Topik :
Stroke Iskemik
Tanggal (kasus) :
24 Desember 2015 Presenter :
dr. Hasra Mukhlisan
Tanggal Presentasi :
Februari 2016
Pendamping : dr. Nurweti Emida
Tempat Presentasi :
Ruang Komite Medik RSUD Lubuk Sikaping
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Laki-laki, usia 61 tahun, Anggota gerak kiri terasa lemah sejak 2 hari sebelum
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Cara
Membahas :
Data Pasien :
masuk rumah sakit . Pasien didiagnosis dengan Hemiparesis sinistra tipe spastik
ec. Stroke Iskemik .
Mengenali, melakukan penegakan diagnosis dan pengobatan awal pada Stroke
Iskemik
Tinjauan Pustaka
Diskusi
Riset
Kasus
Audit
Pos
Gambaran Klinis :
Anggota gerak kiri terasa lemah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan
tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas. Kelemahan tungkai dan lengan dirasakan sama berat.
Pasien menjadi sulit berjalan dan akhirnya dibawa keluarga ke IGD Rumah Sakit Lubuk Sikaping.
Sakit kepala sejak 2 jam sebelum masuk RS. Sakit kepala dirasakan berdenyut di seluruh
kepala.
Mual sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, muntah tidak ada.
3.
4.
lupa.
Riwayat DM, Penyakit jantung, Stroke, sebelumnya tidak ada.
5.
Riwayat Keluarga : Saudara laki-laki pasien menderita hipertensi, Tidak ada anggota keluarga
yang menderita DM dan penyakit jantung, dan Stroke.
6.
10. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Edisi ke-4. Jakarta: EGC, 2007.h.
394-412
11. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.h. 280-90
12. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana B. Diagnosis dan Tata laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC, 2007.h. 24-8
13. PERDOSSI. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri. Jakarta : Guideline Stroke
2011 Seri Pertama, 2011
14.
Trombolysis with Alteplase 3 to 4.5 hours after Acute Ischemic Stroke.2008;
359:1317-29. Dikutip dari the New England Journal of Medicine
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mengenali kasus stroke iskemik.
2. Penegakkan diagnosis stroke iskemik.
3. Mengenal faktor resiko stroke iskemik.
4. Tatalaksana stroke iskemik.
5. Edukasi untuk mencegah stroke iskemik.
6. Edukasi penatalaksanaan non farmakoterapi stroke iskemik.
Keluhan Utama: Anggota gerak kiri terasa lemah sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Anggota gerak kiri terasa lemah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas. Kelemahan tungkai dan lengan
dirasakan sama berat. Pasien menjadi sulit berjalan dan akhirnya dibawa keluarga ke IGD
Rumah Sakit Lubuk Sikaping.
Sakit kepala sejak 2 jam sebelum masuk RS. Sakit kepala dirasakan berdenyut di
seluruh kepala.
Mual sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, muntah tidak ada.
2. Objektif :
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang.
Kesadaran
Kooperasi
: Kooperatif.
Keadaan gizi
: Gizi cukup.
: 80 kali / menit.
Suhu
: 36,50C.
Pernapasan
: 20 kali / menit.
Antropometri
BB
: 61 kg.
TB
: 165 cm.
BMI
STATUS INTERNUS
Kepala : Tidak ada kelainan.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor (diameter
3mm/3mm), RC +/+.
Kulit
KGB
Thoraks
a. Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan.
Palpasi
Perkusi
Perkusi
c. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: Timpani.
d. Ekstremitas : Refilling capiller baik, udema (-), sianosis (-), tremor (-).
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. KESADARAN
B. FUNGSI LUHUR
Kaku kuduk
(-)
b.
Brudzinskiy I
(-)
c.
Brudzinskiy II
(-)
d.
