PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiawa mampu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
hubungan rokok terhadap fungsi sexual.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian, jenis dan kandungan rokok
b. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan
wanita
c. Menegetahui tentang disfungsi sexual
d. Mengetahui hubungan rokok terhadap kesehatan dan fungsi
sexual
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat Universitas
Memberikan
1.4.2
informasi
kepada
teman-teman
sejawat
mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definsi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Sigaret
Kretek
Tangan
(SKT):
rokok
yang
proses
Sigaret
Kretek
Mesin
(SKM):
rokok
yang
proses
Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan
kimia di antaranya bersifat karsinogenik.
Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah
terbakar dan tidak berwarna.
Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal
sebagai metil alkohol.
10
11
Gambar
2.3
Organ
seminiferus,
tempat
berlangsungnya
12
13
14
Spermatogenesis
Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial bermigrasi ke
dalam testis dan menjadi sel germinal imatur yang disebut spermatogonia
yang berada di dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus.
Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat
pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferinsiasi melalui berbagai tahap
perkembangan untuk membentuk sperma. (Guyton, 2006)
2.
aksi seksual pria adalah glans penis. Glans penis mengandung sistem organ
15
pikiran-pikiran
seksual
atau
bahkan
hanya
dengan
16
Aksi seksual pria dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah terintegrasi
di medula spinalis sakralis dan medula spinalis lumbalis, dan mekanisme ini
dapat dirangsang baik oleh rangsangan psikis dari otak atau rangsangan
seksual yang nyata dari organ-organ seksual, tetapi biasanya berupa
kombinasi dari keduanya. (Guyton, 2006)
Adapun tahap-tahap aksi seksual pria yaitu :
a. Ereksi penis
Ereksi penis merupakan pengaruh pertama dari rangsangan seksual
pria dan derajat ereksi sebanding dengan derajat rangsangan, baik
rangsangan psikis atau fisik. Ereksi disebabkan oleh impuls saraf
parasimpatis yang menjalar dari bagian sakral medula spinalis melalui
saraf-saraf pelvis ke penis. Berlawanan dengan sebagian besar serabut
saraf parasimpatis lainnya, serabut parasimpatis ini diyakini melepaskan
nitric oxide dan/atau vasoactive intestinal peptide selain asetilkolin. Nitric
oxide terutama melebarkan arteri-arteri penis, dan juga merelaksasikan
jalinan trabekula serabut otot polos di jaringan erektil dari korpus
kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis. (Guyton, 2006)
Jaringan erektil ini terdiri atas sinusoid-sinusoid kavernosa yang
lebar, yang normalnya tidak terisi penuh dengan darah namun menjadi
sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat kedalamnya
sementara sebagian aliran vena dibendung. Selain itu, badan erektil,
terutama kedua korpus kavernosa, dikelilingi oleh lapisan fibrosa yang
kuat, oleh karena itu, tekanan yang tinggi dalam sinusoid menyebabkan
penggembungan jaringan erektil sehingga penis menjadi keras dan
memanjang. Fenomena ini disebut ereksi. (Guyton, 2006).
b. Lubrikasi
Selama
meningkatkan
rangsangan
ereksi,
seksual,
menyebabkan
impuls
parasimpatis,
kelenjar uretra
selain
dan kelenjar
17
18
19
2.2.4
21
23
menjelang ovulasi,
24
nitrit, dan polipeptida intestinal vasoaktif (VIP) pada bagian akhir saraf.
Keadaan ini memungkinkan terjadinya akumulasi darah yang berlangsung
cepat di dalam jaringan erektil sehingga introitus akan mengencang di
sekeliling penis, hal ini akan sangat membantu pria dalam mencapai
rangsangan seksual yang cukup untuk mendorong terjadinya ejakulasi.
(Guyton, 2006)
Sinyal parasimpatis juga berjalan bilateral, ke kelenjar bartholin
yang terletak di bawah labia minora dan menyebabkan kelenjar tersebut
menyekresikan mukus tepat di dalam introitus. Mukus ini sebagian besar
berfungsi sebagai pelumas selama hubungan seksual, walaupun sebagian
dari mukus disekresi oleh epitel vagina dan sejumlah kecil disekresi dari
kelenjar uretra pria. Pelumasan ini dibutuhkan selama hubungan seksual
untuk lebih mendapatkan sensasi pijatan yang memuaskan sehingga tidak
terjadi sensasi iritasi, yang dapat timbul apabila vagina kering. Sensasi
pijatan membentuk rangsangan yang optimal untuk membangkitkan
refleks yang sesuai, yang akan berkulminasi pada klimaks yang di alami
pria maupun wanita. (Guyton, 2006)
b. Orgasme wanita
Jika rangsangan
seksual
setempat
mencapai
intensitas
kontraksi
ritmis
dari
uterus,
yang
diperkirakan
26
juga
berbagai
faktor
fisiologis
yang
berbeda.
dapat
27
Laki Laki
Perempuan
Nafsu
seksual
melakukan
hubungan seksaul)
Gangguan aversi seksualGangguan aversi seksual
2.
Rangsangan
29
terhadap seks).
3.
Orgasme
Gangguan
ereksi
padaGangguan
rangasangan
mempertahankan
ereksiatau
penis).
mempertahankan
lubrikasi
atau
respons
pembesaran vagina).
4.
Rasa nyeri/sakit
perempuan.
Ejakulasi dini.
dengan
aktivitas seksual)
berhubungan
dengan
aktivitas seksual)
Vaginismus (spasme otot
vagina yang mengganggu
penetrasi penis).
30
31
rangsangan
seksual
pada
perempuan:
karena
sesuatu
sebab
yang
mengganggu
ereksinya
(Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan
faktor psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor
hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor
iatrogenik (Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor
yang menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual
yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik,
faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila,
2007).
C. Gangguan Orgasme
Disfungsi
orgasme
adalah
terhambatnya
atau
tidak
2. Gangguan ejakulasi
33
Ejakulasi terhambat
Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami
ejakulasi terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami
ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan
ET dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya
masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat
mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang
dengan keluhan ET. Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor
psikis, misalnya fanatisme agama sejak masa kecil yang
menganggap kelamin wanita adalah sesuatu yang kotor, takut
terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang pernah
dialami.
34
Nyeri
tidak
disebabkan
secara
eksklusif
oleh
35
yang
terjadi
di
luar
kehendak,
yang
darah
bisa
mengakibatkan
terjadinya
arteriosklerosis
belakangan
ditekankan
pula
bahwa
rokok
bisa
38
39
1. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi sperma sangat bergantung pada jumlah sperma yang
ditemukan dalam sejumlah cairan semen. Sebuah studi, seperti dikutip dari
Health Me Up, konsentrasi sperma pria yang merokok berkurang sebesar
23 persen, dibandingkan mereka yang tak merokok.
2. Motilitas Sperma
Kemampuan sperma untuk berenang disebut dengan istilah
motilitas. Kemampuan ini sangat penting, karena jika sperma tak bisa
bergerak lincah maka akan sulit mencapai sel telur dan mengurangi
kemungkinan terjadinya pembuahan. Pada pria perokok, motilitas sperma
ini berkurang sebesar 13 persen.
3. Morfologi sperma
Untuk morfologi sperma mengacu pada bentuk detail sperma,
mulai dari badan hingga ekor. Sperma yang bentuknya tidak normal akan
kesulitan berenang dan mencapai sel telur untuk membuahi. Faktanya,
kadar sperma sehat yang bentuknya normal pada pria perokok lebih sedikit
dibanding yang tak merokok. Rokok juga secara langsung berpengaruh
pada hormon dan bisa berpengaruh buruk pada kesuburan pria.
40
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Disfungsi seksual (Sexual Dysfunction) adalah gangguan yang
melibatkan gangguan siklus respon seksual atau sakit dalam berhubungan
seksual. Jenis-jenisnya yakni gangguan gairah seksual, disfungsi ereksi,
gangguan organisme, dan gangguan nyeri seksual. Gangguan seksual
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab salah satunya adalah rokok.
Rokok yang mengandung nikotin sangat merugikan kesehatan perokok
atau orang yang berada didekatnya. Merokok dapat atau mencetuskan
penyakit jantung dan pembuluh darah, yang menyebabkan menyempitkan
arteri menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju
penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu.
3.2 Saran
sexual
Para dokter haruslah memberikan terapi pada panyakit pasien sesuai
dengan pertimbangan yang matang, dapat mengobati penyakit pasien serta
risiko gangguan seksualnya rendah.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, KM. 1999. Permasalahan Disfungsi Seksual Pada Pria. Disampaikan
NNNpada simposisum Peranan Seksual Dalam Membina Keharmonisan
NNNKeluarga.
Guyton and Hall. (1998). Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Joewana, satya, 2003, Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
NNNpsikoaktif : Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2, Jakarta, Penerbit Buku
NNNkedokteran EGC
Mc Vary, Kevin T. 2011. Contemporary Treatment of Erectile Dysfunction.
NNNHumana Press. London
Durank, Mark dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Buku kedua. Yogyakarta: Pustaka
NNNPelajar Pangkahila.2007
42