Anda di halaman 1dari 22

SEMEN PORTLAND

1.1 Definisi
Semen dapat didefinisikan sebagai material yang memiliki sifat adesif dan
kohesif, sehingga memungkinkannya untuk menyatukan bagian-bagian dari
mineral menjadi satu kesatuan. Pengertian Semen (cement) lainnya adalah hasil
industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan
lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan
lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida
(SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium
Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai
meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan
ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Dalam lingkup konstruksi, pengertian dari semen ini terbatas pada mineral
penyatu yang digunakan bersamaan dengan batu, pasir, bata, dan lainnya. Material
utama dari semen ini adalah campuran dari kapur. Semen dalam hubungannya
dengan beton, memiliki sifat akan setting dan hardening di dalam air akibat
adanya reaksi-reaksi kimia, dan oleh karena itu disebut sebagai semen hidraulis.
Semen hidraulis pada umumnya terdiri dari silicate dan alluminate yang
berasal dari kapur, dan dapat diklasifikasikan atas semen alam, semen Portland,
dan high-alumina cement. Pada bagian ini, akan lebih difokuskan pada
pembahasan semen portland, mengingat semen yang umum digunakan dalam
pembuatan beton merupakan semen jenis Portland.
Nama semen Portland berasal dari gabungan antara warna dan kualitas
dari semen yang berasal dari batu Portland batu kapur yang ditambang di
Dorset. Pada saat ini, nama semen Portland terlah mendunia sebagai semen yang
diperoleh dengan cara mencampur calcareous dan argillaceous, atau silika, alumina
1

dan material yang teroksidasi oleh besi, kemudian dibakar pada temperatur yang
sangat tinggi, dan abunya diperhalus lagi.

1.2 Bahan Dasar


Dari definisi semen Portland sebelumnya, dapat diketahui bahwa semen
ini pada umumnya terbuat dari mineral kristal halus yang memiliki komposisi
akan kalsium dan aluminium silikat. Proses pembuatan semen ditekankan pada
penghancuran bahan baku, mencampurnya dalam proporsi tertentu, dan
membakarnya dalam sebuah rotary kiln (oven yang berotasi) pada temperatur
1400oC hingga material bercampur menjadi bola-bola yang disebut clinker.
Setelah itu, clinker didinginkan dan menjadi bubuk halus, dan dengan
penambahan gypsum menjadikannya semen Portland yang digunakan secara luas
di seluruh dunia. Bahan baku dari pembuatan semen Portland ini adalah :
1. Lime (CaO) dari batu kapur
2. Silica (SiO2) dari tanah liat
3. Alumina (Al2O3) dari tanah liat
4. Presentase kecil akan Magnesia (MgO) dan oksida baja
Secara umum Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir
silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan
untuk memproduksi semen yaitu:
-Batu kapur
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus
CaCO3 (Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4.
Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air
5%, dan penggunaan batu kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak
81 %.
- Pasir silika

Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir
silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin
putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna
merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar

airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan
kadar SiO2 90%, dan penggunaan pasir silika dalam pembuatan semen itu
sendiri sebesar 9%.
-Tanah liat
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen
SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air 20
%, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam
pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%.
-Pasir besi
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada
umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3
berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar
yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 75%-80%. Pada penggilingan
akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir
besi dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 1%.
1.3 Proses Pembuatan Semen
Pada pembuatan semen, proses awalnya yang berupa pencampuran bahan
dan penumbukan dapat dilakukan dalam dua kondisi, yaitu dalam keadaan kering
maupun basah. Oleh karena itu disebut proses kering dan proses basah.
Pemilihan dari kedua proses ini dilakukan berdasarkan tingkat kekerasan bahan
baku yang digunakan dan kondisi kelembaban bahan bakunya. Proses pembuatan
semen pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Menghancurkan bahan baku yang terdiri dari Lime, Silica, Alumina, dan juga
dengan material minor lainnya, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Dalam kondisi basah, bentuk ini dinamakan slurry.
2. Setelah dihancurkan, bahan-bahan ini dimasukkan ke dalam rotary kiln dari bagian
atas.

