Pleno LBM 4
Pleno LBM 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya
bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati
urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik,
infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi
Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan
penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga
menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya
pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired)
maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam
perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari
pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien,
lingkungan/vektor, dan mikroba.
Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya
inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur,
atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus. Ada banyak tipe-tipe
dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh
penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
dan Medulla Spinalis. Otak, atau ensefalon secara konvensional dibagi dalam
5 bagian utama : telensefalon atau otak besar, diensefalon atau otak antara,
mesensefalon atau otak tengah, metensefalon atau otak belakang, dan
mielensefalon atau medulla oblongata (sambungan sumsum tulang).
Telensefalon dan diensefalon membentuk prosensefalon atau otak depan.
Metensefalon dan mielensefalon membentuk rombensefalon atau otak belah
ketupat. Metttensefalon terdiri dari pons danserebelum. Serebrum mencakup
telensefalon, diensefalon dan otak tengah bagian atas.
Serebrum sebagiannya terbagi dalam dua belahan hemisfer oleh suatu
fisura longitudinal vertical yang dalam. Sebuah hemisfer serebrum adalah
setengah bagian otak depan. Hemisfer serebrum meliputi struktur telensefalon
seperti korteks serebrum, zat putih yang dalam terhadap korteks, ganglia
basal, dan korpus kalosum. Sistem ventrikulus ialah rongga-rongga di dalam
otak yang berisi cairan serebrospinal. Sistem itu dibagi sebagai berikut :
ventrikel lateral ialah rongga di dalam hemisfer serebrum, ventrikel ketiga
ialah rongga di dalam diensefalon, akuaduktus serebrum (akuaduktus sylvii)
ialah rongga di dalam mesensefalon dan ventrikel keempat ialah rongga
rombensefalon. Serebelum (otak kecil) ialah bagiandorsal metensefalon yang
mengembang.
Batang otak ialah istilah kolektif untuk diensefalon, mesensefalon dan
rombensefalon
tanpa
serebelum.
(Diensefalon
kadang-kadang
tidak
dengan
tentorium
dalam
bagian
supratentorium
dan
infratentorium.
Diensefalon ialah bagian bagian supratentorium dan otak tengah, pons dan
sambungan sumsum tulang belakang merupakan bagian infratentorium.
Semua saraf otak kecuali saraf penghidu dan saraf optik, muncul dari batang
otak bagian infratentorium.
FISIOLOGI SUSUNAN SARAF PUSAT
Sistem saraf terdiri dari:
1. Reseptor sensoris reaksi segera memori pada otak
2. Informasi ( medulla spinalis, substansia retikularis)
B. Definisi kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpacu (fokus kejang) sehingga
menggangu fungsi normal otak. Namun, kejang juga terjadi dari jaringan
otak normal di bawah kondisi patologik tertentu, seperti perubahan
keseimbangan asam- basa atau elektrolit. Kejang itu sendiri, apabila
berlangsung singkat, jarang menimbulkan kerusakan, tetapi kejang dapat
merupakan menifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan,
misalnya gangguan metabolisme, infeksi intrakranium, gejala putusobat,intoksikasi obat,atau ensefalopati hipertensi. Bergantung pada lokasi
neuron-neuron focus kejang ini,kejang dapat bemanipestasi sebagai
kombinasi perubahan tingkat kesadaran dan gangguan dalam fungsi motorik,
atau autonom.
Istilah kejang bersifat generik, dan dapat digunakan penjelasanpenjelasan lain yang spesifik sesuai karakteristik yang diamati. Kejang dapat
terjadi hanya sekali atau berulang. Kejang rekuren, sepontan, dan tidak
disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi bertaun-taun disebut
epilepsy. Bangkitan motorik generalisata yang menyebabkan hilangnya
kesadaran dan kombinasi kontraksi otot tonik-klonik sering di sebut kejang.
Kejang konvulasi biasanya menimbulkan kontaksi otot rangka yang hebat
dan ivolunter yang mungkin meluas dari suatu bagian tubuh ke seluruh tubuh
atau mungkin terjadi secara mendadak disertai keterlibatan seluruh tubuh.
Status epileptikus adalah suatu kejang berkepanjanagan atau serangkaian
kejang relative tanpa pemulihan kesadaran antarikus.
