Oleh:
Daning Eka Pratiwi
Saifuddin Amir
Novia Mandasari
Royan Aditama
Yudistira Eka P.
Rizki Adila Ramadhan
Yulia Nurul Aini
135030100111007
135030100111009
135030100111011
135030100111016
135030100111025
135030100111037
135030100111042
Kelas B
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Kebijakan Finansial dan Fiskal semester genap tahun ajaran 2015/2016. Dalam makalah ini
dijelaskan mengenai Barang Publik serta hal-hal yang berhubungan dengan Kebijakan
Finansial dan Fiskal disertai contoh studi kasus yang ada di Indonesia.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
sertahidayah-Nya kepada penyusun, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai rencana
dan tepat pada waktunya. Tidak lupa juga penyusun ingin berterimakasih Ibu Firda Hidayati
S.SOS, MPA, DPA selaku dosen mata kuliah Kebijakan Finansial dan Fiskal yang telah
membimbing penyusun dalam pembuatan makalah ini, serta beberapa pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari
semua pihak yang telah membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ..................................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang ..........................................................................................................
Rumusan
i
ii
iii
1
1.2.
Masalah ....................................................................................................
1.3.
Tujuan ............................................................................................................
...........
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kebijakan
Finansial
Fiskal .......................................................................................
Barang
Publik ...........................................................................................................
Peran
11
2.2.
2.3.
Pemerintah ......................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Kebijakan dan Peran Pemerintah dalam Penyediaan & Pengelolaan Barang 14
Publik
3.2.
Pengaruh
Penyediaan
APBD .........................
Contoh
3.3.
Barang
Studi
Publik
Terhadap
Kasus
APBN
dan 17
yang 23
Terkait .............................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan .................................................................................................... 29
...........
4.2.
Saran .............................................................................................................. 30
...........
Daftar Pustaka ......................................................................................................................
32
BAB I
PENDAHULUAN
karakteristikyang
dimilikinya,
tetapi
juga
dinilai
dari
kebutuhan
konsumennya. Menurut Gaye Yilmaz (2005), sifat publik dari sebuah barang atau jasa
merujuk pada persoalan cara barang tersebut diberikan kepada masyarakat. Penilaian
terhadap sifat publik atau privat dari sebuah barang tidak bisa dinilai semata-mata
berdasarkan apakah ia dapat diperdagangkan atau tidak. Menurut Gaye Yilmaz (2005),
sesuatu disebut sebagai public goodsketika negara memiliki peran utama dalam proses
pengadaan maupun penyalurannya sehingga dapat dinikmati oleh seluruh warga negara.
Di sini, negara meyakini bahwa barang tersesbut merupakan kebutuhan bersama.
Pihak pemerintah mengadakan barang publik dengan meminta kontribusi dari
publik, diantaranya melalui pajak. Selain itu, pemerintah seringkali dapat bertindak
sebagai fasilitator penyedia barang publik untuk masyarakat tertentu yang bisa
menikmatinya atau untuk meningkatkan efisiensi produksinya kemudian bekerja sama
dengan sektor swasta dengan batasan-batasan tertentu. Disisi lain, pemerintah memiliki
kesulitan dalam mengatur jumlah penarikan kontribusi secara langsung kepada para
pengguna public goods, karena pembayaran tidak berhubungan langsung dengan
permintaan maupun pemanfaatannya. Untuk itu, diperlukan mekanisme pasar yang diatur
melalui suatu proses politik yang dapat menentukan seberapa banyak barang publik yang
harus disediakan dan seberapa besar kontribusi yang harus dibayar oleh para pengguna
baik melalui pajak maupun retribusi.
5
Selain itu, biasanya sektor swasta menyerahkan pada pihak lain untuk
mengadakan barang publik karena diaggap tidak terlalu efisien dalam mendapatkan profit
yang maksimal bagi mereka. Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa
konteks public goods adalah barang yang harus disediakan oleh pemerintah. Di sisi lain,
Savas (2000 : 53) mengemukakan bahwa masyarakat dapat menyediakan sendiri
kebutuhan
akan
barang
atau
jasa
yang
bersifat
kolektif
Namun pada kenyatannya saat ini banyak sekali jalan raya umum yang
mengalami kerusakan, seperti banyaknya lubang-lubang yang mengganggu aktivitas
warga serta dapat menimbulkan bahaya kecelakaan bagi penggunanya apabila tidak
berhati-hati dalam mengemudi. Hal tersebut bisa saja dikarenakan kurangnya perhatian
dari pemerintah pusat maupun daerah ataupun anggaran yang disediakan untuk
membangun maupun perbaikan jalan masih minim.
