Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan


Indonesia menyebutkan bahwa data jumlah perokok di Indonesia mencapai
62.800.000 orang atau 69,04 % laki-laki dan 4,83 % perempuan, sementara
WHO Tobacco Atlas 2002 menyebutkan, 59 % laki-laki, dan 3,7 %
perempuan.
Sebuah harian di Inggris baru-baru ini ( Health Day News )
mengemukakan tentang sebuah penelitian yang melaporkan bahwa merokok
dapat merusak sistem reproduksi seseorang dan mengurangi peluang untuk
memiliki anak yang sehat. Merokok dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
spermatozoa manusia (konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa).
Asap rokok mengandung komponen-komponen yang beraneka ragam
dan kebanyakan bersifat toksik bagi tubuh. Komponen yang dihisap dari asap
rokok dapat berupa radikal bebas, nikotin, mutagen atau karsinogen dan
konstituen lainnya. Radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok jumlahnya
sangat banyak, dalam satu kali hisap diperkirakan masuk 1014 molekul
radikal bebas.
Riset baru yang dipublikasikan dalam Cleveland's Clinical Urology
News terbaru, menunjukkan bahwa jumlah radikal bebas abnormal yang
terkadang merusak sel, mungkin menjadi penyebab infertilitas pada beberapa
pria.
Infertilitas pada pria lebih dari 25 % tidak diketahui penyebabnya. Para
peneliti dalam bidang kedokteran reproduktif mempertimbangkan ROS
(Reactive Oxygen Species) sebagai salah satu mediator dari ketidaksuburan
yang menyebabkan kelainan fungsi sperma. ROS menyebabkan kerusakan
pada DNA spermatozoa, menghasilkan peningkatan apoptosis dari sel ini.

Produksi ROS sangat meningkat di bawah pengaruh lingkungan dan faktor


gaya hidup seperti polusi dan merokok. Suatu sistem pembersih yang efektif
adalah penting untuk menetralkan efek dari ROS. Ketika produksi ROS yang
berlebihan atau mekanisme pertahanan antioksidan yang lemah, maka stres
oksidatif terjadi, dimana ini berbahaya bagi spermatozoa. Berbagai
antioksidan mempunyai kelompok non enzimatik dan enzimatik yang dapat
memindahkan kelebihan ROS dan mencegah stres oksidatif.
Ketergantungan terhadap tembakau sudah menjadi epidemi secara
global yang dapat menyebabkan kecacatan, penyakit, produktivitas menurun
dan kematian. Menurut WHO, ada 1,3 milyar perokok di dunia dan
sepertiganya berasal dari populasi global yang berusia 15 tahun ke atas serta
84% diantaranya berasal dari dunia ketiga. Namun demikian, kesadaran untuk
berhenti mengkomsumsi tembakau sangat sulit dilakukan, karena banyak
faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya industri tembakau untuk
mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan yang jelas tentang
bahaya tembakau.
Juga banyaknya petani tembakau yang harus dialihkan profesinya
untuk tidak menanam tembakau. Tembakau mengandung kurang lebih 4000
elemen elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan.
Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO.
Telah banyak terbukti bahwa dengan mengkonsumsi tembakau berdampak
pada status kesehatan seperti katarak, pneumonia, acute myeloid leukaemia,
abdominal aortic aneurysm, kanker lambung, kanker pancreas, kanker cervix,
kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah
panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh komsumsi tembakau
seperti: Kanker paru-paru, vesicle, oesophagus, larynx, mulut dan tenggorokan
; chronic pulmonary disease, emphysema dan bronchitis; stroke, serangan
jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Hampir 90% kanker paru-paru
disebabkan oleh komsumsi tembakau. Tembakau juga dapat merusak sistem
reproduksi, berkontribusi kepada keguguran, premature delivery, low birth

weight, sudden infant death dan penyakit-penyakit pada anak-anak, seperti


attention hyperactivity deficit disorders.
Namun demikian tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan
penyakitpenyakit tersebut, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap
rokok yang kita kenal dengan passive smoking. Telah terbukti bahwa passive
smokerspun berisiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru,
asthma, dan penyakit paru lainnya. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat
bervariasi dan penggunaannya juga sangat bervariasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti:
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian, jenis, kandungan dan efek rokok terhadap kesehatan?


Bagaiamana struktur anatomi alat genitalia laki-laki?
Apa pengertian Disfungsi seksual?
Bagaiman pengaruh rokok dan disfungsi sexual?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiawa mampu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
hubungan rokok terhadap fungsi sexual.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian, jenis dan kandungan rokok
b. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan
wanita
c. Menegetahui tentang disfungsi sexual
d. Mengetahui hubungan rokok terhadap kesehatan dan fungsi
sexual
1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat Universitas

Memberikan
1.4.2

informasi

kepada

teman-teman

mengenai pengaruh rokok terhadap fungsi seksual.


Manfaat Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat

sejawat

mengenai

pengaruh rokok terhadap fungsi seksual.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definsi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara


agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak
atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke
dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusanbungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal
hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya
adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual
seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa
menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa
itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa
tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul
di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian
yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok
hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang
Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai
masuk negara-negara Islam.
Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat
menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak
tipe
kanker,
penyakit
jantung,
penyakit

pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan


emfisema.

Gambar 2.1 Rokok


2.1.2 Jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini
didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi
rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun


jagung.

Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun


tembakau.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.

Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.

Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa


daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya.

Sigaret

Kretek

Tangan

(SKT):

rokok

yang

proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan


menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

Sigaret

Kretek

Mesin

(SKM):

rokok

yang

proses

pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material


rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.
Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan
keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok
per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan
dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang
dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah
dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang
mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu
pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang
mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter

pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar


pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2
bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam
proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.
Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lainlain.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin
yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah.
Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh:
A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims
dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.

Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya


terdapat gabus.

Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya


tidak terdapat gabus.

Dilihat dari komposisinya :


1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan
diikat dengan benang.Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi
daripada rokok buatan pabrik. Biasaditemukan di Asia Tenggara
dan India.
2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan
daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara.
Yang terkenal dari Havana, Kuba.

3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh


berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.
4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa
digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen
perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang
diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap
denganhidung atau mulut.
5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau
rasa buah-buahanyang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya
digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa tempat di
Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe
2.1.3 Kandungan Rokok

Gambar 2.2 Kandungan Rokok

Bahan kimia yang terkandung dalam rokok :

Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks.

Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan
kimia di antaranya bersifat karsinogenik.

Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.

Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah
terbakar dan tidak berwarna.

Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.

Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal
sebagai metil alkohol.

Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan


hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam


kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk


mengawetkan mayat.

Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk


membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan
pestisida.

Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.

Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap


buangan mobil dan motor.

