Anda di halaman 1dari 9

Mutholiatul Masyrifah (13670037)

RESUME TROHOC
ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI FARMASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013
THE ANALYSIS OF PHARMACY INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT IN
HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL 2013
Muftiraeni A.1, Irwandy Kapalawi 1, Hj.Indahwaty Sidin1
Bagian Manajemen Rumah Sakit, FakultasKesehatanMasyarakat, UNHAS, Makassar
Rumah sakit membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan handal,
serta cukup memadai untuk peningkatan pelayanannya kepada pasien. Pelayanan Farmasi
merupakan salah satu pelayanan utama yang menunjang kegiatan pelayanan di lingkungan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Farmasi RS Universitas
Hasanuddin telah menerapkan sistem informasi farmasi namun belum mendukung banyaknya
kegiatan di instalasi farmasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan
pengembangan sistem informasi di instalasi farmasi RS Universitas Hasanuddin. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Pengembangan sistem berdasarkan langkah-langkah FAST
(Framework for the application of systems techniques) dan kerangka PIECES (Performance,
Information, Economic, Control, Efficiency, Service) untuk memudahkan mengidentifikasi
masalah. Informan penelitian adalah kepala instalasi farmasi, staf apotek dan gudang obat, staf
SIRS, staf keuangan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisis data secara analisis tematik dengan
tahapan mentranskripkan hasil wawancara mendalam, melakukan pengkodean berdasarkan
pedoman wawancara mendalam, mencari, menemukan tema dan hubungan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi dan menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa
permasalahan terkait pengelolaan data, ketidaklengkapan dan ketidakakuratan informasi yang
dihasilkan sistem, dan sistem yang belum terintegrasi. Penelitian ini memberikan rekomendasi
solusi sistem untuk pengembangan sistem selanjutnya.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
pada bulan April Tahun 2013. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.
Informan penelitian ini adalah kepala Instalasi Farmasi, staf farmasi bagian gudang obat, staf
farmasi bagian apotek, staf bagian SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit), dan staf keuangan.
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan dua
cara, yakni data primer dilakukan dengan wawancara mendalam berdasarkan kerangka PIECES
dan observasi sistem informasi yang berjalan di instalasi farmasi, sedangkan data sekunder
berupa formulir-formulir yang digunakan, tupoksi, kebijakan di Instalasi Farmasi RS Universitas

Hasanuddin dan data lain yang terkait dengan penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah dan dianalisis secara tematik dengan tahapan mentranskripkan hasil wawancara
mendalam, melakukan pengkodean berdasarkan pedoman wawancara mendalam, mencari dan
menemukan tema dan hubungan berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan menarik
kesimpulan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Tabel 2.Matriks Cause and Effect Analysis
No
Problem
1
Pengolahan data
memerlukan banyak
waktu dan tenaga.

Ketidakakuratan dan
ketidaklengkapan
informasi yang
diberikan oleh sistem.

Banyaknya
penggunaan kertas
membutuhkan biaya
operasional yang
besar

Cause
Sistem informasi
farmasi masih manual
dalam pengolahan
datanya

Effect
Informasi yang
dihasilkan lambat,
memerlukan bantuan
beberapa orang untuk
mengerjakan, hasilnya
kurang akurat karena
ada kemungkinan
kesalahan akibat
human error.

a. Data stock obat


yang diinput ke dalam
SIM hanya
merupakan stock awal
dan tidak bisa
dilakukan
penambahan ke dalam
SIM jika ada
pengambilan dari
gudang
b. Ada beberapa fitur
dalam SIM saat ini
belum bisa digunakan
untuk memenuhi
kebutuhan petugas
farmasi.

a. Ada ketidakcocokan
stock obat yang ada
dalam SIM dengan
realstock yang ada.
b. Ketidaklengkapan
informasi yang
diberikan oleh sistem

Sistem saat ini masih


memerlukan
lembaran-lembaran
resep dan form-form
lainnya dalam
melakukan pelayan di

Data dalam bentuk


kertas dapat tercecer
atau rusak sehingga
mengakibatkan
kerugian

instalasi farmasi.

