Anda di halaman 1dari 27

Nama : Anggi kusuma&m.

iqbal
BAB I
KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS

1.1 Latar belakang


Sel adalah unit terkecil, fungsional, struktural, hereditas, produksi, dan kehidupan
yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu membran, sitoplasma, dan inti. Membran
atau plasmalemma menyelubingi sel dengan fungsi mengatur keluar mansuknya zat,
menyampaikan atau menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan
lipoprotein yang diantara molekul terdapat pori. (Yatim, 1987).
Peranan membran dalam aktivitas seluler yaitu mengatur keluar masuknya bahan
antara sel dengan lingkungannya, antara sel dengan organel-organelnya. Selain itu
membran juga berperan dalam metabolisme sel. Organel-organel sel seperti nukleus,
kloroplas, mitokondria, dan retikulum endoplasma juga diselubungi membran.
Berdasarkan dari komposisi kimia membran dan pemeabilitasnya terhadap solut maka
dapat disimpulkan bahwa membran sel terdiri atas lipid dan protein. Pada membran
terdapat lapisan ganda dan molekul-molekul posfolipid yang letaknya teratur sedemikian
rupa sehingga ujung karbon yang hidropobik terbungkus sedemikian rupa di dalam
sebuah lapisan amorf dalam senyawa lipid. Komponen protein membran digambarkan
sebagai suatu selaput yang menutupi kedua belah permukaan dan lapisa biomolekul
posfolipid. (Prawiranata, 1981).
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari
sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8
nm dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke
luar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki
permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu
episode yang paling awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan
membran yang membatasi suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari
larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan
produk limbahnya. Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini
dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran
plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002).
1

Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan
membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel
mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel
juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus
untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995).
Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur
globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink,
ada juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini
melintas membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini
merupakan pori yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti
ion. (Anonimous, 2008).
Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat.
Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari
organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida
polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida
polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara
panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak
berpengaruh terhadap titik cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara eksternal
maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk
mengukur berbagai pelarut berbagai membran nilella transinans bahwa membran
terutama plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda
dengan sel yang normal kurang atau lebih lumid karena tingkat volumenya dari protoplas
yang diplasmolisi sulit diukur dengan tiap terjadinya. (Willking, 1989).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan
strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan
polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan.
Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai
saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata,
berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul
sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel. Membran sel
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam,
sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.
2

Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa
protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti
vakuola, mitokondria, dan kloroplas. (Anonimous, 2008).
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan
fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama,
yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil
hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan
molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion
dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif
harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun
juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport. (Anonimous, 2008).
Sifat khusus membran lainnya disamping susunan kimianya adalah sifat
fungsionalnya yang semi permeabel (permeabel diferensial). Air melalui membran secara
pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat lewat tetapi dengan
kecepatan dan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran tidak hidup,
perbedaan permeabilitas bergantung pada besar kecilnya molekul yang hendak lewat dan
ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran. Tetapi pada membran plasma(sel
hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya dengan
kelarutan za itu dalam salah satu komponen membran. Jadi, membran bukan sekedar
lapisan yang pasif. (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2008).
Mambran sangat beragam, tetapi permeabilitas dapat terjadi tanpa menghiraukan
bagaimana fungsi membran selama pergerakan larutan lebih dibatasi dibandingkan
pergerakan air. (Gelston, 1961).
Membran plasma juga dikenali sebagai membran sel. Sel ini merupakan suatu
bahagian dalam suatu sel. Membran plasma mempunyai selaput nipis, kenyal, dan separa
telap. Membran plasma mempunyai ketebalan di antara 7.5 hingga 8 nanometer. Ia
terbina daripada dua lapisan lipid dan protein. Membran plasma berfungsi untuk
mengasingkan kandungan sel daripada persekitaran luar. Ia juga dapat mengawal
pergerakan bahan ke dalam dan keluar sel. Ia telap kepada air dan lipid tetapi tidak telap
kepada bahan-bahan tidak berpola. Molekul-molekul kecil dan bahan larut lipid dapat
melalui lapisan lipid dengan mudah. Contoh molekul-molekul kecil ialah air,oksigen,

karbon dioksida.Selain itu, membran plasma berfungsi untuk melindungi organel-organel


