iqbal
BAB I
KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan
membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel
mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel
juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus
untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995).
Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur
globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink,
ada juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini
melintas membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini
merupakan pori yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti
ion. (Anonimous, 2008).
Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat.
Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari
organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida
polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida
polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara
panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak
berpengaruh terhadap titik cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara eksternal
maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk
mengukur berbagai pelarut berbagai membran nilella transinans bahwa membran
terutama plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda
dengan sel yang normal kurang atau lebih lumid karena tingkat volumenya dari protoplas
yang diplasmolisi sulit diukur dengan tiap terjadinya. (Willking, 1989).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan
strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan
polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan.
Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai
saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata,
berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul
sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel. Membran sel
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam,
sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.
2
Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa
protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti
vakuola, mitokondria, dan kloroplas. (Anonimous, 2008).
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan
fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama,
yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil
hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan
molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion
dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif
harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun
juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport. (Anonimous, 2008).
Sifat khusus membran lainnya disamping susunan kimianya adalah sifat
fungsionalnya yang semi permeabel (permeabel diferensial). Air melalui membran secara
pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat lewat tetapi dengan
kecepatan dan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran tidak hidup,
perbedaan permeabilitas bergantung pada besar kecilnya molekul yang hendak lewat dan
ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran. Tetapi pada membran plasma(sel
hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya dengan
kelarutan za itu dalam salah satu komponen membran. Jadi, membran bukan sekedar
lapisan yang pasif. (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2008).
Mambran sangat beragam, tetapi permeabilitas dapat terjadi tanpa menghiraukan
bagaimana fungsi membran selama pergerakan larutan lebih dibatasi dibandingkan
pergerakan air. (Gelston, 1961).
Membran plasma juga dikenali sebagai membran sel. Sel ini merupakan suatu
bahagian dalam suatu sel. Membran plasma mempunyai selaput nipis, kenyal, dan separa
telap. Membran plasma mempunyai ketebalan di antara 7.5 hingga 8 nanometer. Ia
terbina daripada dua lapisan lipid dan protein. Membran plasma berfungsi untuk
mengasingkan kandungan sel daripada persekitaran luar. Ia juga dapat mengawal
pergerakan bahan ke dalam dan keluar sel. Ia telap kepada air dan lipid tetapi tidak telap
kepada bahan-bahan tidak berpola. Molekul-molekul kecil dan bahan larut lipid dapat
melalui lapisan lipid dengan mudah. Contoh molekul-molekul kecil ialah air,oksigen,
1.7 Pembahasan
faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada
dinding sel.
Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang
menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel
akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut.
Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang
kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan
dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier
protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel
dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport
aktif (Anonim, 2010)
Setelah dilakukannya semua perlakuan untuk mengamati pengaruh kimia
terhadap sifat permeabilitas membran sel pada tanaman Rhoe discolor, kemudian
dilakuknnya pengamatan, terdapat hasil yang menunjukan perbedaan adanya
pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran sel.
Pengamatan yang pertama yaitu pada 50 buah potongan daun Rhoe discolor
yang diberi perlakuan dengan direndam didalam aseton 50% selama 15 menit lalu
dimasukkan kedalam air 10 ml dan dibiarkan 30 menit. Setelah dilakukan pengamatan
terhadap kekeruhan air, ternyata tingkat kepekatan warnanya yang paling tinggi yakni
berwarna merah muda. Sedangkan untuk daun Rhoe discolor yang masing-masing
sebanyak 50 buah yang direndam dalam air dengan suhu 400C selama 15 detik lalu
direnadam dalam air detilasi 10 ml selama 30 menit memiliki kepekatan warna yang
paling rendah yakni agak keruh dan yang direndam dengan air dengan suhu 60 0c dan
800c selama 15 detik memiliki kepekatan warna yakni masing-masing berwarna agak
merah dan meraj muda.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap membran sel memiliki
permeabilitas yang berbeda-beda. Pengaruh yang diberikan pada membran sel pun
menyebabkan reaksi yang berbeda oleh setiap membran sel dan hal ini ditunjukkan
dengan tingkat kepekatan warna yang berbeda-beda pula. Membran sel akan
mengalami kerusakan jika diberikan perlakuan suhu yang ekstrim. Semakin tinggi
suhu yang diberikan, maka kerusakan pada membran akan semakin parah.