C. Klasifikasi kejang
1. Kejang Parsial
a. Kejang Parsial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih
hal berikut ini:
berkeringan, muka
dengan
tatapan
terpaku
yang
umumnya
4.
b. Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan
involunter
pada
otot
atau
tonik
diikuti
dengan
gerakan
klonik
pada
1. Hilangnya
tonus
secara
mendadak
sehingga
dapat
D. Etiologi kejang
Kejang dapat terjadi pada setiap individu yang mengalami hipoksemia
berat (penurunan oksigen dalam darah), hipoglikemia (penurunan glukosa
dalam darah), asidemia (peningkatan asam dalam darah), alkalemia
(penurunan asam dalam darah), dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi.
Putus obat, penyalahgunaan obat, dan toksemia pada kehamilan juga dapat
menyebabkan kejang. Beberapa individu tampak mengalami ambang kejang
yang rendah sehingga lebih rentan terhadap kejang dibandingkan orang lain,
yang menunjukan kecenderungan genetik pada kejang. Kejang yang
disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus
pencetusnya dihilangkan. Sinkope (pingsan) sering kali salah di diagnosis
sebagai kejang karena beberapa gerakan otot mungkin sama. Keadaan tidak
sadar dan kedutan otot yang berhubungan dengan pingsan jarang
berlangsung lebih dari 5 sampai 10 detik, dan pingsan tidak berkaitan
dengan gejala postical sperti keletihan.
E. Mekanisme Kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari
sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang tergangu akibat suatu
keadaan patologik, aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas
muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, thalamus, dan kotreks
sereblum kemungkinan besar bersifat epilogenetik, sedangkan lesi di
serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Ditingkat mermbran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut:
pengaktifan.
Neuron-neuron
muatan
hipersensitif
dengan
ambang
untuk
melepaskan
secara berlebihan.
Kelainan polarisasi ( polarisasi berlebihan hipopolarisasi atau selang waktu
dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetikolin atau
pada
depolarisasi
neuron.
Gangguan
keseimbangan
ini
vaskulosa
lamina
terminalis (OVLT)
(daerah
konsekuensi
demam
secara
umum
timbul
segera
setelah
Talamus
Serabut Sp
G y r u s P o s t s e n t r a l i s & G y r u s P r i m e r L a i n n Korteks
ya
sere
suatu keadaan sadar yaitu kualitas kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi
kesadaran menggambarkan keseluruhan dari fungsi cortex serebri, termasuk
fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu rangsangan.2Pasien dengan
gangguan isi kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun tidak dapat
merespon dengan baik beberapa rangsangan-rangsangan, seperti membedakan
warna, raut wajah, mengenali bahasa atau simbol, sehingga sering kali
dikatakan bahwa penderita tampak bingung. Penurunan kesadaran atau koma
menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak
common pathway dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan
sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila
terjadi penurunan kesadaran maka terjadi disregulasi dan disfungsi otak
dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam beberapa
kasus, kesadaran tidak hanya mengalami penurunan, namun dapat terganggu
baik secara akut maupun secara kronik/progresif.
Terganggunya kesadaran secara akut, antara lain:
1) Clouding of consciousness (somnolen) keadaaan dimana terjadi
a.
keadaan
mengantuk akan lebih tampak pada pagi dan siang hari, sedangkan pada
malam harinya pasien akan terlihat gelisah.
2) Delirium merupakan keadaaan terganggunya kesadaran yang lebih
dikarenakan abnormalitas dari mental seseorang dimana pasien salah
menginterpretasikan
stimulan
sensorik
dan
terkadang
terdapat
dalam
berbahasa
dan
kendala
dalam
mengalami
kegagalan,
sehingga
tubuh
tidak
mampu
skala
koma
Glasgow.
Penilaian
kesadaran
biasanya
sklerotik
subakut,
yang
Riketsia
Parasit
Cacing
Jamur
Virus,
berbagai
jenis
virus
dapat
menimbulkan
ensefalitis.
c) Patofisiologi
Virus masuk kesusunan saraf pusat(SSP) melalui dua jalur, yaitu
penyebaran secara hematogen (melalui darah) dan penyebaran secara
neurogen (melalui saraf). Penyebaran secara hematogen merupakan
cara yang paling sering ditemukan.
Rabies masuk kedalam tubuh melalui gigitan hewan yang sakit.
Virus mula-mula berkembang di dalam otot, kemudian masuk melalui
saraf perifer ke dalam otak dalam waktu beberapa bulan. Virus
tumbuh dan berkembang di dalam sel-sel saraf. Timbul gejala seperti
hidrofobia yaitu mengejangnya otot-otot esophagus dan pernapasan
bila air atau makanan dimasukkan ke dalam mulut, hingga timbul rasa
nyeri dan dispnea.