di dalam sel. (Anonimous, 2008).
1.2 Teori Dasar
Setiap sel eukariotik sistem membran yang kompleks. Membran sel secara umum
berperan dalam pertukaran bahan-bahan sel dan lingkungan sekitarnya serta organel sel.
Dalam sistem membran juga berlangsung reaksi metabolisme seluler. Membran plasma
atau plasmolema suatu sel tumbuhan tinggi merupakan batas luar dari protoplasma yang
berhadapan dengan dinding sel.
Berdasarkan ultra struktur dan fungsi membran terbukti bahwa membran tersusun
oleh protein, lemak, dan karbohidrat. Sifat khusu membran lainnya di samping susunan
kimianya adalah sifat ungsionalnya yang semi permeabel (permeabel differential). Air
melalu membran secara pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat
lewt tetapi dengan kecepatan dengan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran
tidak hidup, perbedaan permeabilitas baergantung besar kecilnya molekul yang hendak
lewat dan ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran, sedangkan pada membran
plasama (sel hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya
dengan kelarutan zat itu dalam salah satu komponen membran.
1.3 Tujuan
Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas
membran sel
1.4 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu : daun Rhoe discolor, air destilsasi, alkohol 70%
Alat yang digunakan, yaitu : Hotplate, termometer, bor untuk membuat potongan
berbentuk silinder dengan garis tengah 0,5 cm, rak tabung reaksi, saringan teh, cawan
petridis, pengaduk, dan gelas piala
1.5 Cara Kerja
2. Ambil daun Rhoe discolor lalu cuci sampai bersih dari debu dan kotoran.
3. Lubangi daun tersebut dengan bor yang telah dipersiapkan sebanyak 200 buah,
lalu rendam dalam air destilasi agar cairan sel atau antosianin pada bagian
yang dilukai bisa tercuci bersih.
4. Siapkan larutan aseton sebanyak 100 ml.
5. Persiapkan potongan daun Rhoe discolor masing-masing sebanyak 50 buah
untuk 4 perlakuan, yaitu :
a. Dalam aseton 50%
b. Dalam air temperatur 400C
c. Dalam air temperatur 600C
4

d. Dalam air temperatur 800C


6. Ambil 50 buah potongan daun yang pertama direndam dalam aseton 50%
selama 15 menit, kemudian disaring dengan saringan teh, lau dimasukkan
dalam 10 ml air destilasi. Biarkan selam 30 menit, lalu disaring kembali.
Larutan hasil saringan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
7. Selanjutanya diambil 50 potongan daun berikutnya untuk perlakuan
berikutnya. Rendam daun-daun tersebut ke dlam air destilasi dengan
temepratur 400C, 600C, dan 800C selama 15 detik, kemudian disaring dan
dimasukkan dalam 10 ml air destilasi dan biarkan selama 30 menit. Kemudian
saring kembali, selanjutnya destilasi dan biarkan selama 30 menit. Kemudian
saring kembali, selanjutnya masing-masing hasil saringan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
8. Untuk menghindari kekeliruan pasanglah label pada masing-masing perlakuan
9. Perbedaan yang terjadi pada masing-masing perlakuan dicatat dalam lembar
pengamatan.
1.6 Hasil Pengamatan
Hasil pegamatan perubahan warna air akibat perlakuan pada daun Rhoe discolor
Perlakuan
Aseton 50%
400C
600C
800C
Keterangan:

Tingkat perubahan warna


+++++
+
+++
++++
+agak keruh, ++keruh, +++keruh mendekati merah muda, ++++ agak merah
muda, +++++merah muda, ++++++ merah hampir seperti merah epidermis.

1.7 Pembahasan

Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara


lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat
ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta
derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas
membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi
membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa terdapat empat mekanisme pertukaran
zat pada membran sel, yaitu : Difusi, Osmosis, Transport Aktif dan Bulk Transport.
Osmosis dapat diasumsikan dengan molekul air yang cukup kecil untuk melewati
fosfolipid serta aquaporin. Masuknya air ke dalam sel disebabkan oleh beberapa

faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada
dinding sel.
Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang
menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel
akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut.
Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang
kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan
dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier
protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel
dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport
aktif (Anonim, 2010)
Setelah dilakukannya semua perlakuan untuk mengamati pengaruh kimia
terhadap sifat permeabilitas membran sel pada tanaman Rhoe discolor, kemudian
dilakuknnya pengamatan, terdapat hasil yang menunjukan perbedaan adanya
pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran sel.
Pengamatan yang pertama yaitu pada 50 buah potongan daun Rhoe discolor
yang diberi perlakuan dengan direndam didalam aseton 50% selama 15 menit lalu
dimasukkan kedalam air 10 ml dan dibiarkan 30 menit. Setelah dilakukan pengamatan
terhadap kekeruhan air, ternyata tingkat kepekatan warnanya yang paling tinggi yakni
berwarna merah muda. Sedangkan untuk daun Rhoe discolor yang masing-masing
sebanyak 50 buah yang direndam dalam air dengan suhu 400C selama 15 detik lalu
direnadam dalam air detilasi 10 ml selama 30 menit memiliki kepekatan warna yang
paling rendah yakni agak keruh dan yang direndam dengan air dengan suhu 60 0c dan
800c selama 15 detik memiliki kepekatan warna yakni masing-masing berwarna agak
merah dan meraj muda.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap membran sel memiliki
permeabilitas yang berbeda-beda. Pengaruh yang diberikan pada membran sel pun
menyebabkan reaksi yang berbeda oleh setiap membran sel dan hal ini ditunjukkan
dengan tingkat kepekatan warna yang berbeda-beda pula. Membran sel akan
mengalami kerusakan jika diberikan perlakuan suhu yang ekstrim. Semakin tinggi
suhu yang diberikan, maka kerusakan pada membran akan semakin parah.
1.9 Daftar Pustaka
6

Anonim.2012. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas. http://myesme16.blogspot.com/2012/04/komposisi-kimiamembran-sel-dan-faktor.html
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2010. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas.
https://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/29/komposisi-kimiamembran-sel-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-permeabilitasmembran-sel/
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2010. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas.
http://4thena.wordpress.com/2010/07/13/komposisi-kimia-membran-sel-danfaktor-faktor-yang-mempengaruhi-permeabilitas/
Diakses 19 Januari 2015

1.10

Lampiran

Nama : Delis Utami


BAB II
PENGARUH KADAR GARAM TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN

4.1 Dasar Teori


Air adalah bahan yang sangat penting bagi tumbuhan, karena air berperan
sebagai pelarut, pengangkut zat hara, sebagai hidrolik dan pengatur suhu tubuh. Air
diserap lewat akar melalui rambut-rambut akar diteruskan ke daerah korteks. Sel akan
dapat menyerap air bila mempunyai potensial air negatifnya lebih besar dari larutan
tanah.

Hal

ini

akan

mengakibatkan

terjadinya

penyerapan

pasif

dengan

menyeimbangkan potensial air, potensial osmotik dan potensial tekanan (tekanan


turgor).
Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk
melakukan fotosintesis. Namun, untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga
memerlukan

bahan

mentah

dalam

bentuk

bahan-bahan

anorganik

seperti

karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah.
(Campbell, dkk. 2002)
8

Jalur yang dilalui air adalah dari bulu akar terus ke sel kortek akar,
endodermis, parisikel, sampai ke xilem akar. Jalur ini disebut ekstravaskular. Air
bergerak dari sel ke sel dapat melalui arus simplas atau arus apoplas. Setelah sampai
xilem akar, air akan diteruskan ke jaringan pengangkut. Transpor ini disebut transpor
intravaskuler. Mekanisme hantaran air ke atas (batang) melalui 3 cara, yaitu :
1. Tekanan akar
2. Teori vital (aktivitas sel xilem)
3. Daya hisap daun.
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Karena itu oleh tanaman
mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan di mana akar itu
berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel
akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam akar akan menjadi lebih lambat
sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.
Apabila potensial air larutan luar sangat rendah sehingga menghambat
absorbsi air oleh akar, maka akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Mengembangnya sel selama proses pembesaran terjadi akibat tekanan air yang masuk
sebagai respon terhadap perbedaan potensial air. Air yang masuk ini akan menekan
dinding sel ke arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadi lebih besar.
4.2 Tujuan
Melihat pengaruh osmotik dari konsentrasi garam terhadap absorbsi air dan
pertumbuhan tanaman.
4.3 Bahan dan Alat
Bahan :
Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 1 minggu
Larutan NaCl 1 M
Air destilasi
Alat :
Gelas plastik
Kertas manila
Gunting
Solasi/ karet (pengikat gelas plastik)
4.4 Cara Kerja
1. Dari larutan NaCl 1 M, buatlah masing-masing 100 ml larutan NaCl 0,01 M
2. Masukkan masing-masing larutan ke dalam gelas plastik dan diberi label. Satu
kelompok menggunakan kontrol (tanpa garam). Kemudian beri label.
9

3. Tutup mulut botol dengan karton manila.


4. Ambil kecambah kacang hijau berumur 7 hari. Pilih yang sehat dan baik
pertumbuhannya.
5. Masukkan 2 stek kecambah kacang hijau kedalam gelas plastik.
6. Lakukan pengamatan setiap 24 jam selama 6 hari dan catat semua perubahanperubahan yang terjadi pada tanaman.
7. Di hari terakhir pengamatan, dicatat dan diukur volume larutan yang ada pada
masing-masing gelas plastik.
4.5 Hasil Pengamatan
a. Pengaruh konsentrasi garam terhadap penyerapan air.
Ke
l

Konsentrasi NaCl (M)

kontrol

0,5 gram

2,5 gram

5 gram

10

10 gram

Volume air yang hilang (ml)

b. Pengaruh konsentrasi garam terhadap pertumbuhan tanaman.


