Disusun oleh :
Egi Prasetyo
(11/316266/FI/03575)
Fathoni
(11/316477/FI/03634)
Wina T. Simanjuntak
(11/316445/FI/03626)
Miftahul Khoir
(11/316417/FI/03617)
(11/316376/FI/03602)
(08/268441/FI/03427)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita yang tersusun dalam pandangan
hidup bangsa yakni Pancasila, sesuai sila Kelima Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Akan tetapi, apakah cita-cita luhur tersebut telah
terwujud?. Jawabannya, Belum. Banyak hal yang menjadi alasan penyebab
belum terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia, seperti kondisi sosialmasyarakat Indonesia, apakah memang sudah dalam kondisi masyarakat yang
adil?
Kesenjangan Sosial, sebuah kenyataan yang sedang dihadapi oleh banyak
bangsa di dunia, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Kesenjangan sosial
menjadi sebuah topik yang selalu dibahas, karena kesenjangan sosial itu
sendiri merupakan masalah yang berkepanjangan yang selalu menuntut
penyelesaian. Kesenjangan Sosial akan dikaji secara filosofis melalui teori
Sistem Sosial Talcott Parsons, untuk menghasilkan suatu analisis yang
reflektif, sehingga dapat ditemukan solusi yang dapat ditawarkan untuk
menghadapi permasalahan kesenjangan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pentingnya kesenjangan sosial untuk dikaji
secara filosofis, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan sosial ?
b. Mengapa kesenjangan sosial terwujud ?
c. Apa kaitan antara teori sistem sosial Talcott Parsons dengan permasalahan
kesenjangan sosial di Indonesia ?
d. Apa solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan
kesenjangan sosial di Indoensia berdasarkan teori sistem sosial Talcott
Parsons ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesenjangan Sosial di Indonesia
2
masyarakat
untuk
memperoleh
kesejahteraan.
Ketidakmerataan
K.J. Veeger. Realitas Sosial refleksi filsafat sosial atas hubungan individumasyarakat dalam cakrawala sejarah sosiologi, (Jakarta: Gramedia, 1985)
halm.199-200
3
Ibid, halm.201
analisis abstrak. Sekarang konsep itu mewakili realitas sosial sendiri. Strukturstruktur sosial menentukan peranan dan pola-pola perilaku yang tetap.
Ketunggalan individu melenyap di balik peranan-peranan yang telah
dilembagakan oleh masyarakat. Pelembagaan itu diadakan demi suatu
kesatupaduan (integrasi) dan orde masyarakat. Peranan-peranan resmi itu
dipakai sebagai mekanisme yang mengintegrasikan orang ke dalam kesatuan
sosial.4
Peranan adalah konsep relasional, diandaikan dengan dua atau lebih
pemain atau pelaku yang sedang terlibat dalam interaksi. Mereka entah
menyesuaikan diri dengan suatu skrip yang telah disampaikan, atau mereka
menyimpang atau menyeleweng. Namun mereka diharapkan agar memainkan
perannya dengan baik, supaya kehidupan bersama menjadi tertib dan teratur.
Setiap orang diandaikan tahu tentang apa yang diharapkan dari dia.
Pengharapan-pengharapan dia adalah sedemikian rupa, hingga mereka saling
melengkapi sampai batas tertentu. Apa yang telah ditetapkan sebagai haknya si
A diakui oleh si B sebagai kewajibannya, dan apa yang telah ditetapkan
sebagai haknya si B, diakui oleh si B sebagai kewajibannya. Misalnya, si
pasien menuntut haknya atas pemeriksaan dan pengobatan dari dokter,
sedangkan si dokter menganggap itu sebagai kewajibannya terhadap si pasien.
Sebaliknya juga, dokter menuntut haknya atas honorarium yang oleh si pasien
dianggap sebagai kewajibannya. Dengan demikian peranan-peranan sosial
merupakan mekanisme utama dalam mengintregasikan masyarakat. 5
Kalau satuan realitas sosial yang paling kecil terdiri dari peranan-peranan
sosial, yang untuk sebagian dilembagakan, maka masyarakat dan tiap-tiap
kehidupan bersama akan dipikirkan sebagai jaringan relasi-relasi atau sistem
sosial. Sistem cenderung untuk mempertahankan keseimbangannya ke dalam
maupun ke luar. Keseimbangan dijaga dengan menetralisir setiap gangguan
dengan mengerahkan daya-daya lawan. Sosiologi Parsons memiliki dua ciri
khas yaitu : konsep fungsi yang dimengerti sebagai sumbangan kepada
4
dan
bersama-sama
Interdependensi
mengarah
kepada
membangun
keseimbangan
suatu
sebagai
keseluruhan.
tujuannya,
suatu
sistem
dapat
kurang
lebih
menguasai
harus
ada
mekanisme-mekanisme
kepemimpinan
dan
suatu
sistem
nilai-nilai
yang
telah
dilembagakan.
Hal
pelembagaan
nilai-nilai
budaya
itu
merupakan
sarana
untuk
10
lingkungan.
Negara
diharapkan
mampu
membuat
atau
timbulnya
kemiskinan,
membuat
anggota
masyarakat
14
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dicapai untuk menjawab rumusan-rumusan masalah
dalam makalah ini antara lain :
1. Kesenjangan sosial adalah persoalan sosial tentang kesenjangan antar
satuan-satuan dalam sistem sosial. Kesenjangan tersebut dapat terjadi
karena tidak terpenuhinya prasyarat fungsional sistem sosial seperti
adaptasi, kemungkinan pencapaian tujuan, integrasi anggota-anggota,
serta mempertahankan identitas.
2. Kesenjangan sosial terwujud ketika prasyarat-prasyarat dalam sistem
sosial belum terpenuhi. Seperti contoh, jika prasyarat adaptasi tidak
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial (Observasi kritis terhadap para filosof
terkemuka). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Veeger, K.J.. 1985. Realitas Sosial (Refleksi Filsafat Sosial atas hubungan
individu-masyarakat dalam cakrawala sejarah Sosiologi). Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
18
19