Kernig
(-)
D. SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius)
Kanan
baik
Daya pembau
Kiri
baik
Keterangan
normal
2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Kanan
menurun
Kiri
menurun
Keterangan
menurun
Lapang pandang
luas
luas
normal
Pengenalan warna
baik
baik
normal
3. N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Kanan
Kiri
Keterangan
Tidak ada Tidak ada Normal
Pupil
Bentuk
Bulat
Bulat
Normal
Ukuran
3 mm
53 mm
Normal
Bebas
Bebas
Normal
Refleks pupil
Langsung
(+)
(+)
Normal
Tidak langsung
(+)
(+)
Normal
Kanan
Bebas
Kiri
Bebas
4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata
Keterangan
Normal
5. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
Kanan
Bebas
Kiri
Bebas
Keterangan
Normal
Strabismus
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
6. N. V (Trigeminus)
Motorik
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Keterangan
normal
Sensibilitas
Baik
Baik
normal
Refleks kornea
(+)
(+)
Normal
7. N. VII (Facialis)
Kanan
(-)
Kiri
(-)
- sudut mulut
simetris
simetris
- mengerutkan
simetris
simetris
- mengangkat alis
simetris
simetris
- lipatan
simetris
simetris
- meringis
simetris
simetris
- kembungkan pipi
simetris
simetris
Sensoris
baik
baik
Tanda chvostek
(-)
Tic
Keterangan
Motorik:
dahi
nasolabial
(-)
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan
Kiri
Keterangan
Normal
Pendengaran
Baik
Baik
Normal
9. N. IX (Glossofaringeus)
Arkus farings
Kanan
Simetris
Kiri
simetris
Keterangan
Normal
Daya perasa
baik
baik
Normal
Refleks muntah
tidak
tidak
dilakukan
dilakukan
baik
baik
Normal
Kanan
Simetris
Kiri
simetris
Keterangan
Normal
(-)
(-)
Normal
Motorik
Kanan
Baik
Kiri
baik
Keterangan
normal
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
normal
Motorik (lidah)
Kanan
simetris
Kiri
asimetris
Keterangan
lateralisasi ke kiri
Trofi
eutrofi
eutrofi
normal
Tremor
(-)
(-)
normal
Disartri
(-)
(-)
normal
Kedudukan lidah
Simetris
asimetris
lateralisasi ke kiri
Menelan
10. N. X (Vagus)
Arkus farings
Dysfonia
11. N. XI (Assesorius)
E. SISTEM MOTORIK
Kanan
Kiri
Keterangan
Kekuatan
555
444
Hemiparesis sinistra
Tonus
eutonus
eutrofi
Normal
Trofi
eutrofi
eutrofi
Normal
Gerakan involunter
(-)
(-)
Normal
Ekstremitas atas
7
Ekstremitas bawah
Kekuatan
555
4+4+4+
Hemiparesis sinistra
Tonus
eutonus
eutrofi
Normal
Trofi
eutrofi
eutrofi
Normal
Gerakan involunter
Badan
(-)
(-)
Normal
Trofi
(-)
(-)
Normal
Ger. Involunter
(-)
(-)
Normal
F. SISTEM SENSORIK
Raba
Kanan
Baik
Kiri
baik
Keterangan
Normal
Nyeri
baik
baik
Normal
Suhu
baik
baik
Normal
Propioseptif
baik
baik
Normal
G. REFLEKS
Kanan
Kiri
Keterangan
Biseps
(++)
(++)
Normal
Triseps
(++)
(++)
Normal
KPR
(++)
(++)
Normal
APR
(++)
(++)
Normal
Bulbocavernosus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Babinski
(-)
(-)
Normal
Chaddoks
(-)
(-)
Normal
Oppenheim
(-)
(-)
Normal
Gordon
(-)
(-)
Normal
Schaeffer
(-)
(-)
Normal
Hoffman Tromer
(-)
(-)
Normal
Fisiologis
Kremaster
Patologis
H. SISTEM OTONOM
Miksi
: Baik
Defekasi
: Baik
Sekresi Keringat
: Baik
LABORATORIU IGD
Hb
: 13,8 g/dL
GDS
: 109 mg/dL
Ureum
: 23,0 mg/dL
Ht
Kreatinin
: 1,0 mg/dL
: 37,5 %
3. Assesment
DIAGNOSIS :
Diagnosis Kerja
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
: Tromboemboli serebri
Diagnosis Sekunder
4. Plan
: Hipertensi Emergency
1) Umum
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
2) Khusus
Klopidogrel 1 x 75 mg
Pendidikan
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan faktor risiko serta
mengendalikan factor risiko yang dapat dimodifikasi
Edukasi rawat inap
Mengatur pola makan yang sehat
Mengendalikan stres dan beristirahat yang cukup
Konsultasi
Konsultasi telah dilakukan dengan spesialis saraf.
10
Follow up
24 Desember 2015 (08.00WIB)
S :
- Lemah anggota gerak kiri (+)
- Mual (+) Muntah (-)
- Gatal-gatal kemerahan di kedua tangan
O :
Keadaan Umum : Sedang
Nadi
: 70 kali/menit
Kesadaran
: Compos Mentis
Nafas
: 18 kali/menit
: 200/90 mmHg
Suhu
: 36,5 C
Tekanan Darah
Nervi cranialis : pupil isokor , 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+), gerak bola mata
bebas ke segala arah, plika nasolabialis kanan = kiri, kedudukan lidah asimetris,
lateralisasi ke kiri.
