yaitu ransum
memiliki keuntungan yaitu mudah diserap usus ayam. Dapat digunakan untuk
semua umur, mulai anak ayam broiler umur sehari hingga siap jual. Harganya
pun tidak terlalu mahal. Tetapi kekurangan dari bentuk tepung yaitu banyak yang
terbuang sebagai debu (Rasyaf, 2006).
b. Bentuk Pellet
Pellet merupakan pakan yang baik untuk digunakan sebagai pakan
penambah berat badan pada unggas. Kebanyakan pakan unggas dibanyak negara
diproduksi dalam bentuk butiran maupun pellet. Keuntungan memproses pellet
adalah mengurangi pengambilan pakan secara selektif oleh unggas, meningkatkan
ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi
pakan, mengurangi kandungan bakteri pathogen, meningkatkan kepadatan pakan
sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk, mengurangi penyusutan
pakan karena debu, dan memperbaiki penanganan pakan pada penggunaan alat
makan otomatis. Semua keuntungan ini akan secara drastis menurunkan biaya
produksi (Joni, 2009).
Pakan yang berbentuk pellet ini memiliki kelemahan diantaranya
menyerap tambahan biaya investasi untuk membeli mesin pellet.
Selain itu
bentuk butiran lengkap ini (pellet) hanya dapat diberikan pada ayam dewasa
(Ichwan, 2003). Sedangkan menurut Amrullah (2004), pakan yang berbentuk
pellet sendiri tidak meningkatkan laju pertumbuhan broiler. Laju pertumbuhan
meningkat karena konsumsinya menjadi lebih banyak sehingga tumbuh lebih
cepat. Sedangkan menurut Rasyaf (2006), salah satu kelemahan dari ransum
Pakan bentuk crumble adalah pakan yang dipecah dengan tujuan untuk
memperkecil ukurannya agar bisa dimakan oleh ternak. Kelebihan pakan bentuk
pellet dan crumble adalah distribusi bahan pakan lebih merata sehingga
kehilangan nutrisi bisa dicegah serta tidak akan tercecer pada waktu dikonsumsi
ternak (Gunawan, 2010).
Ransum yang digunakan dipertimbangkan dari kelebihan dan kelemahan
pada setiap bentuk fisik ransum itu. Bentuk tepung komplit masih tetap populer
karena harganya tidak semahal pellet. Sedangkan kelemahan bentuk ini dapat
dihindari dengan membentuk bibir tempat pakan melengkung ke dalam dengan
cara menempatkan kisi-kisi kawat pada bak tempat pakan sehingga ceceran pakan
yang biasanya terjadi dapat dihindari (Rasyaf, 2006).
Menurut Hartadi et al. (1990), pelet dikenal sebagai bentuk massa dari
bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara menekan dan memadatkan
melalui lubang cetakan secara mekanis. Proses pembuatan pellet dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu: 1) pengolahan pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan,
dan penggilingan, 2) pembuatan pelet meliputi pencetakan, pendinginan, dan
pengeringan, dan 3) perlakuan akhir meliputi sortasi, pengepakan dan
penggudangan.
yang dapat
perkembangan kapang yang bisa tumbuh dalam bahan pakan dan menghasilkan
senyawa
toksik
yang
sangat
berbahaya
jika
dikonsumsi
oleh
1). Penyimpanan di tempat dingin dengan suhu 1,0 5,5 oC dengan kelembaban
Namun, ketinggian
tumpukan harus diperhatikan agar pakan yang berada paling bawah tidak terlalu
tertekan yang dapat merusak bentuk fisik pakan. Tinggi tumpukan harus sama
agar mudah dalam pendataan jumlah pakan yang ada di gudang. Pada bagian
dasar tumpukan, sebaiknya diganjal dengan palet kayu agar pakan tidak kontak
langsung dengan lantai.
akhirnya rusak. Pakan yang datang lebih dulu harus digunakan terlebih dahulu
(first in first out). Dengan dengan demikian, kerusakan pakan tidak akan terjadi
Bahan pakan disimpan di dalam gudang dalam bentuk kemasan. Sebelum
disimpan di dalam gudang, bahan pakan terlebih dahulu harus dikemas di dalam
karung. Jenis karung yang digunakan dapat berupa karung plastik maupun karung
goni, atau kombinasi diantara keduanya. Untuk bahan pakan tertentu bahkan ada
yang dikemas dalam kantong yang terbuat dari kertas. (Anonim, 2013).
