, memperbaiki, menjaga, atau meningkatkan kualitas hidup insani. Apa,
siapa, dan bagaiman melakukan penilaian kualitas hidup merupakan
pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan beneficence, nonmaleficence, dan autonomy.
Contextual features. Dalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek
non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi,
agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya, dan faktor hukum.1
Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut, dikenal prinsip "turunan"nya
dengan nilai-nilai seperti :
Konfidensialitas.
Rasionalitas
Demikian
pula
ketika
suara
hati
dokter
tadi
menilai
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b:
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c:
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 8:
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9:
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Kewajiban dokter terhadap pasien
Pasal 10:
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini, ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib menunjuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
Pasal 14:
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaiman ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15:
8
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Pasal 16:
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17:
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.
Informed Consent
Di Indonesia informed consent telah memperoleh justifikasi yuridis melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/1989. Persetujuan tindakan medik
(informed consent) dalam praktik banyak mengalami kendala, karena faktor bahasa,
faktor campur tangan keluarga atau pihak ketiga dalam hal memberikan persetujuan,
faktor perbedaan kepentingan antara dokter dan pasien, dan faktor lainnya.1
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa
yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan
sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain. 1
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45
ayat 1 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008, Informed
Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan Informed Consent
adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta memberi perlindungan hukum
kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif. Consent dapat diberikan: 1
Dinyatakan (expressed)
Dinyatakan secara lisan.
Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila
dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang
invasif atau yang berisiko mempengaruhi kesehatan pasien secara
bermakna. Permenkes tentang Persetujuan Tindakan Medis menyatakan
9
tertulis.
Tidak dinyatakan (implied)
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun
melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.
Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah
yang paling banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari. Misalnya adalah
seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya
ketika akan diambil darahnya.
Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah
dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas
semua tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang
telah disepakati hanya apabila gawat darurat dan keadaan tersebut
membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.
Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si
pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan
consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang
sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia mampu memberikannya
(baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang
yang dapat memberikan proxy-consent adalah suami/isteri, anak, orang tua,
saudara kandung dan lain-lain.
Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang
matang dan ketat. Suatu kasus telah membuka mata orang Indonesia betapa
riskannya proxy-consent ini, yaitu ketika seorang kakek-kakek menurut
dokter yang telah mengoperasinya hanya berdasarkan persetujuan anaknya,
padahal ia tidak pernah dalam keadaan tidak sadar atau tidak kompeten.1
Rahasia Kedokteran
Salah satu di antara beberapa kewajiban dokter adalah menyimpan rahasia
kedokteran. Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tersebut adalah merupakan
rahasia jabatan yang harus dipegang teguh oleh dokter dan merupakan syarat yang
senantiasa harus dipenuhi untuk menciptakan suasana saling mempercayai dan
mutlak dibutuhkan dalam hubungan dokter dengan pasien. Rahasia jabatan dokter
10
12
Norma kesusilaan dan norma hukum yang merupakan pedoman seorang dokter
dalam melaksanakan profesinya di Indonesia di antaranya terdapat pada Sumpah
Kedokteran Indonesia dan Pasal 13 Kodeki, Pasal 15 UU Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan, Pasal 322 dan 224 KUHP, Pasal 1909 dan 1365 KUHPerdata,
Pasal 170 dan 179 KUHAP, Pasal 146 ayat (3) HIR dan PP Nomor 10 tahun 1966
tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Adapun dasar yuridis untuk menuntut yang menyangkut rahasia kedokteran
terdapat pada : 4
Hukum Perdata
Perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien
Pasal 1909, 3e KUHPerdata
Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya
menurut undang undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun
hanyalah semata mata mengenai hal hal yang pengetahuannya
dipercayakan kepadanya sebagai demikian.
Pasal 1365 KUHPerdata
tiap tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya,
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Hukum Pidana
Pasal 48
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. 5
2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak
hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan. 5
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur
dengan Peraturan Menteri.5
13
Dampak Hukum
14
Ayat (2) undang-undang ini terutama berkenaan dengan rahasia jabatan dokter
saat dokter membuka rahasia tentang keadaan pasiennya, namun tidak dengan sendirinya
akan dituntut di muka pengadilan, melainkan hanya sesudah terhadapnya diadakan
pengaduan oleh pasien itu. Dalam undang-undang dikenal sebagai delik aduan.
b.
barang siapa yang berbuat salah sehingga seorang lain menderita kerugian,
berwajib menggantikan kerugian itu.
Seorang dokter berbuat salah kalau ia mungkin sekali tanpa disadari
membuka rahasia tentang seorang pasiennya yang kebetulan terdengar oleh
majikan orang yang sakit itu, lalu memberhentikan pegawainya karena takut
penyakitnya akan menulari pegawai-pegawainya lain. Dokter diadukan oleh
pasien itu. Selain hukum pidana menurut pasal 322 KUHP, dokter itu dapat
dihukum perdata dengan kewajiban mengganti kerugian.
Pada hakekatnya adanya ancaman hukuman perdata ini menimbulkan
berbagai soal yang sulit dalam pekerjaan kedokteran sehari-hari.
15
barang siapa yang karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatan yang sah,
diwajibkan menyimapn rahasia, boleh minta mengundurkan diri dari memberi
penyaksian. Akan hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan
dipercayakan karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatatany a itu
2.
16
Penegakan hak undur diri dapat dianggap sebagai pengakuan para ahli hukum
bahwa kedudukan rahasia jabatan itu harus dijamin sebaik-baiknya. Malahan
membebaskan seorang dokter yang menjadi saksi maupun saksi ahli.
Pembebasan itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Menurut ayat (2) pengadilan
negeri/ketua pengadilan negeri atau hakim yang memutuskan apakah alasan yang
dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak berbicara itu layak dan dapat
diterima atau tidak, dalam hal ini mungkin sekali timbul pertentangan yang amat
keras antara pendapat dokter dan pendapat hakim, yaitu bila hakim tidak dapat
menerima alasan yang dikemukakan oleh dokter untuk menggunakan hak undur
dirinya karena ia berkeyakinan bahwa keterangan yang harus diberikan itu melanggar
rahasia jabatannya.
Gonore
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggi diantara
infeksi menular seksual . pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut
Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G). kuman ini meningkat di banyak
negeri termasuk indonesia. 6
Pada umumnya penurannya melalui hubungan seksual yaitu melalui genito-genital,
oro-genital dan ano-genital. Tetapi di samping itu dapat juga terjadi secara manual
melalui alat-alat pakaian . handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu sebagian
besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital. 6
Pemeriksaan fisik
Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria.
Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan
untuk bersifat asimptomatis pada wanita. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
gonore, maka dapat ditemukan seperti berikut: 6
Inspeksi
Pada inspeksi pasien dengan gonore (GO),dapat ditemukan adanya pus pada
ujung uretra yang terkadang disertai darah. orifisium uretra eksterna juga tampak
kemerahan, terlihat juga adanya pembengkakkan. Pada beberapa kasus, dapat juga
17
terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening pada daerah inguinal unilateral
maupun bilateral.
Palpasi
Pada palpasi, ketika dilakukan perabaan, pasien merasa nyeri pada daerah penis.
Daerah penis juga terasa lebih hangat. Pada perabaan kelenjar getah bening, dapat
dirasakan adanya pembesaran pada daerah inguinal.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada
wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan
objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa
nyeri pada panggul bawah, dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan
erosi dan sekret mukopurulen.5
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan yang terdiri dari 5 tahap: 6
1. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok
negative gram, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh pada tubuh pria di
ambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra,
muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum.
2. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang
dapat digunakan:
a.
Media transport
Media stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan.
Media transgrow
Media ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis,
dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan
media transport dengan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam
18
pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayermartin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
b. Media pertumbuhan
Media Thayer-martin
Media ini selektif untuk mengisilasi gonokok. Mengandung vankomisin
untuk menekan pertumbuhan kuman positive gram, kolestimetat untuk
menekan pertumbuhan bakteri negative gram, dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur.
3. Tes definitive
a. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1 % ditambah pada koloni gonokok tersangka. Semua
Neisseria member reaksi positive dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi warna merah muda sampai merah
lembayung. 6
b. Tes fermentasi
Tes oksidatif positive dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltose, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa. 6
4. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta laktamase. 6
19
5. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini dilakukan karena pengobatan pada waktu
itu adalah pengobatan setempat. 6
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan: 6
a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
b. Urin dibagi dalam 2 gelas
c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling
sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai
karena baru menguras uretra anterior. 6
Kesimpulan
Seorang dokter tidak hanya dituntut bisa mengobati penyakit fisik pasien, namun
juga harus bisa membangun komunikasi yang baik dengan pasien, dan menyelenggarakan
praktek yang tidak hanya bersifat individual. Hal ini tentu juga berkaitan dengan fungsi
dokter sebagai dokter keluarga.
Dalam mengobati pasien, dokter harus mempertimbangkan aspek bioetik
kedokteran, tentunya dengan mempertimbangkan apa yang baik buat pasien, bukan untuk
orang lain. Selain itu, dokter juga harus menjaga rahasia pasien sesuai dengan sumpah
dokter dan kode etik kedokteran.
Berkaitan dengan kasus diatas, dimana dokter mendapatkan pasien laki-laki
dengan GO dan pasien telah berhubungan dengan istrinya, maka sebagai dokter kita
harus mengobati keduanya. Dokter juga harus mempertimbangkan hak autonomi pasien
dimana dia mengatakan bahwa dia takut ketahuan oleh istrinya. Namun kembali kita
harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk pasien, karena jika kita tidak mengobati
keduanya, maka penyakit GO pasien akan menjadi lingkaran setan yang bukan tidak
mungkin akan menular lagi pada orang lain jika pasien atau istrinya berhubungan dengan
orang lain. Dalam hal ini, sebagai dokter yang harus bisa memberikan pengertian pada
pasien agar tetap mengajak istrinya berobat juga, karena dokter harus memberi yang
terbaik untuk pasien agar pasien dan istrinya sehat kembali
20
Pada
akhirnya,
dalam
melakukan
komunikasi
dokter
pasien
perlu
mempertimbangkan hak pasien, tapi dokter juga mempunyai kewajiban untuk membuat
pasien sehat. Pasien juga harus dibuat mengerti semua tindakan yang dilakukan dokter
juga untuk kebaikan pasien sendiri.
Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetika dan hukum kedokteran: pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan ke-2. Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007.h.
29-39, 53-5, 62-3, 77-85.
2. Kode etik kedokteran indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran
indonesia.
Diunduh
dari
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-
21
6. Sjaiful Fahmi Daili. Gonore dalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; editor:
Adhi Juanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Edisi kelima. Cetakan keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. h.372-3
22