Kondisi jalan raya di tanah air saat ini masih sangat memprihatinkan, alokasi
anggaran untuk pemeliharaan dan peningkatan sarana jalan raya sangat minim. Dana
APBN 2010 yang dialokasikan untuk Kementerian Perhubungan Rp 18 triliun sebanyak
30 persennya dialokasikan untuk penambahan dan peningkatan sarana jalan.Minimnya
anggaran untuk sektor perhubungan membuat dana alokasi pembangunan jalan baru
sedikit terhambat. Sementara jumlah kendaraan tiap tahun terus naik, pertumbuhan jalan
baru masih di bawah satu persen.
Minimnya anggaran tersebut dikarenakan adanya kebutuhan pemerintah yang
lebih penting, selain itu juga dikarenakan adanya penurunan pendapatan APBN maupun
APBD dikarenakan terdapat masyarakat yang tidak mau membayar pajak namun ingin
menikmati fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, atau biasa disebut free rider. Dalam
kehidupannya, masyarakat diwajibkan untuk membayar pajak. Pajak tersebut akan
dikelola dalam APBN oleh pemerintah. Dari pajak yang dikelola tersebut, akan
dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur salah satunya adalah pembangunan jalan
raya. Dengan harapan dapat memudahkan akses masyarakat dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
Dari uraian latar belakang diatas, maka kelompok membuat makalah dengan
judul
PENGARUH
PENYEDIAAN
BARANG
PUBLIK
TERHADAP
2.
3.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
yang otoritas utamanya berada di tangan pemerintah dan diwakili oleh Kementerian
Keuangan. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang menyebutkan bahwa presiden memberikan kuasa pengelolaan
keuangan dan kekayaan negara kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan
wakil pemerintah dalam pemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Kebijakan finansial
dan fiskal umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam menentukan
besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara eksplisit
digunakan untuk mempengaruhi perekonomian. Berbagai pilihan tersebut, dalam tataran
praktisnya dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah yang lebih dikenal dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2.1.3 APBN
Dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 APBN yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap
tahun dengan Undang-Undangdan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya
disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN mempunyai dua komponen besar yaitu:
9
1
a
b
c
d
e
2
a
b
2.1.4 APBD
APBD adalah suatu gambaran tentang perencanaan keuangan daerah yang terdiri
atas proyeksi penerimaan dan pengeluaran suatu pemerintahan daerah dalam suatu
periode tertentu.
Landasan hukum APBD adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dalam Pasal 78 ayat 1 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan
tugas pemerintah daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Secara garis besar, sumber pendapatan pemerintah daerah sebagai berikut:
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sumber Pendapatan Asli Daerah, yaitu:
a Pajak daerah
b Retribusi daerah
c Bagian Pemda dari hasil keuntungan perusahaan milik daerah (BUMD)
d Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
e Sumbangan dari pihak ketiga yang diatur dalam Undang-Undang.
2
Dana Perimbangan
Sumber dana perimbangan, yaitu:
1 Dana bagi hasil, terdiri atas:
a Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
b Bagian daerah dari penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
c Bagian daerah dari penerimaan sumber daya alam.
2 Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu bantuan umum yang digunakan sesuai dengan
prioritas pembangunan daerah dalam batas-batas arahan pemerintah pusat yang
3
a
b
c
d
golongan.
Kemampuan Administratif
Kriteria ini dimaksudkan karena sumber pendapatan berbeda-beda dalam
subjeknya yang
Barang Publik
Surya (2013) barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tidak akan habis untuk individu lainnya, barang publik yang disediakan
pemerintah merupakan barang milik pemerintah yang dibiayai melalui anggaran belanja
negara.
2.2.1 Pengertian Barang Publik
Barang publik (public goods) mempunyai maksud membawa sebuah pendapat
dari kemanfaatan yang disediakan kepada seluruh masyarakat atau komunitas secara
keseluruhan. Secara umum barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat
dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barangbarang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan
seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya.