Motorik
: Superior : eutrofi
Inferior : eutrofi
555
Otonom
: Miksi
Defekasi
: baik
: baik
11
Reflek fisiologis : ++ ++
Reflek patologis : - -
++ ++
- -
A : - Cerebral Infarction
4+4+4+
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
2) Khusus
Ketokonazol salp 4 x 1
Klopidogrel 1 x 75 mg
Nadi
: 75 kali/menit
Kesadaran
Nafas
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,5 C
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Status Neurologikus:
GCS 15 (E4M6V5)
12
Nervi cranialis : pupil isokor , 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+), gerak bola mata
bebas ke segala arah, plika nasolabialis kanan = kiri, kedudukan lidah asimetris,
lateralisasi ke kiri.
Motorik
: Superior : eutrofi
Inferior : eutrofi
Otonom
: Miksi
Defekasi
: baik
: baik
Reflek fisiologis : ++ + +
Reflek patologis : - -
++ ++
- -
A : - Cerebral Infarction
- Hemiparesis sinistra tipe spastik
- Hipertensi Emergency (dalam perbaikan)
- Tinea Korporis
P:
1) Umum
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
2) Khusus
Ketokonazol salp 4 x 1
Klopidogrel 1 x 75 mg
13
S :
- Lemah anggota gerak kiri (+)
- Mual (+) Muntah (-)
- Gatal-gatal kemerahan di kedua tangan
O :
Keadaan Umum : sedang
Nadi
: 80 kali/menit
Kesadaran
Nafas
: 20 kali/menit
: kompos mentis
Nervi cranialis : pupil isokor , 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+), gerak bola mata
bebas ke segala arah, plika nasolabialis kanan = kiri, kedudukan lidah asimetris,
lateralisasi ke kiri.
Motorik
: Superior : eutrofi
Inferior : eutrofi
Otonom
: Miksi
Defekasi
: baik
: baik
Reflek fisiologis : ++ + +
Reflek patologis : - -
++ ++
- -
A : - Cerebral Infarction
- Hemiparesis sinistra tipe spastik
- Hipertensi Emergency (dalam perbaikan)
- Tinea Korporis
P:
1) Umum
14
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
2) Khusus
Ketokonazol salp 4 x 1
Klopidogrel 1 x 75 mg
Nadi
: 78 kali/menit
Kesadaran
Nafas
: 20 kali/menit
: kompos mentis
Nervi cranialis : pupil isokor , 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+), gerak bola mata
15 kanan = kiri, kedudukan lidah asimetris,
bebas ke segala arah, plika nasolabialis
lateralisasi ke kiri.
Motorik
: Superior : eutrofi
555 4+4+4+
Inferior : eutrofi
Otonom
: Miksi
Defekasi
: baik
: baik
Reflek fisiologis : ++ + +
Reflek patologis : - -
++ ++
- -
A : - Cerebral Infarction
- Hemiparesis sinistra tipe spastik
- Hipertensi Emergency (dalam perbaikan)
- Tinea Korporis (dalam perbaikan)
P:
1) Umum
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
2) Khusus
Ketokonazol salp 4 x 1
Klopidogrel 1 x 75 mg
O :
Keadaan Umum : sedang
Nadi
: 82 kali/menit
Kesadaran
: kompos mentis
Nafas
: 20 kali/menit
Nervi cranialis : pupil isokor , 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+), gerak bola mata
bebas ke segala arah, plika nasolabialis kanan = kiri, kedudukan lidah asimetris,
lateralisasi ke kiri.
Motorik
: Superior : eutrofi
Inferior : eutrofi
Otonom
: Miksi
Defekasi
: baik
: baik
Reflek fisiologis : ++ + +
Reflek patologis : - -
++ ++
- -
A : - Cerebral Infarction
- Hemiparesis sinistra tipe spastik
- Hipertensi Emergency (dalam perbaikan)
- Tinea Korporis (dalam perbaikan)
- Boleh pulang besok
P:
1) Umum
O2 3L/menit
IVFD RL 12 jam/kolf
17
2) Khusus
Ketokonazol salp 4 x 1
Klopidogrel 1 x 75 mg
18
DISKUSI
Pasien laki-laki berumur 61 tahun datang ke IGD RSUD Lubuk Sikaping pada 24
Desember 2015 dengan diagnosa awal hemiparesis sinistra tipe spastic ec. stroke iskemik.
Diagnosa hemiparesis sinistra tipe spastic ec. stroke iskemik berdasarkan anamnesis
yaitu anggota gerak kiri terasa lemah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas. Kelemahan tungkai dan lengan
dirasakan sama berat. Pasien menjadi sulit berjalan dan akhirnya dibawa keluarga ke IGD
Rumah Sakit Lubuk Sikaping. Sakit kepala sejak 2 jam sebelum masuk RS. Sakit kepala
dirasakan berdenyut di seluruh kepala. Keluhan disertai dengan bicara pelo serta muual sejak
2 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat hipertensi diketahui sejak 5 tahun yang lalu,
kontrol tidak teratur. Pada pemeriksaan generalis didapatkan, TD 210/100 mmHg, nadi 80
x/menit, RR 20 x/menit , suhu 36,50C. Iktus teraba 2 jari lateral LMCS RIC V. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan kekuatan motorik ekstremits kiri atas 444 dan bawah
4+4+4+. Kedudukan lidah asimetris, lateralisasi ke kiri.
