Oleh
Dian Hadi Purnamasari
Pembimbing:
dr. Anita Fadhilah
dr. Ricky Septafianty
2015
Data Pasien
Nama
: Ny. T. S.
Usia
: 68 tahun
RM
: 5739
Jenis Kel
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pasien mengeluh nyeri bila buang air kecil sejak 2 hari terakhir. Nyeri
dirasakan sama intensitasnya sepanjang BAK
TTV
: TD 130/80
RR 20/menit
Kepala
: dbn
Mata
Leher/spine
: dbn
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan penunjang
Urin lengkap + sedimen urin
Diagnosis klinis
ISK (bawah) tanpa komplikasi
Planning
Urotractin 2 x 1 tab
Mefinal 3 x 1 tab
Banyak minum air putih (2 L per hari) dan tidak menahan BAK
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
Bakteriuria
bermakna
(significant
bacteriuria):
bakteriuria
bermakna
Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis
dan urosepsis (Naber KG et al).
Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang
spesifik. (Sukandar, E., 2004)
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan
ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh
sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke
bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK
complicated lebih sukar diobati.
III. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit
sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi. (Sukandar, E., 2004)
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di
2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985).
Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding
dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan
pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens
bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki
menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi
dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau
obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15
tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan
kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang
remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai
20%, sementara konstan pada lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis
akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama
yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia
lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas
dan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang 65 tahun. (Nguyen,
H.T., 2004).
IV.
Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa dapat juga sebagai penyebab.
V.
Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu
steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
gram negative. (Sukandar, E., 2004). Hampir semua ISK disebabkan invasi
mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa
pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini,
dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
jarang ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteremia. Ginjal diduga
merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat
Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis
(Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan
pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen. (Sukandar, E.,
2004).
VI.
Gejala klinis
ISK Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan
harus dilakuakan investigasi faktor predisposisi atau pencetus. a. Pielonefritis
Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5 C), disertai
mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala
ISK bawah (sistitis). b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit
suprapubik, polakiuria, nokturia, disuria, dan stanguria. c. Sindroma Uretra Akut
(SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering
ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 thun. Presentasi klinis SUA sangat
miskin (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin 6 minggu
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b). Relapsing infection. Setiap kali infeksi
disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi
yang adekuat. (Sukandar, E., 2004).
VII. Pemeriksaan penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan. (Sukandar, E., 2004)
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi
ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV,
micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar, E., 2004)
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap
dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai
b.
c.
d.
e.
f.
antibiotika oral.
Pasien sakit berat atau debilitasi.
Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
Diperlukan investigasi lanjutan.
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif
dan
sefalosporin
dengan
spectrum
luas
dengan
atau
tanpa
aminoglikosida. Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur
dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat.
Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit
urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan
status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi
oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki
spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan
antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik
bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai
presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan jadual tertentu
untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan
pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi laki-laki dan
perempuan. (Sukandar, E., 2004).