Kepada Yth :
dr. Jon Hadi,Sp.B
INVAGINASI
OLEH
Atika Febri Yanti 10-085
PRESEPTOR
dr. Jon Hadi Sp.B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH RSUD SOLOK
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, referat tentang INVAGINASI ni
telah dapat diselesaikan dengan baik dan telah dievaluasi oleh pembimbing sebagai tugas akhir
stase bedah
Pada referat tentang
pengertian,etiologi,anamnesa,pemeriksaan
fisik,patogenesa,patofisiologi,pemeriksaan
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KataPengantar
Daftar Isi
BAB I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah
1.3. Tujuan Penulis
1.4. Manfaat Penulis
1.5. Metode Penulisan
BAB II.
TinjauanKepustakaan
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Klasifikasi
2.5. Patofisiologi
2.6. Manifestasi Klinis
2.7. Diagnosa dan Pemeriksaan
2.10. Diagnosa Banding
2.11. Penatalaksanaan
2.12. Perawatan Pasca Operasi
2.13. Kompliksai
BAB III.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui Periodik Paralisis sebagai salah
satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Neurologi RSUD Solok.
1.4
Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan
tentang Periodik Paralisis.
1.5
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan referat ini adalah melalui studi kepustakaan,
jurnal dan berbagai penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
a.Usus halus
Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat dan membentang dari
pilorus hingga katub iliosekal. Panjang usus halus pada manusia sekiar 2-8 meter. Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar
3,8cm, tetapi makin kebawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar
2,5cm.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum yang merupakan tempat digesti dan
penyerapan sari-sari makanan. Duodenum berbentuk tabung menyerupai huruf C dengan
panjang sekitar 25 cm (10 inci ) dari spinkter pilorus sampai fleksura duodenojejenum.
Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya ligamentum treitz, yaitu suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esophagus dan
berinsersio pada perbatasan antara duodenum dan jejunum. Panjang jejunum sekiar 1 m,
memiliki lumen yang besar dan lipaan yang lebih banyak dari ileum tetapi struktur
histologinya hampir sama dengan ileum. Ileum memiliki panjang sekitar 2m. Pada usus halus
juga terdapat sebuah saluran buntu yang menyerupai tabung berukuran sebesar jari
kelingking terletak pada daerah iliosekal yaitu pada apeks sekum yang disebut appendiks
vermiformis.
Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis dan
serosa, seadangkan otot yang menyusunnya terdiri 2 lapisan yaitu lapisan luar terdirin atas
serabur-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri dari serabut sirkular.
Struktur ini membantu dalam gerakan peristaltic usus halus. Lapisan mukosa bagian dalam
cukup tebal dan banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar
distal
b. Usus Besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani.
Diameter usus besar sekitar 6,5 cm (2,5 inci) tetapi makin dekat anus
diameternya semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileosaekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosaekal
mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran
balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi menjadi kolon
asenden, transversum, desenden dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam
pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan
fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan
berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu
dengan rektum. Bagian terakhir usus besar adalah rektum dan membentang dari kolon
sigmoid hingga anus. Satu inchi terakhir dari dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus.
Innervasi dan persarafan
Usus besar secara klinis terbagi atas belahan kiri dan kanan berdasarkan pada
suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan kanan
(sekum, kolon asenden dan 2/3 proksimal kolon tranversum) dan arteri mesenterika
inferior memperdarahi belahan kiri (1/3 distal kolon tranversum, kolon desenden, kolon
sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari
arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteri iliaka interna dan
aorta abdominalis.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika
superior, vena mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal
yang mengalirkan darah ke hati).
Penyerapan lemak. Diet trigliserida terdiri dari sejumlah besar oleate dan
palmitat sebagai asam lemak. Setiap hari, 2-8 phospolipid dicerna. Yang paling
banyak adalah lecitin dan predominan asam lemak adalah linoleat dan
arachidonat. Sebagian besar lemak diabsorbsi pada setengah awal dari jejunum.
Karena lemak tidak larut dalam air, langkah awal yang paling penting dari
pencernaan ini adalah emulsifikasi.
Penyerapan Protein. Yang dicerna dan diserap bukan hanya protein dari
makanan, tetapi protein dari endogen yang masuk ke lumen saluran pencernaan.
Asam amino yang diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk
mensintesis protein baru di tubuh. Protein yang disajikan ke usus halus untuk
diserap terutama dalam bentuk asam amino dan beberapa fragmen peptida kecil.
Asam amino diserap menembus sel usus melalui transpor aktif sekunder
segmental yang merupakan kontraksi lokal dari lapisan otot sirkuler. Gerakan ini
merupakan metode motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong kimus
secara perlahan. Gerakan ini terjadi rata-rata 12-16 kali per menit di daerah yang
berisi kimus. Gerakan ini akan mencampur kimus bersama jus percernaan dan akan
bersentuhan dengan mukosa. Setiap 90 menit gelombang kontraksi ini bermulai di
duodenum dan berjalan ke usus halus sampai kolon. Refleks ini disebut
housekeeper potential. Kontraksi usus halus distimulasi oleh sejumlah peptida
termasuk substansi P, motilin, CCK, gastrin dan gastrin-releasing peptide.