10

2.2 Sistem Reproduksi


2.2.1 Anatomi Reproduksi Pria
Berdasarkan letaknya organ reproduksi pria terdiri dari :
1.

Organ Genitalia Eksterna


a. Penis
Penis terdiri atas akar, badan (corpus) dan glans. Akar penis
terdiri atas tiga massa jaringan erektil, dinamakan bulbus penis dan
crus penis kanan dan kiri. Bubus dapat diraba pada palpasi dalam
di garis tengah perineum, posterior terhadap scrotum.(Snell,
Richard. 1998)
Corpus penis merupakan bagian bebas penis yang tertanam
pada symphisis pubis. Pada permukaan anterior penis yang lemas
biasanya mempunyai v. dorsalis superficialis di garis tengah.
(Snell, Richard. 1998)
Glans penis membentuk ekstremitas corpus penis. Pada
puncak glans penis terdapat meatus uretra eksterna. Terbentang
dari pinggir bawah meatus eksternus terdapat lipatan yang
menghubungkan glans penis dengan preputium, dinamakan
frenulum. Pinggir basis glans penis dinamakan corona. Preputium
dibentuk oleh lipatan kulit yang melekat pada collum penis.
Preputium menutupi glans penis dan preputium dapat ditarik dari
glans penis. (Snell, Richard. 1998)
b. Skrotum
Ini adalah kantung kulit dan fascia yang mengandung testis
dan epididimis. Kulit skrotum beralur dan diliputi oleh rambut

11

jarang. Asal bilateral skrotum diperlihatkan oleh adanya garis gelap


di garis tengah yang dinamakan raphe scrotalis.

Gambar
2.3

Organ

Reproduksi Externa Pria


2.

Organ genitalia interna


a. Testis
Testis adalah organ lunak, berbetnuk oval, dengan panjang
4 5 cm (1,5 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci). Tunika
albugenia adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250
lobulus.Tubulus

seminiferus,

tempat

berlangsungnya

spermatogenesis, terlilit dalam lobulus. Epithelium germinal


khusus melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang
(spermatogonia) yang kemudian mengandung sperma; sel sertoli
yang menopang dan memberi nutrisi speerma yang sedang
berkembang dan sel-sel interstisial (leydig) yang memiliki fungsi
endokrin. (Snell, Richard. 1998).
b. Epididimis
Epididimis adalah struktur yang panjang, sempit, padat
yang mempunyai ductus deferens yang seperti tali pada sisi

12

medialnya. Epididimis mempunyai ujung atas yang melebar, caput,


corpus dan cauda yang arahnya ke bawah. (Snell, Richard. 1998)
c. Duktus deferens
Duktus deferens merupakan saluran berdindin otot tebal
yang menyalurkan sperma matang dari epididimis ke duktus
ejakulatorius dan uretra. Duktus deferens keluar dari anulus
inguinalis profundus dan berjalan sekitar pinggir lateral a.
Epigastrica inferior. Duktus deferens kemudian berjalan ke bawah
dan belakang pada dinding lateral pelvis dan menyilang ureter pada
daerah spina ischiadica. Ductus deferens kemudian berjalan ke
medial dan bawah pada permukaan posterior vesica urinaria.
Bagian terminal duktus deferens melebar membentuk ampulla
duktus deferens. Ujung bawah ampulla makin menyempit dan
bersatu dengan duktus vesikula seminalis untuk membentuk duktus
ejakulatorius. (Snell, Richard. 1998)
d. Duktus ejakulatorius
Pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran
(ampula) di bagian ujung dektus deferen dan duktus dari vesikel
seminalis. Setiap duktus ejaculator panjangnya mencapai sekitar 2
cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra
yang berasal dari kandung kemih. (Snell, Richard. 1998)
e. Uretra
Uretra pria panjangnya sekitar 20 cm dan terbentang dari
collum vesica urinaria sampai meatus eksternus pada glans penis.
Uretra pria dibagu dalam 3 bagian yaitu pars prostatika, pars
membranasea dan pars penis. (Snell, Richard. 1998)
f. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis adalah dua kantong berlobus yang
panjangnya sekitar 5 cm, terletak pada permukaan posterior vesika
urinaria. Ujung atasnya saling berjauhan dan bagian bawahnya
saling berdekatan. Pada sisi medial masing-masing vesikula
terdapat bagian terminal duktus deferens. Di posterior, vesikula
seminalis menyempit dan bersatu dengan duktus deferens sisi yang

13

sama untuk membentuk duktus ejakulatorius. (Snell, Richard.


1998)
Fungsi vesikula seminalis adalah menghasilkan sekret yang
ditambahkan pada cairan semen. Sekretnya mengandung zat yang
penting untuk memberi makan spermatozoa. Dinding vesikula
seminalis selama ejakulasi berkontraksi dan mendorong isinya ke
duktus ejakulatorius, jadi mengeluarkan spermatozoa dari uretra.
(Snell, Richard. 1998)
g. Kelenjar prostat
Prostat berbentuk seperti piramid terbalik dan merupakan
organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars
prostatika. Panjang prostat sekitar 3 cm dan terletak antara collum
vesica urinaria (atas) dan diafragma urogenitalis (bawah). (Snell,
Richard. 1998)
Prostat dikelilingi oleh kapsula fibrosa. Di luar kapsula
terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan
viseral fascia pelvis. Prostat mempunyai basis, apeks, permukaan
anterior dan posterior dan dua permukaan lateral. (Snell, Richard.
1998)
h. Kelenjar bulbouretralis
Kelenjar bulbouretralis adalah dua kelenjar kecil yang
terletak di bawah m.sphincter uretra. Saluran keluarnya menembus
membran perineal (lapisan fascia inferior diafragma urogenital)
dan masuk ke uretra pars penis. Sekresi dicurahkan ke uretra akibat
rangsang erotis. (Snell, Richard. 1998)

14

Gambar 2.4 Organ Reproduksi Interna Pria


2.2.2 Fungsi Reproduksi Pria
Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga subdivisi
utama yaitu, spermatogenesis, kinerja kegiatan seksual pria dan pengaturan
fungsi reproduksi pria dengan berbagai hormon. (Guyton, 2006)
1.

Spermatogenesis
Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial bermigrasi ke

dalam testis dan menjadi sel germinal imatur yang disebut spermatogonia
yang berada di dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus.
Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat
pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferinsiasi melalui berbagai tahap
perkembangan untuk membentuk sperma. (Guyton, 2006)
2.

Aksi seksual pria


Sumber sinyal saraf sensoris yang paling penting untuk memulai

aksi seksual pria adalah glans penis. Glans penis mengandung sistem organ

15

akhir sensorik yang sangat sensitif yang meneruskan modalitas sensasi


khusus yang disebut sensasi seksual ke dalam sistem saraf pusat. Aksi
gesekan meluncur pada hubungan seksual terhadap glans penis merangsang
organ akhir sensoris, dan sinyal sensasi seksual selanjutnya menjalar melalui
saraf pudendus, kemudian melalui pleksus sakralis ke dalam bagian sakral
dari medula spinalis, dan akhirnya dari medula sampai ke daerah yang
diidentifikasi dari otak. (Guyton, 2006)
Impuls dapat juga masuk ke medula spinalis dari daerah yang
berdekatan dengan penis untuk membantu merangsang aksi seksual.
Contohnya, rangsangan pada epitel anus, skrotum, dan struktur perineum
secara umum dapat mengirim sinyal ke medula yang akan meningkatkan
sensasi seksual. Sensasi seksual bahkan dapat berasal dari struktur internal,
seperti di area uretra, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, testis dan
vas deferens. Bahkan, salah satu penyebab dari dorongan seksual adalah
pengisian organ seksual dengan sekret. Infeksi ringan dan inflamasi pada
organ seksual ini kadang-kadang menyebabkan hasrat seksual yang terus
menerus, dan beberapa obat afrodisiak seperti cantharidin, meningkatkan
hasrat seksual dengan mengiritasi kandung kemihdan mukosa uretra, yang
akan menginduksi inflamasi dan kongesti vaskular. (Guyton, 2006)
Rangsangan psikis yang sesuai dapat sangat meningkatkan
kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan seksual. Hanya dengan
memikirkan

pikiran-pikiran

seksual

atau

bahkan

hanya

dengan

mengkhayalkan bahwa hubungan seksual sedang dilakukan, dapat memulai


terjadinya aksi seksual pria, dan menyebabkan ejakulasi. Bahkan, emisi
nokturnal selama mimpi terjadi pada banyak pria selama beberapa tahap
kehidupan seksual, terutama usia remaja. (Guyton, 2006)
Walaupun faktor-faktor psikis biasanya berperan penting pada aksi
seksual priadan dapat memacu atau menghambatnya, fungi otak mungkin
tidak terlalu penting dalam peranan tersebut, karena rangsangan genital yang
sesuai dapat menyebabkan ejakulasi pada beberapa hewan dan terkadang
pada manusia setelah medula spinalisnya dipotong di atas daerah lumbal.

16

Aksi seksual pria dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah terintegrasi
di medula spinalis sakralis dan medula spinalis lumbalis, dan mekanisme ini
dapat dirangsang baik oleh rangsangan psikis dari otak atau rangsangan
seksual yang nyata dari organ-organ seksual, tetapi biasanya berupa
kombinasi dari keduanya. (Guyton, 2006)
Adapun tahap-tahap aksi seksual pria yaitu :
a. Ereksi penis
Ereksi penis merupakan pengaruh pertama dari rangsangan seksual
pria dan derajat ereksi sebanding dengan derajat rangsangan, baik
rangsangan psikis atau fisik. Ereksi disebabkan oleh impuls saraf
parasimpatis yang menjalar dari bagian sakral medula spinalis melalui
saraf-saraf pelvis ke penis. Berlawanan dengan sebagian besar serabut
saraf parasimpatis lainnya, serabut parasimpatis ini diyakini melepaskan
nitric oxide dan/atau vasoactive intestinal peptide selain asetilkolin. Nitric
oxide terutama melebarkan arteri-arteri penis, dan juga merelaksasikan
jalinan trabekula serabut otot polos di jaringan erektil dari korpus
kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis. (Guyton, 2006)
Jaringan erektil ini terdiri atas sinusoid-sinusoid kavernosa yang
lebar, yang normalnya tidak terisi penuh dengan darah namun menjadi
sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat kedalamnya
sementara sebagian aliran vena dibendung. Selain itu, badan erektil,
terutama kedua korpus kavernosa, dikelilingi oleh lapisan fibrosa yang
kuat, oleh karena itu, tekanan yang tinggi dalam sinusoid menyebabkan
penggembungan jaringan erektil sehingga penis menjadi keras dan
memanjang. Fenomena ini disebut ereksi. (Guyton, 2006).
b. Lubrikasi
Selama
meningkatkan

rangsangan
ereksi,

seksual,

menyebabkan

impuls

parasimpatis,

kelenjar uretra

selain

dan kelenjar

bulbouretra menyekresi lendir. Elndir ini mengalir melalui uretra selama


hubungan seksual untuk membantu terjadinya lubrikasi selama koitus.
Akan tetapi, kebanyakan lubrikasi selama koitus lebih dihasilkan oleh

17

organ kelamin wanita daripada oleh pria. Tanpa lubrikasi yang


memuaskan, aksi seksual pria jarang berhasil dengan baik karena
hubungan seksual dengan lubrikasi yang tidak cukup menyebabkan
gangguan dan nyeri yang bersifat lebih menghambat daripada merangsang
sensasi seksual. (Guyton, 2006)
c. Emisi dan ejakulasi
Emisi dan ejakulasi adalah puncak dari aki seksual pria. Ketika
rangsangan seksual menjadi amat kuat, pusat refleks medula spinalis mulai
melepa impuls simpatis yang meninggalkan medula pada segmen T-12
sampai L-2 dan berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan
pleksus saraf simpatis pelvis untuk mengawali emisi, awal dari ejakulasi.
(Guyton, 2006)
Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang
menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kemudian,
kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat yang diikuti dengan kontraksi
vesikula seminalis, akan mengeluarkan cairan prostat dan cairan seminalis
ke dalam uretra juga, yang akan mendorong sperma lebih jauh. Semua
cairan ini bercampur di uretra interna dengan mukus yang telah disekresi
oleh kelenjar bulbouretra untuk membentuk semen. Proses yang
berlangsung sampai saat ini disebut emisi. (Guyton, 2006)
Pengisian uretra interna dengan semen mengeluarkan sinyal
sensoris yang dihantarkan melalui nervus pudendus ke regio sakral medula
spinalis, yang menimbulkan rasa penuh yang mendadak di organ genitalia
interna. Selain itu, sinyal sensoris ini lebih jauh lagi membangkitkan
kontraksi ritmis dari organ genitalia interna dan menyebabkan kontraksi
otot-otot ischiokavernosus dan bulbokavernosus yang menekan dasar
jaringan erektil penis. Kedua pengaruh ini menyebabkan peningkatan
tekanan ritmis seperti gelombang di kedua jaringan erektil penis dan
duktus genital serta uretra, yang mengejakulasikan semen dari uretra ke
luar. Proses akhir ini disebut ejakulasi. Pada waktu yang sama, kontraksi
berirama dari otot pelvis dan bahkan beberapa otot penyangga tubuh

18

menyebabkan gerakan mendorong dari pelvis dan penis, yang juga


membantu mengalirkan semen ke bagian terdalam vagina dan mungkin
bahkan sedikit ke dalam serviks uterus. (Guyton, 2006)
Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi ini disebut orgasme pria.
Pada akhir proses tersebut, gairah seksual pria menghilang hampir
sepenuhnya dalam waktu 1 sampai 2 menit, dan ereksi menghilang, suatu
proses yang disebut resolusi. (Guyton, 2006)
2.2.3 Hormon reproduksi
Testis menyekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara
keseluruhan disebut androgen, meliputi testosteron, dihidrotestosteron dan
androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lainnya
sehingga dapat dianggap sebagai hormon testis yang penting, walaupun
diketahui banyak testosteron yang akhirnya diubah menjadi hormon
dihidrotestosteron yang lebih aktif di jaringan sasaran. (Guyton, 2006)
Testosteron dibentuk oleh sel-sel interstisial leydig, yang terletak di
celah-celah antar tubulus seminiferus dan kira-kira merupakan 20% massa
testis dewasa. Sel sel leydig hampir tidak ditemukan di testis pada masa
anak-anak, sewaktu testis hampir tidak menyekresi testosteron, tetapi
hormon tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak pada bayi pria yang
baru lahir dan juga pada pria dewasa setelah pubertas, pada kedua masa
tersebut, testis menyekresi sejumlah besar testosteron. Lebih lanjut lagi,
ketika tumor berkembang dari sel-sel intertitial leydig, sejumlah besar
testosteron disekresikan. Akhirnya, ketika epitel mengalami kerusakan
akibat terapi dengan sinar-X atau oleh pemanasan yang berlebihan, sel-sel
leydig yang tidak begitu mudah rusak, sering kali terus membentuk
testosteron. (Guyton, 2006)

