PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II
Uji Batas Mikroba Pada Makanan dan Minuman
Disusun Oleh :
Teppy Handayani Suhendi
(2012210271)
Tias Kusuma Ningrum
(2012210273)
Tri Juliawati Utami
(2012210275)
Kelas
:B
Kelompok : 9
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba terdapat hampir disemua tempat. Diudara mulai dari permukaan tanah sampai
pada lapisan atmosfir paling tinggi. Bahkan pada obat, obat tradisional, kosmetik, makanan dan
minuman yang kita konsumsi juga terdapat mikroorganisme sendiri ada bersifat infeksi.
Dalam proses pembuatan obat, obat tradisional, kosmetik dan makanan serta minuman
tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu
dilakukan pengujian cemaran mikroba. Sampel dilakukan uji cemaran mikroba, dalam hal
ini bakteri dan kapang/khamir dengan metode uji cemaran angka lempeng dan angka
kapang/khamir total. Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah
mikroba didalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk
contoh berbentuk padat.
Dalam praktikum ini suatu sampel obat, obat tradisional, atau kosmetik dilakukan
pengenceran (10-1, 10-2, 10-3), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3 dimasukkan 1
ml ke dalam tabung yang berisi 9 mL TSB. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung.
Setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif
yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya kekeruhan pada
larutan media dan adanya koloni bakteri di permukaan larutan.
Uji Angka Kapang Khamir (AKK) digunakan untuk menetapkan total kapang khamir
dalam tiap gram atau tiap ml sampel yang akan ditetapkan.
Setiap sediaan mensyaratkan batas angka bakteri dan kapang/khamir tertentu yang masih
dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml untuk kapang/khamir dan <106
koloni per ml untuk bakteri. Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang / khamir
total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.
Dengan demikian standart mikrobiologi pada kosmetik, obat, obat tradisional, dan
makanan dan minuman sangat diperlukan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan keamanan
suatu produk yangdihasilkan serta menghindari terdeteksinya bakteri patogen pada kosmetik,
obat, obat tradisioanl dan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan suatu penyakit bagi
konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah produk makanan dan minuman dalam sampel secara mikrobiologi memenuhi
prosedur uji batas mikroba yang meliputi uji jumlah mikroba (ALT atau AKK dan
MPN) ?
2. Adakah cemaran mikroba patogen bakteri Salmonella thypii ?
3. Apakah keamanan dan kelayakan produk makanan dan minuman sudah sesuai dengan
peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ?
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji Batas Mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam
semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi, untuk mengyatakan
perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Otomatisasi dapat digunakan
sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan ketentuan bahwa cara tersebut sudah
divalidasi sedemikian rupa hingga menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama
menyiapkan dan melaksanakan pengujian, specimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak
dinyatakan lain, jika disebut inkubasi, maka yang dimaksud adalah menempatkan wadah di
dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu 30 dan 35 selama 24 jam sampai 48
jam. Istilah tumbuh ditunjukan untuk pengertian adanya dan kemungkinan adanya
perkembangan mikrona viabel. Uji batas mikroba terbagi atas beberapa uji, seperti :
1. Uji Jumlah Mikroba
1.1.
Metode MPN (Most Probable Number)
Berbeda dengan metode hitungan cawan dimana digunakan media padat, dalam
metode MPN digunakan media cair didalam tabung reaksi dimana perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi mikroba setelah inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung Durham (untuk
mikroba pembentuk gas).
Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih
banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi tetapi alat gelas
yang digunakan juga lebih banyak.Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung
jumlah jasad renik didalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat digunakan untuk
contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel.
Grup mikroba yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung
dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan.Dalam metode MPN, dari setiap
pengenceran dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium,
dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu dilakukan penghitungan jumlah tabung yang positif (ditandai dengan
timbulnya kekeruhan).
Misalnya pada pengenceran pertama ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan
positif, pada pengenceran dua tabung positif, pada pengenceran ketiga satu tabung positif
dan pada pengenceran terakhir tidak ada tabung positif. Kombinasinya menjadi 3, 2, 1, 0
dan jika diambil dari tiga pengenceran pertama kombinasinya akan menjadi 3, 2, 1. Angka
kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan Tabel MPN (gambar 5) dan nilai MPN contoh
dihitung sebagai berikut :
MPN Contoh :
Nilai MPN dari tabel x 1 / pengenceran tabung tengah
1.2 Metode Hitungan Cawan (Standard Plate Count)
Pada metode Standard Plate Count ini pengukuran pertumbuhan mikroba difokuskan
pada penghitungan jumlah sel yang hidup saja. Dalam hal ini sel hidup didefinisikan
sebagai sel yang dapat melakukan pembelahan untuk menghasilkan sel baru, yang pada
pengukurannya biasanya ditentukan atas kemampuan sel membentuk koloni pada media
yang sesuai.
Hal ini yang menjadi alasan sel hidup dinyatakan sebagai plate count atau colony
count. Dalam metode pengukuran ini diasumsikan bahwa masing-masing sel mikroba
hidup akan menghasilkan satu koloni. Ada 2 bentuk metode pengukuran ini yaitu metode
spread plate dan metode pour plate. Pada metode Spread Plate, volume kultur yang
digunakan biasanya tidak lebih dari 0.1 ml. Kultur ini kemudian disebarkan (spread) pada
permukaan media agar menggunakan spreader glass steril. Media agar ini kemudian
diinkubasi hingga terbentuk koloni dan dilakukan penghitungan jumlah koloni yang
tumbuh.
Penggunaan volume kultur lebih dari 0,1 ml sangat jarang digunakan karena cairan
yang berlebih tidak dapat merembes/menembus agar dan dapat menyebabkan koloni yang
terbentuk bergabung sehingga sulit untuk dihitung. Pada metode Pour Plate, volume kultur
sebanyak 0,1-1,0 ml diambil dan dimasukkan kedalam cawam petri steril. Kemudian
ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan
memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur
dengan media agar cair maka volume kultur yang digunakan dapat lebih tinggi dibanding
dengan metode spread plate.
Dalam penerapannya, secara statistik yang paling baik adalah menghitung jumlah
koloni hanya jika pada media agar terdapat koloni antara 30 300 koloni. Untuk
memperoleh jumlah koloni yang tepat, sampel yang akan dianalisa harus selalu diencerkan
terlebih dahulu.
Karena dalam penerapannya sangat sulit dilakukan pendugaan jumlah sel maka
biasanya sangat penting untuk melakukan pengenceran lebih dari satu untuk membuat
pengenceran 10-1 maka kita dapat melakukan pencampuran antara 0.5 ml sampel dengan
4.5 ml larutan pengencer atau dengan pencampuran 1.0 ml sampel dengan 9.0 ml larutan
pengencer. Untuk membuat pengenceran 10-2 maka kita dapat melakukan pengenceran 0.05
ml sampel dengan 4.95 larutan pengencer atau 0.1 sampel dengan 9.9 ml larutan pengencer
atau sebagai alternatif pengenceran 10-2 dapat dibuat dengan melakukan pencampuran 1,0
sampel (yang diambil dari pengenceran 10-1) dengan 9,0 ml larutan pengencer, dan begitu
seterusnya hingga didapatkan pengenceran yang diperkirakan dapat memberikan hasil
antara 30-300 koloni. Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut :
Koloni per mL atau per g:
Jumlah koloni percawan x 1 /faktor pengenceran
2. Uji Jenis Mikroba Patogen
Salmonella thypi
BAB III
METODELOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Timbangan
2. Labu Erlenmeyer
3. Tabung reaksi
4. Tabung Durham
5. Jarum Ose
6. Cawan Petri
7. Pipet volume/mikropipet dan tip mikropipet 1 mL
8. Shaker
9. Vortex
10. Incubator
11. Waterbath/penangas air
Bahan
1. Sampel : Salep Virugon
2. Larutan Dapar Fosfat (LDF) pH 7,2
3. Lactose Broth (LB)
4. Trypticase Soy Broth (TSB)
5. Selenite Cystine Broth
6. Tethrationate Broth
7. Brilliant Green Agar (BGA)
8. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
9. Lysine Iron Agar (LIA)
10. Mc. Conkey Agar (MCA)
11. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
12. Media dan pereaksi IMVIC
13. Nutrient Agar (NA)
14. Pewarna untuk pewarnaan Gram
15. Vogel Johnson Agar (VJA)
16. Cetrimide Agar (CetA)
B. Cara Kerja
Persiapan dan Homogenisasi Sampel
1. Buka kemasan sampel secara aseptic
2. Secara aseptic, pipet 10 mL sampel dan masukkan segera kedalam Labu
Erlenmeyer berisi 90 mL LDF steril. Dari proses ini diperoleh larutan sampel
1
dengan konsentrasi 10 .
10
sampai dengan
10
). Dari
2
2
steril, sehingga diperoleh pengenceran 10 . Dari pengenceran 10
ambil 1
10
106 .
2. Untuk penentuan ALT, 1 mL pengenceran
101
4. Setelah semua agar dalam can memadat, inkubasikan seluruh cawan dengan posisi
terbalik, di dalam incubator pada suhu 37C selama 24-48 jam (untuk bakteri) dan
suhu 20-25C selama 3-5 hari untuk kapang khamir.