1.9 Daftar Pustaka
6
Anonim.2012. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas. http://myesme16.blogspot.com/2012/04/komposisi-kimiamembran-sel-dan-faktor.html
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2010. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas.
https://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/29/komposisi-kimiamembran-sel-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-permeabilitasmembran-sel/
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2010. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
permeabilitas.
http://4thena.wordpress.com/2010/07/13/komposisi-kimia-membran-sel-danfaktor-faktor-yang-mempengaruhi-permeabilitas/
Diakses 19 Januari 2015
1.10
Lampiran
Hal
ini
akan
mengakibatkan
terjadinya
penyerapan
pasif
dengan
bahan
mentah
dalam
bentuk
bahan-bahan
anorganik
seperti
karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah.
(Campbell, dkk. 2002)
8
Jalur yang dilalui air adalah dari bulu akar terus ke sel kortek akar,
endodermis, parisikel, sampai ke xilem akar. Jalur ini disebut ekstravaskular. Air
bergerak dari sel ke sel dapat melalui arus simplas atau arus apoplas. Setelah sampai
xilem akar, air akan diteruskan ke jaringan pengangkut. Transpor ini disebut transpor
intravaskuler. Mekanisme hantaran air ke atas (batang) melalui 3 cara, yaitu :
1. Tekanan akar
2. Teori vital (aktivitas sel xilem)
3. Daya hisap daun.
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Karena itu oleh tanaman
mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan di mana akar itu
berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel
akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam akar akan menjadi lebih lambat
sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.
Apabila potensial air larutan luar sangat rendah sehingga menghambat
absorbsi air oleh akar, maka akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Mengembangnya sel selama proses pembesaran terjadi akibat tekanan air yang masuk
sebagai respon terhadap perbedaan potensial air. Air yang masuk ini akan menekan
dinding sel ke arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadi lebih besar.
4.2 Tujuan
Melihat pengaruh osmotik dari konsentrasi garam terhadap absorbsi air dan
pertumbuhan tanaman.
4.3 Bahan dan Alat
Bahan :
Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 1 minggu
Larutan NaCl 1 M
Air destilasi
Alat :
Gelas plastik
Kertas manila
Gunting
Solasi/ karet (pengikat gelas plastik)
4.4 Cara Kerja
1. Dari larutan NaCl 1 M, buatlah masing-masing 100 ml larutan NaCl 0,01 M
2. Masukkan masing-masing larutan ke dalam gelas plastik dan diberi label. Satu
kelompok menggunakan kontrol (tanpa garam). Kemudian beri label.
9
kontrol
0,5 gram
2,5 gram
5 gram
10
10 gram
Konsentrasi
NaCl (M)
TT (cm)
PD (cm)
LD (cm)
kontrol
[22, 24.5]
[2.2, 3]
[1, 0.9]
0,5 gram
[22,1]
[2.2]
[0.6]
2,5 gram
[24, 20]
[3, 2.5]
[1.1 , 0.9]
5 gram
[21.5, 20]
[2.3, 2.1]
[0.8, 0.7]
10 gram
10
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman kacang hijau
selama 7 hari, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh kadar garam terhadap
penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan
perubahan tinggi batang, panjang daun, lebar daun, bentuk batang yang berubah
menjadi layu, dan warna kekuningan daun kacang hijau yang di rendam dengan
larutan NaCl dengan masing-masing konsentrasi 0,00 M (tanpa garam/netral), 0.5
gram, 2.5 gram, 5 gram dan 10 gram. Selain itu, juga terjadinya pengurangan volume
pada larutan NaCl.