19

2.2.4

Anatomi Reproduksi Wanita

Berdasarkan letaknya organ reproduksi wanita terdiri dari:


1. Organ Genitalia Eksterna
a. Mons Pubis
Ini adalah peninggian kulit bulat, berambut yang ditemukan
anterior terhadap pubis. Rambut pubis pada wanita mempunyai pinggir
superior horizontal yang tiba-tiba, sedangkan pada pria meluas ke atas
sampai umbilicus. (Snell, Richard. 1998)
b. Labia Mayora
Ini adalah lipatan kulit yang nyata, berambut yang meluas ke
posterior dari mons pubis dan di posterior bersatu di garis tengah.
(Snell, Richard. 1998)
c. Labia Minora
Ini adalah lipatan kulit halus tak berambut yang lebih kecil yang
terletak antara labia mayora. Ujung posteriornya bersatu membentuk
lipatan tajam, fourchette. Di anterior, labia minora terpisah meliputi
clitoris, membentuk preputium anterior dan frenulum posterior. (Snell,
Richard. 1998)
d. Clitoris
Clitoris, yang pada pria identik dengan penis, terletak di anterior
pada apex vestibulum. Clitoris mempunyai struktur seperti penis. Glans
clitoris sebagian tertutup oleh preputium. (Snell, Richard. 1998)
e. Vestibulum
Vestibulum adalah daerah lunak berbentuk segitiga yang di
lateral dibatasi oleh labia minora, dengan clitoris pada apexnya dan
fourchette pada basisnya. (Snell, Richard. 1998)
f. Himen ( Selaput dara )
Pada gadis orificium vaginae dilindungi oleh lipatan tipis
mukosa yang dinamakan hymen, yang ditengahnya berlubang. Pada
koitus yang pertama, hymen robek, biasanya di posterior atau
posterolateral, dan setelah melahirkan hanya beberapa keping hymen
yang tertinggal. (Snell, Richard. 1998)
g. Mulut Vagina
20

Terletak di bawah orifisium uretra. Hymen (selaput dara), suatu


membran yang bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut
vagina. (Snell, Richard. 1998)

Gambar 2.5 Organ Reproduksi Eksterna Wanita


2. Organ Genitalia Interna
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk almond, berukuran 4 x 2
cm, dan melekat pada bagian belakang ligamentum latum oleh
mesovarium. Biasanya ovarium terletak dengan sumbu panjangnya
vertikal, tetapi ovarium ikut serta dalam setiap gerakan ligamentum
latum dan uterus. (Snell, Richard. 1998)
Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis, pada
lekukan yang dinamakan fossa ovarii. Fossa ini dibatasi di atas oleh av.
Iliaca eksterna, dan di belakang oleh av. Iliaca interna dan ureter.
N.obturatorius menyilang dasar fossa. Akan tetapi, letak ovarium sangat
variabel, dan sering ditemukan menggantung dalam excavatio
rectouterina (cavum douglasi). Selama kehamilan, uterus yang
membesar mendorong ovarium ke atas, masuk rongga abdomen.
Setelah persalinan waktu ligamentum latum melemas, letak ovarium
dalam pelvis bervariasi. (Snell, Richard. 1998)
Ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa tipis, tunica albugenia.
Kapsula ini di luarnya diliputi oleh selapis sel kubis yang dinamakan

21

epitel germinativum. Istilah epitel germinativum adalah salah, karena


lapisan ini tidak menghasilkan ovum. Oogonia timbul sebelum janin
lahir dari sel benih primordial. Epitel germinativum semata-mata
merupakan daerah modifikasi peritonium dan melanjutkan diri sebagai
sel mesotel selapis peritoneum pada hilus ovarium, di mana
mesovarium melekat. (Snell, Richard. 1998)
Ovarium mendapat darah dari a.ovarica, yang berasal dari aorta
setinggi vertebra lumbalis 1. V.ovarica kanan mengalirkan darah ke
v.cava inferior dan v.ovarica kiri ke v.renalis kiri. (Snell, Richard. 1998)
b. Tuba uterina
Terdapat dua tuba uterina, masing-masing panjangnya 10 cm
dan terletak pada pinggir atas ligamentum latum. Tuba uterina
menghubungkan rongga peritoneal daerah ovarium dengan rongga
uterus. Agar jelas tuba uterina di bagi dalam 4 bagian yaitu
infundibulum, ampula, isthmus, dan bagian intramural. (Snell, Richard.
1998)
Infundibulum adalah bagian lateral tuba uterina yang berbentuk
corong, yang menjorok. Di luar ligamentum latum yang terletak di atas
ovarium. Ujung bebasnya berbentuk banyak tonjolan seperti jari yang
dikenal sebagai fimbrae, yang melingkupi ovarium. (Snell, Richard.
1998)
Ampula merupakan bagian tuba uterina yang paling luas. Pada
bagian ini terjadi fertilisasi ovum. Isthmus merupakan bagian tuba
uterina yang paling sempit dan terletak tepat lateral terhadap uterus.
Bagian intramural merupakan segmen yang menembus dinding uterus.
(Snell, Richard. 1998)
c. Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah per,
berdinding otot tebal. Pada orang dewasa muda nulipara, uterus
panjangnya 8 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. Untuk tujuan pendidikan
uterus dibagi dalam fundus, corpus dan cervix. (Snell, Richard. 1998)
Fundus merupakan bagian uterus yang terletak di atas muara
tuba uterina. Corpus merupakan bagian uterus yang terletak dibawah
muara tuba uterina. Corpus uteri bagian bawah sempit dan dilanjutkan
22

sebagai cervix. Cervix menembus dinding anterior vagina dan dibagi


dalam pars supravaginalis dan pars vaginalis. (Snell, Richard. 1998)
Rongga corpus uteri pada bidang coronal berbentuk segitiga,
tetapi pada bidang sagital semata-mata hanya merupakan celah. Rongga
cervix, canalis cervicis, berbentuk spindel dan berhubungan dengan
rongga tubuh melalui ostium internum, dan dengan vagina melalui
ostium eksternum. (Snell, Richard. 1998)
d. Vagina
Vagina adalah organ kopulasi wanita; vagina berperan sebagai
saluran eksresi uterus dan merupakan bagian dari jalan lahir. (Snell,
Richard. 1998)
Vagina terbentang di atas dan belakang vulva. Panjang vagina
srekitar 8 cm dan mempunyai dinding anterior dan posterior, yang
dalam keadaan normal aposisi. Pada ujung atas dinding anterior
ditembus oleh cervix, yang menonjol ke bawah dan belakang vagina.
Perlu diingat bahwa paruh atas vagina terletak di atas dasar panggul dan
paruh bawahnya terletak di dalam perineum. Daerah lumen vagina yang
dikelilingi oleh cervix, dibagi dalam 4 bagian, atau fornix yaitu anterior,
posterior lateral kiri dan kanan. (Snell, Richard. 1998)