Pada penilaian Siriraj Stroke Score didapatkan nilai -3 sehingga pada pasien ini
ditegakkan diagnosis hemiparesis sinistra tipe spastic ec. stroke iskemik dengan diagnosis
sekunder hipertensi emergency.
hari rawatan ke-1 pasien mengeluhkan gatal-gatal kemerahan di kedua tangan, dan
ditegakkan diagnosis tambahan tinea korporis. Karena lesi tidak terlalu luas diberikan salap
ketokonazol 4 x 1, terapi lain dilanjutkan. Hari rawatan kedua tekanan darah pasien mulai
stabil. Hari rawatan keempat gatal-gatal kemerahan di kedua tangan mulai berkurang, pasien
diperbolehkan pulang pada hari rawatan ke 5 dengan obat oral dan anjuran untuk rutin control
ke poli neurologi.
19
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah suatu tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal atau global yang timbul akibat
gangguan aliran darah di otak (bukan oleh karena tumor atau trauma kepala) dengan
manifestasi hemidefisit motorik, dapat disertai dengan atau tanpa hemidefisit sensorik,
kelumpuhan saraf otak, aphasia, dan penurunan kesadaran.2
Stroke juga dikenal sebagai serangan serebrovaskuler (CVA), yang terjadi ketika
suplai darah ke bagian otak terhenti. Hal ini akan menyebabkan kematian sel dalam beberapa
menit. Kerusakan otak akibat stroke bisa berlanjut hingga beberapa hari setelah serangan.2
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan
oksigen di jaringan otak. Stroke akut mempunyai kharakteristik yang khas dengan adanya
kejadian yang tiba-tiba dari penurunan neurologi fokal, beberapa pasien mempunyai gejala
yang bertahap atau penurunan yang progesif.3,4
1.2
Anatomi
20
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua arteri vertebralis. Arteri
karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke
rongga
tengkorak
melalui
kanalis
karotikus,
berjalan
dalam
sinus
kavernosus,
mempercabangkan arteri untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri
serebri anterior dan arteri serebri media. Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada
regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan vaskularisasi pada
korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan nukleus kaudatus. Arteri
serebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan
temporalis. 4,5,6
talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang otak
bagian atas.6
1.3 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika Serikat. Angka
kematian stroke tiap tahun > 200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan 750.000
pertahun. Angka di antara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi daripada
orang Kaukasian.3
Walaupun orang dapat mengalami stroke pada usia berapapun, dua pertiga stroke
terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun.3
Berdasarkan data dari seluruh dunia: peyakit jantung koroner dan stroke adalah
penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan menempati urutan kelima dan keenam
sebagai penyebab kecacatan.11
Sampai dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7% dan 2,5%
pada perempuan dengan usia 18 tahun. Diantara orang kulit hitam, prevalensi stroke adalah
3,7% dan 2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia.
Dari Survey ASNA di 28 RS seluruh Indoneisia, diperoleh gambaran bahwa penderita
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan profil usia 45 tahun yaitu 11,8%, usia 45-64
tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data lain dari ASNA Stroke
Collaborative Study diperoleh angka kematian sebesar 24,5%.
Hal yang agak berbeda adalah kejadian pada wanita lebih banyak dari pria (53,8%
versus 46,2%), studi di Indonesia, sedangkan studi Framingham, kejadian pada pria rata-rata
2,5 kali lebih sering dari pada wanita.