SIM masih sering


terjadi error

Sistem yang ada saat


ini belum sempurna.
Konektifitas internet
masih kurang

SIM belum mampu


memenuhi sebagian
besar kebutuhan
informasi

SIM yang ada hanya


billing system dan
belum terintegrasi

Sistem saat ini belum


mampu menjalankan
fitur logistik,
melihatminimum
stock, menghasilkan
informasi nama dan
jumlah obat yang
dikonsumsi perpasien
rawat inap perhari,
perhitungan omzet
rawat inap dan rawat
jalan.
Sistem saat ini belum
sempurna, masih
setengah jadi. Fiturfitur yang ada dalam
SIM selain billing
system tidak dapat
digunakan. Sistem
yang belum
terintegrasi ke semua
bagian terutama
antara gudang dan
apotek

Pelayanan resep
pasien kembali
dilakukan manual
sampai sistem
membaik
Pengolahan data dan
semua laporan masih
dibuat secara manual.

menyulitkan dalam
mengontrol stock
barang, juga dalam
perencanaan dan
pengadaan.

Tabel 3. Identifikasi Solusi Masalah


Penyebab Masalah
Input
Data stock obat yang diinput
ke dalam SIM hanya
merupakan stock awal dan
tidak bisa dilakukan
penambahan ke dalam SIM
jika ada pengambilan dari
gudang, istem yang ada saat
ini belum sempurna.
Konektifitas internet juga
masih kurang.

Proses

Sistem informasi farmasi


masih manual dalam
pengolahan datanya .Sistem
saat ini masih memerlukan
lembaran-lembaran resep dan
form-form lainnya dalam
melakukan pelayan di instalasi
farmasi.

Output

Sistem saat ini belum mampu


menjalankan fitur logistik,
melihatminimum stock,
menghasilkan informasi nama
dan jumlah obat yang
dikonsumsi perpasien rawat
inap perhari, perhitungan

Solusi Masalah
a. Perlu dilakukan pengecekan
kembali untuk mencegah
adanya kesalahan informasi
b. Mengembangkan software
yang mampumenghasikan
informasi lengkap dan sesuai
dengan data yang diinput.
c. Mengembangkan sistem
untuk memperbaiki sistem
informasi farmasi yang ada
saat ini.
d. Perlu dilakukan
pengontrolan berkala dari
bagian SIRS untuk
memaksimalkan fungsi
sistem.
Pengolahan data menjadi lebih
cepat dengan menggunakan
sistem komputer dan tidak
memerlukan banyak tenaga
dalam pengerjaannya.Dengan
adanya sistem informasi
farmasi yang terintegrasi
penggunaan kertas bisa
diminimalisasikan, pelayanan
ke pasien juga lebih mudah
dan cepat.
a. Mengembangkan sistem
informasi farmasi yang dapat
memenuhi kebutuhan
pengguna sistem informasi.
b. Mengembangkan sistem

omzet rawat inap dan rawat


jalan.Fitur-fitur yang ada
dalam SIM selain billing
system tidak dapat digunakan.
Sistem yang belum
terintegrasi ke semua bagian
terutama antara gudang dan
apotek menyulitkan dalam
mengontrol stock barang,
sehingga menyulitkan juga
dalam perencanaan.

yang terintegrasi ke semua


bagian pelayanan sehingga
pelayanan lebih cepat, tepat
efisien.

Kesimpulan
Sistem informasi farmasi yang berjalan saat ini masih terdapat permasalahan dalam
pengolahan data, ketidaklengkapan dan ketidakakuratan informasi yang diberikan oleh sistem,
sistem saat ini masih sering terjadi error, konektifitas internetnya masih kurang, sistem informasi
yang belum terintegrasi antara gudang dan apotek . Penyebab masalah sistem informasi farmasi
saat ini yaitu sistem yang berjalan hanya billing system, tidak bisa dilakukan penambahan stock
ke dalam SIM, dan ketidakmampuan sistem dalam memenuhi sebagian besar kebutuhan
pengguna.
Kebutuhan pengguna terhadap input yaitu mengembangkan sistem informasi berbasis
komputer dengan fasilitas yang lebih baik, fitur sesuai kebutuhan, dan terintegrasi yang dapat
menghasilkan informasi setiap saat, lengkap dan dapat diperoleh setiap saat dengan bantuan
software dan hardware dan tampilan sistem yang mudah dipahami, perlu penambahan SDM,
dibedakan untuk administrasi, untuk pelayanan, dan untuk peracikan obat, perlu disediakan
pelayanan informasi obat yang lengkap dengan ruangan khusus yang juga dilengkapi sistem
informasi. Kebutuhan pengguna terhadap proses yaitu proses pengolahan data dengan bantuan
software dan hardware dengan sistem yang terintegrasi. Kebutuhan pengguna terhadap output
yaitu mengembangkan sistem informasi farmasi yang mampu menghasilkan laporan-laporan
yang dibutuhkan di instalasi farmasi.

RESUME COHORT
Observasi Klinik Ramuan Jamu untuk Menurunkan Berat Badan
Sunu Pamadyo(a)*, Fajar Novianto (a), Rohmat Mujahid (a)

Prevalensi berat badan berlebih (obesitas) telah meningkat secara signifikan di seluruh
dunia. Selama satu dekade ini obesitas merupakan suatu masalah kesehatan. Bahkan saat ini,
kegemukan disebut sebagai The New World Syndrome, dimana hampir di seluruh dunia angka
kejadiannya terus meningkat. Di Indonesia, prevalensi obesitas terus meningkat. Berdasarkan
data Riskesdas tahun 2010, prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 21,7%,
terjadi peningkatan yang signifikan dibanding hasil Riskesdas sebelumnya pada tahun 2007 yaitu
10,3%. Obesitas pada usia dewasa muda berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian
penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan gangguan
metabolik. Obesitas mempunyai korelasi yang kuat dengan morbiditas dan mortalitas, sehingga
perlu mendapatkan perhatian serius mengenai penyebab, tindakan pencegahan dan upaya
pengobatannya. Sampai saat ini, masih belum ada obat yang khusus digunakan untuk
menurunkan berat badan, sehingga masyarakat melihat fitoterapi sebagai penurun berat badan
(selain diet), karena dianggap fitoterapi relatif aman dan tanpa efek samping yang berarti.
Ramuan yang terdiri dari jati belanda, kemuning, kelembak dan tempuyung adalah ramuan yang
digunakan di Klinik Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional. Hasil penelitian pada ramuan ini menunjukkan bahwa kapsul penurun
berat badan dapat menurunkan Indeks Massa Tubuh (IMT), namun jika digunakan selama 2
bulan belum dapat menurunkan kategori IMT dari overweight ke normal. Ramuan jamu penurun
berat badan dapat menurunkan berat badan subyek penelitian secara bermakna setelah pemberian
selama 28 hari dengan penurunan rata-rata 3,9 Kg dan penurunan sangat bermakna setelah
pemberian selama 56 hari dengan penurunan rata-rata 6,7 Kg dibandingkan berat badan awal.
Ramuan jamu juga dapat menurunkan lingkar perut pada pemberian hingga hari ke-56 sebesar
41,1 cm. Namun pemberian ramuan jamu hingga hari ke-56 tidak dapat menurunkan lingkar
lengan atas.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental pre dan post test design yang
dilakukan di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling, yaitu pasien yang datang ke Klinik Saintifikasi Jamu dengan
keluhan utama kelebihan berat badan dan memenuhi kriteria inklusi ditawarkan untuk menjadi
subyek. Sampel yang digunakan sebanyak 33 orang (menggunakan rumus Lameshow).
Syarat Sampel
Pasien berumur lebih dari 17 tahun dan kurang dari 50 tahun, mengalami overweight
dengan ketentuan IMT lebih besar dari 25,0-29,9 kg/m dan lingkar pinggang perempuan lebih
besar dari 80 cm sedangkan laki-laki lebih besar dari 90 cm, hanya mengalami keluhan kelebihan
berat badan tanpa keluhan penyakit lain.
Pasien tidak sedang hamil dan menyusui, menderita penyakit metabolik atau degeneratif
seperti diabetes mellitus, hiperurisemia, dislipidemia, dan hipertensi, atau menderita penyakit
berat lain.

Perlakuan / Cara Kerja


Sebelum dilakukan observasi, dilakukan anamnesis pada pasien tentang riwayat
penderita, pola konsumsi makan, aktivitas fisik, olahraga, riwayat minum obat, serta faktor
genetik dalam keluarga. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar
lengan atas, dan lingkar pinggang, serta pemeriksaan darah rutin, dan profil lemak. Dilakukan
pula pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT) dan fungsi ginjal (ureum, kreatinin) yang
dipergunakan sebagai data awal kondisi kedua organ, agar dapat memonitor jika ada efek
samping pada organ tersebut. Pemeriksaan darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, dan profil
lemak, dilakukan pada awal observasi klinis, pada akhir bulan pertama, dan kedua. Pemeriksaan
darah dilakukan di Laboratorium Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Tawangmangu
yang selalu melakukan kalibrasi secara periodik.
Berat badan, lingkar lengan atas, dan lingkar pinggang diperiksa dua minggu sekali
selama dua bulan. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital yang sudah
dikalibrasi. Setiap kali pengambilan data berat badan dilakukan 2 kali penimbangan, jika
hasilnya sama antara penimbangan ke-1 dan ke-2 maka hasil penimbangan dipakai. Jika hasil ke1 dan ke-2 berbeda maka dilakukan penimbangan ke-3. Hasil yang dipakai adalah 2 hasil yang
sama diantara 3 penimbangan, sedangkan jika ketiga hasil penimbangan berbeda maka hasil
yang digunakan adalah rata-rata dari ketiga penimbangan.
Mulai hari pertama subyek diberi kapsul ramuan penurun berat badan dengan dosis 3 x 2
kapsul, masing-masing kapsul 500 miligram serbuk simplisia kering jati belanda, kemuning,
kelembak dan tempuyung. Kapsul diberikan untuk diminum selama 1 (satu) minggu, dan subyek
diminta datang lagi ke Klinik Saintifikasi Jamu setiap satu minggu selama dua bulan, guna
diberikan kapsul untuk diminum selama satu minggu selanjutnya dan dilakukan observasi (klinis
dan laboratorium).
Setiap subyek penelitian datang, dilakukan anamnese tentang perkembangan berat badan.
Selain pemeriksaan berat badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, subyek juga diobservasi jika
ada keluhan fisik, efek samping dan pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal dan fungsi hati yang
dianalisis menggunakan WHO Toxicity Grading Scale for Determining The Severity of Adverse
Events.

Hasil
IMT subyek tidak mengalami perubahan yang signifikan hingga hari ke-42 pemberian
bahan uji. Pada hari ke-56, nampak perbedaan yang signifikan IMT subyek dibandingkan dengan
kondisi awal, namun tidak sampai menurunkan kriteria IMT dari overweight menjadi normal.
Hal ini dapat disebabkan waktu penelitian yang terbatas. Pada penelitian ini subjek tidak

diberikan pembatasan makanan dan tidak ada anjuran pengurangan konsumsi kalori sehingga
dalam waktu 2 bulan tidak mampu menurunkan kriteria overweight menjadi normal. Berat badan
subyek menurun signifikan setelah pemberian hari ke-28 dan sangat signifikan pada hari ke-56
pemberian bahan uji, sedangkan penurunan lingkar perut signifikan terlihat pada hari ke-56.
Pemberian bahan uji hingga hari ke-56 tidak menurunkan lingkar lengan atas. Adanya penurunan
lingkar perut lebih namun tidak ditemukan penurunan lingkar lengan atas dapat disebabkan
karena penumpukan lemak terbanyak berada di bagian perut, sehingga pada saat tubuh
membakar lemak maka yang terpakai paling banyak adalah di bagian perut dibandingkan dengan
bagian lengan atas.

