LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN (LBP)
OLEH :
NURSAKTIANI
C121 12 026
CI INSTITUSI
CI LAHAN
(...............................)
(.................................)
Adapun klasifikasi Low Back Pain (LBP) menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan
perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena
luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal
nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi
karena
osteoarthritis,
B. ETIOLOGI
rheumatoidarthritis,
proses
degenerasi
discus
atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa
jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya . Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam
waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh
gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan
nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas .
C. MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala terjadinya LBP, antara lain:
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku.
b. Tidak bisa memutar punggung.
c. Pincang.
2. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
D. PATOFISIOLOGI
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut
sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast
dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system
saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit
vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi
faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan
yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada
aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus.
Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan
diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut.
E. KOMPLIKASI
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri
punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini
didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka
degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab
sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga
efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray
merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan
biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT
scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal.
Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada
layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk
pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar
CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi. MRI dapat menunjukkan gambaran
tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan
karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang
secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan
diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.
4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki. EMG / NCS dapat memberikan informasi
tentang :
a. Adanya kerusakan pada saraf
b. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
c. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
d. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
e. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
G. PENATALAKSANAAN
1. Informasi dan edukasi.
Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi
(untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat) psikologik, modulasi nyeri (TENS,
akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan
berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
Formakoterapi
a. LPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
b. LPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),
opioid (kalau sangat diperlukan)
4. Invasif non bedah
a. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
b. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
5. Bedah
Indikasi operasi :
a. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
b.
c.
d.
e.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian klien :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,penurunan
rentang gerak dari ekstremiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala :Kostribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia/retensi
urin.
3. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, financial
keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat.
4. Neurosensori
Gejala : Kesemutan,kekakuan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme paravertebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori).
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakain memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokkan badan, defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi
pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang
lebih berat secara intermiten, nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan, kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara kruk saat
nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan
untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap, dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
jalan yaitu berjalan dengan pincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian
tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi)
Pretekie, area kulit ekimosis
Pruritus, kulit kering
7. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Gaya hidup, monoton atau hiperaktif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronik bd agens cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik bd gangguan muskuloskeletal
3. Ansietas bd ancaman pada status terkini, perubahan besar
C. RENCANA/INTERVENSI
Diagnosa
Ma
mpu mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Me
laporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Ma
mpu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi
dan
tanda nyeri)
Me
nyatakan
rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Tan
da vital dalam
rentang normal
Tid
ak
mengalami
Intervensi (NIC)
Instruksikan
klien
untuk
melakukan
teknik
relaksasi/visualisasi.
Anjurkan
untuk
melakukan mekanika
tubuh/gerakan yang
tepat.
Rasional
merelaksasikan
otot dan menurunkan
nyeri.
menghilangkan
atau
mengurangi
stress pada otot dan
mencegah
trauma
lebih lanjut.
memfokuskan
perhatian
klien,
membantu
menurunkan
tegangan otot dan
meningkatkan proses
penyembuhan.
menurunkan
gaya gravitasi dan
gerak yang dapat
menghilangkan
spasme otot dan
menurunkan edema
dan tekanan pada
struktur sekitar diskus
intervertebralis yang
terkena.
tirah
baring
dalam posisi yang
nyaman
memungkinkan klien
untuk
menurunkan
gangguan tidur
Hambatan
mobilitas fisik bd
gangguan
muskuloskeletal
Setelah dilakukan
asuhan selama
klien
memperlihatkan
mobilitas, yang
dibuktikan dengan:
keseimnbangan
koordinasi
perform posisi
tubuh
pergerakan sendi
dan otot
berjalan
bergerak dengan
mudah
Kolaborasi relaksan
otot seperti diazepam
(valium), karisoprodol
(soma), metkarbamol
(robaxin).
Berikan
tindakan
pengaman
sesuai
indikasi
dengan
situasi yang spesifik.
Catat respon-respon
emosi atau perilaku
pada
imobilisasi.
Berikan aktivitas yang
sesuai dengan klien.
Ikuti
aktivitas
/
prosedur
dengan
periode
istirahat.
Anjurkan klien untuk
tetap ikut berperan
serta dalam aktivitas
sehari-hari
dalam
keterbatasan individu.
Berikan/bantu klien
untuk
melakukan
latihan rentang gerak
pasif dan aktif.
spasme
otot,
menurunkan
penekanan
pada
bagian tubuh tertentu
dan
memfasilitasi
terjadinya
reduksi
dari tonjolan diskus.
Membantu
menentukan pilihan
intervensi
dan
memberikan
dasar
untuk perbandingan
dan evaluasi terhadap
terapi.
Tergantung pada bagian
tubuh
yang
terkena/jenis prosedur,
aktivitas yang kurang
berhati-hati
akan
meningkatkan
kerusakan spinal.
Imobilisasi
yang
dipaksakan
dapat
memperbesar
kegelisahan,
peka
rangsang.
Aktivitas
pengalihan membantu
dalam memfokuskan
kembali
perhatian
klien
dan
meningkatkan koping
dengan keterbatasan
tersebut.
Meningkatkan
penyembuhan
dan
membentuk kekuatan
otot serta kesabaran.
Partisipasi klien akan
meningkatkan
kemandirian klien dan
perasaan
control
terhadap diri sendiri.
Memperkuat
otot
abdomen dan fleksor
tulang
belakang,
memperbaiki
mekanika tubuh.
Stimulasi
sirkulasi
vena/arus balik vena
Ansietas bd
ancaman pada
status terkini,
perubahan besar
bawah/lutut.
Nilai
menurunkan keadaan
adanya
edema,
vena yang statis dan
eritema
pada
kemungkinan
ekstremitas
bawah,
terbentuknya
adanya tanda human
thrombus.
Bantu klien dalam Keterbatasan
aktivitas
melakukan aktivitas
bergantung
pada
ambulasi progresif.
kondisi yang khusus
tetapi
biasanya
berkembang dengan
lambat
sesuai
toleransi.
Kolaborasi pemberian Antisipasi terhadap nyeri
obat
untuk
dapat meningkatkan
menghilangkan nyeri
ketegangan otot. Obat
kira-kira 30 menit
dapat merelaksasikan
sebelum
klien, meningkatkan
memindahkan/melaku
rasa
nyaman
dan
kan ambulasi klien.
kerjasama
klien
selama
melakukan
aktivitas.
Kontrol
Kaji
memban
kecemasan
tingkat ansietas klien.
tu
dalam
tentukan
bagaimana
mengidentifikasi
Koping
klien
menangani
kekuatan
dan
Setelah dilakukan
masalahnya
dimasa
keterampilan
yang
asuhan
selama
yang
lalu
dan
mungkin membantu
klien
bagaimana
klien
klien
mengatasi
kecemasan teratasi
melakukan
koping
keadaannya sekarang
dgn kriteria hasil:
dengan
masalah
yang
dan kemungkinan lain
Kli
dihadapi
sekarang.
untuk
memberikan
en
mampu
bantuan yang sesuai.
Berikan
mengidentifikasi
memun
informasi yang akurat
dan
dan
jawab
dengan
gkinkan
klien
untuk
mengungkapkan
jujur.
membuat keputusan
gejala cemas
yang didasarkan atas
Me
pengetahuanya.
ngidentifikasi,
Berikan
kebanya
mengungkapkan
kesempatan
klien
kan klien mengalami
dan
untuk
mengungkapkan
masalah yang perlu
menunjukkan
masalah
yang
untuk
diungkapkan
tehnik
untuk
dihadapinya,
seperti
dan
diberi
respon
mengontol cemas
kemungkinan
dengan
informasi
Vit
paralisis,
pengaruh
yang
akurat
untuk
al sign dalam
terhadap
fungsi
meningkatkan koping
batas normal
seksual,
perubahan
terhadap situasi yang
Pos
dalam
pekerjaan
sedang dihadapinya.
tur
tubuh,
/financial,
perubahan
ekspresi wajah,
peran dan tanggung
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
jawab.
Kaji
adanya
masalah
sekunder
yang
mungkin menghalangi
proses
penyembuhannya.
klien
mungkin secara tidak
sadar
memperoleh
keuntungan
seperti
terlepas dari tanggung
jawab, perhatian dan
control dari yang lain.
Ini
perlu
untuk
dikerjakan
secara
positif
untuk
meningkatkan
penyembuhan.
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)
A. PKDM
kelainan tulang
punggung (spine)
trauma
perubahan
jaringan
pengaruh
gaya berat
persyarapan
perubahan gaya
berjalan
berjalan
terasa kaku
tidak adapt
memutar
punggung
Pincang
gangguan
neurologis
system
nosiseptif
Hambatan
interaksi
stimulus
nyeri dan
stressor bagi
keluarga dan pasien
nyeri
punggung
belakang
kurang pengetahuan
tentang prognosis
dan kondisi
ketidaknyamanan
Rumusan Diagnosa
Nyeri akut/kronik bd agens
cedera fisik
NOC
NOC
NOC :
NIC :
Pain Level,
Lakukan pengkajian nyeri
pain control,
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
comfort level
karakteristik,
durasi,
Setelah dilakukan tindakan
nyeri
keperawatan selama .
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami gangguan
tidur
Toleransi
melakukan aktivitas
aktivitas
Kaji adanya faktor yang
Konservasi
menyebabkan kelelahan
eneergi
Monitor nutrisi dan sumber
Setelah dilakukan tindakan
energi yang adekuat
keperawatan selama .
Monitor pasien akan adanya
Pasien bertoleransi terhadap
kelelahan fisik dan emosi
aktivitas dengan Kriteria
secara berlebihan
Hasil :
Monitor respon kardivaskuler
Berpartisipasi
dalam
terhadap aktivitas
aktivitas fisik tanpa
(takikardi, disritmia, sesak
disertai
peningkatan
nafas, diaporesis, pucat,
tekanan darah, nadi dan
perubahan hemodinamik)
RR
Monitor pola tidur dan
Mampu
melakukan
lamanya tidur/istirahat
aktivitas sehari hari
pasien
(ADLs) secara mandiri Kolaborasikan dengan
Keseimbangan aktivitas
Tenaga Rehabilitasi Medik
dan istirahat
dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
NOC :
NIC :
- Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction
- Koping
(penurunan kecemasan)
Setelah dilakukan asuhan Gunakan
pendekatan
selama
klien
yang menenangkan
kecemasan
teratasi
dgn Nyatakan dengan jelas
kriteria hasil:
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
DAFTAR PUSTAKA