PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) merupakan salah satu potensi
ditandai. Otolit sebagai salah satu komponen berstruklw keras dalam tubuh ikan
terbentuk dari endapan kalsium karbonat dan orogonite dapat digunakan untuk
menghitung pertumbuhan dan menentukan umur ikan (Campana, 1987). Jones
(1992) dalam Stevenson dan Campana (1992) menyatakan bahwa penambahan
panjang ikan dapat diketahui lewat perhitungan dari setiap penambahan lingkaran
pada otolit. Pertumbuhan ikan terbang di Teluk Manado dilihat dari otolit belum
dilakukan.
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui aspek biologi ikan terbang (pertumbuhan,
reproduksi, food habits) mengetahui pola pertumbuhan ikan terbang dan untuk
mendapatkan hubungan antara pertambahan panjang dan berat dengan pertambahan
ukuran otolit serta mendeskripsikan, menginterprestasi makrostruktur otolit ikan
terbang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
et al (1985) ikan terbang dapat dibagi menjadi dua kelompok: bersayap dua
dan bersayap empat yang terbanging-terbanging memiliki mekanisme terbang
yang berbeda. Kemampuan terbang ikan ini merupakan sifat biologi yang paling
menonjol dan membedakannya dengan kelompok ikan yang lain. Kemampuan
tersebut merupakan proses evolusi sebagai adaptasi untuk menghindari pemangsa
di laut lepas dan gangguan kapal, serta untuk menghemat energi dalam mencari
makanan (Davenport 1994 in Ali & Nessa 2006 dalam Nurmawati 2007).
Sirip ventral tidak mencapai sirip dorsal dengan pangkal sirip ventral lebih
dekat ke ujung posterior kepala daripada ke pangkal ekor. Sirip pectoral mencapai
belakang sirip dorsal. Sirip ekor cagak (deeply emarginated) dengan sirip bagian
bawah lebih panjang. Garis lateral terletak pada bagian bawah tubuh. Sisik sikloid
berukuran relative besar dan mudah lepas dengan sisik pradorsal 32-37 dan jumlah
sisik pada poros tubuh 51-56. Giginya kecil, tumbuh pada kedua rahang.
Ikan terbang memiliki warna kulit biru dengan perut berwarna putih, sirip
dada sangat panjang dan lebar, dan sirip ekor membentuk huruf V. Mata ikan
terbang relatif besar dibanding spesies ikan lainnya. Ikan terbang memiliki panjang
tubuh rata-rata 17 cm, namun sebagian spesies (California Flying Fish) mampu
tumbuh hingga 40 cm.
Nilai ekonomi yang besar bagi sumberdaya tersebut sering kali mengabaikan
etika pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan akibat tingginya permintaan pasar,
sehingga populasi jenis ikan ini mengalami penurunan terus menerus beberapa
tahun belakangan ini. Upaya untuk mencegah agar ikan terbang tidak punah dan
berkelanjutan diperlukan suatu kebijakan yang tepat. Untuk mendukung upaya
tersebut maka diperlukan inforterbangi penelitian pendukung baik biologi maupun
ekologi. Salah satu faktor ekologis yang memegang peranan penting dalam
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan adalah makanan. Ikan tumbuh optimal
jika mendapat makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi yang seimbang.
Makanan yang dimakan oleh ikan dimanfaatkan dalam siklus metabolisme
tubuhnya yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan tingkat
keberhasilan hidup untuk tiap individu-individu ikan di perairan tersebut.
Ketersediaan makanan yang cukup bagi ikan akan digunakan untuk pertumbuhan
sehingga dapat tumbuh dengan optimal.
: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Beloniformes
: Exocoetidae
: Cyselurus
: Hirundichtys
: Hirundichthys oxycephalus
suatu perairan salah satunya ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan
ada faktor yang berhubungan dengan populasi yaitu kuantitas dan kualitas makanan
yang tersedia, dan lamanya waktu yang digunakan oleh ikan dalam memanfaatkan
makanan. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan akan mempengaruhi sisa
persediaan makanan di perairan. Makana yang dimanfaatkan tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan, kematangan tiap individu ikan, serta keberhasilan
hidupnya (survival). Populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamikan populasi ikan
juga ditentukan oleh ketersediaan makanan ikan di suatu perairan (Effendie 1997).
Makan merupakan faktor yang penting utuk kelangsungan hidup ikan. Untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimal diperlukan jumlah dan mutu makanan
dalam keadaan yang cukup serta seimbang sesuai dengan kondisi perairan. Makan
yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan
mengganti oragn tubuh rusak, sedangkan kelebihanya digunakan untuk
pertumbuhan. Pasokan nutrisi makan berfungsi sebagai dasar bagi organisme untuk
bertahan hidup (metabolisme). Beberapa bahan digunakan untuk pembetukan
jaringan tubuh (anabolisme) dan yang lainya utnuk memperoduksi energi
(katabolisme).
a
yaitu ikan yang memakan makanan dengan variasi makanan yang sedikit atau
sempit, dan monophagig yaitu yang hanya memakan sutu jenis makan saja
(Effendie 1997). Ikan terbang di laut Flores tediri dari copepoda sebagai makanan
utama, alga sebagai makanan pelengkap, beberapa spesies Chaetognatha dan
Malacostraca sebagai makanan tambahan. Ali (1981) mengatalan bahwa ikan
terbang dari speies Hirundichthys oxycephalus di laut Flres memakan plankton tiga
kelompok, yaitu algae, Crustaceda dan Chaetognatha. Kelompok makanan yang
mempunyai nilai indeks bagian terbesar (index propenderance) adalah crustacea
(70.93 %) yang terdiri dari Copepoda, Cladocera, Decapoda, Mysidacea dan
Amphipoda yang merupakan makanan utam, kemudian kelompok mkan algae
(20.69 %) yang teriri dari Coscinodixcus, Chaetoceros, Rhizosolenia, Thalassiosira,
dan Planktoniella, serta kelompok Chatognatha (8.89%) terdiri dari Saggita.
Perdator yang banyak memangsa ikan terbang antara lain lumba-lumba, ikan tuna,
ikan cakalang, dan ikan layaran (Moyle dan Cech 1982).
Kebiasaan makan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain habitat
hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur ikan.
Struktur pencernaa yang berperan dalam adaptasi makanan adalah mulut, gigi, tapis
insang, lambung, dan usus (Large 1961). Mengenai cara makan pada ikan sering
kali dihubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologi dan
tenggorokannya, rahang dan pencernaan makananya. Jadi ikan herbivor secara
sederhana dapat dikatakan tidak mempunyai kemampuan untuk mencerna material
selain tumbuhan, oleh karena itu ikan herbivor memiliki usus yang lebih panjang
karena material tumbuhan memerlukan waktu yang lama untuk dicerna. Lain
halnya dengan ikan karnivor yang memiliki usus yang lebih pendek dan khusus.
Hal ini menjelaskan perbandingan panjang usus dengan perbedaan cara makan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang usus sebagai gambaran dari spesialisai
penyesuaian di dalam ekologi kebiasaan makan (Effendie 1997).
Ketersediaan makan yang melimpah di suatu perairan tidak selalu
meninjukan bagoan terpenting dalam susunan makanan ikan. Sering kali akan
selektif terhadap makananya. Untuk menetukan jenis organisme yang dimanfaatkan
oleh ikan digunakan indeks bagian terbesar (Index of Propenderance) yang
2.2
Aspek Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
10
Jumlah dan kualitas pakan merupakan faktor penting. Bila pakannya terlalu
sedikit, ikan akan sukar tumbuh. Sebaliknya bila terlalu banyak, kondisi air menjadi
jelek, terutama pakan buatan. Pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dan
jumlah yang tidak terlalu banyak akan lebih baik dibanding diberikan sekaligus
dalam jumlah banyak.
Pertumbuhan pada ikan dapat diketahui melalui penghitungan panjang dan
berat pada ikan yang kemudian dikorelasikan.
1)
Pengukuran panjang.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran system metric dengan satuan
panjang millimeter. Ada dua ukuran panjang yang diukur yaitu total length dan
standard length.
a)
Total length ( Panjang Total ) adalah panjang ikan yang diukur dari mulai
ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya.
b)
Standard Length ( Panjang Standard ) adalah panjang ikan yang diukur dari
mulai ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir tulang ekornya.
2)
Pengukuran berat.
Pengukuran berat
menimbang berat
ikan
menggunakan alat timbangan, satuan yang digunakan adalah gram. Alat timbang
yang dilakukan sebaiknya memiliki ketelitian yang baik dan mampu menunjukan
hasil timbangan secara langsung. Penimbangan ikan sebaiknya dilakukan oleh dua
orang, dimana yang satu menimbang dan yang satu lagi mencatat hasil timbangan.
3)
sebagai berikut :
Log W = log a + b log L
Log a = log W x (log L)2 - log L x ( log L x log W)
N x ( log L)2 ( log )2
Log b = log W ( N x log a)
log L
Keterangan : W = Berat
L = Panjang
a = Konstanta
11
b = Konstanta
2.2.1 Hubungan Panjang Dan Berat Pada Ikan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh
kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari makanan. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal umumnya faktor yang sukar untuk dikontrol, diantaranya adalah
keturunan, parasit, penyakit, sex,dan umur. Sedangkan faktor luar yang utama
mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan, namun dari kedua
faktor tersebut belum diketahui faktor mana yang memegang peranan yang lebih
besar. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat
terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah
oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas (Carlander
1969).
Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang
dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai
pangkat tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya
tidak demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Maka hubungan
tersebut tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus
yang umum (Lagler 1970) yaitu.
12
W = c x Ln
Keterangan :
13
Apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi
ikan itu situasinya lebih memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya
kurang baik, mungkin populasinya terlalu padat dan sebaliknya bila kondisinya baik
mungkin terjadi pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah rasio
pemberian pakan dan berat ikan. Pakan yang diberikan tidak dapat menunjang
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh maka pertumbuhan akan terhambat
bahkan berhenti sama sekali. Hendaknya pakan sesuai dan tidak berlebihan.
