Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Besaran Thermodinamika Reaksi Setimbang

2.2

Sistem Kesetimbangan Dalam Industri

1.

Pembuatan Amonia (NH3)

Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk kentutasan


reaksi pembentukan NH3 adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500 oC. Pada
awalnya proses Haber-Bosch dilangsungkan pada suhu sekitar 500 0C dan tekanan
sekitar 150-350 atm dengan katalis, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al 2O3, MgO,
CaO, dan K2O. Dengan kemajuan teknologi, digunakan tekanan yang jauh lebih besar
sekitar 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonianya yang terbentuk segera
dipisahkan.
a. Pada zaman pertengahan, pembuatan amonia dengan cara memanaskan tanduk dan
kuku
binatang ternak.
b. Sampai saat perang dunia I, pembuatan amonia dipelopori oleh Amerika Serikat
melalui
proses sianamida, sebagai berikut:
i.

Mula-mula batu tohor (CaO) dan batu bara (C) dipanaskan dalam tanur
listrik untuk memperoleh kalsium karbida (CaC2).
CaO(s) + 3 C(s)

ii.

CaC2(s) + CO(g)

Kemudian, kalsium karbida dialirkan gas nitrogen (N2) untuk membentuk


kalsium sianamida (CaCN2).
CaC2(s) + N2(g)

iii.

CaCN2(s) + C(s)

Akhirnya, kalsium sianamida dialiri uap air sehingga menghasilkan amonia.


CaCN2(s) + 3 H2O(g)

CaCO3(s) + 2NH3(g)

c. Proses Haber-Bosch
Fritz Haber dari Jerman berhasil mensintesis amonia langsung dari unsurunsurnya, yaitu dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Kemudian proses pembentukan
amonia ini disempurnakan oleh rekan senegaranya, Karl Bosch dengan metode tekanan
tinggi sehingga proses pembuatan amonia tersebut dikenal sebagai proses Haber-Bosch.
Proses ini mendesak proses sianamida karena proses Haber-Bosch adalah proses

pembuatan amonia yang lebih murah. Dalam proses haber-Bosch, bahan baku berupa
N2 dan H2.
-

N2 diperoleh dari hasil destilasi bertingkat udara cair

H2 diperoleh dari gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air

dengan

katalisator nikel pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.


CH4(g) + H2O(g)

CO(g) + 3 H2(g)

CO(g) + H2O(g)

CO2(g) + H2(g)

Pembuatan amonia menurut proses Haber-Bosch adalah reaksi kesetimbangan


yang berlangsung eksoterm pada suhu sekitar 400-600 0C dan tekanan sekitar 200-600
atm.
N2(g) + 3H2(g)

2 NH3(g) H = -92 KJ

Diagram alur dari proses Haber-Bosch untuk sintetis amonia di berikan pada gambar
berikut :

Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen di komperensi hingga mencapai


tekanan yang diinginkan. Campuran gas kemudian dipanaskan dalam suhu ruangan

bersama katalisator sehingga terbentuk amonia. Campuran gas kemudian didinginkan


sehingga amonia mencair. Gas hidrogen dan gas nitrogen yang belum bereaksi (serta
amonia yang tidak bereaksi) diresirkulasi, sehingga pada akhirnya semua diubah
menjadi amonia.
2.

Peranan Amonia

Kegunaan amonia bagi manusia cukup beragam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Untuk pembuatan pupuk, terutama urea dan ZA (Zwavelzur amonium =
amonium sulfat)
2 NH3(g) + CO2(g) CO(NH2)2(aq) + panas
2 NH3(g) + H2SO4 (NH4)2SO4(aq)
b. Untuk membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium
klorida, amonium nitrat.
4NH3(g) + 5 O2(g) 4 NO(g) + 6 H2O(g)
NH3(g) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
NH3(g) + HNO3(aq) NH4NO3(aq)
c.

Untuk membuat hidrazin.


2 NH3(g) +

NaOCl(aq) N2H4(l) + NaCl(s) + H2O(l)

Hidrazin merupakan salah satu senyawa nitrogen yang digunakan sebagai bahan
bakar roket.
d. Dalam pabrik es, amonia cair digunakan sebagai pendingin (refrigerant) karena
amonia cair mudah menguap dan akan menyerap panas sehingga menimbulkan
efek pembekuan (J. Goenawan 153-154).
3.

Pembuatan Asam Sulfat


Dasar teori menurut proses kontak. Disebut proses kontak karena reaksi antara

SO2 dan O2 pada tahap 2 terjadi di permukaan katalis V2O5. Proses ini melibatkan
reaksi-reaksi eksoterm yang melepas panas. Panas yang dihasilkan digunakan sebagai

energi input untuk tahapan proses lainnya. Sebagai contoh, panas dari tahap 1 dan 2
digunakan untuk memproduksi uap air. Uap air digunakan untuk melelehkan bahan
baku belerang. Hal ini merupakan efisiensi karena dapat menekan konsumsi energi dari
luar. Mengapa SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O (air) untuk membentuk
H2SO4?
Hal ini disebabkan karena reaksi langsung SO3 dengan H2O akan menyebabkan
terbentuknya kabut H2SO4. Kabut ini sulit dikumpulkan, tidak dapat terkodensasi, dan
dapat menyebabkan pencemaran udara.
Pembahasan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3 tahap:
Tahap 1 : Pembentukan SO2
Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2membentuk gas SO2 :
S (s) + O2(g) SO2(g) H = -296,9 kJ
Tahap 2 : Pembentukan SO3
Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm membentuk gas
SO3 dengan bantuan katalis V2O5melalui reaksi kesetimbangan berikut :
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) H = -191 kJ
Pemilihaan kondisi optimum untuk pembentukan SO3 adalah sebagai berikut :
Faktor

Reaksi :

Kondisi

2SO3(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) H = - Optimum


Suhu

191kJ
Reaksi bersifat eksotermik. Suhu rendah akan -4500C
menggeser kesetimbangan ke kanan. Akan
tetapi, laju reaksi menjadi lambat. Pemilihan
suhu juga harus juga harus memperhitungan

Tekanan

faktor antara lain korosi pada suhu tinggi.


Total mol pereaksi lebih besar dibandingkan 2-3 atm
total mol produk reaksi. Penambahan tekanan

akan menggeser kesetimbangan ke kanan.


Pada tekanan sedikit di atas 1 atm, reaksi
Katalis

sudah menghasilkan-97% SO3.


Katalis tidak menggeser kesetimbangan ke V2O5
kanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara
keseluruhan

Tahap 3 : Pembentukan H2SO4


Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk
H2SO4, Tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O membentuk
larutan yang disebut oleum.
SO3(g) + H2SO4(aq) H2S2O7 (l)
Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :
H2S2O7 (l) + H2O (l) 2H2SO4(aq)
4.

Peranan Asan Sulfat


Asam sulfat (H2SO4) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam

jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang
dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 0C), dan melarut
dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam
kuat. Asam

sulfat mempunyai

rumus

kimia H2SO4,

merupakan

asam

mineral

(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan
utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan.
Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini
disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan
cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium :
H2SO4+ H2O H3O+ + HSO4-.

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen


pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan
kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini
dikenali sebagai asam sulfat fumingoleum.
5.

Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah

A . Cara Pengendalian Asam Basa dalam Tubuh


Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asambasa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentukamonia.
Ginjal
memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH
bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat

(suatu

komponen

basa)

berada

dalam

kesetimbangan

dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan
lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat. .
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting
dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah
membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida
tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar

karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan


mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan
paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
B. Larutan Penyangga (buffer)
Laju reaksi penambahan asam atau basa dalam darah akan sama dengan laju penetralannya oleh
larutan penyangga sehingga terjadi keadaan kesetimbangan dinamis.
H2CO3(ag) + OH-(ag)

HCO3- + H2O(l)

HCO3-(ag) + H+(ag)

H2CO3(ag)

Berikut ini adalah proses buffering dalam darah :


a. Hemoglobin membawa O2 dari paru-paru ke otot-otot melalui darah.
b.

Otot-otot membutuhkan O2 lebih dari normal, karena aktivitas metabolisme meningkat

selama beraktivitas. Jumlah oksigen dalam otot habis digunakan otot. Terjadi pengaturan gradien
konsentrasi antara sel-sel otot dan darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi dari darah ke otot-otot,
melalui gradien konsentrasi.
c. Otot-otot menghasilkan CO2 dan H+ sebagai akibat dari peningkatan metabolisme, mengatur
gradien konsentrasi dalam arah yang berlawanan dari gradien O2.
d. CO2 dan H+ mengalir dari otot ke dalam darah, melalui gradien konsentrasi.
e. Tindakan buffering hemoglobin mengambil ekstra H+ dan CO2.
f.

Jika jumlah H+ dan CO2 melebihi kapasitas hemoglobin, mereka mempengaruhi

keseimbangan asam karbonat, seperti yang diramalkan oleh Le Chatelier's atau perlakuan
kuantitatif dalam hal konstanta kesetimbangan. Akibatnya, pH darah diturunkan, menyebabkan
asidosis.
g.

Paru-paru dan ginjal merespon perubahan pH dengan membuang CO2, HCO3-, dan H+ dari

darah. Sehingga pH kembali normal.


C. Kelainan Akibat pH
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak

mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH
darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk
penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik ataurespiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik
disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau
basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan
oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

BAB III
PENUTUP

10

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan:

3.2 Saran

3.3 Penutup
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai kesetimbangan kimia. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini, kiranya marilah
kita bekerja sama untuk dapat memperbaikinya menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini berguna untuk kita semua agar dapat memahami tentang stuktur atom. Apa
bila ada kesalahan dalam pengetikan kami penulis memohon maaf. Terima kasih.

11

Anda mungkin juga menyukai