Volume air yang hilang (ml)

Konsentrasi
NaCl (M)

TT (cm)

PD (cm)

LD (cm)

kontrol

[22, 24.5]

[2.2, 3]

[1, 0.9]

0,5 gram

[22,1]

[2.2]

[0.6]

2,5 gram

[24, 20]

[3, 2.5]

[1.1 , 0.9]

5 gram

[21.5, 20]

[2.3, 2.1]

[0.8, 0.7]

10 gram

10

4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman kacang hijau
selama 7 hari, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh kadar garam terhadap
penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan
perubahan tinggi batang, panjang daun, lebar daun, bentuk batang yang berubah
menjadi layu, dan warna kekuningan daun kacang hijau yang di rendam dengan
larutan NaCl dengan masing-masing konsentrasi 0,00 M (tanpa garam/netral), 0.5
gram, 2.5 gram, 5 gram dan 10 gram. Selain itu, juga terjadinya pengurangan volume
pada larutan NaCl.
Pada percobaan ini volume air yang hilang pada tiap tiap konsentrasi tidak
seimbang, dimana pada konsentrasi 5 gram lebih banyak air yang hilang dari pada
konsentrasi 10 gram, sedangkan seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu larutan
NaCl maka volume air akan semakin berkurang juga sehingga tekanan osmotiknya
akan besar, potensial osmotik rendah dan potensial airnya juga akan rendah.
Berkurangnya volume larutan NaCl ini disebabkan oleh potensial air dalam sel
rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel, dan dimanfaatkan oleh tumbuhan
sebagai bahan dalam fotosintesis, melarutkan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan serta
untuk mempertahankan turgiditas sel tumbuhan. Karena banyak aktivitas tumbuhan
yang ditentukan oleh air dan bahan yang larut dalam air.
Jika dilihat dari pertumbuhan tanaman kacang hijau, dapat diketahui bahwa
terjadinya pertambahan tinggi batang, panjang daun, dan lebar daun kacang hijau,
namun pada konsentrasi 5 gram dan 10 gram diameter lebar daun menjadi berkurang
(mengkerut). Begitu juga dengan bentuk batang, dan warna daunnya. Semakin tinggi
konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang hijau dan warna
daunnya semakin kekuningan. Hal ini disebabkan karena potensial air sel tanaman
kacang hijau lebih tinggi dari pada potensial air larutan, akibatnya air dari sel
berosmosis ke luar, sehingga tanaman menjadi kering dan proses fisiologisnya
terganggu dan akhirnya tanaman mati.
4.7 Kesimpulan
Tumbuhan Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk
melakukan fotosintesis. Namun, untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga
memerlukan

bahan

mentah

dalam

bentuk

bahan-bahan

anorganik

seperti

karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah.
(Campbell, dkk. 2002)
11

Suatu unsur disebut esensial jika tumbuhan itu tidak mampu menyempurnakan
daur hidupnya tanpa unsur tersebut dan jika unsur tersebut menjadi bagian dari
molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan itu.
Apabila natrium berada dalam jumlah yang sedikit maka dapat dikatakan
sebagai unsur esensial bagi tumbuhan. Adanya pengaruh kadar garam terhadap
penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau.
Semakin tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang
hijau dan warna daunnya semakin kekuningan.Berkurangnya volume larutan NaCl
disebabkan oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel.

4.8 Daftar Pustaka


Campbell, NA., Reece, JB., Mitchell, LG., 2002. Biologi jilid II edisi ke lima.
Erlanga. Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Loveless, R.A. 1987. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik,Gramedia
Jakarta
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung
Soe marwoto, I., Gandjar, I., Guharja, E., Nasution, AH., Soemartono, SS.,
Soemadikarta, LK., 1981. Biologi Umum II. Gramedia. Jakarta

4.9 Lampiran

12

13

Nama : Hikmatul Afifah


BAB III
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM

3.1 Latar Belakang


Dalam proses metabolisme di dalam tubuh terdapat berbagai macam reaksi kimia.
Rekasi kimia ini meupakan bagian dari sistem yang bekerja spesifik dan menghasilkan
senyawa-senyawa kimia. Dalam aktivitas metabolisme kita mengenal adanya katalisator.
Katalisator dalam reaksi ini disebut enzim.
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem
biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar
enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
Dengan peran enzim pada hampir tiap reaksi biologis, dapat dikatakan enzim
memilki peran sangat penting. Dalam mendukung perannya sebgai katalisator atau
mempercepat reaksi yang terjadi tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut antara lain kosenntrasi enzim, konsentrasi ion hydrogen (pH), suhu
dan konsentrasi substrat.
Enzim memiliki sifat-sifat yaitu :
1. Merupakan biokatalisator yang mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut
bereaksi.
2. Thermolabil (mudah rusak jika dipanaskan pada suhu 60oC.
3. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein masih melekat pada enzim.
4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya menjadi
sangat cepat dan berulang.
5. Bekerja di dalam sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim).

14

6. Umumnya bekerja mengkatalis reaksi satu arah meskipun ada yang


mengkatalis dua arah.
7. Bekerjanya spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan permukaan
substrat tertentu.
8. Umumnya enzim tidak bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan
yang disebut kofaktor.
Macam-macam enzim berdasarkan tipe reaksi kimia yang dikatalisis, antara lain:
a. Enzim hidrolisis
b. oksidasi-reduksi
c. Fosforilase
d. Transferase
e. Karboksilase
Penghambatan aktivitas enzim ada dua tipe, yaitu :
1. Kompetitif : Zat penghambat mempunyai struktur yang mirip dengan substrat
sehingga dapat bergabung dengan sisi aktif enzim. Terjadi kopetisi antara substrat
dengan inhibitor dengan sisi aktif enzim.
2. Non-Kompetitif : Zat penghambat menyebabkan struktur enzim rusak sehingga sisi
aktifnya tidak cocok lagi dengan substrat. (Asnani, 2009)
Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan
juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase
merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh
peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap
toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke
dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N
pada substrat yang diikatnya (Wikipedia, 2010). Cara kerja enzim dapat dijelaskan
dalam dua teori, yaitu: Teori kunci gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan
substrat memiliki bentuk geometri dan komplemen yang sama persis sehingga bisa
saling melekat) dan teori ketepatan induksi (enzim tidak merupakan struktur yang
spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim hanya menyerupai
substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi aktif enzim berubah bentuk
untuk menyerupai substrat). Namun dalam implementasinya, teori pertama yang
dianggap paling sesuai dalam menjelaskan cara kerja enzim. (Wikipedia, 2010)
3.2 Teori Dasar
15

Sel yang hidup pasti akan melakukan metabolisme, yaitu reaksi kimia yang
dilakukan sel untuk menghasilkan energi dan menggunakan energi tersebut untuk
mensintesis komponen-komponen sel serta untuk kegiatan-kegiatan seluler. Melalui
penggunaan energi ini, metabolisme dapat diatur. Kecepatan reaksi serta macam
reaksi metabolisme yang berlangsung diatur oleh enzim yang jumlahnya tepat paa
saat penggunaan yang tepat.
Pada umumnya reaksi kimia dalam sel hidup sangat lamban bila tanpa
katalisator. Enzim mampu berperan sebagai katalisator dengan mempercepat reaksi,
lebih cepat jika dibandingkan dengan katalisator anorganik. Enzim sebagai katalisato
hayati sama sekali tidak terpengaruh oleh reaksi yang dipercepatnya. Kerja enzim
sangat spesifik, sehingga dapat menghindari trebentuknya ikatan yang bersifat toksis.
Namun karena enzim merupakan protein maka aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh
temperatur, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
3.3 Tujuan
Mengamati pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi (perubahan
amilum menjadi glukosa)
3.4 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu : kecambah kacang hijau (Phaseolus raditus)
yang berumur 1 hari, larutan amilum 4%, larutan JKJ, dan air destilasi
Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur, mortir porselin, tabung reaksi,
sentrifuge, gelas piala, pipet, dan rak tabung reaksi.
3.5 Cara Kerja
1. Dipilih 100 kecambah kacang hijau yang baik dan kupas kulitnya untuk
digerus dengan mortar porselin sampai halus.
2. Bubur kecambah kacang hijau tersebut dimasukkan ke dalam glas ukur,
kemudian ditambah air destilasi sampai rata (100 ml) dan disentrifuge selama
5 menit.
3. Supernatan dipisahkan dengan lapisan bawah. Cairan supernatan dianggap
memiliki kadar enzim 100%.
4. Panasakan larutan amilum 4%
5. Masukkan 5 ml cairan enzim dan tambahakan 2,5 ml larutan amilum,
kemudian tambahkan larutan JKJ sampai berwarna biru tua ke dalam tabumg
reaksi. Saat percampuran dianggap waktu ke-0
6. Tentukan lama waktu yang diperlukan dalam pengubahan amilum menjadi
glukosa. Lakukan percobaan dengan perlakuan kadar enzim 75%, 50%, dan
25%.
16