Sedangkan pada usus besar juga terdapat 4 fungsi yaitu :
1. Motilitas
Tiga tipe aktivitas motor pada usus besar terdiri dari gerakan segmentasi, gerakan
massa dan peristaltik retrograd. Segmentasi merupakan gerakan yang paling sering
muncul pada aktivitas motor dan terdiri dari kontraksi annular segmental yang
menggerakkan usus dalam 2 arah. Gerakan massa merupakanm aktivitas konraktil
yang kuat yang menyapu sepanjang kolon tranversum dan descenden tiap beberapa
jam sehari. Sedangkan peristaltik retrograd dimulai pada kolon tranversum dan
bergerak secara proksimal ke kolon kanan.
2. Absorbsi
Sekital 800 ml air masuk ke dalam kolon setiap harinya, dimana 600 ml diabsorbsi
oleh kolon.absobsi sodium dilakukan oleh transpor elektrogenik. Sekitar 200 -400
mEq sodium yang diabsorbsi setiap hari. Kolon juga mengabsorbsi asam lemak
rantai pendek, yang dibentuk dari fermentasi bakteri oleh karbohidrat dan selulosa
dan diabsorbsi melalui transpor pasif.
3. Sekresi. Kolon menyekresi bikarbonat dan potasium.
4. Fungsi endokrin
2.2 Definisi
Invaginasi atau Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal
( intususeptum ) berinvaginasi kedalam segmen distal ( intususipien ) serta kemudian di
dorong ke distal oleh peristaltik usus.
Gambar 4. Invaginasi
2.3 Epidemiologi
Invaginasi dapat terjadi pada setiap umur, bahkan dapat terjadi intrauterine. 70% atau lebih
(emergency) terjadi pada penderita berumur dibawah 2 tahun. Umur penderita tersering sekitar 67 bulan pria lebih sering daripada wanita.
2.4 Etiologi
Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak dan dewasa.
Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead
pointnya tidak ditemukan sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan
patologik intra lumen oleh suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat
operasi lead pointnya dapat ditemukan. Keadaan patologik ini terjadi pada lumen usus,
yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah
dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. Ataupun akibat hyperplasia
kelenjar limfe usus halus ( Peyers patches / Kelenjar limfe mesenterika ). Di Eropa ,
pembengkakan kelenjar limfe mesenterika ditemukan 1950% pada pasien yang di operasi
atau di investigasi dengan USG. Invaginasi yang terbanyak pada usus halus adalah
neoplasma yang bersifat jinak ( diverticle meckels, polip ). Etiologi lainnya yang
frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma, diaarhea, riwayat
pembedahan abdomen sebelumya, inflamasi pada appendiks, dan trauma tumpul abdomen.
Terbagi atas 2 etiologi :
a. Idiophatic
b. Kausal
a. Idiophatic
Menurut kepustakaan 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun
tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile
idiophatic intussusceptions. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari
dinding ileum terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga
sebagai akibat infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya
invaginasi.
b.
Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus
sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckels diverticulum, polip usus,
leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi
usus.
2.4 Klasifikasi
Invaginasi dibedakan dalam 4 tipe :
1. Enterik
2. Ileosekal
2.5 Patofisiologi
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus ( obstruksi ) baik partial maupun total
dan stranggulasi ( Boyd, 1956 ). Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperperistaltik
usus bagian proksimal yang lebih mobile menyebabakan usus masuk ke dalam lumen usus distal
kemudian berkontraksi tterjadi edema mengakibatkan terjadinya perlekatan yang tidak dapat
kembali normal sehingga terjadi invaginasi. Sedangkan pada orang dewasa biasanya di awali
adanya gangguan motilitas usus lainnya yang terfiksir/ atau kurang bebas dibandingkan bagian
lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen
usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik
usus. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya akan menyebabkan
dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir
adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus. . Mesenterium usus proksimal tertarik ke
dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus yang
akan menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur mucus ( red
currant stool / strawberry jam ). Jika reposisi intususepsi tidak dilakukan, terjadi insufisiensi
arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan menyebabkan
pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut dapat semakin
memburuk hingga menyebabkan sepsis
Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun (60,7%), 81,8% pada
umur 1--2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut
merupakan gejala yang menyolok. biasanya nyeri disusul oleh muntah. Pada bayi kecil muntah
malahan dapat sebagai gejala pertama.
Muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung, kemudian berisi
empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak berumur kurang dari 2 tahun.
Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing
73% pada umur kurang 2 tahun dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih sering
pada invaginasi usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.
Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul oleh defekasi
darah bercampur lendir (currant jelly stool). Yang berasal dari intususeptum yang terbendung,
tertekan atau seudah mengalami strangulasi. Bila invaginasi disertai strangulasi harus di ingat
kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada 59% penderita, perdarahan terjadi
dalam waktu 12 jam
Darah lendir berwarna segar pada awal penyakit, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan
nekrosis, disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah
Trias Invaginasi
1. Sakit perut tiba-tiba, menangis, pucar kemudian tenang seperti bayi sehat. Sakit lagi
makin sering. Kalau lagi sakit
2. Muntah ( biasnaya reflektoris )
cairan lambung
3. Buang air besar darah dan lendir
kolik)
invaginasi
Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpai tanda obstruksi dan massa di kuadran
tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. Selain itu, pada foto
polos abdomen didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri
atas, bila telah lanjut terlihat tanda tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid
level. Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi.
Gambar 7. Tanda obstruksi (+) :Distensi, Air fluid level,Hering bone(gambaran plika circularis
usus )
Barium Enema
Foto dengan pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi stabil,
digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh invaginatum biasanya tampak
jelas pada foto.
Gambar 10. (A)Foto X-Ray menggunakan barium enema menunjukkan filling defect pada
caecum sebagai invaginasi ileocolica (B) pemeriksaan barium pada invaginasi jejunojejunal.
Ultrasonografi
USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada
potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal
invaginasi.
Gambar 11. Gambaran ultrasonographic pada invaginasi; intussusceptum (panah putih) and
intussuscipiens (panah hitam).
Gambar 12. USG Abdomen : Pada bidang sagital menunjukkan tanda pseudokidney (arrows)
intususepsi anterior dan sumbu longitudinal dari ginjal kanan (arrowheads) posterior.
Gambar 13. USG Abdomen : Doughnut appearance (long arrow) intususepsi anterior.
Kriteria diagnosis invaginasi akut:
1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)
a. Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan
b. Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada enema pada usus
halus yang berinvaginasi, adanya massa intraabdominal yang dideteksi dengan USG
c. Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi.
2.
Inspeksi:
a) Massa di abdomen
b) Massa di rectal
c) Prolapsus intestinal
d) Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari
jaringan lunak
3. Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah usia < 1 tahun, laki-laki, nyeri perut,
muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos abdomen menunjukkan pola gas
usus yang abnormal. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah
leukosit (leukositosis > 10.000/mm3).
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor, oleh
karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi.
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan
penyakit disentri umumnya terjadi pada anak anak yang mulai berjalan dan mulai bermain
sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang
bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air
besar campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.
Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dahulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik.
a. Reduksi Dengan Barium Enema
b. Reduksi manual (milking) dan reseksi usus,
a. Reduksi Dengan Barium Enema
Barium enema berfungsi dalam diagnostik dan terapi. Barium enema dapat
diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
- Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen
- Dijumpai tanda tanda peritonitis
- Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam
- Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat
- Usia penderita diatas 2 tahun
Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau
gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu. Kateter
yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester, melalui
kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja penderita
dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi
dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum
dan bagian proksimal kolon descendens. Bila kolom bubur barium bergerak maju
menandai proses reduksi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat
diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila
tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan.
Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih
dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila:
- Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses
dan udara.
- Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus,
jadi adanya refluks ke dalam ileum.
- Hilangnya massa tumor di abdomen.
- Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test
positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan
selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara
lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan
teknis pelaksanaannya.
Gambar 13.
Penanganan
operasi
intususepsi di
ileocolis.
2.12 Komplikasi
Perdarahan Gastrointestinal, baik dari ulserasi ileum atau dari trauma mekanik yang
menyebabkan invaginasi
Septikemia
Syok
2.13 PROGNOSIS
Jika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa komplikasi berat.
Angka kematian pada invaginasi adalah sekitar 1% walaupun dengan kemajuan pengobatan
dan meningkatnya kewaspadaan terhadap penyakit ini dapat menurunkan angka kematian.
BAB III
KESIMPULAN
Invaginasi atau intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal
(intususeptum) berinvaginasi kedalam segmen distal (intususipien) serta kemudian di
dorong ke distal oleh peristaltik usus. Etiologi invaginasi meliputi idiopatik terbanyak
pada anak anak dan kausal terbanyak pada dewasa. Klasifikasi invaginasi itu sendiri
terdiri dari Enterik, Ileosekal, Kolokolika, Ileokoloika Diagnosis Invaginasi meliputi gejala
klinis trias invaginasi yaitu nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, teraba massa
tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah, kiri
bawah atau kiri atas, buang air besar campur darah dan lender, pemeriksaan fisik
ditemukannya tanda tanda obstruksi, pada palpasi adanya Sousage Like Sign , dance
sign, pada pemeriksaan RT adanya pseudoportio(+), lender darah (+) . Pada pemeriksaan
penunjang Foto polos abdomen gambaran obstruksi, Barium enema dapat sebagai diagnostic
dan terapi adanya gambaran sumbatan invaginatum dan pada UsG adanya gambaran target sign
dan pseudokidney. Penatalaksanaan Invaginasi meliputi Reduksi Dengan Barium Enema ,
Reduksi manual (milking) dan reseksi usus,
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. 2005. p627-629