3. Selama panas didapatkan pada saat kiln beroperasi, bahan-bahan ini melewati
bagian atas dari kiln menuju bagian bawah dari kiln pada kecepatan yang
tertentu.

4. Temperatur dari campuran ini dinaikkan hingga pada titik permulaan fusion,
yang disebut dengan clinkering temperature. Temperatur ini terus dijaga
konstan hingga bahan-bahan menyatu dan membentuk bola-bola pada
temperatur 1500C. Bola-bola ini, yang ukuirannya berkisar antara 1/16 hingga
2 inchi, disebut clinkers.
5. Clinker didinginkan kemudian diperhalus hingga berbentuk bubuk.
6. Pada saat penumbukan dilakukan, ditambahkan gypsum dengan presentase
yang kecil untuk mengontrol atau menghambat setting time dari semen ketika
berada di lapangan.
7. Semen portland yang sudah jadi ini langsung didistribusikan untuk dipasarkan.
-Proses basah
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry)
dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika
yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung. Bubur
halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukkan dalam oven berbentuk silinder
yang dipasang miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan
diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan akan mengalai perubahan sedikit demi
sedikit akibat naiknya suhu dan akibatnya terjadi sliding di dalam ciln. Pada suhu
100C air mulai menguap, pada suhu 850C karbondioksida dilepaskan. Pada
suhu sekitar 1400C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran,
di mana akan terbentuk klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan
kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan
menjadi butir halus dan ditambah dengan bahan gipsum.
-Proses kering
Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan
digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses
basah.Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang hingga halus

dan ditambah beberapa bahan tambahan. Bagai alir proses pabrikasi semen
portland dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Reaksi antara air dengan semen dibedakan menjadi dua periode yaitu
periode pengikatan dan periode pengerasan. Periode pengikatan adalah peralihan
dari kondisi plastis ke kondisi keras. Kondisi pada periode pengikatan yaitu :
1. Kondisi pada saat semen mulai menjadi kaku setelah semen itu diaduk dengan
air.Kondisi ini disebut pengikatan awal.
2. Kondisi yang berlangsung antara permulaan semen menjadi kaku sampai saat
semen beralih ke kondisi keras dan padat, atau kondisi ini dapat diartikan disebut
waktu pengikatan .

Periode pengerasan adalah penambahan kekuatan setelah pengikatan


selesai. Pengerasan mula-mula berlangsung terus secara cepat, kemudian lebih
lambat untuk jangka waktu yang lama. Mengingat hal-hal tersebut diatas maka
pelaksanaan pengecoran harus dilaksanakan sebelum terjadinya pengikatan awal.
Spesifikasi untuk semen mensyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen
tidak boleh kurang dari satu jam setelah dicampur dengan air.
1.4 Komposisi kimiawi semen Portland
Telah disebutkan bahwa bahan baku pembuatan semen Portland
didominasi oleh kapur, silika, alumina, dan oksida. Bahan-bahan ini berinteraksi
satu dengan lainnya di dalam oven (kiln) untuk membentuk sebuah produk yang
kompleks. Secara sederhana, pada proses pembuatan semen ini, dapat
diasumsikan bahwa komposisi kimiawi semen mencapai titik kesetimbangan
(equilibrium) ketika berada pada clinkering temperature. Dengan asumsi ini,
komposisi dari semen dihitung berdasarkan kuantitas dari oksida yang ada dalam
clinker sebagai produk kesetimbangan reaksi. Secara umum semen memiliki 4
unsur utama dalam senyawa penyusunnya yaitu:
a. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
b. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
c. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
d. Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
C3S dan C2S merupakan senyawa yang paling dominan dalam semen dan
memberikan sifat semen. Bila terkena air, C3S akan langsung terhidrasi, dan
menghasilkan panas. Sedangkan C2S berekasi dengan air lebih lambat sehingga
hanya berpengaru terhadap pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari
dan memberikan kekuatan akhir. C2S juga membuat semen taahan terhadap
serangan

kimia(chemiclattack)

dan

juga

mengurangi

besar

susutan

pengeringan.Unsur C3A (unsur ketiga) berhidrasi secara exothermic dan bereaksi


sangat cepat memberikan kekuatan setelah 24 jam. Unsur yang keempat yaitu
C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen. Kandungan
besi yang sedikit dalam semen putih akan memberikan kandungan C4AF yang

sedikit dalam semen, sehingga kualitas semen akan bertambah dari segi
kekuatannya. Sifat Kimia Semen Portland :
-Lime saturated Factor (LSF)
Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-bahan
alami lainnya.
-Magnesium oksida (MgO)
Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam
semen Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen
setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan persamaan reaksi sbb :
-Mg O + H2O Mg (OH) 2
Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O Menjadi
magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar.
-SO3
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat
setting time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk kuat tekan.
Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada
sifat expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama
SO3 yang sering banyak digunakan adalah gypsum.
-Hilang Pijar (Loss On Ignition)
Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran. Kristal
mineral-mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami metamorfosa dalam
waktu beberapa tahun, dimana metamorfosa tersebut dapat menimbulkan
kerusakan.
-Residu tak larut
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang tidak
dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar.
-Alkali (Na2O dan K2O)
Akali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun pada
mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap alkali.

Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali, maka
kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena
itu tidak semua standard mensyaratkannya.
-Mineral compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral
compound tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan mikroskopik
yang mahal. Mineral compound tersebut dapat di estimasi melalui perhitungan
dengan rumus, meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang
mensyaratkan mineral compound ini untuk jenisjenis semen tertentu. misalnya
ASTM untuk standard semen type IV dan type V. Salah satu mineral yang penting
yaitu C3A, adanya kandungan C3A dalam semen pada dasarnya adalah untuk
mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan beton. Tetapi karena C3A bereaksi
terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di daerah yang mengandung sulfat
dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat dapat menimbulkan korosi pada
beton.
Pada Tabel 1.1 s/d 1.4 diperlihatkan komposisi kimia tipikal semen
portland biasa dan komposisi oksida semen portland secara umum.
Tabel 1.1. Komposisi kimia tipikal semen portland biasa
Nama Kimia

Rumus Kimia

Notasi

Berat
(%)

Tricalcium silicate

3CaO.SiO2

C3S
50

Dicalcium silicate

2CaO.SiO2

25
C2S

Tricalcium aluminate

C3A
12

3CaO.Al2O3
Tetracalcium
aluminoferrite

4CaO.Al2O3.Fe2O3

C4AF

Calcium sulfate
dehydrate

CaSO4.2H2O

CSH2

3,5

Tabel 1.2. Komposisi oksida semen portland secara umum


Oksida

Notasi

Nama

Persen Berat

CaO

Lime

63

Al2O3

Alumina

Fe2O3

Ferric oxide

2,5

Magnesia

2,6

K2O

Alkalis

0,6

Na2O

Alkalis

0,3

SO3

Sulfur trioxide

2,0

CO2

MgO

Carbon dioxide

H2O

H
Water

Tabel 1.3 Karakteristik senyawa kimia utama semen


Senyawa
C3S

3CaOSiO2
C2S

2CaOSiO2
C3A

3CaOAl2O3
C4AF

4CaOAl2O3Fe2O3

10

Panas hidrasi
sedang
rendah
tinggi
Sedang
Kecepatan
reaksi dengan
air
Sumbangan
terhadap
kekuatan awal
Sumbangan
terhadap
kekuatan akhir

sedang

lambat

cepat

Sedang

baik

jelek

baik

Baik

baik

sangat baik

sedang

Sedang

sedang

Rendah

tinggi

Sedang

Panas hidrasi

Tabel 1.4 Persentase komposisi semen portland


Komposisi dalam persen (%)

C3S
Tipe I

49

Tipe II

46

C2S

29

Karakteristik
umum

C3A

C4AF

CaSO4

CaO

MgO

12

2,9

0,8

2,4

Semen untuk
semua tujuan

12

2,8

0,6

Relatif sedikit
pelepasan panas,
digunakan untuk
struktur besar

11

Tipe III

56

15

12

3,9

1,4

2,6

Mencapai kekuatan
awal yang tinggi
pada umur 3 hari

Tipe IV

30

46

13

2,9

0,3

2,7

Dipakai pada
bendunganbeton

Tipe V

43

36

12

2,7

0,4

1,6

Dipakai pada
saluran dan
struktur

Sifat fisika semen portland menurut Harian (2007), sifat fisik semen portland
terdiri dari:
-Kehalusan butiran
Kehalusan butiran semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan
(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Jika permukaan
penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan
air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga
kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen
yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan,
tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. Untuk mengukur kehalusan butir semen
digunakan turbidimeter dari Wagner atau air permeability dari Blaine.
-Kepadatan atau berat jenis (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3.
kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Menurut
ASTM C-188, untuk pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le
Chatelier Flask.

12

-Konsistensi
Konsistensi semen portland berpengaruh pada saat pencampuran awal,
yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi
yang terjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta kehalusan dan
kecepatan hidrasi.
-Waktu pengikatan (setting time)
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen
cukup kaku untuk menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk
menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan
konsistensi normal. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua, yaitu:

Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat
awal sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.

Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras.

1.5 Hidrasi semen Portland


Hidrasi semen Portland dapat didefinisikan sebagai reaksi ketika semen
Portland menjadi bahan penyatu ketika berada dalam pasta water-cement. Atau
dengan kata lain, dengan pencampuran air, bahan silika dan alumina membentuk
suatu produk hidrasi, dimana produk ini akan menjadi pasta semen yang
mengeras. Le Chatelier adalah yang pertama mengobsrevasi dan menemukan
bahwa hidrasi dari semen secara kimiawi menghasilkan produk yang sama dengan
hidrasi dari masing-masing senyawa. Kandungan kalsium silikat pada semen
merupakan senyawa cementious yang utama pada semen, dan perilaku fisik dari
kedua senyawa ini ketika berhidrasi sendiri adalah serupa dengan semen ketika
mengalami hidrasi.

13

-Hidrasi C3S dan C2S


Kalsium silikat akan terhidrasi menjadi kalsium silikat hidrat dan kalsium
hidroksida.
2(3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
(Tricalsium Silicat)

(Tobermorite gel)

2(2CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.2SiO2.2H2O Ca(OH)2


(Dikalsium Silikat)
Kalsium silikat hidrat komposisinya bervariasi, menghasilkan gel berbentuk
rongga sebanyak 70% dari semen. Kalium hidroksida akan membuat sifat basa
kuat. Ini menyebabkan semen sensitive terhadap asam, tetapi dapat mencegah baja
berkarat.
-Hidrasi C3A
3CaO.Al2O3 + 12 H2O + Ca(OH)2 3CaO. Al2O3. Ca(OH)2. 12 H2O
(Trikalsium aluminat)
3CaO.Al2O3 + 10 H2O + CaSO4.H2O 3CaO. Al2O3. Ca(OH)2. 12 H2O
(Trikalsium aluminat)

(Gypsum)

(ettringite)

Hidrasi C3A secara mendadak, dengan disertai oleh pengeluaran panas yang
banyak. Terbentuk Kristal kalsium aluminat hidrat yang menyebabkan pengerasan
(hardening) dari pasta semen. Kejadian ini disebut flash set atau quick set. Itu
sebabnya perlu ditambahkan gypsum pada saat menggiling klinker, untuk
memperlambat reaktivitas dari C3A.
C3A dan gypsum bereaksi terlebih dulu, menghasilkan kalsium sulfoaluminat,
Kristal berbentuk jarum yang disebut ettringet. Ettringite memblokir air dari
permukaan C3A, sehingga menunda hidrasinya Setelah gypsum bereaksi semua,
baru terbentuk kalsium aluminat hidrat.
-Hidrasi C4AF
Pada tahap awal, C4AF bereaksi dengan gypsum dan kalsium hidroksida
membentuk kalsium sulfo aluminat dan kalsium sulfo ferrit hidrat yang kristalnya
berbentuk jarum.

14

4CaO.Al2O3 + 10 H2O + Ca(OH)2 6 CaO. Al2O3. Fe2O3. 12 H2O


(Tetrakalsium aluminoferrit)
Kecepatan reaksi hidrasi maksimum pada tahap awal, yang kemudian
menurun terhadap waktu. Ini disebabkan makin terbentuknya lapisan C-S-H
berupa bubur pada Kristal semen. Makin tebal lapisan, makin lambat hidrasi.
Secara teoritis, proses hidrasi akan terhenti bila tebal lapisan mencapai 25 m.
Semen Portland pada umumnya memiliki ukuran Kristal antara 5 hingga 50 m.
1.6 Panas Hidrasi
Panas hidrasi didefinisikan sebagai kuantitas panas dalam dalam
kalori/gram pada semen yang terhidrasi. Waktu berlangsungnya dihitung sampai
proses hidrasi berlangsung sampai sempurna pada temperature tertentu. Laju
hidrasi dan perubahan panas bertambah besar sejalan dengan semakin halusnya
semen. Hasil reaksi hidrasi, tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar,
sekitar 50% Dari jumlah senyawa yang dihasilkan. Untuk semen yang lebih
banyak mengandung C3S dan C3 A akan bersifat mempunyai panas hidrasi yang
lebih tinggi.
-Keutuhan atau kekalan
Kekalan pada pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
kemampuan

untuk

mempertahankan

volume

setelah

pengikatan

terjadi.

Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas


yang pembakarannya tidak sempurna. Kapur bebas tersebut mengikat air
kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. Menurut ASTM C-151, alat uji
untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah autoclave expansion of
portland sement.
-Kekuatan
Pengujian kekuatan semen dilakukan dengan cara membuat mortar semen
pasir. Pengujian kekuatan dapat berupa uji tekan, tarik dan lentur. ASTM C 109-

15

80 mensyaratkan pengujian kuat tekan pada campuran semen-pasir dengan


proporsi 1 : 2,75 dan rasio air-semen 0,485. Contoh semen yang akan diuji
dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk
menjadi kubus-kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Setelah berumur 3, 7, 14, 21
dan 28 hari dan mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut
diuji kekuatannya.
Produk dari semen yang telah terhidrasi ini memiliki solubillity yang
rendah di dalam air sebagaimana ditunjukkan dari stabilitas pasta semen yang
mengeras apabila terkena air. Progres hidrasi dari semen dapat dijelaskan dengan
berbagai cara, antara lain dengan mengetahui :
1. Jumlah Ca(OH)2 dalam pasta
2. Panas yang dihasilkan ketika proses hidrasi berlangsung
3. Specific gravity dari pasta
4. Jumlah bahan kimia yang bereaksi dengan air
1.7 Jenis-jenis Semen Portland
Berkaitan dengan masalah keawetan (durability) beton, maka dibedakan
atas lima tipe semen, yaitu:
Tipe I :
Semen biasa (normal) digunakan untuk beton yang tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, seperti sulfat, perbedaan suhu yang ekstrim.
Tipe II :
Digunakan untuk pencegahan terhadap serangan sulfat dari lingkungan, seperti
untuk struktur bawah tanah.
Tipe III

Beton yang dihasilkan mempunyai waktu perkerasan yang cepat (high early
strength).
Tipe IV

16

Beton yang dibuat akan memberikan panas hidrasi rendah, cocok untuk pekerjaan
beton massa.
Tipe V :
Semen ini cocok untuk beton yang menahan serangan sulfat dengan kadar tinggi.
1.8 Perbedaan produk semen
Sesuai dengan kebutuhan, berbagai macam produk semen sudah beredar di
Indonesia. Jenis produk semen tersebut untuk karakteristik penggunaan ada semen
untuk bangunan, jembatan, jalan, pelabuhan dan untuk karakteristik lingkungan
korosif dan lainnya.
Kebanyakan masyarakat hanya mengenal satu jenis semen, yaitu semen
portland tipe I atau yang sejenisnya. Semen portland tipe I merupakan jenis semen
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dapat digunakan untuk
seluruh aplikasi yang tidak membutuhkan persyaratan khusus. Contohnya, ketika
pemilik rumah atau tukang batu yang sedang mengerjakan proyek atau
merenovasi rumah tinggal akan membeli semen di toko bangunan, mereka hanya
menyebut semen, tanpa menyebut jenis semen apa yang seharusnya digunakan
atau cocok dengan lingkungan pemukiman mereka berada.
Dengan

perkembangan

industri

semen,

pabrik

semen

saat

ini

memproduksi semen dengan aplikasi yang sama dengan semen tipe I. Semen
tersebut dikenal dengan nama PCC (Portland Composite Cement). Semen ini,
merupakan suatu variasi Produk semen, yang pada dasarnya merupakan semen
potrland tipe I yang dicampur dengan aditif bersifat cementitious. Di Indonesia,
PCC diproduksi berdasarkan SNI 15-7064-2004. Bahan campuran untuk PCC di
Indonesia pada saat ini sebagian besar menggunakan abu terbang dan bahanbahan cementitious lainya (dalam jumlah yang lebih kecil), dengan porsi semen
portland berkisar 80-85 persen. Mengingat komposisi PCC dapat dikategorikan
sebagai suatu variasi semen yang mendukung produksi beton ke arah yang lebih
ramah lingkungan.

17

Sedangkan beton dengan kinerja pemadatan mandiri atau seft compacting


concrete (SCC) merupakan suatu konsep inovatif untuk menghasilkan beton yang
dapat mengalir namun tetap kohesif dan bermutu tinggi.
Pada dasarnya, self compacting concrete yang diproduksi dengan
menggunakan bahan tambahan superplasticizer berbasis polimer, silicafume, dan
bahan tambahan lain yang specifik, serta ukuran agregat yang terbatas (biasanya <
20 mm), dapat memberikan keuntungan sebagai berikut. Pada beton segar (fresh
concrete), tingkat kelecakan (workability) yang tinggi, akan melewati tulangan
yang rapat dan memenuhi semua tempat di dalam cetakan, dan padat secara
mandiri (minim getaran). Juga, kemudahan dalam pengecoran, khususnya untuk
pemompaan ke posisi yang tinggi.
Pada beton yang sudah mengeras (hardened concrete), keuntungan antara
lain, beton yang padat dan cenderung kedap air, kekuatan yang tinggi dan susut
yang rendah bila digunakan w/c yang rendah, keawetkan jangka Panjang yang
lebih baik dan penghematan energi untuk pemompaan dan penggetaran. Selain itu,
pengurangan tingkat kebisingan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan para
pekerja ataupun lingkungan sekitarnya.
Adakah standar sebuah produk semen? Produk semen diatur menurut
standar internasional yaitu ASTM dan standar nasional bagi semen yang beredar
di Indonesia yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam rangka perlindungan
konsumen Pemerintah melalui Badan Standarisasi Nasional melakukan pengujian
terhadap produk semen yang beredar di Indonesia apakah sudah sesuai SNI:
Portland Cement Tipe I (PC I)