Gambar 2.6 Organ Reproduksi Interna Wanita

23

2.2.5 Fungsi Reproduksi Wanita


Seperti pada aksi seksual pria, keberhailan kinerja dari aksi seksual
wanita bergantung baik pada rangsangan fisik maupun pada rangsangan
seksual setempat. (Guyton, 2006)
Membayangkan pikiran seksual dapat membangkitkan hasrat
seksual wanita, dan harat ini akan sangat membantu dalam kinerja aksi
seksual wanita. Hasrat semacam ini sebagian besar didasarkan pada
kebiasaan latar belakang seseorang demikian juga keinginan fisiologisnya,
walaupun hasrat seksual tidak akan meningkat sebanding dengan kadar
hormon-hormon seksual yang disekresikan. Hasrat juga berubah selama
siklus bulanan seksual, mencapai puncaknya

menjelang ovulasi,

kemungkinan karena kadar sekresi estrogen yang tinggi selama periode


praovulasi. (Guyton, 2006)
Rangsangan seksual setetmpat pada wanita terjadi kurang lebih
sama seperti pada pria, karena pemijatan dan tipe rangsangan lain pada
vulva, vagina dan daerah perineal lainnya dapat menciptakan sensasi
seksual. Glans klitoris sangat peka untuk membangkitkan sensasi seksual.
(Guyton, 2006)
Seperti pada pria, sinyal sensoris seksual diteruskan ke segmen
sakralis medula spinalis melalui saraf pudendus dan pleksus sakralis.
Sekali sinyal ini masuk ke medula spinalis, sinyal akan diteruskan ke
serebrum. Refleks setempat yang terintegrasi pada segmen sakralis dan
lumbalis medula spinalis juga bertanggung jawab terhadap sebagian
pembentukan reaksi pada organ seksual wanita. (Guyton, 2006)
a. Ereksi wanita dan pelumasan
Jaringan erektil yang mirip dengan jaringan erektil penis terletak di
sekitar introitus dan meluas ke klitoris. Jaringan erektil ini, seperti pada
penis, dikendalikan oleh saraf parasimpatis yang melewati saraf erigentes
yang keluar dari pleksus sakralis menuju ke genitalia eksterna. Pada tahap
awal rangsangan seksual, sinyal parasimpatis membuat arteri jaringan
erektil melebar, mungkin dihasilkan dari pelepasan asetilkolin, oksida

24

nitrit, dan polipeptida intestinal vasoaktif (VIP) pada bagian akhir saraf.
Keadaan ini memungkinkan terjadinya akumulasi darah yang berlangsung
cepat di dalam jaringan erektil sehingga introitus akan mengencang di
sekeliling penis, hal ini akan sangat membantu pria dalam mencapai
rangsangan seksual yang cukup untuk mendorong terjadinya ejakulasi.
(Guyton, 2006)
Sinyal parasimpatis juga berjalan bilateral, ke kelenjar bartholin
yang terletak di bawah labia minora dan menyebabkan kelenjar tersebut
menyekresikan mukus tepat di dalam introitus. Mukus ini sebagian besar
berfungsi sebagai pelumas selama hubungan seksual, walaupun sebagian
dari mukus disekresi oleh epitel vagina dan sejumlah kecil disekresi dari
kelenjar uretra pria. Pelumasan ini dibutuhkan selama hubungan seksual
untuk lebih mendapatkan sensasi pijatan yang memuaskan sehingga tidak
terjadi sensasi iritasi, yang dapat timbul apabila vagina kering. Sensasi
pijatan membentuk rangsangan yang optimal untuk membangkitkan
refleks yang sesuai, yang akan berkulminasi pada klimaks yang di alami
pria maupun wanita. (Guyton, 2006)
b. Orgasme wanita
Jika rangsangan

seksual

setempat

mencapai

intensitas

maksimal, dan khususnya jika sensasi setempat didukung oleh sinyal


fisik yang tepat dari serebrum, akan terbentuk refleks yang
menyebabkan terjadinya orgasme pada wanita , yang juga disebut
sebagai klimaks wanita. Orgasme wanita sama dengan pengeluaran
dan ejakulasi pada pria, dan dapat ikut membantu dalam pembuahan
ovum. Tentu saja, wanita terbukti lebih subur apabila diinseminasi
melalui hubungan seksual yang normaldaripada dengan metode
buatan, jadi, menunjukkan fungsi orgasme wanita yang penting. Alasan
yang mungkin adalah sebagai berikut:
Pertama, selama orgasme, otot perineal dari seorang wanita
berkontraksi secara ritmis, yang berasal dari refleks medula spinalis
yang mirip dengan refleks yang menimbulkan ejakulasi pada pria.
Refleks ini mungkin juga meningkatkan motilitas uterus dan tuba
25

fallopii selama orgasme, jadi membantu meneruskan sperma ke atas


melalui uterus ke arah ovum, walaupun demikian, informasi mengenai
hal ini masih belum jelas. Oergame juga kelihatannya menyebabkan
pelebaran kanalis servikalis sampai 30 menit, sehingga memungkinkan
sperma bergerak lebih mudah. (Guyton, 2006)
Kedua, pada beberapa hewan tingkat rendah, kopulasi
menyebabkan kelenjar hipofisis posterior menyekresi oksitosin, efek
ini mungkin diperantarai melalui inti amigdala otak dan kemudian
melalui hipotalamus ke hipofisis. Oksitosin ini menyebabkan
peningkatan

kontraksi

ritmis

dari

uterus,

yang

diperkirakan

menyebabkan transpor sperma yang berlangsung cepat. Beberapa


sperma terbukti dapat melewati seluruh panjang tuba fallopii sapi
dalam waktu sekitar 5 menit, suatu kecepatan yang sekurang
kurangnya 10 kali lipat lebih cepat daripada gerak berenang dari
sperma itu sendiri. Apakah hal ini juga terjadi pada manusia, masih
belum diketahui. (Guyton, 2006)
Selain dari efek orgasme terhadap pembuahan, sensasi seksual
yang kuat yang terbentuk selama orgasme juga dilewatkan ke
serebrum, dan menyebabkan ketegangan otot yang kuat di seluruh
tubuh. Tetapi sesudah kulminasi dari aksi seksual, ketegangan tersebut
berakhir dalam beberapa menit berikutnya dan berganti menjadi
kepuasan yang ditandai dengan keadaan relaks, suatu efek yang
disebut resolusi. (Guyton, 2006)
2.3 Fungsi Seksual & Disfungsi Seksual
Integritas dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk
kepribadian unik seseorang, mengungkapan kecendrungan seseorang untuk
menjadi pria atau wanita.(1)
2.3.1 Disfungsi Seksual
a) Definisi Disfungsi Seksual

26

Disfungsi seksual (Sexual Dysfunction) adalah gangguan


yang melibatkan gangguan siklus respon seksual atau sakit dalam
berhubungan seksual.(2)
b) Siklus respon seksual
Menurut Master dan Johnson, siklus respon seksual pada
orang normal ada 4 tahap yaitu:

Exitement atau arousal yaitu timbulnya nafsu atau gairah

seksual pada pria dan wanita.


