Sertifikasi Benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi dan
pengolahan benih yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian
Republik Indonesia (Lita Sutopo, 2002).
Sutopo Lita, 2002, Teknologi Benih, PT. Raja Grafindo Pusaka, Jakarta
PROSEDUR SERIFIKASI BENIH
1. Permohonan Sertifikasi
a. Pemohon sertifikasi benih adalah orang / badan hukum atau instansi pemerintah yang ingin
memproduksi benih bina.
b. Diajukan oleh pemohon kepada instansi penyelenggara sertifikasi benih setempat.
c. Hanya dapat diajukan oleh produsen yang memenuhi syarat, yaitu :
Memakai petunjuk yang diberikan oleh penyelenggara sertifikasi benih sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian benih sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Diajukan kepada penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari sebelum tabur
dengan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah ditentukan.
d. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu unit sertifikasi yaitu terdiri
dari 1 (satu) varietas dan 1 (satu) kelas benih dalam satu keasatuan lahan (lot).
e. Dilampiri :
f. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan kebenaran dokumen dilakukan sebelum benih disebar, untuk mendapatkan
kepastian bahwa data yang diberikan benar-benar sesuai dengan keadaan dilapangan
2. Pemeriksaan Pertanaman
a. Untuk mendapatkan kepastian bahwa yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut adalah
benar terdiri dari varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sampai batas toleransi
b. Jumlah/beratnya satu kelompok benih untuk masing-masing jenis/varietas tidak lebih dari
ketentuan yang berlaku
c. Contoh benih dari suatu kelompok benih akan diambil oleh petugas.
d. Cara pengambilan contoh benih, jumlah atau berat contoh dan alat pengambilannya harus
sesuai dengan pedoman yang berlaku
e. Contoh benih yang telah disampaikan ke Laboratorium tidak dapat diambil kembali.
6. Pemasangan label
a. Label dicetak oleh Penangkar / Produsen benih sesuai dengan format yang telah ditentukan
penyelenggara sertifikasi.
b. Label diberi nomor seri dan disahkan (stempel) oleh penyelenggara sertifikasi sesuai
dengan laporan lengkap hasil pengujian benih.
c. Label harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih atau dengan cara lain yang disetujui
penyelenggara sertifikasi yang mudah dilihat dan tidak mudah rusak.
d. Pemasangan label dilakukan oleh produsen benih, dibawah pengawasan Pengawas Benih.
Pedoman Sertifikasi Benih Tanaman Padi. 2009. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan