Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Tujuan Umum:
1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
2. Mengetahui prinsip kerja spektrofotometri.
1.2 Tujuan Khusus:
1. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan
kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu maksimum.
2. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim.

BAB II
1

HASIL PRAKTIKUM

2.1 PERCOBAAN
2.1.1 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Tujuan :
Membuktikan bahwa kecvepatanb reaksi enzimatik sampai suhu tertentu
sebanding dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu maksimum.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet volume, spektrofotometer, penangas air, air liur (sumber
amilase), larutan pati 0,4 mg/mL, larutan iodium
Prosedur :
Tampung 2 ml air liur dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, encerkan 10
kali dengan air suling. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap
pasangan tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji. Pipetkan ke dalam tiaptiap tabung sesuai tabel 12 :
Tabel 20. Prosedur Uji pengruh Temperatur terhadap Aktivitas Amilase
Larutan
Tabung B
Larutan pati
0,4 mL
Diamkan 5 menit pada suhu masing-masing
Liur
Campur baik-baik diamkan 1 menit
Larutan iodium (untuk suhu 60C dan 0,4 mL

Tabung U
0,4 mL
0,2 mL
0,4 mL

100C dilakukan di luar penangas)


Air suling
9,2 mL
9 mL
Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (A)
antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu.

Keterangan :
-

Pasangan pertama, ditempatkan dalam bejana berisi es (0C)


Pasangan kedua ditempatkan ke dalam bejana berisi air yang suhunya dipertahan
25C

Pasangan ketiga ditempatkan di rak tabung reaksi, pada suhu ruang


Pasangan keempat ditempatkan dalam bejana berisi air yang suhunya dipertahan

37C
Pasangan kelima ditempatkan dalam bejana berisi air yang suhunya dipertahan 60C
Pasangan keenam ditempatkan dalam bejana berisi air yang suhunya dipertahan

100C
- Buatlah tabel berikut :
Tabel 21. Hasil Pembacaan Absorban Uji Pengaruh Suhu terhadap aktivitas
Amilase
Suhu
0C
25C
Suhu ruang
37C
60C
100C

A
0,153
0,120
0,142
0,148
0,137
0,148

A
0,034
0,031
0,037
0,029
0,035
0,034

A/menit (v)
0,119/ menit
0,089/ menit
0,105/ menit
0,119/ menit
0,102/ menit
0,114/ menit

Kurva hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v = A/menit) dengan suhu

Grafik 1. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim


0.14
0.12
0.1
0.08
Kecepatan A/menit

Kecepatan

0.06
0.04
0.02
0
0 3225
(suhu ruang
37 )60 100

2.1.2 Pengaruh Kadar enzim terhadap aktivitas enzim


Tujuan :
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet volume, spektofotometer, air liur (sumber amilase), larutan
pati 0,4 mg/mL, larutan iodium
Prosedur :
Tampung air liur dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Encerkan liur 100x
(0,25 mL dalam tabung 25 mL air), 200x (0,5mL dalam 100mL air), 300x (0,17mL
dalam 50mL air), dan 500x(0,1 mL dalam 50mL air) dengan air suling. Siapkan 5
pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap pasangan tabung diberi tanda B
untuk blanko dan U untuk Uji. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung sesuai tabel 22 :
Tabel 22 Prosedur Uji pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Amilase
Larutan
Tabung B
Tabung U
Larutan pati
0,4 mL
0,4 mL
Inkubasi pada suhu 37C selama 5 menit
Liur diencerkan
0,2 mL
Campurkan baik-baik, inkubasi 1 menit
Larutan iodium
0,4 mL
0,4 mL
Air suling
9,2 mL
9 mL
Segera baca serapan pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan antara tabung B (A
pada t = 0) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim

Tabel 23. Hasil Pembacaan Absorban Uji Pengaruh Kadar Enzim terhadap
aktivitas Amilase
Pengenceran enzim
500x
400x
300x
200x
100x

AB
0,109
0,109
0,109
0,109
0,109

AU
0,091
0,085
0,091
0,032
0,020

V=A/mnt
0,018/mnt
0,024/mnt
0,018/mnt
0,077/mnt
0,089/mnt

Kurva hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v = A/menit) dengan


konsentrasi

Grafik 2. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Aktifitas Enzim


0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
Kecepatan A/menit 0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
100x 200x 300x 400x 500x

Kecepatan

BAB III
PEMBAHASAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Reaksi-reaksi enzim kimia dalam tubuh membutuhkan enzim sebagai biokatalisator. Enzim
mempercepat reaksi kimia tanpa pembentukan produk samping.Hampir setiap reaksi kimia
dalam system biologis dikatalis oleh enzim.
Aktivitas enzim ternyata dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut nebebtukan
afektivitas kerja suatu enzim. Apabila factor tersebut berada dalam kondisi yang optimum, maka
kerja enzim juga akan maksimal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim :
1. Suhu (temperature)
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan
katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat,
sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena
enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan
dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
menurun.
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan
reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang
disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Pada
umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 30 40C.
2. Derajat keasaman (pH)
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim,
sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik
pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda.

Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya.
Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda. Dengan demikian
perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH
rendah, atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
mengakibatkan menurunnya aktifitas enzim. Terdapat suatu nilai pH tertentu atau daerah pH
yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum.
3. Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim
makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi.
4. Konsentrasi substrat
Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim
dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian
aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung sedikit
substrat. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan
dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim substrat
makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Namun dalam keadaan
ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat tidak menyebabkan bertambah besarnya
konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah
besar.
Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah
enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan
substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya.(e-dukasi.2010)
Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim naka kinerja
enzim juga akan optimal.
5. Aktifator dan inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya,
misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim
membentuk kompleks enzim-inhibitor.
Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :

Inhibitor kompetitif

Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi
dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida bersaing dengan oksigen

untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi. Inhibitor kompetititf dapat diatasi
dengan penambahan konsentrasi substrat.

Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif
enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan
substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
6. Waktu
Waktu kontak/reaksi antar enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja enzim. Semakin lama
waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin optimum.

7. Konsentrasi ion Hidrogen


Kecepatan dari hampir semua reaksi enzim yang terkatalisis menunjukkan ketergantungan yang
signifikan dari konsentrasi ion hydrogen. Kebanyakan enzim intraseluler menunjukkan aktivitas
optimal pada nilai pH 5 dan 9. Hubungan dari aktivitas konsentrasi ion H menunjukkan
keseimbangan antara denaturasi enzim pada pH yang tinggi dan rendah serta efek pada enzim,
substrat, atau keduanya.
2. Mengetahui Prinsip kerja spektrofotometri

Spektrofotometer bekerja dengan cara mengukur jumlah relatif cahaya dari panjang
gelombang yang berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu senyawa. Seperti
gambar di atas menjelaskan mekanisme kerja spektrofotometer yang mana cahaya putih
dibiaskan oleh prisma menjadi sejumlah cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda.
Cahaya tersebut akan melewati sampel dan kemudian melewati tabung/kuvet yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik yang digunakan untuk mengukur densitas sampel tersebut.

3.1 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
Suhu campuran reaksi berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut
dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu
tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dalam hal ini juga ada kondisi
optimum yang disebut sebagai suhu optimum. Setiap enzim mempunyai suhu optimum,
yaitu suhu yang dapat menyebabkan enzim memiliki aktivitas maksimal. Enzim pada
manusia rata-rata bekerja optimum pada suhu tubuh manusia yaitu 37oC.
Menurut teori, semakin rendah suhu suatu reaksi kimia yang menggunakan katalis
enzim, maka kecepatan reaksinya pun berlangsung semakin lambat. Peningkatan suhu akan
meningkatkan laju reaksi (baik yang dikatalisis oleh enzim maupun yang tidak dikatalisis
oleh enzim) dengan meningkatkan energi kinetik dan frekuensi tumbukan molekul-molekul
yang bereaksi. Akan tetapi, jika suhunya terus menerus dinaikkan, akan terjadi denaturasi
karena enzim yang merupakan protein sangat mudah mengalami pengrusakan struktur
(denaturasi) dan salah satu faktor penyebabnya ialah suhu yang tinggi. Suhu di mana enzim
mengalami denaturasi ialah di atas suhu 60 oC. Terjadinya denaturasi ditandai dengan
terbentuknya endapan.
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Pada suhu rendah penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik, yang menyebabkan
kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara kedua jenis
molekul itu tidak terjadi, kompleks ES tidak terbentuk. Padahal l kompleks ini sangat
penting untuk mengolah S menjadi P. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak

termodinamik tersebut akan makin berkurang. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim
mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu.
Enzim amylase akan memecah pati menjadi glukosa. Semakin efektif kerja enzim,
maka semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi glukosa, maka sisa pati yang belum
terhidrolisis akan semakin sedikit. Apabila larutan tersebut diteteskan larutan iodium maka
akan membentuk kompleks berwarna biru. Semakin banyak pati yang terhidrolisis semakin
sedikit sisa larutan pati yang belum menjadi substrat dan akan menghasilkan warna yang
tidak terlalu pekat ketika di uji pada spektrofotometer.
Sebaliknya semakin rendah kerja enzim maka jumlah produk yang terbentuk semakin
sedikit, sehingga jumlah pati yang belum menjadi produk akan semakin tinggi dan ketika
diteteskan larutan iodium akan menghasilkan warna yang lebih pekat.
Pada blanko tidak diberikan perlakuan berupa penambahan amylase, sehingga tidak ada
pati yang berubah menjadi produk. Sehingga jumlah serapan pada blanko seharusnya lebih
tinggi daripada pada tabung uji. Dengan fakta diatas, maka selisih antara UB dan UA bisa
digunakan untuk menentukan laju reaksi.
Akan tetapi, dilihat dari hasil yang diperoleh, ternyata terdapat ketidaksesuaian antara
teori dengan hasil percobaan. Seharusnya, larutan amilum pada suhu 0C lebih rendah dari
suhu 100C, suhu 25C, suhu ruang dan suhu 60C. Dan suhu 37C seharusnya lebih rendah
dari suhu 60C dan 100C. Terjadinya ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan karena
bahan yang tersedia sudah tidak layak pakai atau mungkin enzim amilase yang merupakan
saliva dari praktikan kurang berkualitas, atau bisa juga karena ketidaktelitian pada saat
pemipetan bahan sehingga kadarnya tidak mencukupi untuk mengakibatkan terjadinya
reaksi membentuk endapan atau pada pengisian kuvet volumenya tidak sama sehingga
cahaya yang terserap berbeda-beda pada saat pengujian suhu, waktu yang telah ditentukan
dalam prosedur tidak terlaksankan dengan baik karena kekurangan peralatan untuk
mengambil komponen larutan sedangkan sampel yang dibuat begitu banyak dan pipet tetes
juga mempengaruhi karena pada saat pengambilan sample selanjutnya tidak dicuci sehingga
terdapat sisa sample sebelumnya yang mengakibatkan datanya kurang akurat.

3.2 Pembahasan 2 Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas enzim

10

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap


aktivitas enzim. Semakin besar konsentrasi enzim, semakin cepat reaksi yang yang dikatalis
oleh suatu enzim. Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh banyak substrat.
Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk produk. Pelepasan produk
menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan substrat lainnya. Peningkatan
konsentrasi enzim berarti peningkatan jumlah enzim.Semakin banyak jumlah enzim, maka
akan semakin banyak sisi aktif enzim yang dapat berikatan dengan substrat, sehingga waktu
yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Hal ini akan mempercepat reaksi yang dikatalisasi.
Sedangkan semakin rendah konsentrasi enzim, semakin rendah juga kecepatan
reaksinya. Tetapi jika kita terus menaikkan konsentrasi enzimnya sampai batas tertentu
maka kecepatan reaksi tidak akan bertambah lagi. Pada keadaan ini, enzim telah jenuh
dengan substratnya, yaitu suatu keadaan dimana jumlah enzim sudah terlalu banyak dan
tidak ada lagi substrat yang bereaksi dengan enzim. Pada konsentrasi tinggi, enzim yang ada
masih banyak, sehingga pati yang didegradasi juga banyak. Pada konsentrasinya rendah,
maka enzimnya juga semakin sedikit.
Berdasarkan konsentrasi tersebut, maka dapat dikatakan hasil percobaan yang kami
lakukan pada pengenceran enzim 300x kecepatan reaksi seharusnya lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan reaksi dari pengenceran enzim 400x. Hasil percobaan yang
kami lakukan tidak sesuai dengan teori yang ada, hal ini kemungkinan disebabkan karena
bahan yang tersedia sudah tidak layak pakai atau mungkin enzim amilase yang merupakan
saliva dari praktikan kurang berkualitas, atau bisa juga karena ketidaktelitian pada saat
pemipetan bahan sehingga kadarnya tidak mencukupi untuk mengakibatkan terjadinya
reaksi membentuk endapan atau pada pengisian kuvet volumenya tidak sama sehingga
cahaya yang terserap berbeda-beda pada saat pengujian suhu, waktu yang telah ditentukan
dalam prosedur tidak terlaksankan dengan baik karena kekurangan peralatan untuk
mengambil komponen larutan sedangkan sampel yang dibuat begitu banyak dan pipet tetes
juga mempengaruhi karena pada saat pengambilan sample selanjutnya tidak dicuci sehingga
terdapat sisa sample sebelumnya yang mengakibatkan datanya kurang akurat.

11

BAB V
PENUTUP

12

DAFTAR PUSTAKA
Murray, K, Robbert, 2009. Biokimia Harper Edisi-27; Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran
Sadikin, Muhammad, 2006. Biokimia Enzim; Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Soewoto, Hafiz, dkk. 2002. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta:
Widya Medika
Wirahadikusumah, Muhammad, 2008. Biokimia: Protein, enzim, dan asam
nukleat; Bandung: institute Teknologi Bandung

13

Pertanyaan :
1. Jelaskan prinsipp kerja alat spektrofotometer!
2. Gambar alat spektrofotometer UV-VIS!
Jawaban :
1. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah
perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan
intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum LambertBeer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di
absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks
refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya timbul
earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehinggaberubah menjadi berwarna merah.
Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah hijau. Dalam hal ini larutan
Pb menunjukkan absorbans maksimum pada panjang gelombang 515 nm.
2.

14

15

Anda mungkin juga menyukai