Plateau yaitu meningkatkan gairah seksual secara intens.
Resolutian yaitu kembali ke tahap sebelum arousal.
Orgasme yaitu klimaks gairah seksual(3)
Individu dapat di sebut difungsi seksual bila individu

mengalami difungsi pada salah satu tahap respon seksual yang


normal. Dan diagnosa difungsi seksual di tegakkan bila difungsi
tersebut di sebabkan oleh faktor psikososial bukan faktor organis.
Pada laki-laki, gairah pada dasarnya adalah kemampuan
untuk mencapai dan mempertahankan ereksi. Pada wanita, ada
relaksasi, pembengkakan dan lubrikasi dari dinding vagina dalam
kesiapan untuk penetrasi. Orgasme adalah fenomena mental dan
fisik yang menandakan klimaks dari aktivitas coital. Pada laki-laki,
hal ini disertai dengan ejakulasi cairan mani. Fungsi seksual yang
normal tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain (yaitu tingkat tertentu keterampilan sosial),
tetapi

juga

berbagai

faktor

fisiologis

yang

berbeda.

Neurotransmitter pusat dan perifer, neuropeptida dan hormon yang


bekerja sama dalam peranan reaksi seksual yang normal.
Obat yang mempengaruhi libido biasanya

dapat

mengurangi hasrat seksual dengan menyebabkan sedasi atau


gangguan hormonal. Obat yang mengganggu sistem otonom akan
memiliki efek negatif pada fungsi ereksi, ejakulasi, dan orgasme.
Obat mengganggu hormon (misalnya tamoxifen) juga akan
mempengaruhi respon vagina.(2)

27

c) Etiologi Disfungsi Seksual


Pada dasarnya disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria
ataupun wanita, etiologi disfungsi seksual dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a) Faktor fisik
Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ,
bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh
yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual
dalam berbagai tingkat.
Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan
berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai
berikut:
1) Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan
arteri koronaria.
2) Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi
(HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah).
3) Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke,
multiple sklerosis.
4) Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan
kerusakan saraf.
5) Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam
darah (hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia.
6) Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie
(penis bengkok).
7) Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan
obesitas.
b) Faktor psikis
28

Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang


terganggu dalam diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan
jiwa misalnya depresi, anxietas(kecemasan) yang menyebabkan
disfungsi seksual. Pada orang yang masih muda, sebagian besar
disfungsi seksual disebabkan faktor psikoseksual. Kondisi fisik
terutama organ-organnya masih kuat dan normal sehingga jarang
sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.

d) Kategori Disfungsi Seksual


Ikhtisasi terhadap kategori-kategori DSM-IV untuk disfungsi
seksual seperti terlihat pada table dibawah ini.
No Tipe Gangguan

Laki Laki

Perempuan

Gangguan nafsu seksualGangguan nafsu seksual


1.

Nafsu
seksual

hipoaktif (nafsu kecil atauhipoaktif (nafsukecil atau


Hasrat
sama sekali tidak adatidak ada nafsu seksual)
untuk

melakukan

hubungan seksaul)
Gangguan aversi seksualGangguan aversi seksual
2.

Rangsangan

(aversi dan penghindaran(aversi dan penghindaran


terhadap seks).

29

terhadap seks).

3.

Orgasme

Gangguan

ereksi

padaGangguan

rangasangan

laki-laki (kesulitan untukseksual pada perempuan


mencapai

atau(kesulitan untuk mencapai

mempertahankan

ereksiatau

penis).

mempertahankan

lubrikasi

atau

respons

pembesaran vagina).

4.

Rasa nyeri/sakit

Hambatan orgasme padaHambatan orgasme pada


laki-laki

perempuan.

Ejakulasi dini.

Dispareunia (nyeri yang

Dispareunia (nyeri yang


berhubungan

dengan

aktivitas seksual)

berhubungan

dengan

aktivitas seksual)
Vaginismus (spasme otot
vagina yang mengganggu
penetrasi penis).

Tabel 2.1 Tipe Disfungsi Sexual


Pada kedua jenis kelamin, gangguan-gangguan seksual
dengan versi-versinya hampir sama. Hanya ada beberapa gangguan
yang spesifik, seperti ejakulasi dini pada laki-laki dan vaginismus
hanya terjadi pada perempuan.
A. Ganggun Nafsu/Hasrat Seksual
Dua gangguan merefleksikan maalah-masalah yang terkait
dengan nafsu darisiklus respon seksual. Masing-masing gangguan
ditandai oleh sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks
yang menimbulkan masalah dalam suatu hubungan.

30

Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu


hormon testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman
seksual sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang
menghambat atau faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi
ganggaun dorongan seksual (GDS) (Pangkahila, 2007) berupa:
1. Gangguan Nafsu seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi
dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya
fantasi seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang
menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
Minat terhadap kegiatan atau fantasi seksual yang sangat kurang
yang mestinya tidak diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi
kehidupan orang yang bersangkutan.
2. Gangguan Aversi seksual
Perasaan tidak suka yang konsisten dan ekstrim terhadap
kontak seksual atau kegiatan serupa itu.
Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami
dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan
seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya
GDS disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah
kejemuan, perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan
pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).
B. Gangguan Rangsangan Seksual

31

Gangguan ereksi pada laki-laki: ketidakmampuan sebagian


laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai
aktivitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Gangguan

rangsangan

seksual

pada

perempuan:

ketidakmampuan sebagian perempuan untuk mencapai atau


mempertahankan lubrikasi vagina dan respons keterangsangan
seksual yang membuat vagina membesar sampai aktivitas seksual
selesai dan keadaaan ini terjadi berulang kali.
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai
atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan
hubungan seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi
yang cukup untuk melakukan hubungan seksual tidak pernah
tercapai. Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya
pernah berhasil melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian
gagal

karena

sesuatu

sebab

yang

mengganggu

ereksinya

(Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan
faktor psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor
hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor
iatrogenik (Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor
yang menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual
yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik,
faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila,
2007).
C. Gangguan Orgasme
Disfungsi

orgasme

adalah

terhambatnya

atau

tidak

tercapainya orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah


32

memasuki fase rangsangan (excitement phase) selama melakukan


aktivitas seksual.
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik
yaitu penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan
lumbal sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan,
perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria
yang mengalami hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan
ejakulasi, tapi sensasi erotiknya tidak dirasakan.
1. Fitur-fitur gangguan orgasme meliputi:

Keterlambatan atau tidak terjadinya orgasme yang persisten


atau berulang kali terjadi menyusul fase perangsangan seksual
normal.