1.4 Faktor resiko
Faktor resiko demografik mencakup usia lanjut, ras dan etnis ( orang Amerika
keturunan Afrika memiliki angka yang lebih tinggi daripada orang kaukasia), dan adanya
riwayat stroke dalam keluarga.3
22
Faktor resiko yang memodifikasi adalah fibrilasi atrium, diabetes melitus, hipertensi,
apnea tidur, kecanduan alkohol, dan merokok. Dalam bidang kesehatan masyarakat, perlu
dipahami bahwa faktor resiko utama stroke bukan hipertensi.3
Kegemukan (obesitas), yang cepat menjadi masalah kesehatan utama, baru-baru ini
dibuktikan merupakan faktor resiko independen untuk stroke. Dengan menggunakan indeks
massa tubuh (IMT) sebagai variabel, para peneliti mendapatkan bahwa subjek yang ikut serta
dalam the US Physicians Health Study dengan IMT > 27,8 kg/m2 memiliki resiko yang lebih
besar secara bermakna untuk stroke iskemik dan hemoragik. Dengan demikian, kegemukan
tampaknya merupakan faktor resiko penting untuk stroke, tidak saja melalui penyakitpenyakit yang diperparah oleh kegemukan seperti hipertensi, diabetes, dan peningkatan
kolestrol tetapi juga melalui mekanisme lain yang belum teridentifikasi.3
Dislipidemia belum terbukti berkaitan dengan peningkatan resiko stroke, kecuali
apabila yang bersangkutan juga mengidap panyakit jantung koroner (PJK). Bagi pengidap
PJK, terdapat hubungan yang jelas antara meningkatnya kadar lemak dan resiko prospektif
terjangkit stroke dan serangan iskemik trasien (TIA) utuk masing-masing dari yang berikut:
kolestrol total, kolestrol lipoprotein densitas rendah (LDL), dan trigliserida. Walaupun secara
keseluruhan tidak terdapat korelasi antara stroke dan kadar lemak yang tinggi, pemberian
obat statin penurun lemak kepada orang yang diketahui mengidap PJK dapat mengurangi
resiko mereka mengalami stroke.3
1.5 Etiologi
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada
pembuluh otak. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas atau mungkin terbentuk
di dalam suatu organ seperti jantng, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak
sebagai suatu embolus. Terdapat beragam penyebab stroke trombotik dan embolik primer,
termasuk aterosklerosi, arteritis, keadaan hipokoagulasi, dan penyakit jantung struktural.3
Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada
orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh
darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteria karotis interna merupakan
tempat tersering terbentuknya aterosklerosis. Darah terdorong melalui sistem vaskular oleh
gradien tekanan, tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat
melalui lumen yang lebih kecil akan menurunkan gradien tekanan di tempat konstriksi
tersebut. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat
23 yang kritis, maka meningkatnya turbulensi
di sekitar tempat penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran.3,11,12
Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme, yang sering merupakan respon
vaskular reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara lapisan araknoid dan piamater
meningen. Sebagian stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karena jaringan otak tidak peka
terhadap nyeri. Namun, pembuluh besar di leher dan batang otak memiliki banyak reseptor
nyeri, dan cedera pada pembuluh ini saat serangan iskemik dapat menimbulkan nyeri
kepala.2,4
1.6 Subtipe Stroke Iskemik
Stroke Trombotik
Penyumbatan aliran darah regional yang disebabkan oleh trombus jarang bersifat total
tetapi hampir selalu parsial. Gejala dan tanda yang terjadi akibat stroke iskemik ini
bergantung pada lokasi sumbatan dan tingat aliran kolateral dijaringan otak yang terkenal.
Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau
stenosis di arteri karotis interna atau yang lebih jarang, dipangkal arteri serebri media atau di
taut arteria vertebralis dan basilaris. Tidak seperti trombosis arteria koronaria yang oklusi
pembuluhnya cenderung terjadi mendadak dan total, trombosis pembuluh otak cenderung
memiliki awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola ini menyebabkan
timbulnya istilah stroke in evolution. Sedangkan hemiparalisis yang sudah menjadi suatu
kenyataan yang lengkap dinamakan completed stroke.6
Stroke tombotik dari sudut pandang klinis, dengan gejala hilang timbul berganti
secara cepat. Para pasien ini mungkin sudah mengalami beberapa kali serangan TIA tipe
lakunar sebelum akhirnya mengalami stroke. Yang khas adalah apa yang disebut sebagai
crescendo TIA, yaitu pasien mengalamai TIA yang semakin meningkat jumlah dan
frekuensinya.6
Mekanisme lain perannya aliran pada arteri yang mengalami trombosis parsial adalah
defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung dan tekanan darah
sistemik. Agar dapat melewati lesi stenotik intraarteri, aliran darah mungkin bergantung pada
tekanan intra vaskuler yang tinggi. Penurunan mendadak tekanan tersebut dapat