Untuk penyimpanan bahan pakan atau pakan dengan menggunakan
karung, cara penumpukannya dapat dilakukan dengan sistem pallet atau staffel.
Sistem pallet biasanya digunakan cara penumpukan dengan model kunci 5,
kunci 7, kunci 8, kunci bata mati dan kombinasi. Cara penumpukan ini dilakukan
apabila sistem penyimpanan dan pembongkaran bahan atau pakan menggunakan
alat bantu forklift (Anonim). Khusus untuk pakan jadi, penumpukan dilakukan di
tempat pengemasan (bagging) dilakukan oleh tenaaga manusia, selanjutnya di
bawa ke tempat penyimpanan dengan bantuan alat (forklift). Pada saat akan
2.
3.
Pakan harus dikemas dengan karung plastik + inner, hal ini untuk
menghindari terjadinya kontak langsung antara pakan dengan udara luar.
4.
Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembab, sirkulasi
udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.
5.
6.
Jarak antara lantai dan tumpukan pakan sekitar 10 15 cm, untuk menjamin
terjadinya sirkulasi udara di antara tumpukan pakan dan lantai sehingga tidak
lembab.
7.
8.
10
Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting
untuk diketahui. Karakteristik fisik bahan dapat mencakup aspek yang sangat luas
mulai dari sifat-sifat fisik itu sendiri seperti ukuran, bentuk, struktur, tekstur,
warna, sifat-sifat optik dan penampakan, kemudian sifat-sifat yang menyangkut
dengan panas, seperti panas jenis, panas laten, konduktifitas, dan difusi panas.
Selain itu masih terdapat sifat-sifat yang berhubungan dengan kelistrikan seperti
konduktifitas listrik, konstanta dielektrik dan sebagainya.
(1999) menjelaskan ada enam sifat fisik pakan yang penting, yaitu: berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, daya
ambang, dan faktor higroskopis.
II.3.1. Kerapatan Tumpukan (Bulk Density)
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempatinya, dengan satuan kg/m (Khalil, 1999). Kerapatan
tumpukan berpengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara
11
otomatis, sebagaimana halnya berat jenis ( Kling and Woehlbier, 1983 dalam
Khalil, 1999). Sifat ini juga memegang peranan penting dalam memperhitungkan
volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat tertentu seperti misalnya
dalam pengisian alat pencampur, elevator, dan juga silo.
Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas bahan, yaitu jumlah
rongga udara yang terdapat diantara partikelpartikel bahan (Wirakartakusumah
et al., 1992). Nilai kerapatan tumpukan berbanding terbalik dengan kandungan
air dan partikel asing dalam bahan (Fasina dan Sonkhansanj, 1993 dalam Wigati,
2009) sehingga peningkatan kandungan air atau partikel asing akan menurunkan
nilai kerapatan tumpukan bahan tersebut.
Menurut Ruttloff (1981) dalam Khalil (1999) pencampuran bahan dengan
ukuran partikel yang sama, tetapi terdapat perbedaan yang besar dalam kerapatan
tumpukan (lebih dari 500 kg/m3), maka bahan sulit dicampur serta mudah
terpisah kembali.
rendah (kurang dari 450 kg/m3) membutuhkan waktu untuk mengalir lebih lama
serta dapat ditimbang lebih teliti dengan alat penakar otomatis, baik volumetris
maupun gravimetris. Sedangkan, pakan dengan kerapatan tumpukan tinggi (lebih
dari 1000 kg/m3) bersifat sebaliknya. Oleh sebab itu, produsen lebih memilih
bahan yang memiliki kerapatan tumpukan tinggi apabila melakukan pengiriman
jarak jauh, karena biaya pengemasan dan penyimpanan bahan yang dikeluarkan
lebih hemat (Suadnyana, 1998).
12
13
14
1996
dalam
Suryanagara
(2006).
Pengujian
durability
bertujuan