Virus Jepang B biasanya menimbulkan kerusakan pada batang
otak. Virus Dengue sering menimbulkan lesi pada traktus piramidalis,
mungkin timbul deserebrasi atau dekortikasi.
Virus pielomielitis tersering menyerang kornu motorik medulla
spinalis dengan akibat timbulnya kelumpuhan flaksdia pada otot-otot
proksimal
ekstremitas.
Virus
Coxsackie
biasanya
menyerang
gangguan
penglihatn
dan
perubahan
kepribadian.
Karena
menurun
Kejang bersifat umum atau fokal, dapat berupa status
konvulsius. Dapat ditemukan sejak awal ataupun kemudian
konvulsius
Ditemukan gejala peningkatan intracranial
Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, seperti
kelumpuhan tipe upper motor neuron ( spastic, hiperrefleks,
reflex patologis dan klonus).1
3) Pemeriksaan Penunjang :
1
Pencitraan/ radiologi :
lambat
bilateral).Pada
Japanese
encephalitis
Laboratorium
untuk
mempertahankan
fungsi
organ,
dengan
gejala sisa. Umumnya otak dilindungi oleh sistem imun dan sawar
darah otak pada selaput darah otak yaitu antara aliran darah dengan
otak. Jika bakteri dapat lolos masuk ke dalam cairan otak maka
bakteri akan memperbanyak diri dengan mudah dan cepat oleh karena
kurangnya pertahanan humoral dan aktivitas fagositosis dalam cairan
otak. Bakteri yang telah berkembang biak akan tersebar ke seluruh
ruang subaraknoid secara pasif karena aliran cairan serebrospinal.
Bakteri pada waktu berkembang biak atau pada waktu mati akan
melepaskan dinding sel atau komponen komponen membran sel
( endotoksin, teichoic acid ) yang menyebabkan kerusakan jaringan
otak serta menimbulkan peradangan diselaput otak. Bakteri Gram
negatif
pada
waktu
lisis
akan
melepaskan
lipopolisakarida/
menginduksi
peningkatan
Prostaglandin
permeabilitas
sawar
E2
darah
yang
otak.
menyebabkan
Meningkatnya
).
Terjadinya
proses
fagositosis
bakteri
oleh
sel
kerusakan
endotel
dan
kemudian
meningkatkan
listrik.
Di antara
neurotransmitter-neurotransmitter
d) Meninfestasi klinis
1) Manifestasi klinik
dapat
berupa
kejang-kejang,
gangguan
Bakterimia
Kaku kuduk
Invasi Meninges
Edem vasogenik
Inflamasi Subarachnoid
Demam
Serebral vaskulitis
Edem Sitotoksik
Hidrosefalus
Edema intertisial
Sefalgia
Herniasi
Peningkatan TIK
Muntah
Penurunan aliran darah otak
Epilepsi
Iskemia jaringan otak
menunjukkan
gejala
tanda-tanda
neurologik,
tanda
peningkatan
tekanan
dan
eksefalitis
diantaranya
pemeriksaan
cairan
imaging,
elektroencephalogram.
diantaranya
CT
scan,
MRI
dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari SGD kami dapat di simpulkan bahwa kasus di atas
berkemungkinan terkena ensefalitis dimna Ensefalitis adalah suatu
peradangan pada otak, yang biasanya disebabkan oleh virus dan dikenal
sebagai ensefalitis virus. Yang Biasanya disebabkan oleh : Riketsia, Parasit,
Cacing, Jamur, Virus, berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis.
Daftar Pustaka
1. Noback, C.R., Otak : Anatomi gros, Aliran darah dan Selaput Otak dalam
Anatomi Susunan Saraf Manusia. Edis 2. EGC. Jakarta. 1995. Hal. 2-6.
2. Guyton, A.C. Serebelum, Ganglia Basalis,dan Seluruh Pengatur Motorik.
Dalam Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC. Jakarta. 1997. Hal. 887-926.
3. Antonius H, Badriul H, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta : IDAI, 2009 :67-70
4. Markam,S.Ensefalitis dalam Kapita Selekta Neurologi Ed ke 2,Editor
:Harsono.,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.2000;hal 155-6.
5. Arvin A.M Penyakit Infeksi dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Edtor:Wahab
SA.EGC Jakarta.2000;hal 1141-5