12
Barang publik murni (disediakan pemerintah dan swasta yang harus melakukan dan
mengatur distribusi barang tersebut): barang yang dari aspek penggunaanya non
rivalry yaitu tidak ada persaingan dannon exclusive yaitu tidak ada pengorbanan
untuk mendapatkannya. Misalnya: pertahanan, peradilan, fasilitas berupa jalan raya
bersifat rivalry,
tetapi
pemanfataan
tidak
bersifat exlusive.
Misalnya: rumah sakit, pemancar radio, rumah sakit swasta, sekolah swasta, dan
4
Non rivalry
Berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan
mengurangi kesempatan konsumen lain untuk dapat mengkonsumsi barang tersebut.
Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi
konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat
menikmati barang tersebut.
Pertahanan Nasional
Jika suatu negara berhasil dipertahankan, tidak ada seorang pun yang bisa
dicegah untuk menikmati manfaatnya. Ketika seseorang menikmati manfaatnya,
manfaat yang dirasakan oleh orang lain tidak akan berkurang. Oleh sebab itu,
Pengentasan Kemiskinan.
Sistem kesejahteraan bersama memberikan sedikit uang kepada keluarga miskin.
Begitu juga, program makanan murah ditujukan untuk mengurangi biaya pembelian
makanan bagi keluarga miskin berbagai program tempat tinggal dari pemerintah
membuat harga tempat tinggal lebih terjangkau. Program-program anti kemiskinan
ini dibiayai oleh pajak yang dipungut permerintah dari keluarga atau individu yang
sukses secara finansial.
2.3 Pemerintah
Banyak ahli pemerintahan yang berusaha untuk memaparkan fungsi dan peran
pemerintah. Salah satunya Kaufman (dalam Thoha, 1995 : 101) menyebutkan bahwa
14
lebih
lanjut
bahwa
tugas
pelayanan
lebih
menekankan
upaya
kepada
publik,
sedangkan
tugas
mengatur
lebih
menekankan
kekuasaanpower yang melekat pada posisi jabatan birokrasi. Selain itu, pemikiran 2
tokoh, John Lock dan Montesqiue yang membahas mengenai Trias Politica, fungsi-fungsi
kekuasaan eksekutif dipaparkan sebagai Chief of State, Head of Government, Party
Chief, Commander in Chief, Chief Diplomat, dan Chief Legislation.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rasyid (2000 : 13) yang memaparkan enam
tugas umum pemerintah antara lain menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan
serangan dari luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat
menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan, memelihara
ketertiban dan menjamin agar perubahan apapun yang terjadi di dalam masyarakat dapat
berlangsung secara damai, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap
warga masyarakat, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial,
menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas, dan menerapkan
kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan lingkungan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka fungsi dan peran pemerintah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Fungsi Regulasi
Pemerintah pusat akan memfasilitasi daerah dalam bidang regulasi melalui
komunikasi yang efektif. Fungsi pemerintah dalam bidang regulasi khususnya
bergerak dalam bidang kesehatan sebagai regulator pelayanan kesehatan. Contoh
kasusnya adalah Badan Mutu Pelayanan Kesehatan di Propinsi Yogyakarta. Badan ini
mengoptimalkan implementasi regulasi di dinas kesehatan provinsi maupun kabupaten
atau kota, sarana akuntabilitas lembaga regulator melalui strategi kemitraan dan
meningkatkan keterlibatan lintas sektoral dalam pelaksanaan program kegiatan
lembaga regulator. Selain itu, contoh lain daln menerapkan fungsi pemerintah dalam
regulasi adalah regulasi desentralisasi kesehatan. Pemerrintah melakukan regulasi
tenaga kesehatan dan lembaga kesehatan. Pada awal pelaksanaan desentralisasi,
daerah yang telah memiliki kewenangan untuk mengatur sistem kesehatan kurang
dapat menjalankan fungsinya dengan baik karena sebelum desentralisasi daerah hanya
menjalankan tugas dari kanmil pemerintah pusat atau provinsi. Oleh karena itu,
pemerintah melaksanakan fungsi regulasinya dengan mendukung dan meregulasi
15
peran pemerintah daerah serta memfasilitasi daerah dalam hal regulasi melalui
komunikasi yang efektif.
2 Fungsi Alokasi
Fungsi Alokasi adalah fungsi pajak sebagai sumber pemasukan keuangan negara
untuk kemudian dialokasikan untuk pengeluaran rutin negara. Anggaran negara harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
3 Fungsi Distribusi
Menurut Musgrave pemerintah bertanggung jawab untuk mendistribusikan
pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Hanya Negara yang bisa memaksa
golongan masyarakat kaya untuk menyisihkan penghasilannya dengan mewajibkan
mereka membayar pajak sesuai dengan kemampuannya.
4 Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi pemerintah dilakukan dengan menggunakan kebijakan
anggaran sebagai alat untuk menjaga agar tingkat tenaga kerja tetap tinggi, tingkat
stabilitas harga yang pantas, pertubuhan ekonomi yang tepat, dan mempertimbangkan
dampaknya bagi perdagangan dan keseimbangan pembayaran. Selain itu, contoh lain
peran dan fungsi pemerintah dalam stabilisasi adalah sebagai mediator ketika terjadi
konflik antara nelayan Bangkalan dan Pasuruan. Pemerintah sebagai fasilitator dalam
proses meyelesaikan konflik tersebut. Metode yang digunakan adalah persuasif secara
institusional.
16
BAB III
PEMBAHASAN
1
17
Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
Penyediaan barang publik harus sesuai dengan prinsip-prinsip sistem pelayanan terpadu,
yaitu:
1
2
3
4
5
6
Keterpaduan
Ekonomis
Koordinasi
Pendelegasian atau pelimpahan wewenang
Akuntabilitas
Aksesibilitas
mengadakan barang publik karena terlalu tidak efisien bagi mereka. Hal ini kemudian
menimbulkan penafsiran bahwa barang publik adalah barang yang harus disediakan oleh
pemerintah. Hal ini tidak selamanya benar. Karena penggunaannya yang untuk publik,
maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya. Sektor swasta
biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya sendiri untuk mengatasi efek
eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut. Contoh: sistem
jalan toll, sehingga hanya mereka yang membayar yang dapat menggunakan jalan
tersebut.
Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kadang kala ditemukan
kendala yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa yang kurang baik, pengesahan anggaran yang terlambat, tidak segera
dilaksanakannya pengumuman pelaksanaan pemilihan penyedia, hingga belum meratanya
kompetensi dari Pengelola Pengadaan. Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah salah satunya dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi
informasi dalam proses pelaksanaannya. Pemanfaatan teknologi informasi selain
bertujuan untuk memperingan beban Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juga
bertujuan untuk tetap menjaga sisi akuntabilitas dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
diperlukan
dalam
pelaksanaan
percepatan
belanja
Pemerintah,
khususnya
terhadapBarang/Jasa yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu,
Pemerintah merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuhan Katalog Elektronik baik
dari segi kuantitas maupun varian Barang/Jasa.
Alternatif pilihan untuk penyediaan barang publik ada 2, antara lain :
1 Persediaan sukarela
Salah satu cara untuk menyediakan barang publik adalah dengan mengandalkan
pada persediaan sukarela dan mentoleransi kekurangan dari persediaan barang publik.
Kekurangtersediaan barang publik akan lebih dapat ditoleransi untuk pelayanan yang
tidak terlalu penting dibandingkan pada fungsi inti yang penting. Donasi juga lebih
mudah diperoleh pada barang publik yang tidak murni dibandingkan barang publik
yang murni. Penyediaan sukarela memiliki resiko terciptanya kekurantersediaan atau
2
Contoh lainnya adalah, website gratis (barang publik) dimana di dalamnya terdapat
begitu banyak iklan-iklan yang merupakan barang privat, sebagai sumber
pendanaannya.
Karakteristik dari barang publik adalah ketersediaannya yang memperbolehkan
masyarakat untuk menikmatinya tanpa membayar. Hal ini memnimbulkan dorongan yang
salah untuk menciptakan fenomena yang disebut free rider. Free rider adalah seseorang
yang turut menikmati suatu barang/ fasilitas tanpa membayar. Free riders adalah
permasalahan yang muncul dalam penyediaan barang publik terkait dengan kedua
sifatnya, yaitu Non-rivalry dan Non-excludable. Free riders ini adalah mereka yang ikut
menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara sebenarnya
ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut. Contohnya
adalah mereka yang tidak membayar pajak tadi, tapi ikut menikmati jasa-jasa atau
barang-barang yang diadakan atas biaya pajak. Contoh lain, sebuah jalan desa dibangun
dengan kerja bakti. Free rider adalah mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian
ikut menggunakan jalan desa tersebut.
Dalam kelompok yang luas seperti negara konsensus untuk memberikan
kontribusi oleh warganya tidaklah mudah . Hal ini dikarenakan preferensi orang berbedabeda serta sifat pajak itu sendiri yang tidak memberikan kontra prestasi secara langsung
sehingga ada sebagian orang yang enggan berkontribusi walaupun menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan telah memenuhi syarat subyektif dan obyektif. Hal ini
dikenal sebagai free rider yaitu pengguna barang publik yang tidak ikut berkontribusi
terhadap pengadaannya.
Tingkat free rider perpajakan dalam skala kecil tidak akan terlalu berpengaruh
terhadap postur penerimaan negara. Masalahnya jika free rider ini bertambah banyak
maka target penerimaan negara dari sektor pajak tidak akan tercapai. Apalagi penerimaan
negara ini merupakan sumber utama selain PNBP. Defisit Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara akan semakin besar. Padahal selama ini ketentuan besarnya defisit APBN
yaitu sebesar 3% dari produk domestik bruto . Hal ini diatur dalam penjelasan pasal 12
ayat 3 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2
negara bukan pajak (PNBP), hibah serta dengan melakukan pinjaman baik dari dalam
maupun luar negeri. Jika dulu PNBP dari sektor migas menjadi andalan penerimaan
negara maka sekarang ini pajak yang menjadi andalan sumber penerimaan negara karena
prosentase dari seluruh penerimaan negara hampir 70%.
Pajak menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
baik
dan
belanja
perjalanan
yaitu
untuk
perjalanan
kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan.
Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah
untuk pembangunan fisik dan non fisik dalam rangka menambah modal mayarakat.
Contoh pembangunan fisik adalah pembangunan jalan, jembatan, sekolah dan ruman
sakit. Sedangkan pembangunan non fisik seperti pelaksanaan program pengentasan
kemiskinan.
21
Berikut adalah rincian APBN, Pendapatan Negara, Belanja Pemerintah Pusat dan
Belanja menurut fungsi dari Tahun 2007-2013.
22
23
24
Dari tabel Ringkasan APBN tahun 2007-2013 penerimaan dalam negeri dalam
hal perpajakan mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2009, namun pada tahun 2010
meningkat menjadi 723.306,7 miliar, seperti yang kita ketahui juga pajak merupakan
sumber utama penerimaan negara. Ada kecenderungan semakin banyak pajak yang
diterima maka semakin besar pengeluaran yang dilakukan. Hal tersebut juga diimbangi
dengan peningkatan anggaran transfer ke daerah yang terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Selain itu juga terlihat dalam tabel belanja pemerintah pusat, pemerintah
telah menganggarkan sejumlah dana pada tahun 2010 yang digunakan untuk membiayai
belanja barang sebesar 97.596,8 miliar rupiah. Pemerintah juga telah memberikan dana
ke
setiap
daerah
untuk
membiayai
kebutuhannya
dalam
menyelenggarakan
Retribusi Daerah tersebut diatur dengan Undang-undang tersendiri, yang saat ini adalah
UU 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Berdasarkan UU 28/2009 tersebut, beberapa jenis pajak Provinsi harus dibagihasil-kan kepada Kabupaten/Kota yaitu :
Jenis Pajak
Provinsi
Kab/Kota
70%
30%
70%
30%
30%
70%
30%
70%
50%
50%
20%*
80%*
Bermotor
Pajak Rokok
26
Dari jumlah PAD tersebut, bagi hasil pajak provinsi yang ditransfer kepada
Kab/Kota adalah sebagai berikut :
Grafik: Prosentase besarnya bagi hasil yang ditransfer ke Kab/Kota dibagi penerimaan
Pajak Daerah.
27
sangat memengaruhi
raya yang baik sangat bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan masyarakat daerah
tersebut. Dari segi sosial masyarakat akan sangat terbantu dalam melaksanakan interaksi
sosialnya, baik antar desa maupun wilayah lainnya sehingga setiap kegiatan yang
menyangkut aktivitas sosial lainnya dapat terlaksana dengan baik.