7. Setiap perlakuan dilakukan 2 kali ulangan


8. Amati hubungan antara perubahan warna dengan kadar enzim. Buatlah
grafiknya.
3.6 Hasil Pengamatan
Konsentrasi enzim

Perlakuan

(%)
25

ke1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

50
75
100

Lama perubahan Amilum


Menjadi Glukosa (detik)
6 detik
8 detik
2 detik
12 detik
5 detik
12 detik
21 detik
11 detik

Rerata
12 detik
7 detik
8,5 detik
16 detik

Grafik hasil
20
15
10
5

Column
3

3.7 Pembahasan
Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa kacang hijau yang telah ditumbuk
lalu dilarutkan dalam 100 ml air dan disentrifugasi , selanjutnya larutan supernatan
dengan konsentrasi 25% diambil 6,5 ml larutan supernatan dicampur 2,5 ml amilum
dan iodin pada percobaan pertama didapatkan waktu 6 detik untuk berubah menjadi
biru sedangakan untuk percobaan kedua larutan supernatan diambil 7,5 ml supernatan
dicampur 2,5 ml amilum dan iodin didapakan waktu 8 detik maka rerata waktu untuk
kedua perlakuan adalah 7 detik.
Setelah konsentrasi 25%, selanjutnya konsentrasi larutan supernatan yang tadi
diambil sehingga konsentrasinya 50% , pada perlakuan pertama diambial 12,5 ml
larutan supernatan dicampur dengan 2,5 ml amilum dan iodin dan didapat waktu

17

perbahan menjadi biru yakni 2 detik, pada perlakuan kedua dengan cara yang sama
didapat watu 12 detik, maka rerata watu kedua perlakuan adalah 7 detik.
Kemudian konsentrasi larutan supernatan 75% dengan mengambil 12,5 ml
larutan supernatan dicampur 2,5 ml amilum dan iodin pada perlakuan pertama didapat
waktu 5 detik sedangkan pada perlakuan kedua dengan cara yang sama didapat waktu
sebesar 12 detik, maka rerata dari kedua perlakuan adalah 8,5 detik.
Kemudian yang terakhir adalah konsentrasi larutan 100% yang diambil 22,5
ml larutan supernatan dicampur dengan 2,5 ml amilum dan iodin yang pada perlakuan
pertama didapat waktu 21 detik untuk berubah menjadi biru dan pada perlakuan kedua
didapat waktu 11 detik, maka rerata kedua perlakuan adalah sebesar 16 detik.
3.8 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa enzim
merupakan biomolekul berupa protein yang bekerja dengan cara bereaksi dengan
molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia
organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi
kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan
waktu lebih lama. Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat di dalam sel, tetapi untuk
bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam sel. Dalam suatu larutan yang
telah dicampurkan (larutan supernatant dicampur amylum) akan menghasilkan reaksi
yang saling ketergantungan satu sama lain.
Dari berbagai konsentrasi larutan waktu untuk merubah amylum menjadi
glukosa memerlukan waktu yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentari larutan
maka waktu yang diperlukan untuk melakukan reaki semakin lambat.
3.9 Daftar Pustaka
Anonim.2013. Pengertian Enzim.http://jangeman.blogspot.com/2013/12/pengertianenzimjenisfungsi-cara-kerja.html.
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2011. Pengaruh suhu, pH, dan Konsentrasi terhadap Enzim.http://chocolatepurplepharmacy.blogspot.com/2011/04/pengaruh-suhu-ph-konsentrasienzim.html
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2013. Pengaruh Enzim. http://ndoetpeseg.blogspot.com/2013/12/laporanpraktikum-biokimia-i-pengaruh.html
18

Diakses 19 Januari 2015


4.10

Lampiran

19

Nama: Maimanah
BAB IV
PERKECAMBAHAN BIJI

4.1

Latar belakang
Semua tumbuhan membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkecambahan.

Begitu juga dengan biji suatu tanaman. Dalam perkecambahan, biji membutuhkan air
untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji
yang sudah lunak sampai pecah.
Pada praktikum kali ini, kami ingin melihat pengaruh lama perendaman
terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau, yang mana dilakukan dengan
perlakuan yang berbeda-beda yaitu waktu lama perendaman yang berbeda selang 4
jam. Dengan waktu perendaman yang berbeda, maka akan dapat dilihat pertambahan
berat biji kacang hijau yang berbeda pula, yaitu semakin lama waktu perendaman,
maka semakin besar pertambahan berat biji kacang hijau.
4.2
Tujuan
Tujuan Pratikum ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh

lamanya

perendaman

terhadap

penyerapan air oleh biji kacang tanah


2. Melihat pengaruh kinetin terhadap perkecambahan biji kacang
hijau dan kacang tanah,dan padi
4.3

Teori Dasar
20

Banyaknya
terjadinya

air

yang

memadai

perkecambahan,

air

merupakan

dapat

syarat

menghilangkan

utama
masa

dormansi dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan kembali


pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu
yang cocok , dan persediaan oksigen yang cukup. Terbuka terhadap
cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan persyaratan untuk
perkecambahan untuk beberapa kasus. (Kimball. 1983).
Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu perubahan
morfologis seperti penonjolan akar lembaga (radikal), dapat juga
diartikan munculnya pertmbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya
kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwaperistiwa:
1. Imbibisi air dan absorbsi air
2. Hidrasi jaringan
3. Absorbsi jaringan
4. Pengaktifan enzim dan pemecahan
5. Transport molekul yang terhidrolisis kesumbu embrio
6. Peningkatan respirasi dan asimilasi
7. Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel
8. Munculnya embrio
Proses penyerapan air oleh bijisebagai akibat tarikan terhadap
molekul air karena besarnya potensi matrik dari dinding sel dan
bahan-bahan lain yang terkandung dalam sel. Oleh sebab itu,
penyerapan air akan tetap berlansung pada biji dalam keadaan
dorman, baik biji tersebut hidup (viable) atau mati. Penyerapan
air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal
dengan imbibisi. Setelah terjadi proses tersebut terjadilah reaksi
enzimatis dan beberapa proses metabolism segera dimulai.
Dalm proses perkecambahan fitihormon sangat diperlukan,
yaitu:
a. Giberelin untuk menggiatkan enzim hidrolitik
b. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan
munculnya akar lembaga
c. Auksin meningkatkan pertumbuhan karena pembesaran
koleoriza akar lembaga dan pucuk embaga dan aktifitas
geotropi yaitu orientasi yang besar pada pertumbuhan akar
dan pucuk, terlepas dari orientasi.
21

Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:


a) Konsentrasi air
Konsentrasi yang dimaksud disini adalah konsentrasi air diluar biji
dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji.
b) Permeabilitas kulit biji atau membrane biji.
Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel.
c) Suhu
Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air ke
dalam biji sampai batas waktu tertentu.
d) Luas permukaan biji yang kontak dengan air.
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas
permukaan.
e) Tekanan hidrostatik
Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan
hidrostatik.

Meningkatnya

tekanan

hidrostatik

dalam

biji

akan

memperlambat penyerapan air.


f) Spesies
Masing masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu.
g) Komposisi kimia
Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat
sampai

tingkat

tertentu

dibandingkan

dengan

biji

yang

kadar

karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi.


h) Umur biji
Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak (Firdaus
dkk, 2006).
4.4

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan,

yaitu:

biji

kacang

hijau

yang

ukurannya sama seberat 5 g sebanyak 8 bagian


Alat yang digunakan, yaitu: kantong plastic, timbangan
analitik, tisu, cawan petri, kertas saring dan gunting.
4.5
Cara Kerja
4.5.1 Pengaruh lama perendaman terhadp penyerapan air oleh biji
kacang tanah
1. Timbang biji kacang tanah yang ukurannya hampir sama
sebesar 5 g sebanyak 8 bagian
2. Masing-masing bagian direndam dalam kantong plastic
yang berisi air selama 2, 6, 20, 14, 18
3. Setelah selesai masa perlakuan biji kacang tanah
dikeringkan dengan cara meniriskan air diletakkan di
22

atas kertas tisu, kemudian ditimbang biji tersebut dan


data

hasil

pengamatan

dicatat

dalam

lembar

pengamatan.
4.5.2 Pengaruh kinetin terhadap perkecambahan Biji kacang tanah,
kacang hijau
1. Siapkan larutan kinetin 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm
masing-masing 60 ml
2. Masing-masing konsentrasi larutan dimasukkan kedalam
cawan petri (setiap cawan petri berisi 10 ml larutan) dan
diberi label.
3. Masukkan kertas saring kedalam cawan petri yang telah
diberi laruan tersebut
4. Masukkan kedalam masing-masing cawan petri biji
kacang tanah, kacang hijau sebanyak 10 buah dan
hitung persentase biji yang berkecambah
4.6
Hasil Pengamatan
4.6.1 Pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air olehbiji
kacang hijau
Lama
perendaman
(jam)
2

Berat biji (g)


Awal
Akhir

Pertaambah

Keadaan Biji

an (g)

8,12

3,12

7,84

2,84

Kulit biji belum


mengelupas/masih
keras
Warna masih hijau
pekat
Radikula belum
keluar
Kulit biji ada yang
mulai mengelupas
Biji kacang hijau
bertambah besar
Radikula mulai
keluar

10

8,41

3,41

Kulit biji merekah


Biji kacang hijau
lebih besar dari
23

14

8,13

3,13

18

8,26

3,26 g

perendaman
sebelumnya
Sebagian radikula
sudah keluar
Warna lebih terang
dari sebelumnya
Kulit biji semakin
merekah
Biji kacang hijau
semakin besar dari
perendaman 10 jam
Radikula sudah
keluar
Warna lebih terang
dari perendaman 10
jam
Sebagian kulit biji
sudah mengelupas
Biji kacang hijau
semakin membesar
Radikula sudah
mencuat keluar
Warna kulit biji
yang belum
mengelupas lebih
terang dari
sebelumnya

4.6.2 Pengaruh kinetin terhadap perkecambahan Biji Kacang tanah,


kacang hijau,dan padi

Larutan Kinetin
(ppm)

Perkecambahan
Kacang

Kacang Hijau

tanah
%
0
10

10
10

60
70

Padi

%
10
10

55
50

%
10
10

75
80
24

4.7

20
30
40
50
Pembahasan

10
10
10
10

75
80
90
80

10
10
10
10

60
70
85
90

10
10
10
10

60
80
85
95

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh lama


perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan
dengan pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji yang berbeda untuk
setiap perlakuan.
Terjadinya pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji kacang hijau
ini, disebabkan karena adanya peristiwa imbibisi, yaitu merupakan peristiwa fisika
dimana air masuk ke dalam biji.
Menurut Dwidjoseputro (1991), sel-sel biji kacang yang kering mempunyai
nilai osmosis yang rendah, sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah
dan mempunyai nilai defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang
kering direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi
yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya saja
pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat seperti biji
tumbuhan yang keras.
Semakin lama waktu perendaman, maka akan semakin besar penambahan
berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya air yang diserap sehingga biji
mengembang dan mengeluarkan radikula.
Menurut Heddy (1990), mengembangnya material tersebut karena matreriasl
tersebut mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan
diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi ini
dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi tidak terdapat
membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi dengan molekul yang
mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang melakukan imbibisi
selalu naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan volume dalam peristiwa
imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dnegan zata
yang di imbibisi apabila dalam keadaan bebas.

25

Namun, pada praktikum kali ini, terjadi sedikit perbedaan yang mana pada
perendaman jam, terjadi penurunan berat biji dibanding dengan yang direndam
selama jam. Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum
direndam seperti permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak dengan air,
dan konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.
Menurut Firdaus, dkk (2006), Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi air diluar biji
dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji), Permeabilitas kulit biji atau
membrane biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air
ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas permukaan biji yang kontak dengan
air (Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan),
Tekanan hidrostatik (Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan
tekanan hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat
penyerapan air), Spesies (Masingmasing spesies mempunyai kecepatan penyerapan
tertentu), Komposisi kimia (Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap
lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar
karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi), dan Umur biji (Biji tua menyerap
lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak).
4.8

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa:


1. Adanya pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang
hijau.
2. Syarat untuk mengaktifkan embrio adalah: air yang cukup, suhu, oksigen, dan
cahaya.
3. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.
4. Penyerapan air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal
sebagai imbibisi.
5. Air masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi dan osmosis.
6. Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga
perkecambahan dapat terjadi.
7. Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti
penonjolan akar lembaga (radikula).

26

8. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:


Konsentrasi air, Permeabilitas kulit biji atau membran biji, Suhu, Luas
permukaan biji yang kontak dengan air, Tekanan hidrostatik, Spesies, Umur
biji, dan Komposisi kimia.
9. Penyerapan air akan tetap berlangsung baik pada biji dalam keadaan dorman
atau tak dorman.
4.9
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia.
Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan.
Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta
Kimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Erlangga. Jakarta
loveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropika. PT. Gramedia Utama. Jakarta.
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit
ITB. Bandung Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. UGM Press:
Yogyakarta
4.10 Lampiran
Gambar biji kacang tanah yang direndam selama 10 jam

Gambar Penimbangan Biji Kacang Tanah yang direndam dengan


jarak waktu lama perendaman yang berbeda selang 4 jam

27

Anda mungkin juga menyukai