Distres yang signifikan atau kesulitan interpersonal karena


ketidakmampuan ini.

Ketidakmampuan ini bukan lebih menjadi bagian menjadi


penentu bagi gangguan lain (misalnya: gangguan suasan
perasaan, kecemasan, kognitif) dan bukan disebabkan karena
efek-efek fisiologis obat atau pengalahgunan obat.

2. Gangguan ejakulasi

Ejakulasi dini (premature ejaculation)


Ada beberapa pengertian mengenai ejakulsi dini (ED).
ED merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai
pasangannnya mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari
kesempatan melakukan hubungan seksual. Berdasarkan waktu,
ada yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi
terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit.

33

Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus


memenuhi ketentuan sebagai berikut: ejakulasi terjadi dalam
waktu cepat, tidak dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang
bersangkutan, serta mengganggu yang bersangkutan dan atau
pasangannya (Pangkahila, 2007).
ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang
dijumpai di klinik, melampaui DE. Survei epidemiologi di AS
menunjukkan sekitar 30 persen pria mengalami ED.
Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik.
Penyebab fisik berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT
rendah mempunyai ejaculatory threshold yang rendah sehingga
cepat mengalami ejakulasi. Penyebab psikis ialah kebiasaan
ingin mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa
sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006).

Ejakulasi terhambat
Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami
ejakulasi terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami
ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan
ET dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya
masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat
mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang
dengan keluhan ET. Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor
psikis, misalnya fanatisme agama sejak masa kecil yang
menganggap kelamin wanita adalah sesuatu yang kotor, takut
terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang pernah
dialami.
34

D. Gangguan nyeri Seksual


Sexual pain disorder adalah nyeri genital yang berulang kali
terjadi, baik yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan
sebelum, selama, atau setelah hubungan seksual.
Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual. Salah satu
penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin. Ini
berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang
terasa sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan
oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan atau
infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar
prostat dan kelenjar kelamin lainnya.
Vaginismus adalah spasme (kejang urat) pada otot-otot
di pertiga luar vagina, yang terjadi diluar kehendak, yang
mengganggu hubungan seksual, dan keadaan ini berulang kali
terjadi.
Fitur-fitur dyspareunia meliputi:

Nyeri genital yang terkait dengan hubungan seksual


baik pada laki-laki maupun perempuan, yang persisten
atau berulangkali terjadi.

Distress yang signifikan atau kesulitan interpersonal


karena ketidakmampuan ini.

Nyeri

tidak

disebabkan

secara

eksklusif

oleh

vaginismus atau kekurangan lubrikasi dan bukan bagian


yang lebih menjadi penentu bagi gangguan lain
(misalnya: gangguan suasana perasaan, kecemasan,

35

kognitif), dan bukan disebabkan oleh efek-efek


fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.
Fitur-fitur vaginismus meliputi:

Spasme (kejang urat) pada otot-otot di sepertiga luar


vagina,

yang

terjadi

di

luar

kehendak,

yang

mengganggu hubungan seksual, dan keadaan ini


bersifat persisten atau berulang kali terjadi.

Distres yang signifikan atau kesulitan interpersonal


karena spasme ini.

Spasme itu tidak disebabkan oleh gangguan lain


(misalnya: gangguan somatisasi), dan bukan disebabkan
secara eksklusif oleh efek-efek kondisi medis secara
umum.

2.4 Pengaruh Rokok Terhadap Fungsi Seksual


2.4.1

Efek Rokok terhadap Kesehatan


Efek farmakologi nikotin terhadap berbagai sistem antara lain,

sistem kardiovaskuler, meningkatkan tekanan darah, vasokonstriksi di


kulit, takikardia, efek farmakologi nikotin terhadap sistem saraf otonom,
stimulasi singkat yang diikuti depresi seluruh ganglia, efek farmakologi
nikotin terhadap kelenjar adrenal, pengeluaran adrenalin, efek farmakologi
nikotin terhadap susunan saraf pusat, stimulasi pusat muntah, vasomotor
dan respirasi, efek nikotin juga akan berpengaruh terhadap pelepasan
ADH, meninggalkan asam lemak bebas dalam serum serta meninggikan
daya pengelompokan trombosit (Subroto, 1990).
Nikotin juga dapat mengiritasi faring dan bronkus, menyebabkan
bronkitis kronik dan emfisema, kekerapan pneumoni pasca bedah yang
meninggi, infark miokard, iskemia oleh karena sklerosis koroner dini,
penyakit Buerger, mortalitas ulkus peptikum meningkat, gangguan
36

pertumbuhan janin, meningkatkan mortalitas prenatal, dan berbagai


insiden terhadap timbulnya karsinoma (Subroto, 1990).
Efek bahan kimia rokok terhadap sistem reproduksi menunjukkan
adanya gangguan spermatogenesis pada mencit (Bizzaro et all., 2003),
menghambat sel Leydig sehingga menghambat sekresi hormon testosteron
(Pacifici et all., 1993), merugikan proses spermatogenesis dan fertilisasi
sperma (Yamamoto et all., 1998; Reddy et all., 1995), densitas, motilitas,
viabilitas dan persentase normal morfologi sperma yang rendah (Merino et
all., 1998; Chia et all., 1994).
2.4.2

Efek Rokok Terhadap Fungsi Seksual


Efek bahan kimia rokok terhadap sistem reproduksi menunjukkan
adanya gangguan spermatogenesis pada mencit (Bizzaro et all., 2003),
menghambat sel Leydig sehingga menghambat sekresi hormon testosteron
(Pacifici et all., 1993), merugikan proses spermatogenesis dan fertilisasi
sperma (Yamamoto et all., 1998; Reddy et all., 1995), densitas, motilitas,
viabilitas dan persentase normal morfologi sperma yang rendah (Merino et
all., 1998; Chia et all., 1994).
H. Arjatmo Tjokronegoro. "Memang, disfungsi seksual tidak selalu
disebabkan oleh rokok. Namun, di antara banyak sebab, rokok menjadi
faktor risiko yang cukup besar bagi aneka gangguan, termasuk disfungsi
ereksi.
Berkurangnya rasa kantuk akibat nikotin yang merangsang sekresi
hormon-hormon di dalam tubuh, antara lain adrenalin. Hormon ini
mengganggu metabolisme lemak sehingga darah menjadi lebih kental.
Pengentalan

darah

bisa

mengakibatkan

terjadinya

arteriosklerosis

(penyempitan pembuluh darah).