Pada percobaan ini volume air yang hilang pada tiap tiap konsentrasi tidak
seimbang, dimana pada konsentrasi 5 gram lebih banyak air yang hilang dari pada
konsentrasi 10 gram, sedangkan seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu larutan
NaCl maka volume air akan semakin berkurang juga sehingga tekanan osmotiknya
akan besar, potensial osmotik rendah dan potensial airnya juga akan rendah.
Berkurangnya volume larutan NaCl ini disebabkan oleh potensial air dalam sel
rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel, dan dimanfaatkan oleh tumbuhan
sebagai bahan dalam fotosintesis, melarutkan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan serta
untuk mempertahankan turgiditas sel tumbuhan. Karena banyak aktivitas tumbuhan
yang ditentukan oleh air dan bahan yang larut dalam air.
Jika dilihat dari pertumbuhan tanaman kacang hijau, dapat diketahui bahwa
terjadinya pertambahan tinggi batang, panjang daun, dan lebar daun kacang hijau,
namun pada konsentrasi 5 gram dan 10 gram diameter lebar daun menjadi berkurang
(mengkerut). Begitu juga dengan bentuk batang, dan warna daunnya. Semakin tinggi
konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang hijau dan warna
daunnya semakin kekuningan. Hal ini disebabkan karena potensial air sel tanaman
kacang hijau lebih tinggi dari pada potensial air larutan, akibatnya air dari sel
berosmosis ke luar, sehingga tanaman menjadi kering dan proses fisiologisnya
terganggu dan akhirnya tanaman mati.
4.7 Kesimpulan
Tumbuhan Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk
melakukan fotosintesis. Namun, untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga
memerlukan
bahan
mentah
dalam
bentuk
bahan-bahan
anorganik
seperti
karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah.
(Campbell, dkk. 2002)
11
Suatu unsur disebut esensial jika tumbuhan itu tidak mampu menyempurnakan
daur hidupnya tanpa unsur tersebut dan jika unsur tersebut menjadi bagian dari
molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan itu.
Apabila natrium berada dalam jumlah yang sedikit maka dapat dikatakan
sebagai unsur esensial bagi tumbuhan. Adanya pengaruh kadar garam terhadap
penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau.
Semakin tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang
hijau dan warna daunnya semakin kekuningan.Berkurangnya volume larutan NaCl
disebabkan oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel.
4.9 Lampiran
12
13
14
Sel yang hidup pasti akan melakukan metabolisme, yaitu reaksi kimia yang
dilakukan sel untuk menghasilkan energi dan menggunakan energi tersebut untuk
mensintesis komponen-komponen sel serta untuk kegiatan-kegiatan seluler. Melalui
penggunaan energi ini, metabolisme dapat diatur. Kecepatan reaksi serta macam
reaksi metabolisme yang berlangsung diatur oleh enzim yang jumlahnya tepat paa
saat penggunaan yang tepat.
Pada umumnya reaksi kimia dalam sel hidup sangat lamban bila tanpa
katalisator. Enzim mampu berperan sebagai katalisator dengan mempercepat reaksi,
lebih cepat jika dibandingkan dengan katalisator anorganik. Enzim sebagai katalisato
hayati sama sekali tidak terpengaruh oleh reaksi yang dipercepatnya. Kerja enzim
sangat spesifik, sehingga dapat menghindari trebentuknya ikatan yang bersifat toksis.
Namun karena enzim merupakan protein maka aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh
temperatur, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
3.3 Tujuan
Mengamati pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi (perubahan
amilum menjadi glukosa)
3.4 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu : kecambah kacang hijau (Phaseolus raditus)
yang berumur 1 hari, larutan amilum 4%, larutan JKJ, dan air destilasi
Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur, mortir porselin, tabung reaksi,
sentrifuge, gelas piala, pipet, dan rak tabung reaksi.
3.5 Cara Kerja
1. Dipilih 100 kecambah kacang hijau yang baik dan kupas kulitnya untuk
digerus dengan mortar porselin sampai halus.
2. Bubur kecambah kacang hijau tersebut dimasukkan ke dalam glas ukur,
kemudian ditambah air destilasi sampai rata (100 ml) dan disentrifuge selama
5 menit.
3. Supernatan dipisahkan dengan lapisan bawah. Cairan supernatan dianggap
memiliki kadar enzim 100%.
4. Panasakan larutan amilum 4%
5. Masukkan 5 ml cairan enzim dan tambahakan 2,5 ml larutan amilum,
kemudian tambahkan larutan JKJ sampai berwarna biru tua ke dalam tabumg
reaksi. Saat percampuran dianggap waktu ke-0
6. Tentukan lama waktu yang diperlukan dalam pengubahan amilum menjadi
glukosa. Lakukan percobaan dengan perlakuan kadar enzim 75%, 50%, dan
25%.
16
Perlakuan
(%)
25
ke1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
50
75
100
Rerata
12 detik
7 detik
8,5 detik
16 detik
Grafik hasil
20
15
10
5
Column
3
3.7 Pembahasan
Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa kacang hijau yang telah ditumbuk
lalu dilarutkan dalam 100 ml air dan disentrifugasi , selanjutnya larutan supernatan
dengan konsentrasi 25% diambil 6,5 ml larutan supernatan dicampur 2,5 ml amilum
dan iodin pada percobaan pertama didapatkan waktu 6 detik untuk berubah menjadi
biru sedangakan untuk percobaan kedua larutan supernatan diambil 7,5 ml supernatan
dicampur 2,5 ml amilum dan iodin didapakan waktu 8 detik maka rerata waktu untuk
kedua perlakuan adalah 7 detik.
Setelah konsentrasi 25%, selanjutnya konsentrasi larutan supernatan yang tadi
diambil sehingga konsentrasinya 50% , pada perlakuan pertama diambial 12,5 ml
larutan supernatan dicampur dengan 2,5 ml amilum dan iodin dan didapat waktu
17
perbahan menjadi biru yakni 2 detik, pada perlakuan kedua dengan cara yang sama
didapat watu 12 detik, maka rerata watu kedua perlakuan adalah 7 detik.
Kemudian konsentrasi larutan supernatan 75% dengan mengambil 12,5 ml
larutan supernatan dicampur 2,5 ml amilum dan iodin pada perlakuan pertama didapat
waktu 5 detik sedangkan pada perlakuan kedua dengan cara yang sama didapat waktu
sebesar 12 detik, maka rerata dari kedua perlakuan adalah 8,5 detik.
Kemudian yang terakhir adalah konsentrasi larutan 100% yang diambil 22,5
ml larutan supernatan dicampur dengan 2,5 ml amilum dan iodin yang pada perlakuan
pertama didapat waktu 21 detik untuk berubah menjadi biru dan pada perlakuan kedua
didapat waktu 11 detik, maka rerata kedua perlakuan adalah sebesar 16 detik.
3.8 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa enzim
merupakan biomolekul berupa protein yang bekerja dengan cara bereaksi dengan
molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia
organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi
kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan
waktu lebih lama. Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat di dalam sel, tetapi untuk
bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam sel. Dalam suatu larutan yang
telah dicampurkan (larutan supernatant dicampur amylum) akan menghasilkan reaksi
yang saling ketergantungan satu sama lain.
Dari berbagai konsentrasi larutan waktu untuk merubah amylum menjadi
glukosa memerlukan waktu yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentari larutan
maka waktu yang diperlukan untuk melakukan reaki semakin lambat.
3.9 Daftar Pustaka
Anonim.2013. Pengertian Enzim.http://jangeman.blogspot.com/2013/12/pengertianenzimjenisfungsi-cara-kerja.html.
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2011. Pengaruh suhu, pH, dan Konsentrasi terhadap Enzim.http://chocolatepurplepharmacy.blogspot.com/2011/04/pengaruh-suhu-ph-konsentrasienzim.html
Diakses 19 Januari 2015
Anonim.2013. Pengaruh Enzim. http://ndoetpeseg.blogspot.com/2013/12/laporanpraktikum-biokimia-i-pengaruh.html
18
Lampiran
19
Nama: Maimanah
BAB IV
PERKECAMBAHAN BIJI
4.1
Latar belakang
Semua tumbuhan membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkecambahan.
Begitu juga dengan biji suatu tanaman. Dalam perkecambahan, biji membutuhkan air
untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji
yang sudah lunak sampai pecah.
Pada praktikum kali ini, kami ingin melihat pengaruh lama perendaman
terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau, yang mana dilakukan dengan
perlakuan yang berbeda-beda yaitu waktu lama perendaman yang berbeda selang 4
jam. Dengan waktu perendaman yang berbeda, maka akan dapat dilihat pertambahan
berat biji kacang hijau yang berbeda pula, yaitu semakin lama waktu perendaman,
maka semakin besar pertambahan berat biji kacang hijau.
4.2
Tujuan
Tujuan Pratikum ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh
lamanya
perendaman
terhadap
Teori Dasar
20
Banyaknya
terjadinya
air
yang
memadai
perkecambahan,
air
merupakan
dapat
syarat
menghilangkan
utama
masa
Meningkatnya
tekanan
hidrostatik
dalam
biji
akan
tingkat
tertentu
dibandingkan
dengan
biji
yang
kadar
yaitu:
biji
kacang
hijau
yang
hasil
pengamatan
dicatat
dalam
lembar
pengamatan.
4.5.2 Pengaruh kinetin terhadap perkecambahan Biji kacang tanah,
kacang hijau
1. Siapkan larutan kinetin 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm
masing-masing 60 ml
2. Masing-masing konsentrasi larutan dimasukkan kedalam
cawan petri (setiap cawan petri berisi 10 ml larutan) dan
diberi label.
3. Masukkan kertas saring kedalam cawan petri yang telah
diberi laruan tersebut
4. Masukkan kedalam masing-masing cawan petri biji
kacang tanah, kacang hijau sebanyak 10 buah dan
hitung persentase biji yang berkecambah
4.6
Hasil Pengamatan
4.6.1 Pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air olehbiji
kacang hijau
Lama
perendaman
(jam)
2
Pertaambah
Keadaan Biji
an (g)
8,12
3,12
7,84
2,84
10
8,41
3,41
14
8,13
3,13
18
8,26
3,26 g
perendaman
sebelumnya
Sebagian radikula
sudah keluar
Warna lebih terang
dari sebelumnya
Kulit biji semakin
merekah
Biji kacang hijau
semakin besar dari
perendaman 10 jam
Radikula sudah
keluar
Warna lebih terang
dari perendaman 10
jam
Sebagian kulit biji
sudah mengelupas
Biji kacang hijau
semakin membesar
Radikula sudah
mencuat keluar
Warna kulit biji
yang belum
mengelupas lebih
terang dari
sebelumnya
Larutan Kinetin
(ppm)
Perkecambahan
Kacang
Kacang Hijau
tanah
%
0
10
10
10
60
70
Padi
%
10
10
55
50
%
10
10
75
80
24
4.7
20
30
40
50
Pembahasan
10
10
10
10
75
80
90
80
10
10
10
10
60
70
85
90
10
10
10
10
60
80
85
95
25
Namun, pada praktikum kali ini, terjadi sedikit perbedaan yang mana pada
perendaman jam, terjadi penurunan berat biji dibanding dengan yang direndam
selama jam. Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum
direndam seperti permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak dengan air,
dan konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.
Menurut Firdaus, dkk (2006), Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi air diluar biji
dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji), Permeabilitas kulit biji atau
membrane biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air
ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas permukaan biji yang kontak dengan
air (Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan),
Tekanan hidrostatik (Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan
tekanan hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat
penyerapan air), Spesies (Masingmasing spesies mempunyai kecepatan penyerapan
tertentu), Komposisi kimia (Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap
lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar
karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi), dan Umur biji (Biji tua menyerap
lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak).
4.8
Kesimpulan
26
27