Anda di halaman 1dari 6

Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Dr. Ario Sunar Baskoro, S.T., M.T., M.Eng

Dosen

Nama

Ari Satriadi Helmi

NPM

1206223133

Prof. Dr. Ir. Winarto, M.Sc.

1. Proses Welding menggunakan arus AC menghasilkan penembusan yang tidak dalam tetapi juga tidak
dangkal atau diantara DCSP & DCRP ini sangat cocok pada pengelasan aluminium. Dengan
frekuensi tinggi ion-ion gas membantu memudahkan penghantaran arus listrik. Arus listrik mudah
mengalir pada DCSP sedangkan pada DCRP lebih sukar bila benda kerja mengandung oksida yang
penghantar listrik yg buruk akibatnya terjadi ketidaksempurnaan.
2. Salah satu faktor penyebab crack sensitivity jika welding base alloy mempunyai crack sensitivity
yang rendah, pakai filler alloy yang sifat kimianya sama. Jika welding base allloy mempunya crack
sensitivity yang tinggi, pakai filler alloy yang mempunya sifat kimia yg berbeda untuk menghasilkan
lasan yang mempunya crack sensitivity yang rendah. Contoh pada base metal AA6061 atau 6xxx
series alloys (AL-Mg-Si) mengandung sekitar 1% Mg dan 0.6% Si atau alloying element yang
berjumlah 1.6%. Jika dilihat pada gambar (see Fig 1.) grafik menunjukan kecendrungan crack
sensitivity yang tinggi

maka dari itu tidak ada series 6xxx filler alloys. Ketika pengelasan,

solidification cracking bisa dihindari dengan menggunakan 5xxx dan 4xxx filler alloys yang
berlebih. Seperti series 5356 mengandung sekitar 5 % Mg sedangkan 4043 mengandung sekitar 5 %
Si.
Pada base metal A5052 atau 5xxx series alloys mengandung 2.5% Mg cenderung mempunyai crack
sensitivity yang mendekati puncak crack sentivity, solidfication cracking bisa dihindari dengan

menggunakan filler alloy yang mempunyai crack sensitiity yang rendah seperti series 5336 dan 4043.
3. Porositas didefinisikan sebagai cacat jenis lubang yang terbentuk oleh adanya gas yang terperangkap
selama proses pengelasan. Salah satu faktor utama penyebab porositas adalah gas pelindung yang
terkontaminasi oleh atmosfir udara, atau yang paling sering terjadi adalah larutnya gas hidrogen
kedalam kampuh las selama pengelasan berlangsung. Salah satu cara penanggulangannya adalah
pemilihan jenis kawat las yang akan digunakan, seperti penggunaan kawat las yang memiliki
kandungan Zirconium (Zr) dan Titanium (Ti) yang berperan sebagai penghalus butir. Selain itu dapat
juga ditanggulangi dengan meningkatkan heat input dan kecepatan las. Semua cara penanggulangan
tersebut dimaksudkan untuk mempercepat proses pembekuan yang mengakibatkan penurunan
presentase porositas.
4. Di temperatur diatas 100 C kekuatan aluminium berkurang, karena sebagian besar las fusi memiliki
heat input yang tinggi, mengakibatkan penurunan kekuatan mekanik sambungan pada daerah HAZ.
Ukuran butir endapan (presipitat) juga mempengaruhi kekuatan dari daerah HAZ, semakin besar
ukuran presipitat di daerah haz tersebut semakin kecil kekuatan mekaniknya. Contoh 6xxx series
alloys (Al-Mg-Si) presipitat Mg2Si.
5. Proses pengelasan aluminium menggunakan metode FSW yaitu dengan cara menekankan sebuah
tool yang berputar yang dimakankan di sepanjang garis sambungan antara dua benda kerja. Tool
yang berputar dan dimakankan pada garis sambungan tersebut menghasilkan panas serta secara
mekanis menggerakkan logam benda kerja untuk membentuk sebuah sambungan las. Pengelasan
aluminium dilakukan dengan metode FSW dikarenakan temperatur diatas 100 C kekuatan
aluminium berkurang, karena sebagian besar las fusi seperti TIG dan MIG memiliki heat input yang
tinggi, mengakibatkan penurunan kekuatan mekanik sambungan pada daerah HAZ untuk
mengurangi tingginya suhu pengelasan maka digunakan metode pengelasan FSW. FSW (Friction
Stir Welding) merupakan proses penggabungan dengan solid state (logam tidak meleleh) yang
menggunakan alat bantu untuk menyatukan 2 permukaan material. Panas yang dihasilkan alat dan
bahan yang mengarah ke kawasan yang sangat lembut di dekat alat FSW. Kemudian mekanis
intermixes dua potong logam di tempat bergabung, maka logam melunak (karena suhu yang tinggi)
seperti bergabung dengan tanah liat atau adonan. Hal ini terutama digunakan pada aluminium non
heat treatable alloys dan pada struktur yang memerlukan kekuatan las kuat tanpa perlakukan panas
pasca las. Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar skema proses FSW berikut.

