Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II
Uji Batas Mikroba Pada Makanan dan Minuman

Disusun Oleh :
Teppy Handayani Suhendi
(2012210271)
Tias Kusuma Ningrum
(2012210273)
Tri Juliawati Utami
(2012210275)

Kelas
:B
Kelompok : 9

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba terdapat hampir disemua tempat. Diudara mulai dari permukaan tanah sampai
pada lapisan atmosfir paling tinggi. Bahkan pada obat, obat tradisional, kosmetik, makanan dan
minuman yang kita konsumsi juga terdapat mikroorganisme sendiri ada bersifat infeksi.
Dalam proses pembuatan obat, obat tradisional, kosmetik dan makanan serta minuman
tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu
dilakukan pengujian cemaran mikroba. Sampel dilakukan uji cemaran mikroba, dalam hal
ini bakteri dan kapang/khamir dengan metode uji cemaran angka lempeng dan angka
kapang/khamir total. Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah
mikroba didalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk
contoh berbentuk padat.
Dalam praktikum ini suatu sampel obat, obat tradisional, atau kosmetik dilakukan
pengenceran (10-1, 10-2, 10-3), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3 dimasukkan 1
ml ke dalam tabung yang berisi 9 mL TSB. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung.
Setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif
yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya kekeruhan pada
larutan media dan adanya koloni bakteri di permukaan larutan.
Uji Angka Kapang Khamir (AKK) digunakan untuk menetapkan total kapang khamir
dalam tiap gram atau tiap ml sampel yang akan ditetapkan.
Setiap sediaan mensyaratkan batas angka bakteri dan kapang/khamir tertentu yang masih
dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml untuk kapang/khamir dan <106
koloni per ml untuk bakteri. Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang / khamir
total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.
Dengan demikian standart mikrobiologi pada kosmetik, obat, obat tradisional, dan
makanan dan minuman sangat diperlukan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan keamanan
suatu produk yangdihasilkan serta menghindari terdeteksinya bakteri patogen pada kosmetik,
obat, obat tradisioanl dan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan suatu penyakit bagi
konsumen.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah produk makanan dan minuman dalam sampel secara mikrobiologi memenuhi
prosedur uji batas mikroba yang meliputi uji jumlah mikroba (ALT atau AKK dan
MPN) ?
2. Adakah cemaran mikroba patogen bakteri Salmonella thypii ?
3. Apakah keamanan dan kelayakan produk makanan dan minuman sudah sesuai dengan
peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menganalisis keamanan produk-produk makanan dan minuman