Seringkali untuk mendapatkan pertumbuhan yang bagus harus biaya yang lebih
untuk makanan tetapi pemanfaatannya oleh ikan sangat rendah sehingga tidak
ekonomis. Faktor kondisi bergantung pada sistem ukuran yang dipakai maka faktor
kondisi ini ada tiga macam yaitu sistem metrik, sistem Inggris, sistem campuran.
Seperti telah dikemukakan didalam hubungan panjang berat bahwa panjang
ikan tidak selamanya mengikuti hukum kubik atau panjangnya selalu berpangkat
tiga, dimana hubungan tadi ialah W = cLn. Apabila menghitung kondisi
berdasarkan hubungan panjang berat dengan menggunakan rumus tadi, maka kita
akan mendapatkan faktor kondisi yang dinamakan faktor kondisi relatif (Kn),
dengan perumusan Kn = W / aLn, yaitu yang berdasarkan pengamatan dibagi
dengan berat yang berdasarkan kepada dugaan berat dari panjangnya, yaitu
berdasarkan kelompok umur, kelompok panjang atau sebagian dari populasi.
Menurut Carlender faktor kondisi relatif tidak cocok untuk membandingkan
diantara populasi. Faktor kondisi bergantung pada sistem ukuran yang dipakai maka
faktor kondisi ini ada tiga macam:
1.
2.
3.
14
Jika L diplotkan terhadap waktu maka kurva dengan sudut yang semakin kecil
dengan bertambahnya umur maka garis kurva tersebut mendekati asymptote
atas yang sejajar dengan sumbu-x.
2)
1)
2)
terjadi di dalam suatu populasi ikan dari waktu ke waktu sehingga berguna untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan sumber daya perikanan terdapat 2 macam
yaitu.
1)
2)
Model linier
Model logaritmik
Model eksponensial
Model geometrik
: Lt = a + bt
: Lt = a + b log t
: Lt = a.bt
: Lt = a.tb
15
5)
6)
Model Gompertz
: Lt = a.ebt
Model von Bertalanffy : Lt = L (1-e-k (t-to))
Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy merupakan dasar dalam bioper
yang digunakan sebagai suatu submodel dalam sejumlah model yang lebih rumit
dalam menjelaskan berbagai dinamika dari populasi ikan terdapat hubungan linier
antara kecepatan pertumbuhan dan panjang ikan.
Data frekuensi panjang digunakan untuk menduga model pertumbuhan Von
Bertallaffy. Model ini menggunakan rumus (Sparre & Venema 1999)
L(t) = L (1-e-k(t-t0) )
Keterangan:
L(T) : Panjang pada Waktu T,
L
: Panjang pada T Tak Berhingga, L
K
: Koefisien Pertumbuhan,
T0 : Waktu pada saat L0.
2.2.4 Metode Battacharya
Pada dasarnya metode Bhattacharya adalah suatu teknik memisahkan data
sebaran frekuensi panjang ke dalam beberapa distribusi normal (sebaran normal)
dari distribusi total. Penentuan distribusi normal ini dimulai dari sebaran kiri
distribusi total, kemudian bergerak ke kanan selama masih ada distribusi normal
yang dapat dipisahkan dari distribusi total (Sparre dan Venema 1992). Puncak dari
masing-masing distribusi normal merupakan modus frekwensi paniang dari tiap
bulan atau disebut kelompok umur (kohort). Kernudian kelompok umur ini akan
bergerak ke kanan pada bulan berikutnya; dengan kata lain kelompok umur itu
bertambah panjang atau tumbuh. Kurva distribusi normal tiap kelornpok umur
mempunyai persamaan berikut:
2
() =
exp(
)
2
2
Keterangan:
N
dL
s
: Jumlah populasi
: Lebar selang kelas
: Simpanganbaku
16
Aspek Reproduksi
17
memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama
kali gonadnya menjadi terbangak tidak sama ukurannya (Bagenal dan Braum 1968).
Secara alamiah ukuran dan berat tubuh ikan dapat digunakan sebagai tanda
utama untuk mengetahui kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah
tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tiaptiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi terbangak tidak sama
ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Dalam bidang pembenihan
ikan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk
mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang
tidak (Effendi 2002).
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara
histologi yang dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan
morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dari penelitian
secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan
mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara
histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie
2002).
Dasar yang dipakai untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah
bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat
dilihat. Perkembangan ikan betina lebih banyak dilihat dari pada ikan jantan karena
perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari
pada sperma yang terdapat didalam testis (Effendie 2002).
Morfologi gonad dan corak warna digunakan untuk membedakan tingkat
kematangan. Hal tersebut bermanfaat untuk menentukan terbanga memijah secara
umum dan menentukan langkah lanjut untuk pengelolaannya. Akan tetapi
kelemahannya adalah gonad yang telah ditentukan dengan cara tersebut
terterbanguk tingkat kematangan tinggi (Lam 1983).
Faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan,
antara lain suhu dan makanan, tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di
daerah tropik gonad dapat terbangak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan
harus mempunyai komposisi khusus yang merupakan faktor penting dalam
18
2.
3.
4.
5.
Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar
testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari
padanya jernih dan terbangak.
6.
Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan
telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam
ovarium.
7.
Mijah/salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat telur.
8.
Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9.
Pulih salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
19
20
kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga
dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang dikandung didalamnya.
Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan
pola pemijahan ikan tersebut (Johnson 1971).
2.3.4 Hepatosomaric Indeks
Hepato somatic Index (HSI) adalah indeks yang menunjukkan perbandingan
berat tubuh dan berat hati dan dinyatakan dalam persen (Effendie 1997). Pada saat
ikan mengalami perkembangan gonad, maka ditemukan adanya upaya yang optimal
untuk mempertahankan perkembangannya sehingga sebagian besar ikan
mengalami penurunan berat badan.
2.3.5 Frekunditas
Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan.
Fekunditas secara tidak langsung, dapat reproduksimenaksir jumlah anak ikan yang
akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan. Jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas
individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu akan sukar
diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahanm beberapa kali dalam
setahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi
menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang.
Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama hidup.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-ikan yang
tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya
fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas
relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang terbangih muda
(Nikolsky 1963).
Bagi ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok
mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata
terbanga hidupnya. Parameter ini sesuai dengan studi populasi dan dapat ditentukan
karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan
juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan dalam pengelolaan
21
perikanan yang baik. Dalam menghitung fekuinditas dikenal lima metode (Bagenal
dan Braum 1968), yaitu :
a.
b.
V . x
v
d.
F = (G x V x X) / Q
Keterangan :
F : Fekunditas
G : Berat gonad total
22
V : Volume pengenceran
X : Jumlah telur
Q : Berat telur contoh
e.
23
fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya
cenderung kecil.
2.4
dinamika populasi dan kondisi ikan di suatu. Keberadaan suatu jenis ikan di
perairan memiliki hubungan yang erat dengan keberadaan makanannya Kebiasaan
makanan ikan secara alami tergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup
(Effendie 2002).
Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain habitat,
kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, periode harian mencari makanan,
spesies kompetitor, ukuran dan umur ikan bahwa urutan kebiasaan makanan ikan
terdiri dari yang pertama makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam
jumlah yang banyak, yang kedua makanan tambahan, yaitu makanan yang biasa
dimakan dan ditemukan di dalam usus dalam jumlah yang lebih sesikit, ketiga
makanan pelengkap, yaitu makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan
dengan jumlah yang sangat sedikit serta, ke empat makanan pengganti, yaitu
makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia.
Klasifikasi pola makan berdasar jenis makanansebagai berikut.
1
Ikan pemakan tumbuhan (herbivora): ikan nilem, ikan lalawak, ikan beureum
panon
Ikan pemakan segala (omnivora) : jenis pemakan tumbuhan dan juga berbagai
macam hewan dan serangga seperti laron, kroto dll. : ikan mas , ikan mujair,
ikan nila
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk mempelajari Food And Feeding
Habits.
1.
Metode Jumlah : Dilakukan dengan cara memisahkan semua benda yang ada
didalam saluran pencernaan berdasarkan species masing masing.
2.
Metode Frekuensi Kejadian : Hampir sama dengan cara pada metode jumlah,
tetapi hasilnya dinyatakan dalam persen.
24
3.
4.
5.
25
VixOi
100%
n
VixOi
i=1
= Indeks Preponderam
= Presentase volume satu macam makanan
= Presentase frekuensi kejadian satu macam makanan
= Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
26
Keterangan :
E
ri
pi
: Indeks pilihan
: Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
: Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
: Pakan digemari
: Pakan tidak digemari
: Tidak ada seleksi oleh ikan tehadap pakan.
= 1 + (
Tp
Ttp
Li
27
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
berikut.
3.2.1 Alat Aspek Biologi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan analisis aspek
biologi (pertumbuhan, dan kebiasaan makan) Ikan Terbang (cyclocheilichthys
macropus).
1)
Penggaris
2)
3)
Pinset
4)
Pisau bedah
5)
Cawan petri
6)
Mikroskop
7)
Wadah plastik : Wadah untuk menaruh alat dan bahan yang digunakan
8)
Timbangan
9)
Cover glass
Mikroskop
2)
Cover glass
3)
Pisau bedah
4)
Pinset
5)
Wadah plastik : wadah utnuk menaruh alat dan bahan yang digunakan
28
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum analisis aspek biologi
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai
dari bagian urogenital
5)
29
3)
4)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai
dari bagian urogenital
5)
6)
7)
2)
3)
4)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai
dari bagian urogenital
5)
Diambil gonad yang ada didalam perut, hingga terpisah dari orga lain.
6)
7)
2)
3)
4)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai
dari bagian urogenital.
5)
6)
7)
30
8)
3.3.6 Otolith
Langkah yang dilakukan dalam penetu umur ikan terbang adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini baik data kelompok maupun data
angkatan adalah sebagai berikut.
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan
Berikut merupakan tebel hasil pengamatan pertumbuhan ikan terbang yang
diperoleh.
