RESUME TROHOC
ANALISIS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI FARMASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013
THE ANALYSIS OF PHARMACY INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT IN
HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL 2013
Muftiraeni A.1, Irwandy Kapalawi 1, Hj.Indahwaty Sidin1
Bagian Manajemen Rumah Sakit, FakultasKesehatanMasyarakat, UNHAS, Makassar
Rumah sakit membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan handal,
serta cukup memadai untuk peningkatan pelayanannya kepada pasien. Pelayanan Farmasi
merupakan salah satu pelayanan utama yang menunjang kegiatan pelayanan di lingkungan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Farmasi RS Universitas
Hasanuddin telah menerapkan sistem informasi farmasi namun belum mendukung banyaknya
kegiatan di instalasi farmasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan
pengembangan sistem informasi di instalasi farmasi RS Universitas Hasanuddin. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Pengembangan sistem berdasarkan langkah-langkah FAST
(Framework for the application of systems techniques) dan kerangka PIECES (Performance,
Information, Economic, Control, Efficiency, Service) untuk memudahkan mengidentifikasi
masalah. Informan penelitian adalah kepala instalasi farmasi, staf apotek dan gudang obat, staf
SIRS, staf keuangan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisis data secara analisis tematik dengan
tahapan mentranskripkan hasil wawancara mendalam, melakukan pengkodean berdasarkan
pedoman wawancara mendalam, mencari, menemukan tema dan hubungan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi dan menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa
permasalahan terkait pengelolaan data, ketidaklengkapan dan ketidakakuratan informasi yang
dihasilkan sistem, dan sistem yang belum terintegrasi. Penelitian ini memberikan rekomendasi
solusi sistem untuk pengembangan sistem selanjutnya.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
pada bulan April Tahun 2013. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.
Informan penelitian ini adalah kepala Instalasi Farmasi, staf farmasi bagian gudang obat, staf
farmasi bagian apotek, staf bagian SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit), dan staf keuangan.
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan dua
cara, yakni data primer dilakukan dengan wawancara mendalam berdasarkan kerangka PIECES
dan observasi sistem informasi yang berjalan di instalasi farmasi, sedangkan data sekunder
berupa formulir-formulir yang digunakan, tupoksi, kebijakan di Instalasi Farmasi RS Universitas
Hasanuddin dan data lain yang terkait dengan penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah dan dianalisis secara tematik dengan tahapan mentranskripkan hasil wawancara
mendalam, melakukan pengkodean berdasarkan pedoman wawancara mendalam, mencari dan
menemukan tema dan hubungan berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan menarik
kesimpulan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Tabel 2.Matriks Cause and Effect Analysis
No
Problem
1
Pengolahan data
memerlukan banyak
waktu dan tenaga.
Ketidakakuratan dan
ketidaklengkapan
informasi yang
diberikan oleh sistem.
Banyaknya
penggunaan kertas
membutuhkan biaya
operasional yang
besar
Cause
Sistem informasi
farmasi masih manual
dalam pengolahan
datanya
Effect
Informasi yang
dihasilkan lambat,
memerlukan bantuan
beberapa orang untuk
mengerjakan, hasilnya
kurang akurat karena
ada kemungkinan
kesalahan akibat
human error.
a. Ada ketidakcocokan
stock obat yang ada
dalam SIM dengan
realstock yang ada.
b. Ketidaklengkapan
informasi yang
diberikan oleh sistem
instalasi farmasi.
Pelayanan resep
pasien kembali
dilakukan manual
sampai sistem
membaik
Pengolahan data dan
semua laporan masih
dibuat secara manual.
menyulitkan dalam
mengontrol stock
barang, juga dalam
perencanaan dan
pengadaan.
Proses
Output
Solusi Masalah
a. Perlu dilakukan pengecekan
kembali untuk mencegah
adanya kesalahan informasi
b. Mengembangkan software
yang mampumenghasikan
informasi lengkap dan sesuai
dengan data yang diinput.
c. Mengembangkan sistem
untuk memperbaiki sistem
informasi farmasi yang ada
saat ini.
d. Perlu dilakukan
pengontrolan berkala dari
bagian SIRS untuk
memaksimalkan fungsi
sistem.
Pengolahan data menjadi lebih
cepat dengan menggunakan
sistem komputer dan tidak
memerlukan banyak tenaga
dalam pengerjaannya.Dengan
adanya sistem informasi
farmasi yang terintegrasi
penggunaan kertas bisa
diminimalisasikan, pelayanan
ke pasien juga lebih mudah
dan cepat.
a. Mengembangkan sistem
informasi farmasi yang dapat
memenuhi kebutuhan
pengguna sistem informasi.
b. Mengembangkan sistem
Kesimpulan
Sistem informasi farmasi yang berjalan saat ini masih terdapat permasalahan dalam
pengolahan data, ketidaklengkapan dan ketidakakuratan informasi yang diberikan oleh sistem,
sistem saat ini masih sering terjadi error, konektifitas internetnya masih kurang, sistem informasi
yang belum terintegrasi antara gudang dan apotek . Penyebab masalah sistem informasi farmasi
saat ini yaitu sistem yang berjalan hanya billing system, tidak bisa dilakukan penambahan stock
ke dalam SIM, dan ketidakmampuan sistem dalam memenuhi sebagian besar kebutuhan
pengguna.
Kebutuhan pengguna terhadap input yaitu mengembangkan sistem informasi berbasis
komputer dengan fasilitas yang lebih baik, fitur sesuai kebutuhan, dan terintegrasi yang dapat
menghasilkan informasi setiap saat, lengkap dan dapat diperoleh setiap saat dengan bantuan
software dan hardware dan tampilan sistem yang mudah dipahami, perlu penambahan SDM,
dibedakan untuk administrasi, untuk pelayanan, dan untuk peracikan obat, perlu disediakan
pelayanan informasi obat yang lengkap dengan ruangan khusus yang juga dilengkapi sistem
informasi. Kebutuhan pengguna terhadap proses yaitu proses pengolahan data dengan bantuan
software dan hardware dengan sistem yang terintegrasi. Kebutuhan pengguna terhadap output
yaitu mengembangkan sistem informasi farmasi yang mampu menghasilkan laporan-laporan
yang dibutuhkan di instalasi farmasi.
RESUME COHORT
Observasi Klinik Ramuan Jamu untuk Menurunkan Berat Badan
Sunu Pamadyo(a)*, Fajar Novianto (a), Rohmat Mujahid (a)
Prevalensi berat badan berlebih (obesitas) telah meningkat secara signifikan di seluruh
dunia. Selama satu dekade ini obesitas merupakan suatu masalah kesehatan. Bahkan saat ini,
kegemukan disebut sebagai The New World Syndrome, dimana hampir di seluruh dunia angka
kejadiannya terus meningkat. Di Indonesia, prevalensi obesitas terus meningkat. Berdasarkan
data Riskesdas tahun 2010, prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 21,7%,
terjadi peningkatan yang signifikan dibanding hasil Riskesdas sebelumnya pada tahun 2007 yaitu
10,3%. Obesitas pada usia dewasa muda berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian
penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan gangguan
metabolik. Obesitas mempunyai korelasi yang kuat dengan morbiditas dan mortalitas, sehingga
perlu mendapatkan perhatian serius mengenai penyebab, tindakan pencegahan dan upaya
pengobatannya. Sampai saat ini, masih belum ada obat yang khusus digunakan untuk
menurunkan berat badan, sehingga masyarakat melihat fitoterapi sebagai penurun berat badan
(selain diet), karena dianggap fitoterapi relatif aman dan tanpa efek samping yang berarti.
Ramuan yang terdiri dari jati belanda, kemuning, kelembak dan tempuyung adalah ramuan yang
digunakan di Klinik Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional. Hasil penelitian pada ramuan ini menunjukkan bahwa kapsul penurun
berat badan dapat menurunkan Indeks Massa Tubuh (IMT), namun jika digunakan selama 2
bulan belum dapat menurunkan kategori IMT dari overweight ke normal. Ramuan jamu penurun
berat badan dapat menurunkan berat badan subyek penelitian secara bermakna setelah pemberian
selama 28 hari dengan penurunan rata-rata 3,9 Kg dan penurunan sangat bermakna setelah
pemberian selama 56 hari dengan penurunan rata-rata 6,7 Kg dibandingkan berat badan awal.
Ramuan jamu juga dapat menurunkan lingkar perut pada pemberian hingga hari ke-56 sebesar
41,1 cm. Namun pemberian ramuan jamu hingga hari ke-56 tidak dapat menurunkan lingkar
lengan atas.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental pre dan post test design yang
dilakukan di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling, yaitu pasien yang datang ke Klinik Saintifikasi Jamu dengan
keluhan utama kelebihan berat badan dan memenuhi kriteria inklusi ditawarkan untuk menjadi
subyek. Sampel yang digunakan sebanyak 33 orang (menggunakan rumus Lameshow).
Syarat Sampel
Pasien berumur lebih dari 17 tahun dan kurang dari 50 tahun, mengalami overweight
dengan ketentuan IMT lebih besar dari 25,0-29,9 kg/m dan lingkar pinggang perempuan lebih
besar dari 80 cm sedangkan laki-laki lebih besar dari 90 cm, hanya mengalami keluhan kelebihan
berat badan tanpa keluhan penyakit lain.
Pasien tidak sedang hamil dan menyusui, menderita penyakit metabolik atau degeneratif
seperti diabetes mellitus, hiperurisemia, dislipidemia, dan hipertensi, atau menderita penyakit
berat lain.
Hasil
IMT subyek tidak mengalami perubahan yang signifikan hingga hari ke-42 pemberian
bahan uji. Pada hari ke-56, nampak perbedaan yang signifikan IMT subyek dibandingkan dengan
kondisi awal, namun tidak sampai menurunkan kriteria IMT dari overweight menjadi normal.
Hal ini dapat disebabkan waktu penelitian yang terbatas. Pada penelitian ini subjek tidak
diberikan pembatasan makanan dan tidak ada anjuran pengurangan konsumsi kalori sehingga
dalam waktu 2 bulan tidak mampu menurunkan kriteria overweight menjadi normal. Berat badan
subyek menurun signifikan setelah pemberian hari ke-28 dan sangat signifikan pada hari ke-56
pemberian bahan uji, sedangkan penurunan lingkar perut signifikan terlihat pada hari ke-56.
Pemberian bahan uji hingga hari ke-56 tidak menurunkan lingkar lengan atas. Adanya penurunan
lingkar perut lebih namun tidak ditemukan penurunan lingkar lengan atas dapat disebabkan
karena penumpukan lemak terbanyak berada di bagian perut, sehingga pada saat tubuh
membakar lemak maka yang terpakai paling banyak adalah di bagian perut dibandingkan dengan
bagian lengan atas.
RESUME CROSSCEPTIONAL
Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit
Analysis of Pharmacy Practice by Pharmacist in Hospital Setting
Max Joseph Herman* Rini Sasanti Handayani* Selma Arsit Siahaan**
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan peraturan
pemerintah No. 51 tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus mempunyai
kualifikasi minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Studi kualitatif secara potong lintang
pada tahun 2010 untuk mengidentifikasi kualifikasi apoteker rumah sakit dalam memenuhi
persyaratan tersebut di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Data dikumpulkan dengan
wawancara mendalam terhadap 10 orang apoteker dari enam rumah sakit dan empat orang
direktur/wakil direktur rumah sakit, masing-masing satu orang apoteker dari enam perguruan
tinggi farmasi, tiga pengurus Ikatan Apoteker Indonesia, tiga dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/ kota. Observasi praktek kefarmasian dengan menggunakan daftar tilik dilakukan
pada tiap rumah sakit dan data sekunder terkait dokumentasi pemantauan dan evaluasi obat,
kepuasan pasien, standar operasional prosedur dan kurikulum perguruan tinggi farmasi juga
dikumpulkan.
Analisis dilakukan dengan metode triangulasi dan hasil menunjukkan bahwa pengelolaan
obat dalam hal pengadaan, distribusi dan penyimpanan dilaksanakan dengan baik oleh apoteker
rumah sakit. Praktek farmasi klinik dan keselamatan pasien masih sangat terbatas karena alasan
sumber daya manusia dan dokumentasi yang memadai. Informasi obat dan konseling kadang
dilakukan tanpa fasilitas yang cukup dan apoteker juga terlibat dalam berbagai tim di rumah sakit
seperti penanggulangan infeksi nosocomial dan komite farmasi dan terapi.
Metode
Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan pada tahun 2010 di Bandung, Yogyakarta, dan
Surabaya. Informan adalah 10 orang apoteker bagian farmasi rumah sakit dan empat orang
direktur/wakil direktur penunjang medis rumah sakit, enam apoteker bagian kurikulum
perguruan tinggi farmasi, tiga apoteker Badan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
tiga apoteker dinkes provinsi dan tiga apoteker dinkes kota.
Data kompetensi apoteker dan pokok materi untuk pelatihan bersertifikasi dikumpulkan
melalui wawancara mendalam. Observasi juga dilakukan di unit pelayanan farmasi rumah sakit
menggunakan pedoman wawancara dan daftar tilik. Data sekunder yang dikumpulkan berupa
dokumentasi monitoring dan evaluasi penggunaan obat, survei kepuasan pasien, standar
operasional prosedur (SOP) yang dilaksanakan dan kurikulum perguruan tinggi farmasi. Analisis
data secara deskriptif dan kualitatif dengan metode triangulasi menggunakan berbagai sumber
data dan metode pengumpulan data.
Hasil
Dalam aspek pengelolaan/administrasi obat dan sediaan farmasi, apoteker yang
melakukan praktek kefarmasian di rumah sakit telah mempunyai pengetahuan yang baik, tetapi
dalam hal pengetahuan mengenai farmasi klinis dan patient safety masih harus banyak
ditingkatkan. Apoteker khususnya lulusan lama masih perlu pendidikan lebih lanjut yang
mengacu kepada kebutuhan lapangan seperti farmasi klinis dan patient safety. Pelaksanaan
fungsi farmasi klinis dan patient safety serta komunikasi, informasi dan edukasi oleh apoteker
membutuhkan peningkatan pengetahuan farmakoterapi, farmasi klinis termasuk drug related
problem, patofisiologi dan komunikasi, dokumentasi riwayat pengobatan pasien, farmakokinetik
klinik dan interaksi obat, theurapeutic drug monitoring, dan total parenteral nutrition serta studi
kasusnya. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui ceramah interaktif, diskusi
kelompok ataupun studi kasus. Apoteker juga jangan terlalu dibebani dengan fungsi administratif
dan kuantitasnya ditambah sesuai dengan beban kerja kefarmasian di rumah sakit.