Hiv Bumil
Hiv Bumil
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas
mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam
kehamilan.
2.2. Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
3
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satusatunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada
saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga
virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan
atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2.3. Macam infeksi HIV
Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :
1. Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan
limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. Secara
klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok,
mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah
CD4+ sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+
secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran kelenjar
limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan
viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.
3.
semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 sel/l
sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum terlihat. ( Robbins, dkk, 1998 :
143 )
2.4. Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Thelper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virusvirus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virusvirus
yang baru. Virusvirus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah
proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakitpenyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut
dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel
sel yang terinfeksi dan mengantikan selsel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari selsel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 8001200
sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang selsel CD4+ Tnya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksiinfeksi
oportunistik.
Infeksiinfeksi oportunistik adalah infeksiinfeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang
pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.
6
7
PATHWAY
Virus HIV
Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B
Merusak seluler
HIV- positif ?
Reaksi psikologis
Organ target
Gatal, sepsis,
nyeri
Sensori
Gangguan
penglihatan
dan
pendengaran
Gangguan sensori
Infek
si
Penyakit
anorektal
Dermatologi
Disfungsi
biliari
Hepatitis
Respiratori
Nutrisi inadekuat
Diare
Cairan berkurang
Ensepalopati akut
hipertermi
Aktivitas intolerans
Kompleks
demensia
Gangguan mobilisasi
Cairan berkurang
Lesi mulut
Gastrointestinal
Manifestasi saraf
Manifestasi oral
Nutrisi inadekuat
Immunocompromise
Sejarah vaksinasi dan kekebalan telah didokumentasikan. Titer untuk cacar dan
rubella
ditentukan
dimurnikan/puriviet
dan
tes
protein
kulit
derivatif
tuberkulosa
(Derivasi
(PPD)) telah
protein
dilakukan
yang
vaksinasi
10
11
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalist
c. Adanya herpes zoster yang berulang
d. Kandidiasis orofaringeal
e. Herpes simplex kronik progresif
f. Limfadenopati generalist
g. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita
h. Retinitis Cytomegalovirus
2.7. Pemeriksaan diagnostik
1.
2.
ELISA
Western blot
Kultur HIV
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin
2.8. Pengobatan
12
Analogue
Reverse
Transcriptase
Inhibitors
(NRTI'),
13
yang
aman
dan
memperbaharui
pengujian
HIV. Antiretrovirals
direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam
kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine
sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati.
Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai
sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa
lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan
menjadi lebih besar. PEP tidak merekomen dasikan proses terinfeksi secara
biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat
memberikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang
tidak aman.
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan
imun.
Umur
kronologis
13
pasien
juga
mempengaruhi
14
b) Sirkulasi
-
15
d) Eliminasi
-
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat
dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal,
perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
-
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan
gusi yang buruk, edema
f) Hygiene
-
g) Neurosensoro
-
h) Nyeri / Kenyamanan
-
i) Pernafasan
-
15
16
j) Keamanan
-
Gejala
Riwayat
jatuh,
terbakar,pingsan,luka,transfuse
k) Seksualitas
-
l) Interaksi Sosial
-
4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih
bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau
perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
Serologis
-
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
16
17
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
Tes PHS
Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
Neurologis
-
Tes Lainnya
Sinar X dada
Biopsis
17
18
Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi
antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12
minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini
menjelaskan
mengapa
orang
yang
terinfeksi
awalnya
tidak
terinfeksi
atau
pernah
terinfeksi
Human
Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.
18
19
2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
19
3. Rencana Keperawatan
No
1
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
Monitor tanda-tanda
infeksi baru.
gunakan teknik aseptik
pada setiap tindakan invasif.
Cuci tangan sebelum
meberikan tindakan.
Anjurkan pasien metoda
mencegah terpapar terhadap
lingkungan yang patogen.
Kumpulkan spesimen
untuk tes lab sesuai order.
Atur pemberian
antiinfeksi sesuai order
1.
20
Rasional
1. Untuk pengobatan dini
2. Mencegah pasien terpapar
oleh kuman patogen yang
diperoleh di rumah sakit.
3. Mencegah bertambahnya
infeksi
4. Meyakinkan diagnosis
akurat dan pengobatan
5. Mempertahankan kadar
darah yang terapeutik
1. Pasien dan keluarga mau
dan memerlukan
informasikan ini
2. Mencegah transimisi infeksi
HIV ke orang lain
21
4.
1.
2.
3.
4.
1.
Mendeteksi adanya
darah dalam feses
2.
Hipermotiliti mumnya
dengan diare
3.
Mengurangi motilitas
usus, yang pelan,
emperburuk perforasi pada
intestinal
4.
Untuk menghilangkan
distensi
Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai berdasarkan NCP.
5.
Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah
intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang
disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIVmelakukan
penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum
untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil.
Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga
virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian
obat intravena, partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah
(transfusi), bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB
menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1
bulan, penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis, demensia / HIV
ensefalopati. Gejala minor: batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalist,
adanya herpes zoster yang berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes simplex
kronik progresif, limfadenopati generalist,
infeksi jamur berulang pada kelamin wanita, retinitis cytomegalovirus.
3.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya
akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan
maternitas terutama pada ibu hamil yang juga menderita HIV.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
23
24