Kelompok
22
Ravinsyah
Sukma
Widyawati
Dara
Berkembang
BG
(gr)
PG
(cm)
IKG
(%)
BH
(gr)
PH
(cm)
HSI
(%)
1.41
0.92 %
31
DT (m)
Letak Inti
M
K
32
Coscinusdiscus sp
Zooplankton
Cladocera sp
Benthos
Bagian Hewan
Bagian Tumbuhan
Detritus
Ikan
Kel.
Keterangan
Umur Ikan
Teguh Firmansyah
22
Nadimas Raviansyah
Sukma widyawati
0.08 gr
570
garis
0.1
1 tahun, 7
bulan
Br. S
Interval
200 - 225
226 - 251
252 - 277
Frekuensi
2
11
12
FR
6%
32%
35%
Rata rata
213
240
267
33
Kelas ke
4
5
6
Interval
278 - 302
304 - 329
330 - 335
Frekuensi
6
2
1
FR
18%
6%
3%
Rata rata
294
321
348
Frekuensi (%)
35%
35%
30%
25%
18%
20%
15%
10%
6%
6%
5%
3%
0%
200 - 225
226 - 251
252 - 277
278 - 302
304 - 329
330 - 335
Interval TL (mm)
Gambar 6.Grafik distribusi panjang total ikan terbang jantan bulan maret
Interval
210-228
229-247
248-266
267-285
286-304
305-323
Frekuensi
2
1
2
11
5
2
FR
9%
4%
9%
48%
22%
9%
Rata-rata
219
238
257
276
295
314
34
50%
Frekuensi (%)
40%
30%
22%
20%
9%
9%
9%
4%
10%
0%
210-228
229-247
248-266
267-285
286-304
305-323
Interval TL (mm)
Gambar 7 .Grafik distribusi panjang total ikan terbang betina bulan april
N1+
N1
157-172
173-188
189-204
205-220
5
13
12
10
40
5
13
12
2
32
Berikut ini merupakan data angkatan Kohort II Ikan Terbang Bulan Maret
yang diperoleh .
Tabel 8. Kohort 2 ikan terbang bulan maret
LI - L2
N2+
N2
3082
2
334
3351
1
361
3
3
35
N1+
3
N1
3
21
21
17
17
43
43
Berikut ini merupakan data angkatan Kohort II Ikan Terbang Bulan April
yang diperoleh
Tabel 10. Kohort II ikan terbang bulan april
LI - L2
280302
303325
N2+
N2
14
14
17
17
TL
Bobot
3A
8A
9A
10A
11A
13A
270
255
250
250
267
200
137,88
114,89
117,38
128
147,28
62,86
Log L
(X)
2,43
2,41
2,40
2,40
2,43
2,30
Log W(Y)
(Log L)2
2,14
2,06
2,07
2,11
2,17
1,80
5,91
5,79
5,75
5,75
5,89
5,29
Log L.Log
W
5,20
4,96
4,96
5,05
5,26
4,14
36
Kel-
TL
Bobot
15A
16A
17A
18A
21A
22A
3B
4B
5B
6B
7B
9B
12B
15B
16B
17B
18B
19B
20B
21B
1C
2C
4C
6C
7C
12C
14C
15C
245
202
240
275
312
220
260
247
280
270
260
308
237
289
255
240
300
300
249
289
275
250
355
260
300
250
271
285
116,59
72,12
118,97
163,17
191,16
102,6
126
113
197
136
128
204
100,18
189,77
132,01
125,93
185,45
167,62
115,24
192,05
153,82
118
221
125
184
102,21
117,06
151,94
Log L
(X)
2,39
2,31
2,38
2,44
2,49
2,34
2,41
2,39
2,45
2,43
2,41
2,49
2,37
2,46
2,41
2,38
2,48
2,48
2,40
2,46
2,44
2,40
2,55
2,41
2,48
2,40
2,43
2,45
82,30
Log W(Y)
(Log L)2
2,07
1,86
2,08
2,21
2,28
2,01
2,10
2,05
2,29
2,13
2,11
2,31
2,00
2,28
2,12
2,10
2,27
2,22
2,06
2,28
2,19
2,07
2,34
2,10
2,26
2,01
2,07
2,18
72,41
5,71
5,31
5,67
5,95
6,22
5,49
5,83
5,72
5,99
5,91
5,83
6,19
5,64
6,06
5,79
5,67
6,14
6,14
5,74
6,06
5,95
5,75
6,50
5,83
6,14
5,75
5,92
6,03
199,30
Log L.Log
W
4,94
4,28
4,94
5,40
5,69
4,71
5,07
4,91
5,61
5,19
5,09
5,75
4,75
5,61
5,10
5,00
5,62
5,51
4,94
5,62
5,33
4,97
5,98
5,06
5,61
4,82
5,03
5,36
175,47
Bobot
2,3
2,35
Series1
2,4
2,45
2,5
2,55
Panjangy = 2,2553x - 3,3295
2,6
Linear (Series1)
Gambar 8 . Grafik relasi panjang berat ikan terbang jantan bulan maret
37
TL
Bobot
4A
6A
9A
13A
17A
18A
22A
1B
9B
10B
11B
12B
13B
15B
16B
17B
18B
19B
20B
22B
1C
3C
5C
290
247.48
300
227.6
210
113.64
320
238.82
285
199.87
275
178.92
225
152.5
268
188
247
154
285
215.3
280
191.7
280
192.97
271
214.93
293
199.89
300
175
260
164.24
275
182.5
275
166.41
275
182.5
290
200.62
265
147
310
280
285
183
Log L
(X)
2.46
2.48
2.32
2.51
2.45
2.44
2.35
2.43
2.39
2.45
2.45
2.45
2.43
2.47
2.48
2.41
2.44
2.44
2.44
2.46
2.42
2.49
2.45
56.13
Log
W(Y)
2.39
2.36
2.06
2.38
2.30
2.25
2.18
2.27
2.19
2.33
2.28
2.29
2.33
2.30
2.24
2.22
2.26
2.22
2.26
2.30
2.17
2.45
2.26
52.30
(Log L)2
6.06
6.14
5.39
6.28
6.03
5.95
5.53
5.90
5.72
6.03
5.99
5.99
5.92
6.09
6.14
5.83
5.95
5.95
5.95
6.06
5.87
6.21
6.03
136.99
Log L.Log
W
5.89
5.84
4.77
5.96
5.65
5.49
5.14
5.52
5.23
5.73
5.59
5.59
5.67
5.68
5.56
5.35
5.52
5.42
5.52
5.67
5.25
6.10
5.55
127.68
Bobot
y = 1,7164x - 1,9146
R = 0,7075
Series1
2,30
2,40
2,50
2,60
Linear (Series1)
Panjang
Gambar 9 . Grafik relasi panjang berat ikan terbang betina bulan april
38
DB
190-217
PI
3%
218-245
9%
246-273
6%
274-301
3%
P II
PS
3%
3%
3%
15%
15%
9%
3%
12%
3%
3%
3%
302-329
330-355
3%
3%
3%
Hasil grafik tingkat kematangan gonad ikan terbang jantan yang didapatkan
dari data angkatan pada bulan Maret sebagai berikut:
15%
15%
12%
9%
9%
6%
3%
3% 3%
190-217
3% 3% 3%
3%3%
3%
3%
218-245
246-273
3%
274-301
3%
302-329
330-355
Gambar 10. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Terbang Jantan Bulan Maret
Hasil data rasio kematangan gonad ikan terbang jantan yang didapatkan dari
data angkatan pada bulan April sebagai berikut:
Tabel 14 . Rasio Kematangan Gonad Ikan Terbang Jantan Bulan April
Interval
188-206
207-225
226-244
245-263
264-282
283-301
302-320
D
2,70%
2,70%
DB
2,70%
2,70%
5,41%
10,81%
2,70%
2,70%
2,70%
PI
P II
8,11%
8,11%
10,81%
10,81%
13,51%
8,11%
5,41%
PS
39
Hasil grafik tingkat kematangan gonad ikan terbang jantan yang didapatkan
dari data angkatan pada bulan april sebagai berikut:
207-225
226-244
13,51%
10,81%
10,81%
8,11%
8,11%
8,11%
5,41%
Perkembangan 1
245-263
264-282
Perkembangan 2
283-301
302-320
Gambar 11. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Terbang Jantan Bulan April
Hasil data rasio kematangan gonad ikan terbang betina yang didapatkan dari
data angkatan pada bulan Maret sebagai berikut:
Tabel 15 Rasio Kematangan Gonad Ikan Terbang Betina Bulan Maret
Interval D
199-225
226-252
253-279
280-306
DB
PI
11%
11%
11%
P II
M
22%
11%
22%
11%
PS
Hasil grafik tingkat kematangan gonad ikan terbang betina yang didapatkan
dari data angkatan pada bulan Maret sebagai berikut:
0,25
22%
0,2
0,15
11%11%
11%
11%
11%
0,1
0,05
0
D
DB
PI
199-225
P II
226-252
B
253-279
PS
280-306
Gambar 12. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Terbang Betina Bulan Maret
40
Hasil data rasio kematangan gonad ikan terbang betina yang didapatkan dari
data angkatan pada bulan April sebagai berikut:
Tabel 16. Rasio Kematangan Gonad Ikan Terbang Betina Bulan April
Interval
210-228
229-247
248-266
267-285
286-304
305-323
DB
4%
PI
P II
B
4%
4%
MS
4%
9%
9%
PS
4%
4%
30% 4%
13%
4%
4%
Hasil grafik tingkat kematangan gonad ikan terbang betina yang didapatkan
dari data angkatan pada bulan April sebagai berikut:
30%
30%
25%
20%
13%
15%
9%
10%
4%
5%
4%
9%
4%
4%
4% 4%
4%
4%
4%
P II
MS
0%
D
DB
210-228
PI
229-247
248-266
267-285
286-304
PS
305-323
Gambar 13. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Terbang Betina Bulan April
Keterangan:
D
= Dara
DB = Dara Berkembang
P I = Perkembangan I
P II = Perkembangan II
B
= Bunting
M = Mijah
MS = Mijah Salin
S
= Salin
PS = Pulih Salin
41
5,00%
4,00%
3,00%
2,00%
1,01%
1,00%
1,39%
1,10%
0,65%
0,45%
0,00%
190-217
218-245
246-273
274-301
302-329
330-355
42
1,45%
1,32%
1,40%
1,20%
0,91%
1,00%
0,80%
0,67%
0,60%
0,38%
0,40%
0,20%
0,25%
0,06%
0,00%
188-206
207-225
226-244
245-263
264-282
283-301
302-320
12,30%
12,00%
9,45%
10,00%
8,00%
5,80%
6,00%
4,00%
2,00%
0,15%
0,00%
199-225
226-252
253-279
280-306
43
Hasil data distribusi indeks kematangan gonad berdasarkan interval TL ikan terbang
betina disajikan pada bulan April sebagai berikut :
20,16%
20,00%
15,00%
11,57%
11,11%
8,95%
10,00%
7,22%
4,84%
5,00%
0,00%
210-228
229-247
248-266
267-285
286-304
305-323
Tabel 21. Hubungan Panjang Fekunditas Ikan Terbang Betina Bulan Meret
Kel.
6A
7A
19A
1B
14B
22B
9C
10C
11C
TL
300
289
220
253
206
290
210
250
306
Fekunditas
4123
2816
966
13402
2492
10713
Hasil grafik data hubungan panjang dengan fekunditas ikan terbang betina pada
bulan Maret sebagai berikut :
44
Axis Title
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Fekunditas
Expon. (Fekunditas)
100
200
300
400
Axis Title
Gambar 18. Hubungan Panjang Fekunditas Ikan Terbang Betina Bulan Maret
Hasil data hubungan panjang dengan fekunditas ikan terbang betina pada bulan
April sebagai berikut :
Tabel 22. Hubungan Panjang Fekunditas Ikan Terbang Betina Bulan April
Kel.
4A
6A
9A
13A
17A
18A
22A
1B
9B
10B
11B
12B
15B
13B
16B
17B
18B
19B
20B
22B
1C
3C
5C
TL
290
300
210
320
285
275
225
268
247
285
280
280
293
271
300
260
275
275
275
290
265
310
285
Fekunditas
12208
3289
2487
21296
5229
9213
4300
11232
9872
14716
11274
19520
937
1522
5305
8564
5305
1253
3808
-
Hasil grafik data hubungan panjang dengan fekunditas ikan terbang betina pada
bulan April sebagai berikut :
45
Axis Title
20000
15000
Series1
10000
Expon. (Series1)
5000
0
0
100
200
300
400
Axis Title
y = 709,79e0,0075x
R = 0,0384
Gambar 19. Hubungan Panjang Fekunditas Ikan Terbang Betina Bulan April
JANTAN
62%
46
23
Betina = 60 x 100 % = 38 %
Hasil pengamatan rasio kelamin ikan terbang yang didapatkan dari data
angkatan bulan Maret sebagai berikut:
Tabel 24 . Rasio Kelamin Ikan Terbang Angkatan
Rasio Kelamin
Terbang Jantan Terbang Betina
Jumlah
34
9
Hasil diagram rasio jenis kelamin ikan terbang yang didapatkan dari data
angkatan bulan Maret sebagai berikut :
Jantan
Betina
487
337
400
300
200
100
94
0
12
47
Berikut ini adalah uraian data dari hasil perhitungan index of preponderan
ikan terbang dari berbagai kelompok dalam satu angkatan :
Tabel 25. Data Hasil Perhitungan Indeks of Preponderan Ikan Kapiat
Kelompok
Jumlah
IP
Keteranan
Fitoplankton
43.45
Pakan Utama
487
Bentos
0%
0
Bag. Hewan
94
8.4%
Pakan Pelengkap
Bag. Tumbuhan
12
1.07%
Pakan Tambahan
Detritus
0
0.0%
Ikan
8
0,85%
Pakan Tambahan
Zooplankton
337
30%
Pakan Utama
Keterangan :
IP > 25%
5% IP 25%
IP < 5%
Berikut ini adalah grafik dari hasil perhitungan index of preponderan ikan
terbang dari berbagai kelompok dalam satu angkatan :
INDEKS OF PROPENDERAN IKAN TERBANG
60,00%
51,92%
50,00%
40,00%
35,93%
30,00%
20,00%
10,02%
10,00%
0,00%
1,28%
0,00%
0,00%
0,85%
48
Berikut ini adalah uraian data dari hasil perhitungan tingkat trofik ikan
Terbang dari berbagai kelompok dalam satu angkata :
Tabel 26. Data Hasil Perhitungan Tingkat Trofik Ikan Terbang
Nama Spesies
Tingkat Tropik Ikan
Ikan Terbang
2.45
4.2
Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan pada ikan dapat diketahui melalui pengukuran panjang dan
berat. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar atau penggaris,
sedangkan pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
Pengukuran panjang yang dilakukan dalam praktikum ini ada tiga yaitu total length
(TL), forth length (FL) dan standard length (SL). Objek yang digunakan adalah ikan
terbang yang diperoleh dari perairan Samudra Hindia yaiu Ciauteureun,
Pamengpeuk Garut.
Ikan terbang yang diperoleh oleh kelompok 22 kelas a berjenis kelamin jantan
(bulan maret) dengan bobot ikan sebesar 108.38 gram serta ikan berjenis kelamin
betina (bulan april) dengan boot ikan sebesar 152.50 gram. Untuk ikan berjenis
kelamin jantan nilai TL yang didapatkan kelompok kami sebesar 245 mm yang
diukur dari bagian anterior mulut ikan terbang sampai ujung terakhir bagian
posterior sirip caudal ikan terbang, sedangkan nilai SL yang didapatkan oleh
kelompok kami sebesar 185 mm yang diukur dari bagian anterior mulur ikan
sampai ujung terakhir tulang ekor ikan terbang tersebut dan FL 200 mm dan untuk
ikan berjenis kelamin betina nilai TL yang didapatkan kelompok kami sebesar 255
mm yang diukur dari bagian anterior mulut ikan terbang sampai ujung terakhir
bagian posterior sirip caudal ikan terbang, sedangkan nilai SL yang didapatkan oleh
kelompok kami sebesar 195 mm yang diukur dari bagian anterior mulur ikan
sampai ujung terakhir tulang ekor ikan terbang tersebut dan FL 205 mm. Menurut
Dwiponggo (1982) kecepatan pertumbuhan juga dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan di lingkungan hidup ikan, karena kecepatan pertumbuhan tersebut akan
berlainan pada tahun yang berlainan juga, terutama pada ikan yang terbang muda
ketika kecepatan tersebut relatif lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang sudah
49
panjang dan berat ikan seimbang dan alometrik dimana pertumbuhan panjang dan
berat ikan tidak seimbang (Effendie 2002). Hasil dari kohort ikan terbang bulan
maret yaitu dari 40 ekor ikan yang ada terdapat 32 ikan yang berasal dari satu kohort
yang sama dan memiliki panjang rata-rata 251.91 cm dan dari 3 ekor ikan yang
ada terdapat 3ekor merupakan ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan
memiliki panjang rata-rata 308 cm. Hasil kohort ikan terbang bulan april yaitu dari
43 ekor ikan yang ada merupakan ikan yang berasal dar isatu kohort yang sama dan
memiliki panjang rata-rata 255,10 cm dan Dari 17 ekorikan yang ada merupakan
ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki panjang rata-rata 280
cm.
Pertumbuhan alometrik ikan terbang jantan adalah negatif karena nilai dari b
nya sendiri adalah 2.2553 dan ini menandakan pertumbuhan panjang lebih cepat
dari pada bobot badan sedangkan untuk ikan terbang betina pertumbuhan alometrik
menunjukkan hasil negtif karena nilai b nya sendiri adalah 1.7164 dan ini
50
menandakan pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada bobot badan, hasil
alometrik negative ini dikarenakan penyusutan bobot badan yang terjadi pada ikan.
Ikan betina lebih panjang karena ikan betina memerlukan energi yang banyak untuk
membentuk gonad.
4.2.2 Reproduksi
Untuk faktor faktor yang memperngaruhi reproduksi sampai matang gonad
seperti yang sudah diketahui adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran serta sifatsifat fisiologi individu. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah suhu,
arus, adanya individu yang berbeda jenis kelamin dan tempat berpijah yang sesuai.
Dari rasio kelamin yang didapat dari data angkatan didapati perbandingan ratio
kelamin jantan dan betina yaitu 2:1, yang idealnya adalah 1:1. Dari perbedaan
perbandingan tersebut alasannya adalah karena keadaan tersebut untuk menjaga
populasi ikan tersebut.
Berdasarkan tabel diatas ikan yang kami amati dengan bobot tubuh 152,50
gram diketahui Tingkat Kematangan Gonad (TKG) nya dalam tahap Dara
Berkembang. Tahap tersebut bisa diamati melalui morfologi gonadnya. Menurut
Kesteven dalam (Effendi 1997), gonad tahap Dara Berkembang ditandai dengan
testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit
dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
TKG juga dapat diketahui dari nilai-nilai yang dapat dihubungkan dengan tingkat
kematangan gonad yaitu Indeks Kematangan Gonad (IKG). Nilai IKG dari ikan
yang diamati sebesar 0,92% sesuai dengan tahap kematangan gonad yang diamati
secara morfologi. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad
dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat gonad, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.
IKG yang didapat termasuk sangat rendah karena TKG yang didapat juga
masih dalam tahap Dara Berkembang serta bobot ikan yang cukup kecil
dibandingkan ikan lain. Berat ringannya bobot ikan mempengaruhi bobot gonad
yang didapat. Menurut Effendie (2002) ikan yang mempunyai berat tubuh lebih
51
berat maka akan memiliki berat gonad yang jauh lebih berat. Umumnya pada ikan
betina nilai indeks IKG lebih besar dibandingkan ikan jantan.
Berdasarkan data angkatan, pengamatan reproduksi ikan terbang terdiri dari
penentuan TKG berdasarkan morfologi gonad, nilai IKG, nilai HSI, fekunditas,
diameter telur, hingga letak inti pada telur. Indikator tersebut digunakan untuk
membedakan jenis kelamin hingga untuk mengetahui musim mijah pada ikan.
Dan dari seluruh indikator dia atas, mereka mempunyai hubungan masing masing,
yaitu hubungan antara TKG dan letak inti telur yang semakin tinggi nilai TKGnya
maka inti telur makin melebur. Juga hubungan anatara diameter telur dan
fekunditas, makin tinggi fekunditas maka diameter telur semakin kecil begitu
sebaliknya.
Menurut grafik TKG ikan Terbang, gonad ikan Terbang jantan yang diamati
paling banyak diketahui dalam tahap Perkembangan II (TKG IV). Sedangkan pada
gonad ikan Terbang betina diketahui yang dalam tahap perkembangan I sama besar
dengan gonad ikan yang sedang dalam keadaan Bunting (TKG V). Perbedaan dari
TKG ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ikan tersebut, karena ketika
pertumbuhan berhenti, maka TKGnya mulai berkembang. Selain dari pertumbuhan,
perbedaaan TKG juga dipengaruhi oleh musim dan cuaca, dimana puncak memijah
ikan Terbang adalah dari bulan September hingga Februari, namun karena adanya
perubuhaan iklim yang ekstrem, maka sampel ikan masih ada yang dalam fase
bunting atau mijah. Dan perbedaan lain dalam pengamatan ikan jantan dan betina
terletak pada penghitungan HSI (Hepatosomatik Indeks), diameter telur, dan
penentuan letak inti telur yang tidak dilakukan pada ikan jantan. Khusus untuk HSI
itu berhubungan dengan inti telur, karena ketika berat hatinya tinggi, maka bisa
disimpulkan bahwa ikan tersebut tengah isntesis fitelugenesis ( pembentukkan
kuning telur ) dan ketika HSI kecil maka ikan tersebut telah selesai memijah.
4.2.3 Food habits
Hal-hal yang tercangkup didalam kebiasaan makan adalah kualitas dan
kuantitas makanan yang diamakan ikan. Kebiasaan makan ikan secara alami
bergantung pada lingkungan tempat ikan hidup. Besarnya populasi ikan didalam
52
suatu perairan salah satunya ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan
ada faktor yang berhubungan dengan populasi yaitu kuantitas dan kualitas makanan
yang tersedia, dan lamanya waktu yang digunakan oleh ikan dalam memanfaatkan
makanan. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan akan mempengaruhi sisa
persediaan makanan di perairan. Makana yang dimanfaatkan tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan, kematangan tiap individu ikan, serta keberhasilan
hidupnya (survival). Populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamikan populasi ikan
juga ditentukan oleh ketersediaan makanan ikan di suatu perairan (Effendie 1997).
Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain habitat
hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur ikan.
Struktur pencernaan yang berperan dalam adaptasi makanan adalah mulut, gigi,
tapis insang, lambung, dan usus (Large 1961). Mengenai cara makan pada ikan
sering kali dihubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional
morfologi dan tenggorokannya, rahang dan pencernaan makananya. Jadi ikan
herbivor secara sederhana dapat dikatakan tidak mempunyai kemampuan untuk
mencerna material selain tumbuhan, oleh karena itu ikan herbivor memiliki usus
yang lebih panjang karena material tumbuhan memerlukan waktu yang lama untuk
dicerna. Lain halnya dengan ikan karnivor yang memiliki usus yang lebih pendek
dan khusus. Hal ini menjelaskan perbandingan panjang usus dengan perbedaan cara
makan, sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang usus sebagai gambaran dari
spesialisai penyesuaian di dalam ekologi kebiasaan makan (Effendie 1997).
Dari grafik dan diagram batang menunjukan bahwa ikan terbang termasuk
dalam kategori ikan herbivora karena ikan ini memakan fitoplankton. Berdasarkan
hasil perhitungan tingkat trofik ikan terbang didapatkan nilai TP 2.451, serta ikan
pengamatan kelompok kami mempunyai panjang usus 13 cm (panjang) ini berarti
ikan terbang termasuk kedalam kelompok ikan omnivor. Cenderung omnivora
dapat disebabkan kerana ikan terbang memanfaatkan pakan yang berlimpah ada
disekitarnya yang nilainya itu mendekati nilai trofik 2.5 Berdasarkan kriteria tingkat
trofik berikut :
a)
b)
c)
Tingkat Trofik 1
Tingkat Trofik 2.5
Tingkat Trofik > 3
: Ikan Herbivora
: Ikan Omnivora
: Ikan Karnivora
53
54
4.2.4 Otolith
Pada otolith atau penentuan umur ikan terbang pada kelompok 22A diketahui
lekukan sebanyak 570 dengan panjang otolith 0,10 cm dan berat otolith 0,08 gram,
usia ikan kelompok kami adalah 1 tahun 7 bulan bila dihitung berdasarkan
banyaknya garis pada otolith. Secara visual otolit pada ikan terbang berwarna putih,
bagian tepi berlekuk dan berbentuk oval. Pada sisi lateral bagian dalam terdapat
semacam saluran yang pendek-pendek dari tengah ke tepi otolit yang menurut
Pannella (1980) disebut slrie. Pada bagian tengah otolit terdapat garis gelap dan
garis terang yang oleh Pannella (1971) disebut sebagai awal perkembangan dari
ikan. Garis terang merupakan penampilan pertumbuhan yang normal, sedangkan
garis gelap adalah kondisibiologis yang dialami ikan seperti faktor lingkungan,
penyakit, reproduksi dan migrasi (Simkiss 1974).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1)
Ikan terbang yang diperoleh oleh kelompok 22 kelas a berjenis kelamin jantan
(bulan maret) dengan bobot ikan sebesar 108.38 gram serta ikan berjenis
kelamin betina (bulan april) dengan boot ikan sebesar 152.50 gram.
2)
3)
Data angkatan ikan terbang jantan (bulan maret) diperoleh panjang rata-rata
berkisar antara 213-348 mm dan berat berkisar antara 62,86-221 gram, ikan
terbang betina (bulan april) diperoleh panjang rata-rata berkisar antara 219314 mm dan berat berkisar antara 113,64 280 gram. Peningkatan nilai faktor
kondisi dapat terjadi seiring dengan peningkatan kematangan gonad dan akan
mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan.
4)
Hasil dari kohort ikan terbang bulan maret yaitu dari 40 ekor ikan yang ada
terdapat 32 ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki
panjang rata-rata 251.91 cm dan dari 3 ekor ikan yang ada terdapat 3ekor
merupakan ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki
panjang rata-rata 308 cm. Hasil kohort ikan terbang bulan april yaitu dari 43
ekor ikan yang ada merupakan ikan yang berasal dar isatu kohort yang sama
dan memiliki panjang rata-rata 255,10 cm dan Dari 17 ekorikan yang ada
55
56
merupakan ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki
panjang rata-rata 280 cm.
5)
Pertumbuhan alometrik ikan terbang jantan adalah negatif karena nilai dari b
nya sendiri adalah 2.2553 dan ini menandakan pertumbuhan panjang lebih
cepat dari pada bobot badan sedangkan untuk ikan terbang betina
pertumbuhan alometrik menunjukkan hasil negtif karena nilai b nya sendiri
adalah 1.7164 dan ini menandakan pertumbuhan panjang lebih cepat dari
pada bobot badan, hasil alometrik negative.
6)
Dari rasio kelamin yang didapat dari data angkatan didapati perbandingan
ratio kelamin jantan dan betina yaitu 2:1, yang idealnya adalah 1:1. Dari
perbedaan perbandingan tersebut alasannya adalah karena keadaan tersebut
untuk menjaga populasi ikan tersebut. Berdasarkan tabel diatas ikan yang
kami amati dengan bobot tubuh 152,50 gram diketahui Tingkat Kematangan
Gonad (TKG) nya dalam tahap Dara Berkembang.
7)
8)
Ikan terbang memiliki nilai indeks preponderan dengan jumlah terbesar yaitu
memakan plankton jenis fitoplankton, zooplankton. Untuk nilai dari indeks
preponderan fitoplankton 51.92 %, zooplankton 35.93 %, bagian hewan 8.4
%, bagian tumbuhan 1.07 %, benthos 0 %, detritus 0 % dan ikan 1 %. Jika
seekor ikan memiliki indeks preponderan fitoplankton lebih dari 25% maka
fitoplankton tersebut dijadikan pakan utama, untuk 5%-25% dijadikan pakan
pelengkap dan untuk kurang dari 5% dijadikan pakan tambahan. Fitoplaknton
dan zooplankton merupakan pakan utama ikan terbang. Benthos, tumbuhan,
detritus, bagian tumbuhan merupkan pakan tambahan ikan terbang. Ikan
terbang memiliki nilai indeks preponderan dengan jumlah terbesar yaitu
memakan plankton jenis fitoplankton, zooplankton. Untuk nilai dari indeks
57
Saran
Saat praktikum dilaksanakan diharapkan agar alat dan bahan disiapkan
dengan baik agar bisa dipakai dengan baik dan tidak ada waktu yang terbuang dan
menggunakan sampel ikan yang masih hidup supaya mendapatkan hasil peneltian
sesuai dengan literature.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. A., M. N. Nessa, M. I. Djawad, dan S. B. A. Omar, 2004. Musim dan
Kelimpahan Ikan Terbang (Exocoetidae) di Sekitar Kabupaten Takalar (Laut
Flores) Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 3 (14):165172. Torani
Ali, S. A. 1981. Kebiasaan Makanan, Pemijahan, Hubungan Berat Panjang
dan Faktor Kondisi Ikan Terbang Cypselurus oxycephalus (Bleeker) di
Laut Flores Sulawesi Selatan. Tesis Sarjana Perikanan. Fakultas Ilmuilmu Pertanian Unhas.Ujung Pandang.p.45.
Ali, S. A.2005. Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang (H.
oxycephalus) di Laut Flores dan Selat Makassar. Disertasi. Program Pasca
Sarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar
Andriani. E. 2007. Produksi, CPUEdan Musim Rajungan (Portunnus Pelagicus) di
pulau salemo.Skripsi jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Campana, S.E., H.A. Oxenford, and J.N. Smith. 1993. Radiochemical
determination of longevity in flying fish Hirundichthys affinis using Th228/Ra-228. Mar.Ecol.Prog. Ser. 100: 211-219.
Campana, S.E., J.A. Gagne and J. Mondro. 1978. Otolith microstructure of larv
herring (Clupea harengus). Can. Fish Aquat. Sci. 44:ll-13
Devenpor, J.1994. How and Why Flying Fish Fly (Review). Journal Fish
Biologyand Fisheries. 4: 184-214
Effendie, M. I.1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendie,M. I.2002. Biologi Perikanan. Cetakan Kedua/Edisi Revisi. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta. P.163.
Hunte, W; H. A. Oxenford dan R. Mahon. 1995. Distribution and Relative
abudance of flying fish (exocoetidae), in the eastern Caribbean (spawning
substrat, eggs, and larvae). Mar. Ecol. Prog. Ser. 117:25-37.
Hunter,J. R.1981. Feeding Ecology and Predation of Marine Fish larvae. P33-77
in R. Lasker (Ed). Marine Fish Larvae: Morphology, Ecology, and
Relation to Fisheries. Washington Sea Grant, Seattle.
Hutomo, dkk. 1985. Sumberdaya Ikan Terbang. Lembaga Oseanografi
Nasional LIPI. Jakarta.
58
59
LAMPIRAN
60
61
62
Objek glass
Rasio Kelamin
Disiapkan alat, bahan, dan ikan terbang sebagai objek pengamatan
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
63
3)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
64
5)
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
65
Diambil gonad yang ada didalam perut, hingga terpisah dari organ lain.
Food Habits
Disiapkan alat, bahan, dan ikan terbang sebagai objek pengamatan
Dibedah ikan terbang dengan menggunakan pisau dan gunting bedah dimulai dari
bagian urogenital
Diamati isi usus dengan menggunakan mikroskop dan dicatat hasil pengamatan.
66
8)
Otolith
Disiapkan alat, bahan, dan ikan terbang sebagai objek pengamatan
67
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
1A
Melinda Fauziah
M. Syarif
Maulana
Ahmad Resman
180
200
250
126,54
2A
190
215
235
136,82
210
220
275
144,6
235
254
292
207,78
210
216
260
160
190
200
245
116
180
190
235
86,36
185
190
241
104,34
245
260
300
219,71
Hilya
3A
5A
7A
Freddy
Julian
M. Fauzan Al
Mubarok
Iis Risnawati
Bagas Jodi
Santoso
Fadilah Amelia
Despriyanto
Supriadi
Deanta Faiz
Gitri Maudy
8A
10A
11A
12A
Prasetya Adhi
Agid Faishal
Vidya
Yustindriarini
Rizky
Adikusuma
Tanti Yunita
Maryam
Nurlatifah
Ahmad Fadhillah
Dita Azzohrah
Virida Martugi
H.
Haniyah
Khoiriyah
Zeind Ramadhan
68
69
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
200
210
270
147,48
190
220
260
130,96
186
204
236
121,37
195
208
211
111,99
190
210
240
129,48
195
200
240
105,65
193
205
237
115,92
210
217
265
128
210
217
265
128
200
210
250
129
185
200
250
137,23
205
220
270
177,96
Rihat
14A
Tirani
Alif
Tri Nurhadi
15A
16A
Hapsari
M. Rohimda
Alya Mirza
Artiana
Arief
Hidayatullah
Helena Asut
Rofiah
19A
Bagas
Ahmad Reynaldi
Nur Anisa Diva
20A
M. Triandi
M. Arief S.
Wulan S
21A
Septy A
M Agung MN
Sunendi
2B
Usi Supinar
Isma Yuniar
Firdaus
3B
4B
5B
6B
7B
Shinta Siti F
Imas Siti Zaenab
Siti Laila
Rufaidah
Ade Khoerul
Umam
Ulfah M
Pipit Widia
Ningsih
Ilvan Aji P
Lena Lutfina
Imas Siti
Nurhalimah
Egi Sahril
Yunia Qonitatin
AM
Disa Nirmala
70
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
195
215
264
132
188
216
265
148,36
243
267
319
242,01
195
205
245
124
195
210
250
157
180
205
240
113
Hardiono
Tondang
Zukhrufa Dewi
Gilang Fajar
8B
Jian Setiawan
Asri Astuti
Neng Rima N
14B
Achmad Raffi U
Indra Adiwiguna
Ristiana Dewi
21B
Rizki Ayu R
Ivan Maulana P
Gilang Ramadan
2C
Astri Dinnaryanti
Dyara
Ridwantara
Helinda Utami
Ricky Rahmat
4C
Salma Azka
Nita Ulfah
Ghifar Hakim
6C
Shelvy Vestadia
Ranti Rahmadina
Indra Nata
7C
Alyanisa A
220
205
250
131
8C
Esha Resti
Andreas
Sugiharta
Yosua Edward
Annisa
Nurjannah
Fakhrizal Dwi R
236
257
290
218
9C
Yulita
163
165
188
67
190
212
250
114
185
230
195
108
Rangga Maulana
Naufal Trofis
10C
11C
Gerry Yoshua
Citra Melinda
Tiara Ghaisany
M Fauzan
Azhima
Arita
71
Pertumbuhan
Kel-
12C
Nama Praktikan
Bhayu
Dwi
Oktarahdiana
Anisa Irawati
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
185
205
250
112
Dwi Ari
Dedeh Priyatna
13C
Galang P Wijaya
186
205
235
117
14C
Arif Rochman
Mauren
Widiandoni
Viga Ananda
195
210
245
119
185
205
240
112
235
250
280
176
M Ikhsan CU
Luthfi Rahman
15C
Arsa Dipanoto
Try Setiani
Anggi R
16c
2)
Agung Prabowo
Rahmi
Rahmawati
Salma K
Nama Praktikan
SL
4A
6A
9A
Isnaeni Faizah
Rahayu Ardinur
Iffa
Nendra Suhendra
Fadhilah Rayafi
Mahesa Giyats
Reifolnanda
Fitri Rizki
Febrianty
Farras Ghaly
Mukhamad Rifqi
A.
Pertumbuhan
Panjang (mm)
FL
TL
Berat
245
250
290
247,48
240
260
300
227,6
170
185
210
113,64
72
Kel-
Nama Praktikan
SL
13A
17A
18A
22A
1B
9B
10B
11B
12B
13B
15B
16B
17B
Syifa Hanifah
M. Faisal A.
Anwar M. S.
Fikri Khairi
Breagitta
Meiti Anita
Nadia Maudina
Andres Erik
Gilang Yandika
Teguh Firmansyah
Nadimas
Sukma Widyawati
Idzhar Syifana R
Agiandanu
Lina Aprilia
Christ Permana
Syifa Mauladani
Darajat Prasetya
W
Didi Arpindi
Novi Puspitawati
Rizki Nugraha S
Mandala E
Ayunani A
Indriani O A
Rifqi A
Ruli Aisyah
Adi Prasetyo
Eka Agustina
Ridwan Ariyo
Anandita R
Dewanto B
Felisha Gitalasa
Januar Awalin H
Gusman Maulana
Adinda Kinasih J
Deliani D Freskya
Rezky Hartanto
Melinda Iriani
Arnesih
Pertumbuhan
Panjang (mm)
FL
TL
Berat
255
275
320
238,82
215
235
285
199,87
215
235
275
178,92
195
205
225
152,5
222
227
268
188
205
214
247
154
215
240
285
215,3
210
230
280
191,7
220
241
280
192,97
216
237
271
214,93
237
247
293
199,89
230
245
300
175
220
235
260
164,24
73
Kel-
Pertumbuhan
Panjang (mm)
FL
TL
Nama Praktikan
SL
Mochmmad Elang
Tuhpatur Rohmah
Amalia Fajri R
Ahmad Abdul G
Nurhalimah
Egi Rhamadan
Agung Setiawan
Hyunananda
Wahyu Setiawan
Intan Nadifah
Ayang Denika
Agnesia Amalia S
Annisa Putri S
Hazimah Fikriyah
Sadra Muhammad
Laily Latifah
Muhammad Fitri
Rizky
Sulastin Akhodiah
18B
19B
20B
22B
1C
3C
5C
3)
Berat
235
260
275
182,5
205
225
275
166,41
235
260
275
182,5
240
258
290
200,62
225
205
265
147
255
275
310
280
220
240
285
183
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
230
240
270
137,88
189
213
255
114,89
195
210
250
117,38
Hilya Andiani
3A
Freddy Aditya
Julian Alfath
Gitri Maudy
8A
Prasetya Adhi
Agid Faishal
9A
74
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
190
210
250
128
215
221
267
147,28
160
165
200
62,86
185
205
245
116,59
158
170
202
72,12
185
201
240
118,97
220
235
275
163,17
235
248
312
191,12
185
200
245
108,38
205
215
260
126
190
208
247
113
230
250
280
197
210
223
270
136
Mukhamad Rifqi A.
Vidya Yustindriarini
10A
Rizky Adikusuma
Tanti Yunita
Maryam Nurlatifah
11A
Ahmad Fadhillah
Dita Azzohrah
Syifa Hanifah
13A
M. Faisal A.
Anwar M. S.
Tri Nurhadi
15A
Hapsari
M. Rohimda
Alya Mirza Artiana
16A
Arief Hidayatullah
Helena Asut
Fikri Khairi
17A
Breagitta
Meiti Anita
Nadia Maudina
18A
Andres Erik
Gilang Yandika
Wulan Sutiandri
21A
Septy Audiyanti
M. Agung Meidito
Teguh Firmansyah
22A
Nadimas
Sukma Widyawati
Firdaus
3B
Shinta Siti F
Imas Siti Zaenab
Siti Laila Rufaidah
4B
5B
Ilvan Aji P
Lena Lutfina
6B
75
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
210
225
260
128
250
257
308
204
177
198
237
100,18
249
238
289
189,77
195
210
255
132,01
195
210
240
125,93
220
245
300
185,45
240
250
300
167,62
184
203
249
115,24
220
239
289
192,05
220
235
275
153,82
195
205
250
118
Egi Sahril
Yunia Qonitatin AM
Disa Nirmala
7B
Hardiono Tondang
Zukhrufa Dewi
Christ Permana
9B
Syifa Mauladani
Darajat Prasetya W
Didi Arpindi
Ruli Aisyah
12B
Adi Prasetyo
Eka Agustina
Felisha Gitalasa
15B
Januar Awalin H
Gusman Maulana
Adinda Kinasih J
16B
Deliani D Freskya
Rezky Hartanto
Melinda Iriani
17B
Arnesih
Mochmmad Elang
Tuhpatur Rohmah
18B
Amalia Fajri R
Ahmad Abdul G
Nurhalimah
19B
Egi Rhamadan
Agung Setiawan
Hyunananda
20B
Wahyu Setiawan
Intan Nadifah
Ristiana Dewi
21B
Rizki Ayu R
Ivan Maulana P
Gilang Ramadan
Sadra Muhammad
1C
Laily Latifah
Hazimah Fikriyah
2C
Astri D.
76
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
260
270
355
221
190
210
260
125
235
240
300
184
190
205
250
102,21
195
214
271
117,06
220
235
285
151,94
Dyara Ridwantara
Helinda Utami
Nita Ulfah
4C
Ricky Rahmat M
Salma Azka
Ghifar Hakim
6C
Shelvy Vestadia
Ranti Rahmadina
Alyannisa Ayu
7C
M.Indra Nata
Esha Resti
Dwi Ari
12C
Anissa Irawati
Dwi Oktarahdiana
Mauren Widiandoni
14C
M Ikhsan C U
Viga Ananda W
Lutfi Rahman
15C
Arsa Dipanoto
Try Setiani
4)
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
230
240
300
193,36
235
240
289
216,6
164
183
220
102,6
Fadhilah Rayafi
6A
Mahesa Giyats
Reifolnanda
Fadilah Amelia
7A
Despriyanto Supriadi
Deanta Faiz
Rofiah Khairunisa
19A
Ahmad Reynaldi
Yohanes Bagas P.
77
Pertumbuhan
Kel-
Nama Praktikan
Panjang (mm)
Berat
SL
FL
TL
185
200
253
115
152
176
206
68,61
220
245
290
209,38
175
180
210
78,13
250
260
250
213,96
255
260
306
220,92
Idzhar Syifana R
1B
Agiandanu
Lina Aprilia
Neng Rima N
14B
Achmad Raffi U
Indra Adiwiguna
Ayang Denika
22B
Agnesia Amalia S
Annisa Putri S
Fakhrizal Dwi R
9C
Yulita
Rabgga Maulana
Naufal Trofis
10C
Tiara Ghasisany
Citra Melinda
Gerry Yosua
Arita
11C
Bhayu Prasetya
M Fauzan Azhima
TKG
Pekrembangan I
Perkembangan I
Perkembangan II
Perkembangan II
Perkembangan II
Dara Berkembang
Perkembangan II
Perkembangan II
Dara Berkembang
Bw
BGd
PGd
IKG
126,54
136,82
144,6
207,78
160
116
86,36
104,34
219,71
0,99
1,22
2,29
2,8
1,53
0,43
1,88
0,51
2,11
9
6,5
11
11
17,5
13,8
12
8,5
2
0,78%
0,89%
1,58%
1,35%
0,96%
0,37%
2,18%
0,49%
0,96%
78
KeA4:G32
Bw
BGd
PGd
IKG
147,48
130,96
19A
20A
21A
2B
3B
4B
Dara
Perkembangan II
Dara Berkembang
Dara berkembang
Dara
Perkembangan II
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan II
121,37
111,99
129,48
105,65
115,92
128,00
128,00
3,52
0,9
0,63
0,85
1,08
0,31
1,07
1,27
0,64
15
10,5
10,5
10,71
18
12,4
9,4
9,4
10
2,39%
0,69%
0,52%
0,76%
0,83%
0,29%
0,92%
0,99%
5B
6B
7B
8B
14B
21B
Perkembangan II
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan I
Dara
129
137,23
177,96
132
148,36
242,01
0,76
0,81
1,74
1,21
0,96
1,19
7,5
7,5
8
8
15
9,8
2C
4C
6C
7C
8C
9C
10C
11C
12C
13C
14C
15C
Dara Berkembang
Dara Berkembang
Perkembangan II
Perkembangan II
Perkembangan II
Dara
Dara Berkembang
Dara Berkembang
Perkembangan II
Dara Berkembang
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan II
124
157
113
131,00
218,00
0,46
1
0,51
1
1
67,89
114,96
109,65
112,24
117,95
119,13
112,84
176,07
0,08
1,07
0,51
0,71
0,63
1,04
0,9
1,77
7,5
10
6,5
9
10,5
9
7,9
7,8
8,7
9,5
16,6
10
11,5
14A
15A
16A
16C
TKG
0,50%
0,59%
0,59%
0,98%
0,92%
0,65%
0,49%
0,37%
0,64%
0,45%
0,76%
0,46%
0,12%
0,93%
0,47%
0,63%
0,53%
0,87%
0,80%
1,01%
2)
TKG
Bw
BGd
PGd
IKG
BHt
PHt
HSI
Letak Inti
Fekunditas
Kecil
Sedang
Besar
MK
4a
Bunting
247,48
34
11,5
13,74%
1,21%
12208
80
100
120
12208
6a
Bunting
227,6
24,16
14
10,62%
1,01
0,44%
3289
80
100
130
3289
9A
Bunting
113,64
24,2
21,30%
1,25
1,10%
2487
75
80
121
13A
Dara
Berkembang
238,82
28,05
14
11,75%
0,62
0,26%
21296
40
50
70
17a
Mijah
199,87
28,7
10
14,36%
0,65
0,33%
5229
40
56
70
18A
Bunting
178,92
19,14
12
10,70%
1,12
0,63%
9213
60
70
90
22A
Dara
Berkembang
1B
2750
8128
13168
127
0
7370
1843
152,5
1,41
0,92%
Mijah Salin
188
1,79
11,5
0,95%
0,09
0,047%
9B
Bunting
154
14,9
12,8
9,67%
0,12
0,9
0,078%
4300
45
100
120
537
1254
2509
10B
Bunting
215,3
32
10,5
14,86%
0,26
1,2
0,121%
11232
140
145
150
1000
2406
7826
11B
Bunting
191,7
28,1
13
14,66%
0,19
0,099%
9872
40
52
60
1234
8638
12B
Bunting
192,97
26,97
11
13,98%
0,31
1,5
0,160%
14716
45
62
76
43
81
14601
15B
Bunting
199,89
27,52
14
13,76%
0,96
2,5
0,480%
11274
45
50
70
10841
296
137
13B
Bunting
214,93
47,7
13,1
22,19%
19520
59
61
62
4880
13420
1220
16B
Perkembangan
II
175,00
7,22
12
4,13%
1,5
0,860%
937
60
65
70
843
94
17B
Perkembangan
II
164,24
5,92
13
3,60%
0,7
0,430%
1522
52
60
65
20
100
150
18B
Bunting
182,5
16,07
11
8,80%
5305
66
78
83
4986
272
47
19B
Perkembangan
I
166,41
4,88
10,5
4,60%
8564
12
20
22
6865
1437
262
20B
Bunting
182,5
16,07
11
8,80%
5305
66
78
83
4986
272
47
0,21
79
80
Diameter
Kel-
TKG
Bw
BGd
PGd
IKG
BHt
PHt
HSI
22B
Perkembangan
II
200,62
4,26
11,5
2,10%
1C
Mijah Salin
147,00
8,5
2,72%
1,36%
3C
Bunting
280,00
38
14
13,57%
1,43%
3)
Letak Inti
Fekunditas
1253
3808
Kecil
Sedang
Besar
60
65
70
70
80
100
T
1128
125
3801
TKG
Perkembangan I
Perkembangan II
Perkembangan II
Perkembangan II
Perkembangan I
Perkembangan II
Perkembangan II
Dara Berkembang
Dara
Perkembangan II
Perkembangan II
Perkembangan I
Dara Berkembang
Dara
Perkembangan I
Dara Berkembang
Dara Berkembang
Perkembangan I
Dara
Dara Berkembang
Perkembangan I
Dara
Dara
Bw
BGd
PGd
IKG
137,88
114,89
117,38
128,00
1,3
0,67
0,42
2
0,83
0,4
1,21
0,19
1,86
0,93
1,13
0,74
0,59
0,16
1,42
0,46
0,8
1,45
0,45
1,41
0,89
0,63
1,24
7
17,5
6
9
10,3
6
8
5,65
8,3
9
22,5
9
7
8,5
11
9,5
8,5
9,8
9,5
8,2
10
13
9
0,94%
0,58%
0,36%
1,56%
0,56%
0,64%
1,04%
0,26%
1,56%
0,57%
0,59%
0,72%
0,47%
0,14%
0,72%
0,34%
0,63%
0,71%
0,45%
0,74%
0,67%
0,50%
0,67%
147,28
62,86
116,59
72,12
118,97
163,17
191,16
102,6
126
113
197
136
128
204
100,18
189,77
132,01
125,93
185,45
MK
81
Kel19B
20B
21B
1C
2C
4C
6C
7C
12C
14C
15C
4)
TKG
Bunting
Dara
Perkembangan I
Salin
Dara Berkembang
Perkembangan II
Dara Berkembang
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan I
Perkembangan I
Bw
BGd
PGd
IKG
167,62
115,24
192,05
153,82
118
221
125
184
102,31
117,06
151,94
1,45
0,7
1,71
1,56
0,75
4,84
3,3
16,7
0,31
0,6
0,82
11,5
7,4
8,1
9
11
10
19
10,5
9,3
20
8
0,87%
0,61%
0,89%
1,01%
0,64%
2,19%
2,64%
9,08%
0,30%
0,51%
0,54%
TKG
Bw
BGd
PGd
IKG
BHt
PHt
HSI
Fekunditas
Diameter
T
MK
6A
Perkembangan
II
193,36
26,98
12,7
13,95%
0,73
0,38%
4123
20
7A
Perkembangan
II
218,60
39,63
13,7
18,13%
0,11
0,5
0,05%
2816
40
k19A
Perkembangan
I
102,60
13,86
8,65
13,51%
0,24
0,23%
1B
Perkembangan
I
115
0,35
10
0,30%
0,22
4,5
0,19%
14B
Mijah
68,61
7,61
11,09%
0,17
1,9
0,25%
966
135
10
22B
Bunting
209,38
28,24
12,5
13,49%
0,44
5,5
0,21%
13. 402,67
135
10
82
Letak Inti
Kel-
TKG
Bw
BGd
PGd
IKG
BHt
PHt
HSI
Fekunditas
Diameter
T
9C
Mijah
78,13
9,24
10
11,83%
0,58
10C
Mijah
213,96
24,95
13,5
11,66%
0,32
11C
Perkembangan
I
220,92
1,67
11
0,76%
0,88
4,4
0,74%
2492
0,15%
10713
MK
0,40%
1
8
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
4
1
2
1
3
Ikan
Detritus
Bag. Hewan
Benthos
Rotatoria
Decapoda
3
30
5
94
4
77
8
3
70
3
1
1
3
Cladocera
copepoda
1A
2A
3A
4A
5A
6A
7A
8A
9A
10A
11A
12A
13A
Fitoplankton
Kel-
Bag. Tumbuhan
Jenis Pakan
Zooplankton
83
Ikan
Detritus
Bag. Hewan
Benthos
Rotatoria
Decapoda
Cladocera
copepoda
14A
15A
16A
17A
18A
19A
20A
21A
22A
1B
2B
3B
4B
5B
6B
7B
8B
9B
10B
11B
12B
13B
14B
15B
16B
17B
18B
19B
20B
21B
22B
1C
Fitoplankton
Kel-
Bag. Tumbuhan
Jenis Pakan
Zooplankton
1
1
1
1
1
2
1
2
1
9
2
1
4
2
60
38
9
38
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
7
1
7
1
3
2
1
3
2
2
2
3
3
3
3
14
4
2
2
1
3
2
2
2
3
3
3
3
14
4
2
8
5
12
8
9
5
5
5
9
7
1
8
1
84
Ikan
Detritus
15C
16C
6
7
3
3
3
5
53
5
5
1
4
5
5
0
4
Bag. Hewan
14C
Benthos
Rotatoria
6
7
3
3
3
5
53
Decapoda
Cladocera
copepoda
2C
3C
4C
5C
6C
7C
8C
9C
10C
11C
12C
13C
Fitoplankton
Kel-
Bag. Tumbuhan
Jenis Pakan
Zooplankton
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,05
0,07
0,08
Melindda Fauziah
1A
M. Syarif Maulana
Ahmad Resman
Delia Iga Utari
2A
Cindy Senjaya
Satryo Bayuaji
3A
Hilya Andiani
85
Kel-
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,04
0,9
0,12
10
0,07
0,07
0,6
0,6
0,07
0,07
0,6
0,9
10
0,13
0,09
Freddy Aditya
Julian Alfath
Isnaeni Faizah
4A
5A
Iis Risnawati
Bagas Jodi Santoso
Fadhilah Rayafi
6A
Mahesa Giyats
Reifolnanda
Fadilah Amelia
7A
Despriyanto Supriadi
Deanta Faiz
Gitri Maudy
8A
Prasetya Adhi
Agid Faishal
Fitri Rizki Febrianty
9A
Farras Ghaly
Mukhamad Rifqi A.
Vidya Yustindriarini
10A
Rizky Adikusuma
Tanti Yunita
Maryam Nurlatifah
11A
Ahmad Fadhillah
Dita Azzohrah
Virida Martugi H.
12A
Haniyah Khoiriyah
Zeind Ramadhan
Syifa Hanifah
13A
M. Faisal A.
Anwar M. S.
Rihat
14A
Tirani
Alif
15A
Tri Nurhadi
0,12
86
Kel-
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,07
10
0,1
0,09
0,06
10
0,09
15
0,09
0,08
0,05
0,05
0,02
0,03
0,06
Hapsari
M. Rohimda
Alya Mirza Artiana
16A
Arief Hidayatullah
Helena Asut
Fikri Khairi
17A
Breagitta
Meiti Anita
Nadia Maudina
18A
Andres Erik
Gilang Yandika
Rofiah Khairunisa
19A
Ahmad Reynaldi
Yohanes Bagas P.
Nur Anisa Diva
20A
M. Triandi
M. Arief S.
Wulan Sutiandri
21A
Septy Audiyanti
M. Agung Meidito
Teguh Firmansyah
22A
Nadimas
Sukma Widyawati
Idzhar Syifana R
1B
Agiandanu
Lina Aprilia
Sunendi
2B
Usi Supinar
Isma Yuniar
Firdaus
3B
Shinta Siti F
Imas Siti Zaenab
Siti Laila Rufaidah
4B
5B
87
Kel-
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,06
0,08
0,08
0,09
0,08
0,12
0,1
11
0,2
11
0,08
0,8
0,09
0,06
Ilvan Aji P
Lena Lutfina
Imas Siti Nurhalimah
6B
Egi Sahril
Yunia Qonitatin AM
Disa Nirmala
7B
Hardiono Tondang
Zukhrufa Dewi
Gilang Fajar
8B
Jian Setiawan
Asri Astuti
Christ Permana
9B
Syifa Mauladani
Darajat Prasetya W
Didi Arpindi
Novi Puspitawati
10B
Rizki Nugraha S
Mandala E
Ayunani A
11B
Indriani O A
Rifqi A
Ruli Aisyah
12B
Adi Prasetyo
Eka Agustina
Ridwan Ariyo
13B
Anandita R
Dewanto B
Neng Rima N
14B
Achmad Raffi U
Indra Adiwiguna
Felisha Gitalasa
15B
Januar Awalin H
Gusman Maulana
Adinda Kinasih J
16B
Deliani D Freskya
Rezky Hartanto
88
Kel-
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,09
0,09
0,035
1,7
0,08
0,14
0,05
0,06
0,2
0,1
10
0,08
0,06
Melinda Iriani
17B
Arnesih
Mochmmad Elang
Tuhpatur Rohmah
18B
Amalia Fajri R
Ahmad Abdul G
Nurhalimah
19B
Egi Rhamadan
Agung Setiawan
Hyunananda
20B
Wahyu Setiawan
Intan Nadifah
Ristiana Dewi
21B
Rizki Ayu R
Ivan Maulana P
Gilang Ramadan
Ayang Denika
22B
Agnesia Amalia S
Annisa Putri S
Sadra Muhammad
1C
Laily Latifah
Hazimah Fikriyah
Astri D.
2C
Dyara Ridwantara
Helinda Utami
Sulastin
3C
M. Fitri Rizky
Sukma Akbar
Nita Ulfah
4C
Ricky Rahmat M
Salma Azka
M. Ihsan Fadyla
Nurul Hidayati
6C
Ghifar Hakim
Shelvy Vestadia
0,05
89
Kel-
Nama Praktikan
Berat (gr)
Panjang (mm)
0,8
0,09
Ranti Rahmadina
Alyannisa Ayu
7C
M.Indra Nata
Esha Resti
Andreas Sugiharta
8C
Annisa Nurjannah
Yoshua Edward
Fakhrizal Dwi R
9C
Yulita
0,1
Rabgga Maulana
Naufal Trofis
10C
Tiara Ghasisany
Citra Melinda
0,08
Gerry Yosua
Arita
11C
Bhayu Prasetya
0,05
M Fauzan Azhima
Dwi Ari
12C
Anissa Irawati
0,06
0,2
Dwi Oktarahdiana
Galang Putra W.
Arif Rochman
Mauren Widiandoni
14C
M Ikhsan C U
0,08
Viga Ananda W
Lutfi Rahman
15C
Arsa Dipanoto
0,1
Try Setiani
Salma Khairunnisa
16C
Rahmi Rahmawati
Anggi R
Agung Prabowo
0,06
90
log a
=
34 199.304750300869 6773,41627677055
91
9,8062004440053
2,94523345899506
log a =
log a = 3.32951549699943
b =
b =
log W (N log a)
log L
b =
185.612169876081
82.30076717
b =2,2553
2)
9 52.1930953196442 469,402913871417
log a =
1,5133542320242
0,334944005380
log a = 4,518230533
b =
b =
log W (N log a)
log L
19,4225700590219 (9 4,518230533)
21,6657082476299
b =
60,0866448578724
21,6657082476299
b =2,7734
3)
log a =
8,010003259184
2,69998805922933
92
log a = 2,966680994
log W (N log a)
log L
b =
b =
b =
188,258648139116
88.784478460175
b =2,1204
4)
log a =
1,631387729
0,85208165158565
log a = 1,914590844
log W (N log a)
log L
b =
b =
56,1250212886923
b =
96,3340254937693
56.1250212886923
b = 1,7164
VixOi
100%
n
VixOi
i=1
93
IPi =
1x487
100%
938
= 51.92 %
b. IPi Zooplankton
IPi =
1x337
100%
938
= 35.93 %
c. IPi Benthos
IPi =
1x0
100%
938
=0%
d. IPi Bagian Hewan
IPi =
1x94
100
938
= 10.02 %
e. IPi Bagian Tumbuhan
IPi =
1x12
100
938
= 1,28%
f. IPi Detrius
1x0
100%
938
= 0%
g. IPi Ikan
IPi =
IPi =
1x8
100%
938
= 0.85 %
Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Trofik
TP = 1+((
51.92x1
100
35.931
)+(
100
)+(
10.022
100
= 2.451
Kategori tingkat trofik ikan, yaitu :
Tingkat trofik 2
: ikan herbivora
Tingkat 2,5
: ikan omnivora
94
)+(
1.283
0.853
100
100
)+(
))
: ikan karnivora
95