Bahkan

belakangan

ditekankan

pula

bahwa

rokok

bisa

mengganggu pertumbuhan janin dan gangguan kesuburan pria maupun


wanita. "Bagaimana tidak," komentar Prof. dr. H. Arjatmo Tjokronegoro,
Ph.D, Sp.And., spesialis andrologi dari FKUI. "Seseorang yang terus37

menerus merokok selama bertahun-tahun, tentu saja darahnya akan


tercemar oleh nikotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa ke manamana, termasuk ke organ reproduksi. Racun nikotin akan berpengaruh
terhadap spermatogenesis atau terjadinya pembelahan sperma para pria.
Padahal pembelahan itu sangatlah kompleks, yang kemudian bisa menjadi
gen dari si pemilik sperma." Padahal syarat untuk dapat membuahi sel
telur, sperma harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas
yang meliputi bentuk, gerakan, dan kecepatannya harus baik. "Sperma
yang teler mustahil mampu membuahi sel telur yang sarangnya cukup jauh
dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan
membuahi tergantung pada kuantitas dan kualitas sperma," tambah
Arjatmo.
Menurut pengamatan para ahli, begitu seorang perokok berat yang
spermanya kurang bagus berhenti merokok, kualitas bisa meningkat sejauh
yang bersangkutan tidak mempunyai gangguan organik lain. "Namun,
kecuali berhenti merokok, ia harus juga mengubah pola hidupnya. Kalau
tetap kurang tidur, makan tidak teratur, atau badan terlalu capek, kualitas
spermanya tidak akan membaik.
Kerugian secara seksual para perokok secara khusus disoroti oleh
spesialis bedah urologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Akmal
Taher, Sp.BU. "Perokok kronik umumnya memiliki sperma berkualitas
jelek. Bahkan DNA para perokok pun kena pengaruhnya," kata Akmal
Taher. Menurut Akmal Taher, efek rokok tidak hanya pada kualitas dan
kuantitas sperma, tetapi juga menjadi faktor risiko disfungsi seksual.
Gangguan seksual pada pria terdiri atas gangguan libido, ereksi, ejakulasi,
dan gangguan orgasme. Khusus pada perokok, gangguan disfungsi ereksi
(DE) sering terjadi. Penelitian bertahap sejak 1997 yang dilakukan Akmal
Taher dkk. di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan, rokok merupakan
16,8% faktor risiko pada DE. Artinya, dari sejumlah pria penderita DE
yang diteliti, hampir seperlimanya disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Bahwa zat-zat yang terkandung di dalam rokok berdampak negatif

38

terhadap alat reproduksi pria pernah dibuktikan dalam sebuah percobaan


dengan sampel manusia sekitar 10 tahun lalu di AS. Malahan, apabila si
perokok juga mengidap gangguan penyakit lain seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, kadar kolesterol tinggi, dan PJK, gangguan DE makin
parah hingga 3 - 4 kalinya. Percobaan juga pernah dilakukan pada
binatang. Ketika terkena asap rokok yang pekat, dalam waktu singkat
terjadi penyempitan pembuluh darah binatang itu. Namun, begitu asap
rokok disingkirkan, pembuluh darah melebar kembali. Kembali ke soal
DE, kata Akmal, semakin berat gangguan DE, semakin sulit pula
pemulihannya. Cara pengobatan yang kini lazim dipakai adalah, pertamatama menghentikan kebiasaan merokok. Kemudian dicoba dengan
arterialisasi atau semacam bedah by-pass dengan menambah pembuluh
darah baru pada penis, diambilkan dari pembuluh darah pada bagian lain
tubuh. "Namun, hasilnya tidak bisa seratus persen," tambah Akmal.
Cara lain, dengan obat atau suntikan yang dilakukan secara rutin.
Ini pun menyaratkan dihentikannya rokok terlebih dahulu, dan kalau
terdapat gangguan sampingan harus terus dipantau. Misalnya, tekanan
darah, kadar gula darah, dan kadar kolesterol terus dijaga agar tetap stabil.
Sepengetahuan Arjatmo, rokok lebih besar dampaknya pada kualitas
sperma ketimbang pada DE. Guru besar andrologi ini berkesimpulan,
impotensi kebanyakan terjadi akibat gangguan psikis seperti stres, fisik
terlalu capek, hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan, atau
punya pasangan lain di luar istri, juga penyakit degeneratif tertentu yang
menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Kalau penyebabnya faktor psikis,
dengan berhenti merokok saja tidak akan terobati, harus dilakukan
pendekatan secara psikologis. Namun, banyak pasien yang tidak mau
mengakui kalau penyebabnya faktor psikis. "Mereka langsung mencoba
segala macam obat yang ternyata hanya menolong sementara."
Pakar kesuburan dari International Fertility Centre, India, Dr. Rita
Bakshi, mengungkap bagaimana kebiasaan merokok bisa merusak kualitas
sperma.

39

1. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi sperma sangat bergantung pada jumlah sperma yang
ditemukan dalam sejumlah cairan semen. Sebuah studi, seperti dikutip dari
Health Me Up, konsentrasi sperma pria yang merokok berkurang sebesar
23 persen, dibandingkan mereka yang tak merokok.
2. Motilitas Sperma
Kemampuan sperma untuk berenang disebut dengan istilah
motilitas. Kemampuan ini sangat penting, karena jika sperma tak bisa
bergerak lincah maka akan sulit mencapai sel telur dan mengurangi
kemungkinan terjadinya pembuahan. Pada pria perokok, motilitas sperma
ini berkurang sebesar 13 persen.
3. Morfologi sperma
Untuk morfologi sperma mengacu pada bentuk detail sperma,
mulai dari badan hingga ekor. Sperma yang bentuknya tidak normal akan
kesulitan berenang dan mencapai sel telur untuk membuahi. Faktanya,
kadar sperma sehat yang bentuknya normal pada pria perokok lebih sedikit
dibanding yang tak merokok. Rokok juga secara langsung berpengaruh
pada hormon dan bisa berpengaruh buruk pada kesuburan pria.

40

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Disfungsi seksual (Sexual Dysfunction) adalah gangguan yang
melibatkan gangguan siklus respon seksual atau sakit dalam berhubungan
seksual. Jenis-jenisnya yakni gangguan gairah seksual, disfungsi ereksi,
gangguan organisme, dan gangguan nyeri seksual. Gangguan seksual
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab salah satunya adalah rokok.
Rokok yang mengandung nikotin sangat merugikan kesehatan perokok
atau orang yang berada didekatnya. Merokok dapat atau mencetuskan
penyakit jantung dan pembuluh darah, yang menyebabkan menyempitkan
arteri menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju
penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu.
3.2 Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rokok terhadap fungsi

sexual
Para dokter haruslah memberikan terapi pada panyakit pasien sesuai
dengan pertimbangan yang matang, dapat mengobati penyakit pasien serta
risiko gangguan seksualnya rendah.

41

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, KM. 1999. Permasalahan Disfungsi Seksual Pada Pria. Disampaikan
NNNpada simposisum Peranan Seksual Dalam Membina Keharmonisan
NNNKeluarga.
Guyton and Hall. (1998). Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Joewana, satya, 2003, Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
NNNpsikoaktif : Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2, Jakarta, Penerbit Buku
NNNkedokteran EGC
Mc Vary, Kevin T. 2011. Contemporary Treatment of Erectile Dysfunction.
NNNHumana Press. London
Durank, Mark dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Buku kedua. Yogyakarta: Pustaka
NNNPelajar Pangkahila.2007

42

Anda mungkin juga menyukai