= SNI 15-2049-04

Portland Pozzolan Cement (PPC)

= SNI 15-2049-04

Super Masonry Cement (SMC)

= SNI 15-3500-1993

Oil Well Cement (OWC)

= SNI 15-3044-1992

Portland Composite Cement (PCC)

= SNI 15-700-2004

Portland Pozzolan Cement (PPC)

= SNI 15-0302-94

SNI merupakan jaminan bahwa produk tersebut berkualitas dan telah


disesuaikan dengan karakteristik bangunan di Indonesia. Tentunya produk semen

18

yang standarnya lebih dari SNI akan lebih memberikan jaminan produk, mutu dan
usia bangunan yang akan lebih lama.
Bagaimanakah ciri fisik sebuah produk semen berkualitas? Pengenalan
produk semen yang berkualitas antara lain dapat dikenali dari ciri fisik yaitu
warna semen. Warna semen sangat dipenaruhi oleh kadar MgO, apabila semen
semakin tinggi kandungan MgO maka menjadi lebih gelap yang dapat
mengakibatkan semen akan mudah retak apabila dipergunakan, oleh karena itu
MgO dibatasi hanya maksimum 2 %, Typical kadar MgO SG sekitar 0.5 1.5 %.
Warna ideal untuk semen adalah Abu-abu kehijauan (Grey greenish ) warna
tersebut dibentuk oleh reaksi MgO,FeO, dan Aluminat di dalam kiln. (warna
tersebut bisa dikondisikan dengan pengaturan kadar oksida oksida tersebut.
Apa ada perbedaan semen OPC dan PPC? OPC digunakan untuk
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti untuk
membangun gedung bertingkat, jalan raya, landasan pacu pesawat dll sedangkan
PPC juga digunakan untuk bangunan umum dan mempunyai kegunaan khusus
yaitu untuk bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap garam laut, sulfat
dengan panas hidrasi sedang. Bangunan - bangunan yang telah menggunakan
Semen Gresik OPC antara lain Tugu Monas, masjid Istiqlal, gedung DPR/MPR
Senayan, jembatan layang Semanggi Jkt, renovasi candi Borobudur dan gedunggedung bertingkat yang lain. Sedangkan bangunan - bangunan yang telah
menggunakan SG PPC antara lain perluasan peti kemas Tanjung Perak Sby,
perluasan pelabuhan Tanjung Emas Semarang, pelabuhan Semen Gresik di Tuban,
pembangunan PLTU Tanjung Jati Jepara, PLTU Paiton Probolinggo, raft
foundation hotel Sumerset Sby, raft foundation pembangunan hotel JW Marriot
Sby dll.
Apa perbedaan mutu antara Semen Gresik kantong dengan tulisan HitamHitam dengan kantong tulisan Hitam-Merah? Seluruh produk SG yang
dipasarkan dijamin mutunya baik yang dikemas dalam kantong tulisan Hitam Hitam, kantong tulisan Hitam - Merah, jumbo maupun dalam bentuk curah.
Perbedaan tulisan dalam kantong SG digunakan untuk membedakan daerah
pemasaran saja. Kantong SG di pasar P Jawa dalam bentuk Kraft Paper 3 ply

19

sedangkan kantong SG untuk luar Pulau Jawa dalam bentuk woven laminasi kraft
(sering disebut bungkus plastik) karena handling ke luar pulau membutuhkan
penanganan khusus yaitu dengan menggunakan angkutan kapal.
Bagaimanakah

produk

PT

Semen

Gresik

dibandingkan

dengan

SNI? Semua produk PT Semen Gresik telah lulus uji SNI, bahkan semua jenis
produk PT Semen Gresik memiliki kualitas diatas persyaratan SNI, antara lain :
MgO (Magnesium Oksida), persyaratan SNI < 0,6% sedangkan Semen Gresi
0,97%. Jika kandungan MgO lebih dari 5% akan menimbulkan retak dan
keruntuhan bangunan.
Pemuaian, persyaratan SNI < 0,8% sedangkan Semen Gresik hanya 0,06%
(kecil sekali pemuaiannya). Pemuaian yang besar akan menyebabkan bangunan
retak. Kuat tekan, baik dari pengujian 3, 7 dan 28 hari berdasarkan standar SNI,
maka hasil uji produk Semen Gresik rata-rata mencapai 180% dari persyaratan
(jauh diatas persyaratan).
Bagaimanakah cara penggunaan produk PT Semen Gresik supaya hasilnya
maksimal? Setiap kondisi lingkungan dan bangunan membutuhkan karakteristik
hasil penggunaan semen yang berbeda.
Bagaimanakah manajemen mengkontrol kualitas produk PT Semen Gresik
supaya selalu memenuhi standar SNI dan memberikan kepuasan pada
pelanggan? Untuk menjamin mutu dari produk PT Semen Gresik, manajemen
menerapkan kebijakan dan manajemen sebagai berikut :
Pemilihan jenis bahan baku yang baik yaitu bahan pozzolan trass dan fly
ash. Pemilihan jenis batu kapur (lime stone) tertentu dan membatasi prosentase
dolomite (batu kapur dengan MgO tinggi). Manajemen produksi yang selalu
meng-update technology proses sesuai perkembangan teknologi yang ada, proses
quality control automatic sampling, quality control by X ray (QCX) on line
dengan peralatan produksi, raw material stockplie control dengan Geoscan
system, pengendalian operasi peralatan yang tersentral dari central control room
dengan CDS system.
Sertifikasi laboratorium mutu yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN).

20

Sertifikasi standar mutu internasional, antara lain : ISO 9001:2000, ISO


14001:2004, Sistim Manajemen Keselamatan Kerja, Malcolm Baldrige,
Penarapan Good Corporate Governance dan masih banyak lagi. Untuk lebih detail
dapat di lihat di Pengukuran kepuasan pelanggan melalui : customer satisfaction
measurement, channel satisfaction measurement and tracking, quick count per
area di seluruh pulau Jawa. Sistim saran dan 5R dilingkungan PT Semen Gresik.
1.9 Cara penyimpanan semen
Tips menyimpan semen:
Semen yang baik secara fisik/kasat mata, tidak menggumpal. Semen yang
telah lama disimpan bisa membentuk lumps (gumpalan) yang akan hancur jika
diremas dan lama-kelamaan mengeras (grit). Kadaluarsa semen tergantung
penyimpanannya. Penyimpanan yang kedap air memungkinkan semen dapat
disimpan sampai sekitar 2 tahun. Penyimpanan semen yang baik adalah di tempat
penyimpanan yang jauh dari kelembaban dan (kantong) tidak dapat ditembus
(uap) air. Jumlah tumpukan tidak melebihi 2 meter atau maksimal 10 sak dalam
waktu maksimal 1 bulan dan terlindung dari kelembaban yang tinggi (simpan
dalam gudang untuk menghindari hujan). Sebaiknya tidak bersentuhan langsung
dengan lantai dan dinding dengan memberi bantalan (palet/kayu). Selain itu,
tumpuk secara berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara.

21

Daftar Pustaka
(www.semengresik.com/v20/sistimmanajemen.html diakses pada hari Selasa
tanggal 11 Oktober 2011)
(www.bsn.or.id. diakses pada hari Selasa tanggal 11 Oktober 2011)
(http://www.b4t.go.id/id/other/Semen%20Portland.pdf diakses pada hari

Rabu tanggal 12 Oktober 2011)


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bahan_kontruksi_teknik/bab3_semen_portl
and.pdf diakses pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011)

22

Anda mungkin juga menyukai