Skema proses friction stir welding


Keuntungan dari proses FSW dibandingkan dengan proses TIG/MIG adalah tidak ada hot-cracks,
tidak ada porositas, tidak membutuhkan shield gas, kemampuan untuk menyatukan benda kerja
dengan logam yang berbeda, minim deformasi, posisi yang lebih beragam dan faktor safety yang
lebih baik. Sedangkan kerugiannya yaitu, butuh tenaga/daya yang lebih besar, membutuhkan backing
plate, terdapat lubang pada akhir lasan, dan juga biaya investasi alat yang tinggi.
6. Standard adalah kumpulan dokumen-dokumen berisikan kode (codes), spesifikasi (specification),
saran aplikasi (recommended practice), klasifikasi, dan petunjuk (guide) yang telah dipersiapkan
oleh suatu institusi organisasi dan disahkan (approved) sesuai dengan prosedur yang ada (berlaku).
Codes adalah suatu standard yang berisikan kondisi dan persyaratan yang berhubungan dengan
bidang khusus (a particularly subject) dan mengindikasikan bahwa prosedur yang digunakan telah
sesuai dengan persyaratannya. Codes ini harus diikuti (mandatory) karena menyangkut kepentingan
umum yang merefer kepada kebijakan otoritas pemerintahan. (Codes is a body of laws arranged
systimatically for easy reference).
Contoh Codes :
-

Structural Welding Code-Steel (AWS D1.1)

Boiler and Pressure Vessel Code (ASME)

Welded Pipeline & Vessel (API)

Specification (spesifikasi) adalah suatu standard yang berisikan standard yang rinci dan akurat
tentang persyaratan rinci dari material, produk, sistim, atau jasa.
Contoh Spesification :
-

Filler Metal Specification (AWS A5.X)

Material & Consumable of Welding (ASME sec.IIC)

7. WPS : Welding Procedure Specifications adalah sebuah dokumen yang memberikan detail mengenai
variabel yang dibutuhkan untuk sebuah proses yang spesifik yang telah diuji dari segi kekuatan
secara mechanical baik dengan destructive test maupun dengan non-destructive test yang hasilnya
harus sesuai codes dan standard. WPS dibuat sebagai panduan untuk juru las atau operator las untuk
melaksanakan las produksi yang memenuhi persyaratan standard dan code. WPS dibuat untuk
memastikan proses dan hasil lasan yang dilakukan oleh operator mendapatkan mechanical properties
yang diharapkan sesuai dengan design yang telah dibuat. Didalam WPS diatur tentang essential
variable dan non-essential variable yang sesuai dengan code dan standar yang dipakai pada saat
pembuatan prosedur pengelasan tersebut. Essential variable merupakan variabel yang harus
diperhatikan, jika ada perubahan terhadap variabel tersebut maka wajib dilakukan pengujian atau
test. Non-essential variabel adalah variabel yang jika dilakukan perubahan tidak akan mempengaruhi
hasil sehingga tidak perlu dilakukan pengujian.
8. PQR : Procedure Qualification Record merupakan sebuah dokumen yang berisi catatan atau rekaman
data-data dari hasil pengujian pengelasan yang telah dilaksanakan berdasarkan WPS dimana terdiri
dari test coupon yang membuktikan bahwa WPS bekerja. PQR dibuat karena dibutuhkan WPS dan
sebagai acuan minimum yang dapat digunakan sebagai argumen apabila ada pihak-pihak yang
memerlukan klarifikasi. PQR yang lengkap biasanya terdiri dari data-data berikut ini:
-

Record parameter welding lengkap sesuai Standard.

Record parameter welding yang bukan essensial tapi mungkin dibutuhkan dalam produksi atau
mutu.

Data Material Certificate test coupon.

Data Consumable Certificate yang digunakan dalam welding test coupon.

Data lulus uju NDT seperti MPI atau DPI, UT atau RT.

Data lulus destructive test (mechanical test) dari badan test independen.

9. Dalam prosedur pengelasan (WPS) terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas hasil
pengelasan. Variabel-variabel tersebut dapat digolongkan menjadi tiga kelompok :
Essential Variable
Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada mechanical properties hasil
pengelasan. Contoh : Proses las, logam pengisi, jenis elektroda dan pre-heat.
Supplement Essential Variable
Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada nilai impact hasil pengelasan. Contoh
: Perubahan proses las, las vertical naik-turun, dan pasca las.
Non-Essential Variable
Suatu variabel yyang bila dirubah tidak akan mempengaruhi mechanical properties maupun
nilai impact hasil pengelasan. Contoh : Desain saambungan dan pembersihan.