menyebabkan penurunan generalisata CBF (Cerebral Blood Flow). Dengan demikian,
hipertensi nonsimtomatik terutama pada pasien
24berusia lanjut, harus di terapi secara hati-hati
dan cermat karena penurunan mendadak tekanan darah dapat memicu stroke atau iskemia
arteria koronaria.3
Stroke Embolik
Penyumbatan yang terjadi secara tiba-tiba, hampir disebabkan oleh emboli. Sebagian
besar emboli berasal dari lesi ateromatosa bifurkasio karotidis atau dari jantung. Kadangkadang, emboli dapat berasal dari sirkulasi vena perifer yang terbawa oleh aliran darah ke
otak. Prakondisi keadaan ini adalah paten foramen ovale, yang menyedikan hubungan yang
diperlukan antara sirkulasi vena dan arteri pada level atria. Manifestasi kliniknya terdiri dari
hemiparalisis yang terjadi secara tiba-tiba dan langsung menjadi komplit.3
Pada kebanyakan kasus emboli serebri yang menyumbat aliran darah secara total, lesi
yang dihasilkan itu terbatas pada daerah faskularisasi antara wilayah pendarahan dua arteri
yang sewajarnya saling bantu-membantu. Daerah itu dikenal sebagai watershed area. Pada
umumnya, infark akibat oklusi embolik mengandung darah extravasal yang dinamakan infark
hemoragik.6
sementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam. Delapan puluh persen dari seluruh TIA
berlangsung sekitar 30 menit. Manifestasi klinisnya bergantung pada terirori vaskular otak
tertentu yang terkena. TIA pada teritori arteri serebri media sering ditemukan, pasien
mengeluhkan parestesia dan defisit sensorik kontralateral sementara, serta kelemahan
kontralateral sementara. Serangan seperti ini kadang-kadang sulit dibedakan dari kejang
epileptik fokal. Iskemia pada teritori vertebrobasilar, sebaliknya, menyebabkan tanda dan
gejala batang otak sementara, termasuk vertigo.6
Defisit neurologis akibat iskemia kadang-kadang dapat berkurang meskipun telah
berlangsung selama lebih dari 24 jam, pada kasus tersebut bukan disebut sebagai TIA. Tetapi
PRIND ( prolonged reversible ischemis neurogical deficit).3
Jika hipoperfusi menetap lebih lama daripada yang ditoleransi oleh jaringan otak,
terjadi kematian sel. Stroke iskemik tidak reversible. Kematian sel dengan kolaps sawar
darah-otak mengakibatkan influk cairan ke dalam jaringan otak yang infark. Dengan
demikian infark dapat mulai membengkak dalam beberapa jam setelah kejadian iskemik,
membengkak maksimal dalam beberapa hari kemudian, dan kemudian perlahan-lahan
kembali mengecil.
Sebagai kelanjutan dari infark, jaringan otak yang mati mengalami likuefaksi dan
diresorpsi. Yang kistik tersisa adalah ruang yang berisi cairan cerebrospinal , kemudian
mengandung beberapa pembuluh darah dan jaringan ikat, disertai perubahan glia reaktif
disekitarnya.
The National Stroke Association telah meringkas cedera sel akibat stroke sebagai
berikut :3
1. Tanpa obat-obat neuroprotektif, sel-sel saraf yang mengalami iskemia 80% atau
lebih akan mengalami kerusakan ireversible dalam beberapa menit. Daerah ini
disebut pusat iskemik. Pusat iskemik dikelilingi oleh daerah lain jaringan yang
disebut penumbra iskemik dengan CBF adalah anatara 20%-50%. Sel-sel neuron
di daerah ini berada dalam bahaya tetapi belum rusak secara ireversible. Waktu
untuk timbulnya penumbra pada stroke sekitar 12-24 jam.
2. Secara cepat di dalam pusat infark dan penumbra iskemik sel otak berkembang
sebagai berikut :
27
Tanpa pasokan darah yang memadai, sel sel otak kehilangan kemampuan
untuk menghasilkan energi, terutama ATP
Sel-sel otak akhirnya mati, akibat kerja berbagai protease yang diaktifkan
oleh kalsium, lipase, dan radikal bebas yang terbentuk oleh jenjang
iskemik.
Radikal bebas merupakan patofisiologi penting pada cedera sel dalam stroke. Radikal
oksigen, seperti anion superoksida (O_), peroksinitrit (ONOO_),hydrogen peroksida (H2O2)
dan radikal hidroksil (OH_) biasanya diproduksidalam jumlah yang sangat rendah dengan
diaktifkannya mikroglia dan sel-sel endotel sebagai produk dari metabolisme mitokondria. Di
antara senyawa oksigenreaktif (SOR), anion superoksida dipercaya sebagai toksik langsung
pada neuron karena menginisiasi radikal bebas dimediasi reaksi berantai yang menyebabkan
tambahan kerusakan sistem saraf pusat.9
kesulitan melihat pada satu atau kedua mata; bingung mendadak; tersandung selagi berjalan,
pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi dan nyeri kepala mendadak tanpa
kasus yang jelas. 3
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak disebut
sindrom neurovaskular :3,12
1. Arteria karotis interna. Lokasi tersering lesi adalah bifurkasio arteria
karotis komunis ke dalam arteri karotis interna dan eksterna. Cabang arteri
karotis interna adalah arteri oftalmika, arteri komunikantes posterior, arteri
koroidalis anterior, arteri serebri anterior, dan arteri serebri media.
Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteri karotis yang terkena,
akibat insufisiensi arter retinalis.