Dampak kerusakan infrastruktur jalan raya sangat memengaruhi kondisi
masyarakat dalam aspek sosial kemasyarakatan. Dampak tersebut antara lain
terganggunya interaksi antar masyarakat, aktivitas sosial pada masyarakat sehingga untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat sulit terlaksana. Dengan sulitnya interaksi antar
masyarakat menyebabkan sulit terjadi peningkatan kehidupan masyarakat yang dinamis.
Selain itu, dampak psikis yang diderita saat masyarakat melakukan perjalanan akibat
kondisi infrastruktur yang buruk adalah pola pikir masyarakat yang mudah tersulut emosi
ketika berkendara. Hal ini disebabkan akibat mereka saling berebut mendapatkan jalan
yang rata dan baik atau karena salah satu pengendara melakukan kesalahan sehingga
dianggap mengakibatkan celaka bagi pengendara yang lain, seperti melakukan
pengereman mendadak sehingga pengendara di belakangnya hampir menabrak atau sudah
menabraknya. Dampak lain yang terjadi di jalanan akibat kondisi jalanan yang buruk
antara lain terjadinya peningkatan angka kecelakaan yang terjadi karena pengendara yang
terperosok lubang yang ada di bahu jalan atau karena licinnya jalan akibat pasir atau
lumpur.
Pembangunan jalan sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam
bentuk sistem transportasi terpadu akan memberikan pelayanan dan
manfaat bagi
keadilan,
Masalah teknik operasional upaya peningkatan sarana jalan tersebut, nantinya akan diatur
melalui Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden.
Sementara Direktur LLAJ Ditjen Perhubungan Darat, Surdirman Lambali
menambahkan, terbatasnya anggaran untuk peningkatan dan penambahan sarana jalan
raya, memicu ketidakseimbangan antara penambahan panjang jalan raya dengan laju
kendaraan bermotor. Tingkat kepadatan lalu lintas menjadi sangat tinggi, dan angka
kecelakaan lalu lintas juga makin meningkat. Berdasarkan data tahun 2004, jumlah kasus
lakalantas di Tanah Air mencapai 16.000 hingga 20.000 kasus.
Dari penjelasan mengenai studi kasus diatas, pemerintah dalam penyediaan
barang publik di Purwokerto dirasa masih kurang karena beberapa pertimbangan yang
menghambat, diantaranya adalah kendala anggaran dari APBN yang sangat minim
menyebabkan modal untuk menyediakan jalan raya di Purwokerto kurang. APBN yang
tersedia harus dibagi-bagi ke beberapa daerah untuk pemerataan pembangunan jalan raya,
sehingga pembiayaan yang tersedia akan semakin sedikit yang menyebabkan minimnya
pembangunan jalan raya di Purwokerto.
Dalam penyediaan barang publik tercipta adanya free riders adalah orang yang
ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara ada
pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut. Hal inilah yang
perlu dilihat dan diperhatikan kembali oleh pemerintah. Dari studi kasus di atas, bisa jadi
terdapat masyarakat yang tidak mau membayar pajak, namun menggunakan jalan dengan
semaunya. Sehingga apabila hal tersebut terus dilakukan akan mengurangi pendapatan
pajak, dan mengakibatkan anggaran untuk memperbaiki atau membangun jalan menjadi
berkurang.
Ketika jumlah individu yang terlibat dalam membayar pajak tidaklah banyak,
maka kemungkinan adanya free rider akan lebih mudah dideteksi dan ditanggulangi.
Akan tetapi jika suatu proyek ataupun kegiatan telah melibatkan banyak individu, maka
kemungkinan adanya free rider akan semakin besar dan masing-masing individu akan
cenderung mencari dalih untuk menyelamatkan dirinya dari masalah dan akan
melimpahkan bebannya pada orang lain. Menjadi free rider juga konsisten dengan
gambaran ahli ekonomi dari manusia ekonomis yang rasional untuk mendapatkan
manfaat maksimal bagi dirinya. Hal ini dicerminkan pada perhatian terbesar dari seorang
individu untuk mencari kombinasi dari barang publik dan barang pribadi yang dapat
memaksimalisasi kesejahteraan dirinya.
Sebab- sebab adanya free rider dalam bidang perpajakan adalah sebagai berikut:
1
free
rider
perpajakan
dalam
skala
kecil
berpengaruh terhadap postur penerimaan negara. Masalahnya jika free rider ini
bertambah banyak maka target penerimaan negara dari sektor pajak tidak akan tercapai.
Apalagi penerimaan negara ini merupakan sumber utama selain PNBP. Defisit Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara akan semakin besar. Padahal selama ini ketentuan
besarnya defisit APBN yaitu sebesar 3% dari produk domestik bruto . Hal ini diatur
32
dalam penjelasan pasal 12 ayat 3 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Tingkat ketercapaian target penerimaan pajak dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dapat
dilihat ditabel di bawah ini.
Untuk menekan tingkat free rider di bidang perpajakan perlu dilakukan usahausaha sebagai berikut:
1
2
pajak.
Mengintensifkan program Sensus Pajak Nasional (SPN) untuk menjaring Wajib
Pajak potensial.
Penegakan hukum secara ketat sangat perlu untuk diaplikasikan oleh pemerintah
terhadap masyarakat yang tidak taat membayar pajak. Dengan usaha-usaha tersebut
diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam membayar pajak sehingga penyediaan
barang publik dapat berjalan. Selain itu Pemerintah Daerah sebaiknya mengalokasikan
dana yang lebih besar kedalam pembangunan infrastruktur jalan di daerah-daerah, karena
jalan raya merupakan sarana utama untuk akses dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
dalam perekonomian, dan kegiatan lainnya. Cara lain untuk dapat meningkatkan kualitas
pembangunan jalanraya dapat diakukan melalui peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD) melalui potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sesungguhnya barang publik berhak dinikmati oleh setiap warga negara
Indonesia, karena memang diperuntukkan bagi publik atau bagi umum. Selain itu warga
masyarakat juga membayar pajak, sebagai dukungan bagi pemerintah untuk menyediakan
akses, kenyamanan dan ketersediaan barang publik tersebut.
Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Suatu
barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya
dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
mendapatkannya. Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan
penggunaannya, yaitu : (1) Non rivalry dan (2) Non excludable.
Salah satu peran pemerintah yaitu alokasi yang berarti pemerintah sebagai
penyedia barang dan jasa publik, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, penyediaan
fasilitas penerangan, dan telepon umum. Pemerintah dalam proses pengadaan barang dan
jasa terutama barang publik yang diperlukan oleh masyarakat umum sangat erat
kaitannya dengan keuangan negara terutama APBN dan APBD. Sehingga diperlukan
suatu kebijakan finansial dan fiskal yang berkaitan pengelolaan pendapatan pajak yang
nantinya digunakan untuk membiayai berbagai keperluan negara dan salah satunya
adalah barang publik yang seperti kita ketahui bersama sangat dibutuhkan oleh setiap
lapisan msyarakat. Pihak pemerintah mengadakan barang publik dengan meminta
kontribusi dari publik, diantaranya melalui pajak.
Pajak merupakan sumber utama pembiayaan penyediaan barang publik oleh
pemerintah. Dalam pemungutannya ada sebagian dari masyarakat yang tidak ikut
berkontribusi membayar pajak akan tetapi ikut menggunakan manfaat barang publik.
Orang yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu,
sementara ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut
dikenal sebagai free rider dalam keuangan publik.
34
4.2 Saran
Untuk menekan tingkat free rider di bidang perpajakan perlu dilakukan usahausaha sebagai berikut:
1
Menghapus peraturan
tujuan perpajakan.
Pengenalan pajak dari level pendidikan dasar untuk membentuk masyarakat peduli
pajak.
Mengintensifkan program Sensus Pajak Nasional (SPN) untuk menjaring Wajib Pajak
potensial.
Dengan usaha usaha tersebut diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam
dan persoalan muncul ketika banyak yang jadi free rider dengan tidak membayar pajak
atau pajaknya dikorupsi.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melibatkan pihak swasta dan
masyarakat. Cara pelibatannya bisa bermacam-macam, misalnya: dengan memberikan
sistem insentif-disinsentif kepada pihak yang mau menyediakannya, misal pihak swasta
akan diberi ijin untuk membangun mall kalau mau ikut membuat lampu jalan. Dengan
membuat sistem eksklusifikasi bagi barang publik tertentu dan menjadikannya tidak
sebagai barang publik lagi misalnya jalan tol.
36
DAFTAR PUSTAKA
38