Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
13.1. UMUM
Beton tembak (shotcrete) adalah beton yang agregatnya berukuran relatif lebih kecil
(ukuran sieve : 0,125 mm 8 mm) dari pada agregat yang biasa dipergunakan untuk
beton biasa dan dapat dipergunakan sebagai penyangga sementara maupun permanen.
Shotcrete dirancang untuk dapat menahan gaya yang bekerja pada batuan yang
disebabkan oleh lubang bukaan. Pada shotcrete, penambahan material-material (misalnya
: fibre) tertentu, diharapkan juga bisa bertahan terhadap tension stress. Gambar berikut ini
menunjukan model shotcrete yang rusak akibat tention stress.
Gambar 3.1
Kondisi Shotcrete yang Rusak
Dari sifat-sifat yang dimilikinya shotcrete mempunyai beberapa kelebihan bila
dibanding dengan sistem penyanggaan dari kayu atau baja antara lain : tidak ada ruang
kosong pada dinding terowongan dan waktu pelaksanaan lebih singkat. Selain untuk
mengatasi sifat dari beton tembak (shotcrete) yang mempunyai kuat tarik rendah, maka
sebagai sistem penyangga beton tembak (shotcrete) dikombinasikan dengan weldmesh,
splitsets atau rock bolt agar pemasangannya tidak terlalu tebal, sekitar 5 cm 25 cm
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi batuan yang ada.
Sampai saat ini, shotcrete bisa memberikan daya support hingga 50 MPa. Bila
tekanan batuan sudah melebihi daya dukung shotcrete, maka akan terjadi retakan-retakan
pada dinding shotcrete, sebelum shotcrete tersebut runtuh.
Beton tembak atau shotcrete merupakan salah satu aplikasi dari penyanggaan
beton (concrete). Gambar 3.1 memperlihatkan aplikasi shotcrete di drift/tunnel.
Gambar 3.2
Aplikasi Shotcrete di Drift/Tunnel
Shotcrete pada industri tambang terutama pada tambang dalam (underground
mine) digunakan pada :
-
Shaft
5. Material ini mempunyai ketahanan yang baik terhadap api, tidak terbakar.
6. Karena akan menciptakan permukaan yang halus, hambatan udara dapat
dikurangi.
7. Tidak terpengaruh oleh cuaca dan mempunyai umur pakai yang panjang.
Kerugiannya :
1. Mempunyai ketahanan yang rendah terhadap tarikan, sehingga dalam kondisi
terdapat tarikan, perlu diperkuat dengan baja.
2. Dapat pecah secara tiba-tiba tanpa adanya tanda terlebih dahulu, sehingga
menyulitkan selama pengawasanya.
3. Shotcrete yang sudah pecah tidak dapat digunakan lagi, tidak seperti baja atau
kayu.
Untuk mengatasi kuat tarik yang rendah, shotcrete dipasang mesh yang ditanam
didalam konstruksi shotcrete sehingga membentuk satu kesatuan yang disebut beton
bertulang (reinforced).
Tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimut beton atau tekanan maksimum yang
diperoleh adalah :
( ri - tc )2
1
Psc max =
Pc cos 1r12
dimana =
Psc max = tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimut beton
(kg/cm2)
Pc cos
r1
tc
.B
100
:
P = beban penyangga (ton/m2)
Ketebalan beton tembak (shotcrete) dapat dihitung dengan rumus Rabcewicz (1974),
yaitu :
P.r
t = 0.434
dimana :
t = tebal beton tembak (shotcrete) (m)
P = tekanan pada beton tembak (shotcrete) (t/m2)
r = jari-jari tunnel (m)
= tegangan geser yang diijinkan dari bahan shotcrete (t/m2) = 0,2 b
b = kuat tekan beton tembak/shotcrete)
13.2.
a.
Peralatan
ringan,
produksi
dapat
Mudah dibersihkan
Memungkinkan
jika
kegiatan
Kapasitas rendah
Gambar 3.3
Dry Mix Shotcrete
b.
Kapasitas tinggi
Gambar 3.4
Wet Mix Shotcrete
13.3. BAHAN-BAHAN CAMPURAN BETON TEMBAK (SHOTCRETE)
1.
Semen
550
5 D max
Dimana :
Mc = dosis minimum semen (dalam kg) per m3 shotcrete.
Dmax = ukuran material terbesar (dalam mm)
Sehingga dapat diketahui bahwa jika ukuran material meningkat, jumlah
semen yang digunakan akan turun, membuat penggunaan shotcrete lebih
ekonomis. Namun jumlah semen yang digunakan juga tergantung dari kualitas
agregate yang digunakan. Jika agregate tersebut tidak dapat memberikan
kekuatan maksimal sesuai dengan kekuatan yang diinginkan, maka jumlah
semen yang digunakan semakin banyak. Hal ini dimaksudkan agar semen
dapat mengikat agregate yang digunakan dalam campuran shotcrete tersebut.
Ukuran material dan semen harus dikontol secara benar, agar nilai kuat tekan
yang diperoleh sesuai standard dan daya lekat dari pada material shotcrete
bagus, sehingga hasil penyemprotan shotcrete tidak banyak masalah.
2.
Agreggate/material
Agreggate berguna untuk memberikan dimensi yaitu sebagai struktur rangka
pada material shotcrete, mengurangi jarak celah yang harus diisi oleh semen
sebagai bahan perekatnya sehingga dapat mengurangi cost. Agregate yang
digunakan
adalah
pasir. Pasir
akan
menjadi
kerangka
beton
dan
Sumber : Buku Sprayed Concrete for Rock Support, By Tom Melbye, hal. : 30 31
Grafik 3.1
Rekomendasi Ukuran Aggregate untuk Shotcrete
(Standard ASTM)
3.
Air
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam penggunaan beton tembak
(shotcrete). Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari ukuran agregat dan
kekuatan dari beton tembak (shotcrete) yang diinginkan, juga tergantung dari
sifat granulometri material dan kuat tekan yang ada. Jumlah air yang
dibutuhkan (dalam kg) per meter kubik-nya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Mw = A (7-K)
dimana :
Mw
= jumlah air
Tabel 3.3
Tabel Koefisien pada Kondisi Kerja Tertentu
Kondisi kerja
Kerikil
Basah (2-6 cm tenggelam)
Plastik (7-12 cm tenggelam)
Cairan (>12 cm tenggelam)
4.
45
50
58
Koefisien
Pecahan Batuan
50
63
74
non-accelerator
dan
meningkatnya
cristalin
yang
Campuran ini bekerja dengan cara mengisi setiap partikel semen secara
ion dan membuatnya terpisah, secara efektif melumasi campuran yang
kemudian mengurangi jumlah air, tanpa harus mengurangi nilai slump
yang diinginkan.
5. Microsilica (silica fume)
Microsilica adalah material yang sangat kecil dengan reaksi pozzolan
yang tinggi. Microsilica merupakan zat yang dicampurkan bersama
material utama shotcrete di batch plant yang berguna untuk mengisi
rongga-rongga yang terdapat pada campuran shotcrete, sehingga
diperoleh komposisi yang bagus untuk dijadikan penyangga batuan.
Microsilica pada shotcrete memiliki keuntungan sebagai berikut :
Meningkatkan durability (lebih tahan terhadap suhu rendah dan
serangan asam)
Meningkatkan ikatan perlapisan
Menaikkan kekuatan (kuat tekan)
Mengurangi rebound
Memperlancar aliran pada delivery hose (pada wet process)
Meningkatkan kohesi campuran.
Mempertebal aplikasi pada sekali penyemprotan.
6. Hydration Control
Hydration control berfungsi untuk menghentikan proses hidrasi dengan
membentuk barrier disekeliling partikel semen sebelum penyemprotan.
2.
Delivery
Delivery adalah proses perjalanan shotcrete dari batch plant ke lokasi penyemprotan
shotcrete. Delay yang terjadi akan memperngaruhi nilai slump sehingga berakibat
Placement
Cara penempatan beton tembak (shotcrete) akan mempengaruhi keberhasilan
penggunaan beton tembak (shotcrete) itu sendiri. Mekanisme penyemprotan sangat
memegang peranan penting karena mempengaruhi persentase rebound yang terjadi.
Mekanisme penyemprotan shotcrete yang benar yaitu memutar/sirkular (lihat gambar
3.4) dengan sudut antara nozzle dengan dinding drift yang dishotcrete adalah 90o
(lihat gambar 3.5). Prosedur persiapan dan penyemprotan yang baik dan benar dapat
dilihat pada lampiran G. Selain posisi penyemprotan, besarnya rebound juga
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kondisi permukaan batuan dan kekerasan
permukaan batuan. Permukaan batuan yang lembab dan ada aliran air akan
memperbesar persentase rebound. Presentase rebound yang dapat ditolerir adalah
sebesar 10 %. Peresentasi rebound ini tergantung dari sudut kemiringan nozzle pada
saat penyemprotan dan persentase accelerator yang digunakan (lihat gambar 3.5).
Untuk itu permukaan batuannya harus dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan
dilakukan dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi sampai didapatkan
permukaan batuan yang betul-betul bersih. Pada permukaan batuan yang sangat keras,
lapisan pertama dari shotcrete akan mengalami rebound yang paling banyak bila
dibandingkan dengan lapisan berikutnya. Untuk mendapatkan ketebalan yang
diinginkan, maka penyemprotan dapat dilakukan secara bertahap lapis demi lapis.
Penyemprotan shotcrete yang terlalu tebal juga akan mengakibatkan fall out (lihat
gambar 3.6).
Gambar 3.5
Mekanisme Penyemprotan Shotcrete yang Benar
Gambar 3.6
Pengaruh Sudut Penyemprotan terhadap Rebound
Gambar 3.7
Pengaruh Prosedur Penyemprotan Terhadap Persentase Rebound yang Terjadi
(Melbye,2001)
FALL OUT
Gambar 3.8
Kenampakan Fall Out yang Terjadi pada Shotcrete
13.5 PENGUJIAN BETON TEMBAK (SHOTCRETE)
Untuk mengetahui dan mengontrol viscousitas shotcrete yang ada, perlu
dilakukan slump test. Slump adalah kepekatan campuran shotcrete untuk dapat melekat
pada dinding batuan tanpa mengalami perubahan kondisi campuran. Tambahan air
disesuaikan dengan kondisi campuran shotcrete berdasarkan ketentuan QA/QC
Engginering. Slump test ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan atau viscousitas dari
material shotcrete yang telah dicampur. Karena dengan mengetahui nilai slump test ini,
maka dapat diperkirakan keberhasilan dalam proses shotcrete. Slump test dilakukan
sesaat setelah material shotcrete dicampur di batch plant dan di lapangan sebelum
material shotcrete disemprotkan ke dinding drift/panel. Standard yang ditetapkan oleh
batch plant untuk mendapatkan hasil shotcrete yang baik adalah nilai slumpnya antara 78 inch (untuk nilai slump di batch plant) dan 6 inch untuk nilai slump di lapangan. (1
inch = 2, 54 cm). Ada 3 macam slump yaitu slump normal, slump bergeser, slump
runtuh. Prosedur slump test dapat dilihat pada lampiran H.
Untuk menguji kekuatan shotcrete, perlu dilakukan beberapa pengujian yaitu :
Gambar 3.9
Penetration Neddle Test
kuat tekan shotcrete dalam periode waktu tertentu. Standar yang ditentukan oleh
PT. Freport Indonesia adalah dalam waktu maksimal 28 hari, shotcrete harus
sudah mencapai kekuatan 40 Mpa. Pengetesan kekuatan shotcrete dengan metode
ini dilakukan dengan membuat sample yang berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 6 inci dan tinggi 12 inci. Proses pembuatan sample ini dapat dilihat pada
lampiran K. Jika sample telah memenuhi syarat untuk di uji kekuatannya, maka
dilakukan pengujian. Tekanan dilakukan sampai jarum penunjuk berhenti
bergerak, sehingga dapat dibaca pada skala berapa kuat tekan yang dihasilkan.
Jika terdapat perbedaan nilai kuat tekan akhir dari beberapa sample yang berbeda,
hal ini biasanya dapat terjadi karena adanya proses pembuatan sample yang tidak
sesuai dengan prosedurnya. Spesifikasi alat yang digunakan untuk melakukan
uniaksial compressive strength dapat dilihat pada lampiran L.
Gambar 3.10
Alat Uniaksial Compressive Strength
(mold) yang digunakan pada prosedur ini adalah cetakan baja yang bisa
digunakan ulang (reusable) yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat
round panel mengering di dalamnya. Screed atau menggaruk permukaan
concrete dalam cetakan dengan tongkat yang lurus untuk meratakan dan
menghaluskan permukaan concrete. Mesin pengujian RDP ini digerakkan oleh
motor hidrolik listrik. Tujuan penggunaan mesin ini adalah untuk mengukur
secara akurat energi yang diberikan oleh shotcrete ketika mendapat tekanan.
Mesin pengujian RDP mengukur gaya yang diberikan ke sampel ketika
deformasi terjadi, kemudian mesin ini mentransfer data ke komputer. Komputer
ini kemudian menghitung jumlah energi kumulatif yang dikeluarkan untuk
mendeformasi sampel yang diuji. Angka yang didapatkan tersebut disebut
sebagai kekuatan lentur (flexural toughtness) sampel.
Gambar 3.11
Round Pannel Test
Test ini juga bertujuan untuk melihat kualitas dari pencampuran material
shotcrete (batching). Ukuran nominal dari sample adalah 75 15 mm untuk
ketebalannya dan 800 10 mm untuk diameternya. Data di lampiran AC. Energi
yang tercatat sepanjang displacement dapat dikoreksi dengan rumus :
to
W = W
do
, dimana B = 2,0 ( 0,5) / 80
d
Keterangan :
W
= Energi terkoreksi
= Average thickeness
to
do
Grafik 3.11
Hubungan Nilai Kekuatan Shotcrete dengan W/C Ratio menurut Cemal Biron
= 0,4.
nilai ini menunjukkan kuat tekan shotcrete, yang akan menurun dengan naiknya
ratio air dan semen. Rumus-rumus yang menggambarkan kuat tekan dan
kaitannya dengan
Menurut Abrams
b = A
B.
1
0.5
Menurut Bolomey
b = K
Menurut Graf
b = Kn . 1
dimana :
b = kuat tekan dalam curing time tertentu, kg/cm2
Hydration
Proses hidrasi sangat penting untuk menghasilkan kekuatan shotcrete bersifat
homogen. Proses hidrasi sendiri tergantung pada w/c ratio. Terlalu banyak air
akan menyebabkan semen dan agregat terpisah, terlalu sedikit air menghasilkan
mixing yang jelek antara semen dan agregat. Sehingga perbandingan jumlah air
dan semen yang digunakan untuk menghasilkan material shotcrete yang bagus,
harus benar-benar sesuai.
3.
Slump
Slump menunjukkan consistency dari shotcrete yaitu merupakan sifat plasticity
dan kemampuan mengalir dalam pipa saat disemprotkan. Sifat plasticity dari
campuran shotcrete tersebut harus tetap dijaga sampai saat penyemprotan.
Apabila campuran shotcrete kehilangan sifat plasticity maka akan berakibat
campuran shotcrete berubah menjadi padat sehingga akan mengalami kesulitan
saat disemprotkan. Disamping itu selang
dibersihkan, hal ini akan mengakibatkan terjadinya delay atau waktu senggang
selama pengoperasian shotcrete ini yang dapat menyebabkan material shotcrete
menjadi padat karena proses pengerasan/kompaksasi.
4.
Pemadatan/ Compaction
Merupakan jumlah volumetric material padat (semen dan material) pada 1m3
shotcrete. Berbalikkan dengan porositas. Telah diketahui bahwa kuat tekan
shotcrete akan berkurang dengan turunnya nilai porositas, untuk mengurangi
porositas pemadatan perlu ditingkatkan, penggunaan peralatan seperti palu
penggetar (vibrating hammer) dapat digunakan dalam membantu pemadatan. Hal
ini digambarkan dengan rumus :
Vc
Vc
p =1A
Dimana :
5.
Vc
= compaction
= porositas
Sifat Granulometri Material
Ukuran dan bentuk dari material yang digunakan penting dalam kemampuan dan
kuat tekan shotcrete. Jumlah air yang dicampurkan merupakan fungsi dari sifat
granulometri suatu material. Pada perbandingan air dan semen, ukuran maksimum
dari material kasar akan meningkatkan kuat tekan, sedangkan penambahan air
akan mengurangi kuat tekannya. Hubungan bentuk aggregates dengan aggregatescement ratio ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4
Hubungan antara ukuran dan bentuk material dengan perbandingan semen dan
material
Bentuk Material
Material bulat kasar dan material
halus tidak beraturan
Material kasar tidak beraturan dan
material halus tidak beraturan
Material kasar menyudut dan
material halus tidak beraturan
Perbandingan Material
dan Semen
6,5
5,5
5,2
6.