10. WPS is used to signify the combination of wariables used to make a certain weld. The welding
procedure is somewhat analogous to a cook recipe: its outline the step required to make a quality
weld under spesific conditions.
Effects of welding variables It is important to distinguish the difference between constant current and
constant voltage.

Generally increase in amperage means higher depositition rates deeper penetration and more
admixture. The role amperage is best understood in the context of heat input and current density
considerations.
Arc voltage is directly related to arc length. As the voltage increases, the arc length increases. Arc
length is relatively fixed in CV welding. For SMAW on CC sys-tems, however, the arc voltage is
determined by the arc length, which is manipulated by the welder.
The voltage in a welding circuit is not constant, but is composed of a series of voltage drops. assume
the power source delivers a total system voltage of 40 volts. there is a voltage drop of per-haps 3
volts associated with the input cable resistance The most accurate way to determine arc volt-age is to
measure the voltage drop between the contact tip and the work piece.
Travel speed, measured in inch-es per minute, is the rate at which the electrode is moved relative to
the joint. travel speed has an inverse effect on the size of the weld beads As the travel speed
increases, the weld size will decrease Extremely low travel speeds may result in reduced penetration.
Wire feed speed is a measure of the rate at which the electrode is passed through the welding gun
and delivered to the arc. Typically mea-sured in inches per minute (ipm), the deposition rates are
directly pro-portional to wire feed speed and directly related to amperage, an increase in wire feed
speed will directly lead to an increase in amperage.
Electrode extension, also known as electrical stickout or ESO, is the distance from the contact tip
to the end of the electrode. electrode extension is increased in a constant voltage system, the electrical resistance of the electrode increases Longer electrode exten-sions may be employed to gain higher deposition rates at a given amper-age. When the electrode extension is increased without any
change in wire feed speed, the amperage will decrease. This results in less pene-tration and less
admixture.
Electrode diameter is another critical variable. Larger electrodes can carry higher welding currents.
For a fixed amperage, however, smaller electrodes result in higher deposition rates. This is because
of the effect on current density dis-cussed below.
Polarity is a definition of the direction of current flow. . Positive polarity (reverse) Negative polarity
(straight). Alternating current (AC) is not a polarity, but a current type. With AC, the electrode is
alternately posi-tive and negative. For a fixed wire feed speed, a submerged arc electrode will require
more amperage on positive polarity than on negative. For a fixed amperage, it is possible to utilize
higher wire feed speeds and deposi-tion rates with negative polarity than with positive.
The magnetic field that sur-rounds any DC conductor can cause a phenomenon known as arc blow,
so this is a more significant potential prob-lem with higher currents.
Heat input is proportional to the welding amperage, times the arc voltage, divided by the travel
speed. Higher heat inputs relate to larger weld cross sectional areas, and larg-er heat affected zones,
which may negatively affect mechanical proper-ties in that region. Higher heat input generally
results in slightly decreased yield and tensile strength in the weld metal, and generally lower notch
toughness because of the interaction of bead size and heat
Current density is determined by dividing the welding amperage by the cross sectional area of the
electrode. As the current density increases, there will be an increase in deposition rates, as well as
pene-tration. Notice that this may be accomplished by either increasing the amperage or decreasing

the electrode size, small decrease in diameter may have a significant effect on deposi-tion rates and
plate penetration.
Preheat and interpass tempera-ture are used to control cracking tendencies, typically in the base
material, for most carbon-man-ganese-silicon systems, a moderate interpass temperature promotes
good notch toughness When the base metal receives little or no preheat, the resultant rapid cooling
may also lead to a deterioration of notch toughness. Therefore, careful con-trol of preheat and
interpass tem-peratures is critical.

Purpose of WPS
The WPS is the primary tool that is used to communicate to the welder, supervisor, and the inspector
how a specific weld is to be made. The suitability of a weld made by a skilled welder in conformance
with the requirements of a WPS can only be as good as the WPS itself. The welder may not know how
or why each particu-lar variable was selected, although these values must be used in produc-tion. The
inspector is required to ensure that all welding is done in accordance with the WPS. Inspectors do not
develop WPSs, but they must ensure the pro-cedures exist and are followed (D1.1-96, paragraph 6.3.1).
The WPS is a communication tool, and it is the primary means of communication to all the parties
involved regarding how the welding is to be performed.

Anda mungkin juga menyukai