secara mikrobiologi dan analisis cemaran mikroba patogen.
2. Mahasiswa mampu menilai keamanan dan kelayakan produk makanan dan minuman
yang diuji berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku di indonesia.
D. Manfaat
1. Menganalisis keamanan produk produk obat, obat tradisional, kosmetika, makanan,
dan minuman secara mikrobiologi dengan prosedur uji batas mikroba yang meliputi
jumlah mikroba, dan analisis cemaran mikroba pathogen.
2. Menilai keamanan dan kelayakan produk obat, obat tradisional, kosmetika, makanan,
dan minuman yang diuji berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia.
3. Setelah melakukan menghitung mikroorganisme dengan teknik Angka Kapang Khamir
dan Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probalbe Number (MPN), mahasiswa
diharapkan mampu melakukan teknik-teknik perhitungan bakteri untuk menentukan
jumlah koloni bakteri dalam suatu biakan atau sampel, melakukan teknik seri
pengenceran agar lempeng untuk menghitung jumlah mikroba viabel. Diharapkan
mahasiswa dapat memeriksa pencemaran obat, obat tradisional, kosmetik dan
makanan dan minuman yang terkontaminasi sehingga dapat membantu masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji Batas Mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam
semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi, untuk mengyatakan
perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Otomatisasi dapat digunakan
sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan ketentuan bahwa cara tersebut sudah
divalidasi sedemikian rupa hingga menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama
menyiapkan dan melaksanakan pengujian, specimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak
dinyatakan lain, jika disebut inkubasi, maka yang dimaksud adalah menempatkan wadah di
dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu 30 dan 35 selama 24 jam sampai 48
jam. Istilah tumbuh ditunjukan untuk pengertian adanya dan kemungkinan adanya
perkembangan mikrona viabel. Uji batas mikroba terbagi atas beberapa uji, seperti :
1. Uji Jumlah Mikroba
1.1.
Metode MPN (Most Probable Number)
Berbeda dengan metode hitungan cawan dimana digunakan media padat, dalam
metode MPN digunakan media cair didalam tabung reaksi dimana perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi mikroba setelah inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung Durham (untuk
mikroba pembentuk gas).
Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih
banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi tetapi alat gelas
yang digunakan juga lebih banyak.Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung
jumlah jasad renik didalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat digunakan untuk
contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel.
Grup mikroba yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung
dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan.Dalam metode MPN, dari setiap
pengenceran dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium,
dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu dilakukan penghitungan jumlah tabung yang positif (ditandai dengan
timbulnya kekeruhan).
Misalnya pada pengenceran pertama ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan
positif, pada pengenceran dua tabung positif, pada pengenceran ketiga satu tabung positif
dan pada pengenceran terakhir tidak ada tabung positif. Kombinasinya menjadi 3, 2, 1, 0
dan jika diambil dari tiga pengenceran pertama kombinasinya akan menjadi 3, 2, 1. Angka
kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan Tabel MPN (gambar 5) dan nilai MPN contoh
dihitung sebagai berikut :
MPN Contoh :
Nilai MPN dari tabel x 1 / pengenceran tabung tengah
1.2 Metode Hitungan Cawan (Standard Plate Count)

Pada metode Standard Plate Count ini pengukuran pertumbuhan mikroba difokuskan
pada penghitungan jumlah sel yang hidup saja. Dalam hal ini sel hidup didefinisikan
sebagai sel yang dapat melakukan pembelahan untuk menghasilkan sel baru, yang pada
pengukurannya biasanya ditentukan atas kemampuan sel membentuk koloni pada media
yang sesuai.
Hal ini yang menjadi alasan sel hidup dinyatakan sebagai plate count atau colony
count. Dalam metode pengukuran ini diasumsikan bahwa masing-masing sel mikroba
hidup akan menghasilkan satu koloni. Ada 2 bentuk metode pengukuran ini yaitu metode
spread plate dan metode pour plate. Pada metode Spread Plate, volume kultur yang
digunakan biasanya tidak lebih dari 0.1 ml. Kultur ini kemudian disebarkan (spread) pada
permukaan media agar menggunakan spreader glass steril. Media agar ini kemudian
diinkubasi hingga terbentuk koloni dan dilakukan penghitungan jumlah koloni yang
tumbuh.
Penggunaan volume kultur lebih dari 0,1 ml sangat jarang digunakan karena cairan
yang berlebih tidak dapat merembes/menembus agar dan dapat menyebabkan koloni yang
terbentuk bergabung sehingga sulit untuk dihitung. Pada metode Pour Plate, volume kultur
sebanyak 0,1-1,0 ml diambil dan dimasukkan kedalam cawam petri steril. Kemudian
ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan
memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur
dengan media agar cair maka volume kultur yang digunakan dapat lebih tinggi dibanding
dengan metode spread plate.
Dalam penerapannya, secara statistik yang paling baik adalah menghitung jumlah
koloni hanya jika pada media agar terdapat koloni antara 30 300 koloni. Untuk
memperoleh jumlah koloni yang tepat, sampel yang akan dianalisa harus selalu diencerkan
terlebih dahulu.
Karena dalam penerapannya sangat sulit dilakukan pendugaan jumlah sel maka
biasanya sangat penting untuk melakukan pengenceran lebih dari satu untuk membuat
pengenceran 10-1 maka kita dapat melakukan pencampuran antara 0.5 ml sampel dengan
4.5 ml larutan pengencer atau dengan pencampuran 1.0 ml sampel dengan 9.0 ml larutan
pengencer. Untuk membuat pengenceran 10-2 maka kita dapat melakukan pengenceran 0.05
ml sampel dengan 4.95 larutan pengencer atau 0.1 sampel dengan 9.9 ml larutan pengencer
atau sebagai alternatif pengenceran 10-2 dapat dibuat dengan melakukan pencampuran 1,0
sampel (yang diambil dari pengenceran 10-1) dengan 9,0 ml larutan pengencer, dan begitu
seterusnya hingga didapatkan pengenceran yang diperkirakan dapat memberikan hasil
antara 30-300 koloni. Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut :
Koloni per mL atau per g:
Jumlah koloni percawan x 1 /faktor pengenceran
2. Uji Jenis Mikroba Patogen
Salmonella thypi

