Anda di halaman 1dari 15

PEMAHAMAN TENTANG LANDASAN DAN

TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA


1. Manfaat Pendidikan Pancasila
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dan juga termuat
dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan
Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan, dan beraneka
ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung
jawab berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada bidang profesi masing-masing.
Kompetensi lulusan pendidikan Pancasila adalah seperangkat tindakan intelektual, penuh
tanggung jawab sebagai seorang warga negara dalam memecahkan berbagai masalah dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang
berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Sifat intelektual tersebut tercermin pada kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan bertindak, sdangkan sifat penuh tanggung jawab diperlihatkan
sebagai kebenaran tindakan ditilik dari aspek iptek, etika ataupun kepatutan agama serta
budaya.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku :
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab sesuai dengan
hati nuraninya.
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta caracara pemecahannya.
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Melalui Pendidikan Pancasila, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganilisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia.

2. SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA (Sebagai Ideologi & Dasar Negara)


Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal
sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih mencari rempah
- rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datang ke
Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda
mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.

Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah
Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh
bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun
1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan
yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan
dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di
Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini
adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang dibicarakan khusus
mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua)
Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara
secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yaitu :
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3.

Ketuhanan.

Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
GOTONG ROYONG.

Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni
1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya
adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang
pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling
lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:


1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata dan
8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid
Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad
Subardjo dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil
merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM
JAKARTA.

Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
mem-Proklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :
1. Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar dengan Preambulnya (Pembukaan)
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum
mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari
Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur
mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang
berbunyi 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus.
Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI
yang baru saja diproklamasikan.

Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para
anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim
dan Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan
dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan
kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan
dicoretnya 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' di
belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga Preambule
(Pembukaan) UUD1945 disepakati sebagai berikut :

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEMBUKAAN (Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus
sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam
butir - butir Pancasila yaitu :

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama


dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. PERSATUAN INDONESIA :

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan


keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi


dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada


Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


pemusyawaratan.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasaN terhadap
orang lain.

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayA
hidup mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikaN


kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

3. Landasan Pendidikan Pancasila


Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan sejarah
kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan intrepetasi sesuai dengan
kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa
rakyat setia kepada pemerintah yang berkuasa dengan menempatkan pancasila sebagai satusatunya asas dalam kehidupan bermasyarakat.
Nampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan paham dan ideologi
bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang bersifat

pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun 1998 dengan Tap.
No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara dari Negara kesatuan RI harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara
1. Landasan Historis
Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai
sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan
hidup masyarakat.
Setiap bangsa mempunyai ideology dan pandangan hidup berbeda-beda yang diambil dari
nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari bangsa
Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia.
& Majapahit, pada masa ini nilai-nilai ketuhanan, seperti kepercayaan kepada Tuhan telah
berkembang dan sikap toleransi juga telah lahir, begitupula nilai kemanusiaan yang adil dan
beradap dan sila lainnya.
2. Landasan Kultural
Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus diwariskan
kegenerasi penerus. Secara kultural unsur-unsur pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan,
bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan pada negara Indonesia secara
umum.
Pandangan hidup pada suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tidak mempunyai pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak mempunyai kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah
terombang ambing dari pengaruh yang berkembang dari luar negerinya.
3. Landasan Yuridis
Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara formal menjadi dasar negara sejak
dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Didalam UU No. 2 Th 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan
tinggi, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa isi kurikulum pada setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan Kurikulum Bersifat Nasioanal.
4. Landasan Filosofis
Pembahasan di dalam Pancasila berwujud dan bersifat filosofis secara praktis nilai-nilai
tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa. Mempengaruhi alam pikiran

manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika, logika dan sebagainya, sehingga
memberikan watak (kepribadian dan identitas) bangsa. Berdasarkan filosofis dan objektif,
nilai-nilai yang tertuang pada sila-sila Pancasila merupakan Filosofi bangsa Indonesia
sebelum mendirikan Negara Republik Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat Negara
harus menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara Negara, menjadi jiwa dari
perundang-undangan yang berlaku bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu
dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa yang memasuki globalisasi, bangsa
Indonesia harus tetap mempunyai nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber nilai dalam
pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik,
ekonomi, social-budaya dan pertahanan serta keamanan.

4.

Tujuan Pancasila

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan merupakan pedoman pedoman bagi
bangsa ini. Sebelum kita mengetahui tujuan pancasila, kita harus tau isi yang tertera dari
pancasila tersebut. Berikut adalah bunyi atau isi yang tertera pada pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Inidonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Berdasarkan bunyi dari ayat ayat diatas kita sebagai rakyat Indonesia perlu memahami dan
mengamalkan pancasila sebab semua ayat-ayat yang terkandung diatas sangat baik dilakukan
sebagai petunjut diri ini untuk melakukan semua kebaikan. Dengan mempelajari pendidikan
pancasila seseorang akan memndapatkan ketenangan hidup yang mengikuti perkembangan
jaman saat ini yang semakin maju dan berkembang. Melalui Pendidikan Pancasila warga
negara Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalahmasalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten
dengan cita-cita dan tujuan nasional
1. Tujuan Pendidikan Pancasila
Rakyat Indonesia melalui majelis perwakilannya menyatakan, bahwa pendidikan nasional
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan kebudayaa bangsa
Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya, serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam
kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran,
pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Tujuan Nasional
Tujuan sebagaimana ditegaskan pembukaan tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan
penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
1. Tujuan pendidikan nasional
Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
1. Misi dan visi pendidikan pengembanganal
2. in, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesiaan berane kepribadian
Pendidikan pancasila sebagai salah satu dari mata kuliah pengembangan kepribadian,
memiliki misi dan visi yang sama dengan mata dengan lainnya, yaitu sebagai berikut.
1. Misi pendidikan pancasila
Misi pendidikan pancasila menjadi sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program
studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya.
1. Visi pendidikan pancasila
Bertujuan agar mahasiswa mampu mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaa serta
kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menenrapkan ilmu pengetahuan, teknologi.
1. Kompetensi pendidikan Pancasila

Mencakup unsur filsafat pancasila, dengan kompetnsinnya bertujuan menguasai kemampuan


berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang
bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.
2. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan, serta cara pemecahannya.
Melalui pendidikan pancasila , warga Negara Indonesia diharapkan mampu memahami,
menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya
sevara berkesinabungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional, seperti yang
digariskan dalam pembukaan UUD 1945, sehingga dapat menghayati filsafat dan ideology
pancasila, serta menjiwai tingkah lakunya selaku warga negar republik Indonesia dala
melaksanakan profesinya.
1. Dasar substansi kajian pendidikan Pancasila
Berdasarkan landasan pendidikan pancasila sebagaimna yang diuraikan di atas, maka
substansi kajian pendidikan pancasila meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut.
1. Pancasila sebagai filsafat
2. Pancasila sebagai etika politk
3. Pancasila sebagai ideologi pancasila
4. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia.
1.3 Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila
Mahasiswa dapat memahami latar belakang historis kuliah pendidikan pancasila,
dengan memahami fakta budaya dan filsafat hidup bersama dalam suatu negara, dengan cara
mendiskusikannya diantara mereka, untuk itu harus didasari dengan pemahaman dasar-dasar
yuridis tujuan pendidikan nasional, pendidikan pancasila serta kompetensi yang diharapkan
dari perkuliahan pendidikan pancasila.

Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Mahasiwa mengetahui kronologis sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang meliputi


kejayaan zaman Sriwijaya Majapahit dan kerajaan lainnya. Menghayati perjuangan bangsa
melawan penjajah sebelum abad XX, serta perjuangan nasional. Memahami proses
perumusan dan pengesahan Pancasila dasar Negara Indonesia yang meliputi, kronologis
perumusan Pancasila dan UUD 1945, kronologi pengesahan Pancasila dan UUD 1945.

Memahami dinamika aktualisasi pancasila sebagai dasar negara, serta dinamika pelaksdanaan
UUD 1945.
1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Memberikan dasar-dasar ilmiah pancasila sebagai suatu kesatuan sistematis dan logis. Untuk
memahami dasar kesatuan perlu didasari oleh pengertian teori sistem.
2. Pancasila Sebagai Etika bangsa
Proses pembelajaran mahasiswa diharappkan untuk memahami dan mengahayati pengertian
etika sebagai salah satu cabang filsafat praktis. Berikutnya menjelaskan pengetian etika
politik dan berdasarkan rincian nilai-nilai yang bterkandung di dalam pancasila, agar
mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menerapkan norma-norma etika yang
terkandung dalam pancasila dalam kehidupan keraryaan, kemasyarakatan, kenegaraan.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Mahasiswa dapat menjelaskan ideologi umum menjelaskan makna ideology bagi bangsa dan
negara. Menjelaskan pengertian macam-macam ideologi yang meliputi ideologi terbuka,
ideologi tertutup, ideologi komperehensif dan ideologi partikular.
4. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia
Mahasiswa juga diharapkan juga untuk memiliki kemampuan untuk menjelaskan isi
pembukaan UUD 1945, pembukaan sebagai staasfundamentalnom, menjelaskan hubungan
UUD 1945 dengan pancasila dan pasal-pasal UUD 1945.

5. Hakikat Nilai-Nilai Pancasila


Dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, Pancasila mengandung berbagai
nilai yang dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung dalm Pancasila tersusun secara hierarkis piramidal yang bulat dan
utuh

serta

saling

menjiwai.

Pancasila mengandung nilai subjektif maupun objektif. Nilai-nilai subjektif artinya


nilai-nilai

tersebut

merupakan

hasil

pemikiran

bangsa

Indonesia

sendiri

sepanjang sejarahnya. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif tersebut


adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil
penilaian dan hasil pemikiran bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan

hidup,

pegangan

hidup,pedoman hidup, petunjuk hidup bangsa Indonesia.


3. Nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai kerohanian, yaitu
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan
religius yang perwujudannya sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Di samping itu, Pancasila juga mengandung nilai objektif, yakni nilai yang diakui
kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai objektif
yang terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
a) Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal
b) Nilai-nilai Pancaila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak
(manusia dengan Tuhan,antara manusia dengan sesamanya,dan antara
manusia dengan lingkungannya)
c) Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi
hukum syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, tidak dapat
diberikan oleh setiap orang atau badan. Dengan demikian nilai-nilai
pancasila akan tetap ada sepanjang masa.
d) Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila) secara hukum tidak
dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilu. Mengubah
Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan negara Indonesia. Dengan
demikian Pancasila tetap ada.
e) Pembukaan UUD 1945 yang mengandung makna tidak dapat diubah
(tetap) karena kemerdekaan (yang didalamnya mengandung Pancasila)
merupakan karunia Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai