10
untuk hari ke 0 adalah paling banyak tumbuh 2 koloni, yaitu pada pengenceran
dan
107 . Pada hari ke 0 mikroba belum melakukan aktivitas fisiologis dan metabolik secara
signifikan sehingga koloni yang tumbuh sangat sedikit karena spora yang terbentuk juga
sedikit. Pada hari ke 1 sudah mulai tumbuh dengan 3 koloni pada sampel pengenceran
5
10
dan
10
dengan memproduksi berbagai asam atau produk lainnya sehingga spora yang terbentuk
mulai muncul meskipun masih belum signifikan. Namun hasil ini berbalik kondisi dengan
pengenceran yang dilakukan. Seharusnya semakin encer sampel yang dibuat semakin sedikit
jumlah koloni yang tumbuh. Pada hari ke 2, terjadi pertumbuhan koloni paling banyak yaitu
5
pada pengenceran 10
dengan total koloni 41. Pada hari ke 3 tidak ada data yang didapat.
5
Peningkatan jumlah koloni secara drastis pada hari ke 2 disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak sesuai seperti nilai ekstrim pH, suhu ekstrim dan kurangnya substrat
pada kultur (Sukmadi et al 1996). Jika melihat data pH yang didapat, pada hari ke 1 adalah
pengukuran pH yang paling tinggi dengan nilai 8 sehingga pada selang hari ke 1 sampai hari
ke 2 mikroba mengalami kondisi yang ekstrim dan melakukan produksi spora seecara besarbesaran. Penurunan jumlah koloni pada hari ke 4 dimungkinkan sebagai akibat dari stabilnya
atau menurunnya nilai pH sehingga produksi spora menurun.
Data jumlah koloni mengalami kerancuan jika ditinjau dari faktor pengenceran.
Seharusnya, semakin encer (semakin besar faktor pembagi) semakin sedikit jumlah koloni
yang terbentuk dan sebaliknya. Namun data yang didapat tidak demikian. Dari semua periode
(hari ke) menunjukkan bahwa jumlah koloni terbanyak adalah pada pengenceran
Seharusnya nilai terbanyak adalah pada pengenceran
104
105 .
konsentrasi sel paling tinggi. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan oleh tidak
bercampurnya kultur secara merata saat melakukan pengenceran sehingga kultur yang
seharusnya encer menjadi pekat dan sebaliknya.
2. pH
Daftar Pustaka
Darwis, Abdul Aziz dkk. 2009. Kajian Produksi Bioinsektisida Dari Bacillus thuringiensis
subsp israelensis Pada Media Tapioka (terhubung berkala) http://repository.ipb.ac.id
[4 Mei 2014]
Gumbira Said, E. 1987. Bioindustri. Penebar Swadaya, Jakarta.
James, D.W. 1993. Urea : A Low Cost Nitrogen Fertilizer with Special Management
Requirement. Utah State University, USA.
Sukmadi, B. Haryanto, B dan Ratna, S.H. 1997. Pengaruh Konsentrasi Dekstrosa Pada
Produksi Bahan Aktif Bionsektisida B.t subsp aizawai. Majalah BPPT No LXXII : 17
23.