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk


tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai
dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya
Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada
organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciriciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam
waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala
lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari
jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan
penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini
disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.[7] Kontaminasi Salmonella
dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Media tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah
satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan
adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate
(XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif
karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya
Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan
bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat
pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling
tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan
hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan
koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi
dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.

BAB III
METODELOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Timbangan
2. Labu Erlenmeyer
3. Tabung reaksi
4. Tabung Durham
5. Jarum Ose
6. Cawan Petri
7. Pipet volume/mikropipet dan tip mikropipet 1 mL
8. Shaker
9. Vortex
10. Incubator
11. Waterbath/penangas air
Bahan
1. Sampel : Salep Virugon
2. Larutan Dapar Fosfat (LDF) pH 7,2
3. Lactose Broth (LB)
4. Trypticase Soy Broth (TSB)
5. Selenite Cystine Broth
6. Tethrationate Broth
7. Brilliant Green Agar (BGA)
8. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
9. Lysine Iron Agar (LIA)
10. Mc. Conkey Agar (MCA)
11. Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
12. Media dan pereaksi IMVIC
13. Nutrient Agar (NA)
14. Pewarna untuk pewarnaan Gram
15. Vogel Johnson Agar (VJA)
16. Cetrimide Agar (CetA)
B. Cara Kerja
Persiapan dan Homogenisasi Sampel
1. Buka kemasan sampel secara aseptic
2. Secara aseptic, pipet 10 mL sampel dan masukkan segera kedalam Labu
Erlenmeyer berisi 90 mL LDF steril. Dari proses ini diperoleh larutan sampel
1
dengan konsentrasi 10 .

3. Lanjutkan pengujian ke uji jumlah mikroba. Jika setelah homogenisasi larutan


sampel jernih, maka lakukan penentuan jumlah mikroba dengan teknik Angka
Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK). Jika setelah

homogenisasi sampel berupa keruh, maka lakukan penentuan jumlah mikroba


dengan teknik Angka Paling Mungkin (APM) / Most Probable Number (MPN).
Uji Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir
1
1. Dari hasil persiapan dan homogenisasi contoh (konsentrasi 10 ), buatlah
beberapa seri pengenceran (misal:
pengenceran

10

sampai dengan

10

). Dari

101 , ambil 1 mL, masukkan ke dalam tabung berisi 9 mL LDF

2
2
steril, sehingga diperoleh pengenceran 10 . Dari pengenceran 10
ambil 1

mL, masukkan ke dalam tabung berisi 9 mL LDF steril, homogenkan, sehingga


didapat pengenceran

10

. Dan seterusnya sampai dengan pengenceran

106 .
2. Untuk penentuan ALT, 1 mL pengenceran

101

dituang ke dalam cawan petri

steril yang kosong, kemudian dituangi dengan NA cair bersuhu 45 - 50C


sebanyak 15-20 mL. Untuk penentuan AKK, media yang digunakan adalah PDA.
Goyang-goyang cawan untuk menghomogenkan, biarkan memadat di suhu ruang.
2
6
3. Lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10
sampai dengan 10 .

4. Setelah semua agar dalam can memadat, inkubasikan seluruh cawan dengan posisi
terbalik, di dalam incubator pada suhu 37C selama 24-48 jam (untuk bakteri) dan
suhu 20-25C selama 3-5 hari untuk kapang khamir.
5. Hitung ALT dan AKK.
Uji jumlah mikroba dengan teknik MPN
1. Siapkan 14 tabung reaksi masing-masing berisi 9 mL media TSB.
2. Bagi tabung dalam 4 kelompok, kelompok pertama dan kedua masing-masing
terdiridari 4 tabung, kelompok ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 3
tabung.
3. Pipet masing-masing 1 mL larutan zat yang diperiksa ke dalam masing-masing
1
tabung kelompok pertama sehingga diperoleh sampel 10 . Sisihkan 1 tabung.

4. Pipet 1 mL larutan dari tabung yang disisihkan kedalam masing-masing tabung


2

10

kelompok kedua sehingga diperoleh konsentrasi sampel

. Sisihkan satu

tabung.
5. Pipet 1 mL larutan dari tabung yang disisihkan ke dalam masing-masing tabung
3

kelompok ketiga sehingga diperoleh konsentrasi sampel 10

6. Kelompok keempat digunakan sebagai blangko.


7. Inkubasikan seluruh tabung pada incubator bersuhu 35-37C selama 24-48 jam

8. Amati adanya pertumbuhan pada masing-masing tabung. Blangko idealnya tidak


menunjukan pertumbuhan.
9. Dengan menggunakan tabel MPN dapat dihitung jumlah bilangan duga jasad
renik tiap mL sediaan yang diperiksa.

Analisis cemaran mikroba pathogen Salmonella Thypi


1. Buka kemasan sampel secara aseptic.
2. Homogenisasi sampel dan pengkayaan
Secara aseptic, pipet 10 mL sampel dan masukkan segera ke dalam labu
Erlenmeyer berisi 100 mL media LB steril, kemudian tutup rapat-rapat,
kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan larutan. Diamkan selama
1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35C selama 24 jam.
3. Pengkayaan selektif
Kocok larutan sampel yang telah diinkubasi. Secara aseptic, pindahkan 1 mL
larutan ke dalam tabung reaksi berisi 10 mL media Selenite Cystine Broth dan 1
mL larutan kedalam 10 mL media Tetrathionate Broth. Inkubasi pada suhu 35C
selama 24 jam.
4. Menanam ke media agar selektif
Kocok,larutan dalam media Selenite dan Tetrationate yang telah diinkubasi,
kemudian dengan cara gores, inokulasikan masing-masing 1 ose larutan ke media
agar Brilliant Green Agar (BGA). Inkubasi pada suhu 35C selama 24-48 jam.
Selain BGA, dapat pula digunakan media XLDA dan BSA sebagai media selektif.
Pertumbuhan Salmonella thypi pada media agar selektif ditandai dengan adanya
koloni seperti tabel 9.3
Media
Deskripsi koloni
Brilliant Green Agar (BGA)
Kecil, transparan, tidak berwarna atau merah
muda hingga putih buram (sering dikelilingi
zona berwarna merah mudahingga merah)
Xylosa-Lysine-Desoxycholate Agar (XLDA)
Merah dengan atau tanpa pusat berwarna
hitam
Bismuth Sulfite Agar (BSA)
Coklat, abu-abu atau hitam kadang disertai
dengan kilap metalik. Media sekitar mulanya
berwarna coklat, seiring dengan waktu
inkubasi berubah menjadi hitam
5. Uji lanjutan terhadapa koloni yang diduga Salmonella tyhpi
Dengan menggunakan jarum ose, ambil koloni yang diduga Salmonella tyhpi dari
media agar selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada media agar
miring TSIA. Lakukan hal yang sama ke media agar miring LIA. Inkubasi selama
24-48 jam pada suhu 35C

Tabel 9.4
Lereng (slant)
Tusukan/dasar (butf)
Produksi HS (endapan hitam
di daerah tusukan)

TSIA
Basa (merah)
Asam (kuning)
+ atau -

LIA
Basa (ungu)
Basa (ungu)
+

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabel Pengamatan dan Perhitungan Bakteri
Waktu inkubasi: Senin, 6 April 2015 (14.00 WIB)
Sampel : Tauco Asli No.1 Cap Gajah Dua Medan
Kadaluarsa : Juli 2018
Bentuk : Sediaan Cairan
Warna : Coklat
A. Uji batas jumlah mikroba teknik Angka Kapang Khamir (AKK)
Jumlah koloni terhitung
Pengenceran
dalam 2 hari (cfu/mg)
-1
10
TBUD
10-2
TBUD
-3
10
TBUD
10-4
TBUD
-5
10
TBUD
-6
10
70
Perhitungan
N=

C
[(1 x n )+(0,1 x n )] x (d )

N=

70
[(1 x 1)+(0,1 x 0 ) x10 - 6

= 7 x 107 cFu/g
B. Uji Batas Jumlah Mikroba teknik Angka Paling Mungkin (APM)
Tabung
Pengenceran
Keterangan
1
2
3
10-1
+
+
+
3
10-2
+
+
+
3
10-3
+
+
+
3
Blangko
Kesimpulan : Jumlah mikroba didalam sampel adalah > 1100 cfu/g

C. Uji Jenis Mikroba Patogen Salmonella thypii.


Media
Hasil

Keterangan

Lactose Broth
(LB)

+ (Positif)

Keruh

Kesimpulan : di uji lanjut ke media Selenite dan Tetrathionate Broth.


Media

Hasil

Keterangan

Selenite Cystine
Broth

+ (Positif)

Keruh

Tetrathionate Broth

+ (Positif)

Keruh

Kesimpulan : Inokulasi ke media Brilliant Green Agar (BGA). Karena


kemungkinan adanya bakteri Salmonella thypii.
Media

Hasil

Keterangan
Tidak terbentuk koloni
Brilliant Green Agar
(Negatif)
putih dikelilingi zona
(BGA)
pink.
Kesimpulan : Sampel tidak terdapat bakteri Salmonella thypi.
2. Pembahasan
- Pengujian batas mikroba juga dilakukan dengan cara perhitungan AKK didapat hasil
pengamatan pada keenam seri pengenceran larutan hari ke 2, bahwa pada pengenceran
10-1 sampai 10-5 koloni didalam media Terlalu Banyak Untuk Dihitung (TBUD), tetapi
dari seri pengenceran 10-6 koloni didalam media terdapat 70 koloni. Sehingga tidak
memenuhi syarat dari Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yaitu < 10
koloni/g.
- Pengujian batas mikroba yang dilakukan dengan cara APM / MPN didapat hasil >1100
cfu/g. Karena ketiga tabung disetiap pengenceran semua media menjadi keruh jika
dibandingkan dengan blangko.
- Pada Uji Jenis dengan menggunakan media LB (Lactose Broth) untuk menguji bakteri
pathogen Salmonella thypii. Kemudian sampel diinokulasikan ke media LB lalu di
inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37C.
- Setelah di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37C terbentuk kekeruhan dari
warna sebelumnya, hal ini menandakan adanya cemaran mikroba, sehingga sampel
perlu di uji lanjut dengan menggunakan media Selenite dan Tetrathionate Broth untuk
analisis bakteri Salmonella thypii. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
35C.

Setelah di inkubasi pada suhu 35C selama 24 jam menunjukkan bahwa pada media
Selenite dan Tetrathionate Broth hasilnya positif dan ditandai terjadi kekeruhan media,
sehingga sampel perlu di uji lanjut dengan menggunakan media Brilliant Green Agar
(BGA) karena kemungkinan adanya bakteri Salmonella thypii di dalam sampel.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35C.
Setelah di inkubasi pada suhu 35C selama 24 jam menunjukkan bahwa pada Brilliant
Green Agar hasilnya negative dengan ditandai tidak terbentuk koloni putih yang
dikelilingi dengan zona merah muda. Sehingga sampel tersebut bebas dari bakteri
Salmonella thypi.

Anda mungkin juga menyukai