Lesi dapat terjadi di antara arteri serebri anterior dan arteri serebri
media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin
mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia
ekspresif karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
Disfasia
4. Sistem vertobasilar
Ataksia
Disfagia
Disartria
Gangguan penglihatan
Koma
Hemiparesis kontralateral
1.9 Diagnosis
Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena kalau memang stroke sebagai penyebabnya, maka
30
sesuai dengan definisinya, kelainan saraf yang ada timbulnya adalah secara mendadak. Bila
sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non
hemoragis.1
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.
Berdasarkan anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya.1
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
Gejala
Stroke hemoragik
Stroke non-hemoragik
Mendadak
Bertahap/Mendadak
Saat onset
Sedang aktif
Istirahat
Peringatan
+++
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
Onset
Nyeri kepala
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda yang muncul, bila dibandingkan anatara
keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :1
Tabel 2. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik berdasarkan pemeriksaan
klinis
Tanda
Stroke Hemoragik
Bradikardi
++ (dari awal)
(hari ke-4)
Udem pupil
Sering
Kaku kuduk
Pasien
berikut:3
1. Sistem pembuluh perifer. Lakukan auskultasi pada arteria karotis untuk
mencari adanya bising dan periksa tekanan darah
2. Jantung. Perlu dilakukan pemeriksaan jantung yang lengkap, dimulai dari
auskultasi jantung dan EKG. Murmur dan diasritmia merupakan hal yang
harus dicari, karena pasien dengan fibrilasi atrium, infark miokardium akut,
atau penyakit katup jantung dapat mengalami embolus obstruktif .
3. Retina. Periksa ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan retina.
4. Ekstremitas. Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda embolus
perifer. Serta untuk melihat apakah terdapat hemiparese kontralateral.
Alogaritma dan penilaian dengan skor stroke
Alogaritma stroke Gajah Mada
32
Waktu serangan
Muntah
Kesadaran
1
6,5
-Mendadak (menit-1jam)
6,5
1
6,5
-Istirahat
-Bangun tidur
-Sangat hebat
1
10
-Hebat
7,5
-Ringan
-Tidak ada
-Langsung sehabis serangan
0
10
33
-Mendadak (beberapa
menit-jam)
7,5
-Pelan-pelan(1hari/>)
-Tidak ada
-Menurun langsung waktu serangan
0
10
Pupil
Fundus okuli
Total score
10
7,5
7,5
1
1
0
5
-Anisokor
10
-Pinpoint kanan/kiri
10
-Midriasis kanan/kiri
10
10
10
10
-Perdarahan retin
7,5
-Normal
20 Stroke Hemoragik
Penilaian
(1) Kompos mentis
(2) Mengantuk
(3) Semi koma/koma
(1) Tidak
34
(2) Ya
(1) Tidak
(2) Ya
Diastolik
Indek
Skor
X 2,5
X2
X2
X 10%
Ateroma
a. DM
b. Angina pektoris
Klaudikasio
(1) Tidak
(2) Ya
X (-3)
Intermiten
Konstanta
Catatan :
-12
-12
Stroke
pemeriksaan CT Scan
<24 jam
24-48 jam
3-5 hari
Infark
6-13 hari
14-21 hari
>21 hari
Hemoragi
k
7-10 hari
35
11 hari-2 bulan
>2 bulan
T2-weighted image
Hipointens (hitam)
Hiperintens (putih)
Isointens
Hipointens
3-7 intracellular
Hiperintens
Isointens
methemoglobine
7-14 free methemoglobine
Hiperintens
Hiperintens
Isointens
Sangat Hipointens
1.10
Penatalaksanaan13
Gula Darah
Algoritma37 Algoritma 2
1
< 60 (hipoglikemia)
< 70
70-109
110-119
120-149
150-179
180-209
210-239
240-269
270-299
300-329
330-359
>360
0,2
0,5
1
1,5
2
2
3
3
4
4
6
0,5
1
1,5
2
3
4
5
6
7
8
12
1
2
3
4
5
6
8
10
12
14
16
1,5
3
5
7
9
12
16
20
24
28
28
Memantau penderita
Periksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada sasaran
glukosa selama 4 jam, kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila
gula darah tetap stabil, infus insulin dapat dikurangi tiap 4
jam.
Peralihan dari insulin IV ke subkutan
Untuk mencapai glukosa darah pada tingkat sasaran, berilah
dosis short acting atau rapid acting insulin subkutan 1-2
jam sebelum menghentikan infus IV.
Pengobatan bila timbul hipoglikemia
4. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubah reologik darah secara
karakteristik dengan meningkatkan tekanan perfusi tidak direkomendasikan.
5. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut
Antikoagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai resiko untuk
38
terjadi emboli otak seperti pasien dengan
kelainan jantung fibrilasi atrium non
valvular, trombus mural dalam ventrikel kiri, infark miokrd baru dan katup jantung
buatan. Obat yang dapat diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000u/jam cek
APTT 6 jam kemudian sampai dicapai 1,5-2,5 klai kontrol hari ke-3 diganti anti
koagulan oral, heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2x0,4 cc subkutan
monitor trombosit hari ke 1 dan 3 (jika jumlah <100.000 tidak diberikan), warfarin
dengan dosis hari I=8mg, hari II=6mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR
pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang beresiko terjadi
trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x 5.000
unit subkutan atau LMWH 2 x0,3 cc selama 7-10 hari.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin
dosis 80-1200mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur siklooksigenase,
dipiridamol dikombinasi dengan aspirin 25mg + dipiridamol SR 200mg dua kali
sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase, fosfodieterase dan ambilan kembali
adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja menghambat aktifitas
fosfodieterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan mengihibisi reseptor adenosin
difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan mengihibisi
resptor adenosin difosfat dan thyenoppyridine.
6. Pemberian antikoagulan
a.
b. Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi akut pada
stroke, seperti pemberian rtPA IV.
c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan
d. Penggunaan aspirin sebagai adjunctiv therapy dalam 24 jam setelah pemberian
trombolitik tidak direkomendasikan
e. Pemberian klopidogrel saja, kombinasi dengan aspirin pada stroke iskemik
akut tidak dianjurkan, kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik.
f. Pemberian antiplatelet IV yang menghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa
tidak dianjurkan.
8. Hemodilusi dengan atau tanpa venaseksi dan ekspansi volume tidak dianjurkan dalam
terapi stroke iskemik akut.
9. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam stroke iskemik
akut
10. Dalam keadaan tertentu vasopresor terkadang digunakan untuk memperbaiki aliran
darah ke otak. Pada keadaan tersebut, pemantauan kondisi neurologis dan jantung
harus dilakukan secara ketat.
11. Tindakan endarterektomi karotid pada stroke iskemik akut dapat mengakibatkan
resiko serius dan keluaran yang tidak menyenangkan. Tindakan endovaskular belum
menghasilkan hasil yang bermnfaat, sehingga tidak dianjurkan.
12. Pemakaian obat-obatan neuroprotektan belum menunjukan efektif, sehingga sampai
saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat ini masih memberikan
manfaat pada stroke akut. Penggunaaan citicolin pada stroke iskemik akut dengan
dosis 2 x 1000 mg IV 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2 x 1000 mg selama 3
minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan
PERDOSSI secara multisenter, pemberian plasmin oral 3 x 500 mg pada 66 pasien di
6 rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukan efek positif pada penderita stroke
40 dan Barthel indeks.
akut berupa perbaikan motorik, score MRS
Diagnosa CVT tetap sulit. Faktor resiko yang mendasari baru diketahui sebesar 80%.
Beberapa faktor resiko sering dijumpai secara bersamaan. Penatalaksanaan CVST
diberikan secara komperhensif, yaitu dengan terapi antitrombotik, terapi simptomatik
dan terapi penyakit dasar. Pemberian terapi UFH atau LMWH direkomendasikan
untuk diberikan, walaupun terdapat infark hemoragik. terapi dilanjutkan dengan
antikoagulan oral diberikan selama 3-6 bulan, diikuti dengan terapi antiplatelet.
Pencegahan Primer pada Stroke13
a. Mengatur pola makan yang sehat
1. Makanan biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolestrol.
2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke :
i. Makanan/ zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein
seperti asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin
ii. Susu yang mengandung protein, kalsium, seng, dan B12 mempunyai
efek terhadap stroke
iii. Beberapa jenis ikan seperti ikan tuna dan ikan salmon.
iv. Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan
v. Buah-buahan dan sayur-sayuran
vi. Teh hitam dan teh hijau yang mengandung antioksidan.
b. Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari
2. Mengendalikan stress
c. Peningkatan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat
1. Faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, DM harus
dipantau secara teratur
41
3. Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dengan target
HbA1C <7%
4. Pengendalian kolestrol pada penderita dislipidemia dengan diit dan obat
penurun lemak.
1.11
Prognosis
Prognosis setelah terjadi stroke iskemik akut sangat beragam, tergantung pada
keadaan premorbid, keparahan stroke, usia, dan komplikasi-komplikasi post-stroke.14
Angka kematian pada penelitian stroke Framingham and Rochester, angka kematian
keseluruhan pada 30 hari setelah stroke adalah 28 persen. Angka kematian 30 hari setelah
stroke iskemik adalah 19 persen. Angka harapan hidup 1 tahun pada pasien dengan stroke
iskemik pada penelitian Framingham adalah 77%.14
Morbiditas pada orang yang selamat dari stroke pada Framingham Heart Study,31
persen butuh bantuan untuk dirinya, 20 % butuh bantuan saat berjalan, dan 71 persen
mengalami gangguan kemampuan vokasional pada follow-up jangka panjang.14
42