5. Hitung ALT dan AKK.
Uji jumlah mikroba dengan teknik MPN
1. Siapkan 14 tabung reaksi masing-masing berisi 9 mL media TSB.
2. Bagi tabung dalam 4 kelompok, kelompok pertama dan kedua masing-masing
terdiridari 4 tabung, kelompok ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 3
tabung.
3. Pipet masing-masing 1 mL larutan zat yang diperiksa ke dalam masing-masing
1
tabung kelompok pertama sehingga diperoleh sampel 10 . Sisihkan 1 tabung.
10
. Sisihkan satu
tabung.
5. Pipet 1 mL larutan dari tabung yang disisihkan ke dalam masing-masing tabung
3
Tabel 9.4
Lereng (slant)
Tusukan/dasar (butf)
Produksi HS (endapan hitam
di daerah tusukan)
TSIA
Basa (merah)
Asam (kuning)
+ atau -
LIA
Basa (ungu)
Basa (ungu)
+
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabel Pengamatan dan Perhitungan Bakteri
Waktu inkubasi: Senin, 6 April 2015 (14.00 WIB)
Sampel : Tauco Asli No.1 Cap Gajah Dua Medan
Kadaluarsa : Juli 2018
Bentuk : Sediaan Cairan
Warna : Coklat
A. Uji batas jumlah mikroba teknik Angka Kapang Khamir (AKK)
Jumlah koloni terhitung
Pengenceran
dalam 2 hari (cfu/mg)
-1
10
TBUD
10-2
TBUD
-3
10
TBUD
10-4
TBUD
-5
10
TBUD
-6
10
70
Perhitungan
N=
C
[(1 x n )+(0,1 x n )] x (d )
N=
70
[(1 x 1)+(0,1 x 0 ) x10 - 6
= 7 x 107 cFu/g
B. Uji Batas Jumlah Mikroba teknik Angka Paling Mungkin (APM)
Tabung
Pengenceran
Keterangan
1
2
3
10-1
+
+
+
3
10-2
+
+
+
3
10-3
+
+
+
3
Blangko
Kesimpulan : Jumlah mikroba didalam sampel adalah > 1100 cfu/g
Keterangan
Lactose Broth
(LB)
+ (Positif)
Keruh
Hasil
Keterangan
Selenite Cystine
Broth
+ (Positif)
Keruh
Tetrathionate Broth
+ (Positif)
Keruh
Hasil
Keterangan
Tidak terbentuk koloni
Brilliant Green Agar
(Negatif)
putih dikelilingi zona
(BGA)
pink.
Kesimpulan : Sampel tidak terdapat bakteri Salmonella thypi.
2. Pembahasan
- Pengujian batas mikroba juga dilakukan dengan cara perhitungan AKK didapat hasil
pengamatan pada keenam seri pengenceran larutan hari ke 2, bahwa pada pengenceran
10-1 sampai 10-5 koloni didalam media Terlalu Banyak Untuk Dihitung (TBUD), tetapi
dari seri pengenceran 10-6 koloni didalam media terdapat 70 koloni. Sehingga tidak
memenuhi syarat dari Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yaitu < 10
koloni/g.
- Pengujian batas mikroba yang dilakukan dengan cara APM / MPN didapat hasil >1100
cfu/g. Karena ketiga tabung disetiap pengenceran semua media menjadi keruh jika
dibandingkan dengan blangko.
- Pada Uji Jenis dengan menggunakan media LB (Lactose Broth) untuk menguji bakteri
pathogen Salmonella thypii. Kemudian sampel diinokulasikan ke media LB lalu di
inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37C.
- Setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37C terbentuk kekeruhan dari
warna sebelumnya, hal ini menandakan adanya cemaran mikroba, sehingga sampel
perlu di uji lanjut dengan menggunakan media Selenite dan Tetrathionate Broth untuk
analisis bakteri Salmonella thypii. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
35C.
Setelah di inkubasi pada suhu 35C selama 24 jam menunjukkan bahwa pada media
Selenite dan Tetrathionate Broth hasilnya positif dan ditandai terjadi kekeruhan media,
sehingga sampel perlu di uji lanjut dengan menggunakan media Brilliant Green Agar
(BGA) karena kemungkinan adanya bakteri Salmonella thypii di dalam sampel.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35C.
Setelah di inkubasi pada suhu 35C selama 24 jam menunjukkan bahwa pada Brilliant
Green Agar hasilnya negative dengan ditandai tidak terbentuk koloni putih yang
dikelilingi dengan zona merah muda. Sehingga sampel tersebut bebas dari bakteri
Salmonella thypi.