RESUME CROSSCEPTIONAL
Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit
Analysis of Pharmacy Practice by Pharmacist in Hospital Setting
Max Joseph Herman* Rini Sasanti Handayani* Selma Arsit Siahaan**
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan peraturan
pemerintah No. 51 tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus mempunyai
kualifikasi minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Studi kualitatif secara potong lintang
pada tahun 2010 untuk mengidentifikasi kualifikasi apoteker rumah sakit dalam memenuhi
persyaratan tersebut di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Data dikumpulkan dengan
wawancara mendalam terhadap 10 orang apoteker dari enam rumah sakit dan empat orang
direktur/wakil direktur rumah sakit, masing-masing satu orang apoteker dari enam perguruan
tinggi farmasi, tiga pengurus Ikatan Apoteker Indonesia, tiga dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/ kota. Observasi praktek kefarmasian dengan menggunakan daftar tilik dilakukan
pada tiap rumah sakit dan data sekunder terkait dokumentasi pemantauan dan evaluasi obat,
kepuasan pasien, standar operasional prosedur dan kurikulum perguruan tinggi farmasi juga
dikumpulkan.
Analisis dilakukan dengan metode triangulasi dan hasil menunjukkan bahwa pengelolaan
obat dalam hal pengadaan, distribusi dan penyimpanan dilaksanakan dengan baik oleh apoteker
rumah sakit. Praktek farmasi klinik dan keselamatan pasien masih sangat terbatas karena alasan
sumber daya manusia dan dokumentasi yang memadai. Informasi obat dan konseling kadang
dilakukan tanpa fasilitas yang cukup dan apoteker juga terlibat dalam berbagai tim di rumah sakit
seperti penanggulangan infeksi nosocomial dan komite farmasi dan terapi.
Metode
Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan pada tahun 2010 di Bandung, Yogyakarta, dan
Surabaya. Informan adalah 10 orang apoteker bagian farmasi rumah sakit dan empat orang
direktur/wakil direktur penunjang medis rumah sakit, enam apoteker bagian kurikulum

perguruan tinggi farmasi, tiga apoteker Badan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
tiga apoteker dinkes provinsi dan tiga apoteker dinkes kota.
Data kompetensi apoteker dan pokok materi untuk pelatihan bersertifikasi dikumpulkan
melalui wawancara mendalam. Observasi juga dilakukan di unit pelayanan farmasi rumah sakit
menggunakan pedoman wawancara dan daftar tilik. Data sekunder yang dikumpulkan berupa
dokumentasi monitoring dan evaluasi penggunaan obat, survei kepuasan pasien, standar
operasional prosedur (SOP) yang dilaksanakan dan kurikulum perguruan tinggi farmasi. Analisis
data secara deskriptif dan kualitatif dengan metode triangulasi menggunakan berbagai sumber
data dan metode pengumpulan data.
Hasil
Dalam aspek pengelolaan/administrasi obat dan sediaan farmasi, apoteker yang
melakukan praktek kefarmasian di rumah sakit telah mempunyai pengetahuan yang baik, tetapi
dalam hal pengetahuan mengenai farmasi klinis dan patient safety masih harus banyak
ditingkatkan. Apoteker khususnya lulusan lama masih perlu pendidikan lebih lanjut yang
mengacu kepada kebutuhan lapangan seperti farmasi klinis dan patient safety. Pelaksanaan
fungsi farmasi klinis dan patient safety serta komunikasi, informasi dan edukasi oleh apoteker
membutuhkan peningkatan pengetahuan farmakoterapi, farmasi klinis termasuk drug related
problem, patofisiologi dan komunikasi, dokumentasi riwayat pengobatan pasien, farmakokinetik
klinik dan interaksi obat, theurapeutic drug monitoring, dan total parenteral nutrition serta studi
kasusnya. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui ceramah interaktif, diskusi
kelompok ataupun studi kasus. Apoteker juga jangan terlalu dibebani dengan fungsi administratif
dan kuantitasnya ditambah sesuai dengan beban kerja kefarmasian di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai